• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SENAM MELALUI PENDEKATAN DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SENAM MELALUI PENDEKATAN DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

Halaman SAMPUL LUAR (HALAMAN JUDUL)

SAMPUL DALAM (HALAMAN JUDUL)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ………. i

HALAMAN PENGESAHAN ………...………… ii

ABSTRAK ………..……….… iii

KATA PENGANTAR ……….……… v

UCAPAN TERIMA KASIH ………...……… vi

DAFTAR ISI ……….….….. ix

DAFTAR TABEL ……… x

DAFTAR GAMBAR ……….. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ……….. ivx

BAB I PENDAHULUAN ……….……….. A. Latar Belakang Masalah …...……….…… 1

B. Rumusan dan Pemecahan Masalah ………..…………...….. 6

1. Rumusan Masalah ………...….….…... 6

2. Pemecahan Masalah ………...……….…... 6

C. Tujuan Penelitian ………...……….……... 9

D. Manfaat Penelitian ………...……..…….…….. 10

E. Batasan Istilah ………..…….. 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN ....…. 13

A. Kajian Pustaka ………...………… 13

1. Diagnostik Kesulitan Belajar ………...…………. 13

2. Hasil Belajar ……...…………...…..…...……… 22

3. Karakterisitik Mata Pelajaran Penjasorkes di SMP ...… 25

4. Pembelajaran Senam …….……...…...…… 30

B. Hipotesis Tindakan ………. 40

BAB III METODE PENELITIAN …………...………. 41

(2)

2. Rancangan Penelitian ………...……… 43

B. Waktu dan Tempat Penelitian ………...…...……….... 45

1. Waktu Penelitian ………...……… 45

2. Tempat Penelitian ….………...……… 45

C. Subjek Penelitian ………...……..……. 46

D. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian ………...….. 46

1. Variabel Penelitian …….……...………….……… 46

2. Definisi Operasional Penelitian …….……...…..……… 47

E. Prosedur Penelitian ……….……… 47

1. Tahap Perencanaan Tindakan ………...………. 47

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan …………....……… 49

3. Tahap Observasi dan Interpretasi ………….….………… 50

4. Tahap Analisis dan Refleksi ………...………… 50

F. Instrumen Penelitian ………...….…………..………. 51

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ……...……..……….. 53

1. Teknik Pengolahan Data …….………...….……… 53

2. Analisis Data ……...………...….….…… 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANPENELITIAN….…...… 55

A. Hasil Penelitian ……...………...……….…....….. 55

1. Deskripsi Data .…...…….……… 55

2. Paparan Data Tindakan Siklus I …….………...……….……… 58

3. Paparan Data Tindakan Siklus II …….……....………….….…… 71

4. Paparan Data Tindakan Siklus III …….……..………….….…… 82

B. Pembahasan Hasil Penelitian …….………...…….……… 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……… 98

A. Kesimpulan ……….…... 98

B. Saran ………... 100

(3)

RIWAYAT HIDUP PENULIS ………...……….……….. 155

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

(4)

4.5. Hasil Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 65

4.6. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 74

4.7. Hasil Tes Siswa pada Siklus II ... 74

4.8. Hasil Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 75

4.9. Hasil Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 76

4.10. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III ... 85

4.11. Hasil Tes Siswa pada Siklus III ... 85

4.12. Hasil Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ... 86

4.13. Hasil Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ... 87

DAFTAR GAMBAR No. Gambar Halaman 2.1. Teknik Guling Depan ... 36

3.1. Alur PTK menurut Kemmis dan Taggart ... 44

4.1. Gerakan Guling Depan ... 60

(5)

4.4. Pencapaian Aktivitas Siswa pada Siklus III ... 89

4.5. Pencapaian Kinerja Guru tiap Siklus ... 92

4.6. Pencapaian Aktivitas Siswa tiap Siklus ... 94

4.7. Pencapaian Hasil Belajar Siswa tiap Siklusv... 97

DAFTAR LAMPIRAN No. Lampiran Halaman 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 104

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 105

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ... 109

4. Hasil Penilaian Rencana Pembelajaran Siklus I ... 116

(6)

7. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 119

8. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 120

9. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ... 121

10. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 122

11. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 124

12. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III ... 126

13. Hasil Tes Awal Guling Depan-Belakang Siswa Kelas VII A SMPN 2 Mandirancan ... 128

14. Hasil Tes Guling Depan-Belakang Siklus I ... 130

15. Hasil Tes Guling Depan-Belakang Siklus II ... 132

16. Hasil Tes Guling Depan-Belakang Siklus III ... 134

17. Catatan Lapangan Siklus I ... 136

18. Catatan Lapangan Siklus II ... 137

19. Catatan Lapangan Siklus III ... 138

20. Lembar Penilaian Keterampilan Guru Menyusun Rencana Pembelajaran ... 139 21. Lembar Observasi Kinerja Guru pada Pelaksanaan Pembelajaran .... 145

22. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 151

23. Format Catatan Lapangan ... 153

24. Surat Penelitian ... 154

25. Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian ... 155

(7)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan inti dalam suatu proses

pendidikan. Tujuan pendidikan akan dicapai dalam bentuk terjadinya tingkah laku dalam diri siswa, dan sudah menjadi harapan semua pihak agar setiap siswa dapat

mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai subyek didik.

Dalam proses belajar mengajar di sekolah, setiap guru senantiasa mengharapkan agar anak didiknya dapat mencapai hasil belajar yang optimal.

Pada kenyataannya banyak siswa yang menunjukkan gejala tidak dapat mencapai hasil belajar sebagaimana yang diharapkan. Beberapa siswa masih menunjukkan hasil belajar yang masih rendah meskipun telah diusahakan dengan

sebaik-baiknya oleh guru. Dalam proses belajar-mengajar, guru sering menghadapi masalah adanya siswa yang tidak dapat mengikuti pembelajaran dengan lancar

sebagaimana mestinya. Dengan kata lain, guru sering menghadapi siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar (Surya dan Amin, 1980:19).

Setiap siswa memiliki sesuatu yang membedakannya dengan siswa lain,

dan setiap siswa pula mempunyai karakteristik sendiri-sendiri serta memiliki perbedaan, baik dalam aspek fisik, emosional, intelektual, ataupun sosial. Oleh

(8)

2

menunjukkan prestasi belajar rendahnya dan menyimpang dari rata-rata biasanya dianggap sebagai anak yang mengalami kesulitan belajar. Untuk itu menjadi tugas

seorang guru untuk memahami keberadaan siswanya, akan tetapi tidak semua guru atau orang tua dapat memahami dengan baik tentang kesulitan belajar, apa

gejala dan penyebab serta bagaimana pendiagnosisannya.

Menyikapi perbedaan karakterisitik siswa tersebut di atas, pendidikan

jasmani, olahraga dan kesehatan, merupakan salah satu media untuk mendorong

perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan dan

penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), serta

pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan

perkembangan yang seimbang. Melalui peran pendidikan jasmani, olahraga dan

kesehatan, siswa akan memperoleh berbagai ungkapan yang erat kaitannya

dengan kesan pribadi yang menyenangkan serta berbagai ungkapan yang kreatif,

inovatif, terampil dan memiliki kebugaran jasmani dan kebiasaan pola hidup sehat

serta memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap gerak manusia.

Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan,

guru diharapkan mampu mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik

dan strategi permainan olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportivitas, kejujuran,

kerjasama, disiplin, bertanggung jawab) dan pembiasaan pola hidup sehat, yang

dalam pelaksanaannya bukan melalui pengajaran konvensional yang bersifat

kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik, mental, intelektual, emosi dan

(9)

3

Sikap siswa terhadap nilai-nilai dalam proses pembelajaran, biasanya

sangat dipengaruhi oleh persepsinya tentang tingkah laku gurunya. Dengan

demikian guru harus mampu memberikan arah yang jelas terhadap apa yang akan

diterima kepada siswa. Hal tersebut dikemukakan Sarwoto (1994:4) bahwa: “Guru

harus dapat memberikan penafsiran yang tepat mengenai jenis dan fungsi tujuan

yang akan dicapai”. Oleh karena itu aktivitas yang akan diberikan dalam

pembelajaran harus mendapatkan sentuhan didaktik-metodik dari guru, sehingga

aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pembelajaran.

Peran guru sangatlah dibutuhkan untuk mendukung terciptanya suasana

belajar mengajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan serta memungkinkan siswa berprestasi secara maksimal. Begitu pula tingkat partisifasi/keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran harus mencapai standar

minimal keterlibatan yang ditetapkan guru. Bagaimanpun baiknya sarana pendidikan yang ada apabila guru tidak melaksanakan tugasnya dengan baik

seperti di atas, maka hasil pembelajaran tidak akan memberikan hasil yang memuaskan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Pada pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, penyebab

rendahnya hasil belajar siswa bervariasi. Salah satu upaya atas rendahnya hasil belajar siswa adalah dengan melakukan diagnosis kesulitan belajar. Dalan

mendiagnosis kesulitan belajar siswa pad mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, misal; apakah siswa mengalami kesulitan belajar dalam profil materi, prasyarat pengetahuan, pencapaian indikator, pemahaman konsep,

(10)

setidak-4

tidaknya dapat diketahui penyebabnya, sehingga memudahkan cara untuk mengatasinya kesulitan belajar siswa tersebut.

Dalam kaitannya dengan diagnosis kesulitan belajar siswa, para gurulah yang paling tepat bertindak sebagai “dokter” dalam kelas maupun di luar kelas.

Mereka bertemu dan berdiskusi dengan siswanya hampir setiap hari. Melalui proses belajar mengajar setiap hari, para guru dapat mengetahui siswa mengalami kesulitan belajar dalam pokok bahasan tertentu, dan siswa yang menguasai atau

kuat dalam pokok bahasan lainnya. Untuk itu sangat perlu kiranya kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar diberikan bantuan baik secara umum maupun

khusus, baik berupa perlakuan pembelajaran maupun cara-cara menerima bahan pembelajaran serta bimbingan dalam menghadapi kesulitan belajar yang ada dalam pembelajaran. Seyogianya guru dapat membantu siswa mengatasi kesulitan

belajar siswa. Dengan demikain tes diagnostik kesulitan belajar (DKB) merupakan tes yang dipersiapkan untuk mengetahui letak kesulitan belajar siswa.

Berdasarkan studi awal yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 2 Mandirancan kabupaten Kuningan, melalui kegiatan observasi dan pengamatan pada hari Rabu, 14 September 2011 pada saat kegiatan pembelajaran penjasorkes

di kelas VII A tahun pelajaran 2011/2012 serta hasil wawancara dengan guru penjasorkes kelas VII, ditemukan beberapa masalah dalam pembelajaran senam

ketangkasan/lantai. Masalah tersebut antara lain pada beberapa materi keterampilan senam lantai yang memerlukan koordinasi gerakan, kekuatan, kelenturan serta keberanian. Sebagai contoh pada gerakan mengguling

(11)

5

melakukan gerakan lebih dominan, apabila dibandingkan dengan unsur yang lainnya. Pada materi senam lantai tersebut tidak semua siswa dapat melakukan

gerakan senam lantai dengan sempurna sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan pembelajaran tersebut. Hal tersebut berakibat pada hasil belajar

siswa secara individu maupun klasikal dalam materi senam lantai belum dinyatakan tuntas sesuai dengan prinsip mastery learning (belajar tuntas). Dari hasil observasi dan pengamatan serta penilaian terhadap 40 siswa yang dinyatakan

tuntas pada materi guling depan dan dan guling belakang sebesar 60% (terlampir), sementara kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang harus dicapai siswa pada

materi mengguling (depan-belakang) adalah 65.

Berdasarkan uraian di atas serta hasil studi awal yang dilakukan peneliti di SMPN 2 Mandirancan pada kelas VII A tersebut menarik peneliti untuk

mencari dan mengetahui letak kesulitan belajar yang dialami siswa. Apabila kesulitan belajar siswa tidak segera diatasi, maka bukan tidak mungkin akan

menghambat pula pada pencapaian tujuan instruksional (pembelajaran), sehingga pencapaian ketuntasan belajar secara klasikal yang dipersyaratkan tidak dapat tercapai sesuai dengan prinsip belajar tuntas (mastery learning). Oleh sebab itu

analisis untuk mengetahui kesulitan belajar siswa dalam memahami konsep gerak perlu dilakukan oleh pihak pendidik (guru) selaku ujung tombak langsung dalam

proses pembelajaran di sekolah. Letak, jenis dan faktor-faktor penyebab kesulitan siswa perlu diketahui sedini mungkin untuk dicari alternatif pemecahannya. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi dan menghindari kesulitan belajar yang

(12)

6 B. Rumusan dan Pemecahan Masalah 1. Rumusan Masalah

Berdasarakan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana perencanaan pembelajaran senam dengan menggunakan pendekatan diagnostik kesulitan belajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMPN 2 Mandirancan kabupaten Kuningan?

b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran senam dengan menggunakan pendekatan diagnostik kesulitan belajar untuk meningkatkan hasil belajar

siswa kelas VII SMPN 2 Mandirancan kabupaten Kuningan?

c. Bagaimana hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan diagnostik kesulitan belajar pada pembelajaran senam di kelas VII SMPN 2 Mandirancan

kabupaten Kuningan?

2. Pemecahan Masalah

Fenomena kesulitan belajar seorang siswa, biasanya tampak jelas dari menurunnya kemampuan akademik siswa atau prestasi siswa. Sudah menjadi

keumuman prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar

(13)

7

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikemukakan bahwa kesulitan belajar yang dialami siswa dapat berasal dari bahan atau materi yang dipelajari

memiliki tingkat kesulitan yang tinggi dan kompleks untuk tingkat siswa, lingkungan untuk terjadi proses pembelajaran yang kurang mendukung,

misalnya ruangan belajar yang sangat kotor, terlalu dekat dengan tempat keramaian orang. Untuk faktor instrumental, misalnya peralatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran kurang memadai atau sudah tidak

layak pakai. Sedangkan untuk faktor kodisi siswa berkecenderungan pada faktor internal, misalnya: tingkat IQ, motivasi dan keinginan belajar yang

rendah dari siswa.

Hubungannya dengan upaya peningkatan mutu proses pembelajaran, maka tidak terlepas dari strategi atau pendekatan yang dipakai dalam proses

pembelajaran. Karena baik tidaknya hasil belajar salah satunya dapat dilihat dari mutu kelulusan, prestasi belajarnya tinggi, dan dari produksinya. Selain

hal itu mutu pembelajaran dikatakan berhasil, apabila salah satunya menghasilkan banyak lulusan, prestasinya tinggi dan memiliki kemampuan sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta memadai.

Upaya meningkatkan prestatsi belajar tidak terlepas dari peran guru dalam prosesnya. Salah satunya guru harus mampu memahami akan

karakteristik anak didiknya, sehingga dalam proses penyampaian materi yang diberikan guru dapat dipahami dengan mudah oleh anak didiknya. Upaya tersebut salah satunya melalui pendekatan diagnosis kesulitan belajar dalam

(14)

8

mengatasi kesulitan belajar siswa yang pada dasarnya adalah melakukan proses belajar mengajar yang menekankan pentingnya belajar melalui proses

mengalami untuk memperoleh pemahaman. Menurut Tabrani (1989:1) bahwa pendekatan ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan

proses berhasil tidaknya belajar yang diinginkan.

Pendekatan diagnostik kesulitan belajar merupakan salah satu diantara beberapa pendekatan pada siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar.

Seorang siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar ialah apabila yang bersangkutan (siswa) tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar

tertentu (berdasarkan ukuran kriteria keberhasilan seperti yang dinyatakan dalam tujuan instruksional dan atau ukuran tingkat kapasitas atau kemampuan belajarnya, dalam batas waktu tertentu (seperti yang ditetapkan dalam

program pelataran time allowed dan atau tingkat perkembangannya (Makmun, 1989:281). Dalam istilah kurikulum sekarang berhasil atau tidaknya siswa

menguasai suatu konsep dilakukan dengan cara menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM) setiap kompetensi dasar dengan mengacu pada tingkat kesulitan, daya dukung, dan kemampuan awal anak.

Diagnostik kesulitan belajar digunakan untuk mengetahui kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada siswa sehingga dapat

diberikan perlakuan yang tepat. Diagnostik kesulitan belajar dapat dilakukan dalam beberapa tahapan, baik pada tahap awal pembelajaran, selama proses pembelajaran, maupun akhir pembelajaran. Pada tahap awal dilakukan

(15)

9

mengetahui kemampuan awal atau pengetahuan prasyarat yang harus dikuasai oleh siswa. Pada tahap proses pembelajaran ini diperlukan untuk mengetahui

bahan-bahan pelajaran mana yang masih belum dikuasai dengan baik, sehingga guru dapat memberikan bantuan secara dini agar siswa tidak

tertinggal terlalu jauh. Sementara pada tahap akhir pembelajaran, diagnostik ini untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa atas seluruh materi yang telah dipelajarinya.

Melalui pendekatan diagnostik kesulitan belajar pada pembelajaran diharapkan siswa dapat mencapai ketuntasan belajar minimal yang

dipersyaratkan pada materi pembelajaran tersebut. Sehingga siswa akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat kemampuannya. Demikian pula halnya dalam pembelajaran senam lantai di kelas VII SMPN 2

Mandirancan, melalui pendekatan diagnostik kesulitan belajar siswa dapat mengatasi kesulitan yang dipelajarinya dalam pembelajaran senam lantai

dengan bantuan dan bimbingan dari guru.

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran senam menggunakan pendekatan diagnostik kesulitan belajar dalam meningkatkan hasil belajar

siswa kelas VII SMPN 2 Mandirancan kabupaten Kuningan.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran senam menggunakan pendekatan diagnostik kesulitan belajar dalam meningkatkan hasil belajar

(16)

10

3. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam senam dengan menggunakan pendekatan diagnostik kesulitan belajar dalam meningkatkan hasil belajar

siswa kelas VII SMPN 2 Mandirancan kabupaten Kuningan.

D. Manfaat Penelitian 1. Guru Penjasorkes

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan umpan balik

bagi guru penjasorkes kelas VII dan guru penjasorkes lain dalam merumuskan pendekatan pembelajaran penjasorkes.

2. Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan meningkatkan kemampuan gerak senam dan lebih memotivasi siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya pada

mata pelajaran penjasorkes. 3. Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi sekolah dalam merumuskan kebijakan kurikulum khususnya pada mata pelajaran penjasorkes.

d. Lembaga Universitas Pendidikan Indonesia

Sebagai bahan reperensi dan memperkaya khasanah karya ilmiah pada

(17)

11 E. Batasan Istilah

Untuk menghindari salah tafsir dalam penelitian ini, berikut dijelaskan

batasan istilah variabel penelitian sebagai berikut:

1. Hasil Belajar adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dsb) atau penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yg diberikan oleh guru (Depdikas, 2008:1213). Dari definisi

tersebut, hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar siswa dalam pembelajaran penjasorkes khususnya pada cabang senam lantai yaitu materi

guling depan dan guling belakang.

2. Senam. Menurut Imam Hidayat (1995) mendefinisikan senam adalah sebagai berikut:

…suatu latihan tubuh yang dipilih dan dikonstruk dengan sengaja, dilakukan secara sadar dan terencana, disusun secara sistematis dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan, dan menanamkan nilai-nilai mental spiritual.

Adapun menurut kamus besar bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008:1406) adalah “Gerak badan dengan gerakan tertentu, seperti menggeliat,

menggerakkan, dan meregangkan anggota badan; gimnastik; bersenam”. Dengan demikian yang dimaksud dengan senam pada penelitian ini adalah

suatu aktivitas tubuh yang dilakukan siswa di atas matras berupa gerakan mengguling ke depan dan ke belakang.

(18)

12

mengatasi baik secara kuratif (penyembuhan) maupun secara preventif (pencegahan) berdasarkan data informasi yang objektif dan selengkap

mungkin (Syamsudin, 2000:309). Diagnosis kesulitan belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah diagnosis kesulitan belajar berhubungan dengan

(19)

41 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan

dalam disiplin inquiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan (Hopkins dalam Rochiati, 2006: 11). Secara ringkas, penelitian tindakan kelas

adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan

dalam praktik pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu. Kasbolah (1999:2) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan salah satu usaha untuk memperbaiki mutu pendidikan yang secara

langsung menyentuh masalah lapangan, yaitu masalah yang ada di kelas. Untuk lebih mengenal apa yang dimaksud dengan penelitian tindakan kelas kita perlu

(20)

42

Ciri atau karakteristik penelitian tindakan kelas menurut Kasbolah (1999:15-17) sebagai berikut:

1) Penelitian tindakan kelas dilaksanakan oleh guru sendiri

2) Penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan praktik factual 3) Penelitian tindakan kelas adalah adanya tindakan-tindakan yang perlu

dilakukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas yang bersangkutan

4) Penelitian tindakan kelas bersifat kolaboratif.

Jenis-jenis PTK menurut Komara (Dahli, 2009:11), antara lain: 1) PTK Diagnostik, yaitu penelitian yang dirancang dengan menuntun peneliti ke arah suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti mendiagnosis dan memasuki situasi yang

terdapat di dalam latar penelitian; 2) PTK Partisipan, apabila peneliti terlibat langsung di dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian

yang berupa laporan. Dengan demikian, sejak perencanaan penelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencatat, dan mengumpulkan data, lalu menganalisis data serta berakhir dengan melaporkan hasil penelitiannya;

3) PTK Empiris, ialah apabila peneliti berupaya melaksanakan sesuatu tindakan atau aksi dan membukukan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi selama aksi

berlangsung. Pada prinsipnya proses penelitiannya berkenaan dengan penyimpangan catatan dan pengumpulan pengalaman peneliti dalam pekerjaan sehari-hari; 4) PTK Eksperimental, ialah apabila diselenggarakan dengan

berupaya menerapkan berbagai teknik atau strategi secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiatan belajar-mengajar. Di dalam kaitannya dengan kegiatan

(21)

43

ini diharapkan peneliti dapat menentukan cara mana yang paling efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.

Sesuai dengan paparan tentang jenis-jenis PTK di atas, maka pada penelitian ini mengacu pada jenis PTK diagnostik. PTK Diagnostik yang

dimaksud pada penelitian ini adalah tindakan-tindakan dalam mencari letak kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran senam lantai dikelas VII yaitu pada teknik guling depan-belakang.

2. Rancangan Penelitian

Berdasarkan jenis penelitian sebagaimana dipaparkan sebelumnya, rancangan (desain) PTK yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model Kemmis dan Mc. Taggart. Menurut Kemmis dan Mc.

Taggart (Depdiknas, 2004:2), bahwa pelaksanaan tindakan dalam PTK meliputi empat alur (langkah), yaitu: a) perencanaan tindakan; b) pelaksanaan tindakan; c)

observasi; dan d) refleksi.

(22)
[image:22.595.122.512.105.636.2]

44

Gambar 3.1: Alur Penelitian Tindakan Kelas menurut Kemmis dan Taggart (Suharsimi, dkk. 2008: 16)

Berdasarkan gambar 3.1 tersebut di atas, dapat dikemukakan bahwa: pertama, sebelum melaksanakan tindakan, terlebih dahulu peneliti

merencanakan secara seksama jenis tindakan yang akan dilakukan. Kedua, setelah rencana disusun secara matang, barulah tindakan itu dilakukan. Ketiga,

bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan, peneliti mengamati proses pelaksanaan tindakan itu sendiri dan akibat yang ditimbulkannya. Keempat, berdasarkan hasil pengamatan tersebut, peneliti kemudian melakukan refleksi

atas tindakan yang telah dilakukan.

Jika hasil refleksi menunjukkan perlunya dilakukan perbaikan atas

tindakan yang dilakukan, maka rencana tindakan perlu disempurnakan lagi agar tindakan yang dilaksanakan berikutnya tidak sekedar mengulang apa yang telah diperbuat sebelumnya. Demikian seterusnya sampai masalah yang

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan Perencanaan

Pengamatan

Perencanaan

Pengamatan

?

(23)

45

diteliti dapat dipecahkan secara optimal sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian.

B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan selama 4 bulan, terhitung mulai bulan Juli sampai Oktober 2011 semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012. Sesuai

dengan tujuan penelitian tindakan yaitu untuk memperbaiki proses dan hasil pembelajaran senam lantai, maka waktu pelaksanaan tindakan dilakukan dalam

waktu lama.

2. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 2 Mandirancan Kecamatan Mandirancan Kabupaten Kuningan, dengan pertimbangan:

a) Pada tahap survey awal, peneliti telah diberi izin oleh kepala sekolah yang bersangkutan dan mendapat dukungan dari guru mata pelajaran penjasorkes di kelas VII.

b) Lokasi penelitian mudah dijangkau oleh peneliti dalam waktu relatif singkat.

(24)

46 C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian sesuai dengan survey awal yang dilakukan peneliti di

kelas VII SMP Negeri 2 Mandirancan Kecamatan Mandirancan Kabupaten Kuningan, yaitu di kelas VII A. Dasar ditetapkannya kelas VII A, yaitu:

berdasarkan hasil studi pendahulaun yang dilakukan peneliti dan wawancara dengan guru mata pelajaran penjasorkes kelas VII diperoleh hasil yaitu: pada kelas VII A ditemukan adanya kesulitan belajar pada materi senam lantai, sehingga hasil belajar

belum memenuhi ketuntasan secara klasikal, sehingga perlu adanya suatu upaya pemecahan atas permasalahan tersebut.

D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian

Variabel menurut Hidayat (2010: 36) adalah: “Gejala yang bervariasi yang akan dijadikan obyek pengamatan yang kemunculannya berbeda-beda pada setiap

subyek”. Mengacu pada pendapat tersebut, yang menjadi variabel penelitian adalah sebagai berikut:

a) Variabel input, yaitu: siswa kelas VII A SMPN 2 Mandirancan kabupaten

Kuningan.

b) Variabel proses, yaitu: pendekatan diagnostik kesulitan belajar.

(25)

47 2. Definisi Operasional Variabel

Ketiga jenis variabel yang dikemukakn di atas perlu dioperasionalisasikan

agar dapat diukur, berikut definisi operasional setiap variabel penelitian, yaitu: a) Hasil belajar adalah persentase skor tingkat penguasaan siswa dalam melakukan

teknik gerak yang diukur dengan menggunakan tes guling depan-belakang. b) Diagnostik kesulitan belajar adalah kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur sistematis dalam mengorganisasi pengalaman belajar untuk mencapai

tujuan belajar tertentu dengan melibatkab strategi belajar dan pengelolaan belajar.

c) Senam adalah materi pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang diukur melalui indikator teknik gerakan.

E. Prosedur Penelitian

Sesuai dengan rancangan penelitian di atas, maka prosedur penelitian

tindakan kelas dilakukan dalam empat tahap, yaitu: 1) tahap perencanaan tindakan, 2) tahap pelaksanaan tindakan, 3) tahap observasi dan interpretasi, dan 4) tahap analisis dan refleksi. Tahap-tahap penelitian dapat dipaparkan

sebagaimana berikut ini.

1. Tahap Perencanaan Tindakan

Tahap perencanaan tindakan diawali dengan merencanakan hal-hal yang diperlukan dan mendukung pada kegiatan penelitian. Tahap perencanaan tindakan merupakan kegiatan pendahuluan yang tujuannya untuk

(26)

48

melaksanakan tahap perencanaan tindakan, terlebih dahulu dilakukan langkah-langkah pra perencanaan tindakan yaitu:

a. Permintaan ijin penelitian kepada kepala SMPN 2 Mandirancan kabupaten Kuningan.

b. Melakukan observasi dan wawancara untuk mendapatkan gambaran awal tentang kegiatan pembelajaran senam lantai di kelas VII A SMPN 2 Mandirancan kabupaten Kuningan.

c. Identifikasi masalah dalam kegiatan pembelajaran senam di kelas VII A SMPN 2 Mandirancan kabupaten Kuningan.

d. Melakukan telaah terhadap jadwal pelajaran yang ada, terhadap pokok bahasan pada pelajaran penjasorkes di kelas VII semester ganjil yang akan diajukan sesuai dengan jadwal pelajaran yang berlaku, dan telaah kurikulum

mata pelajaran penjasorkes yang harus disampaikan pada semester ganjil. Setelah kegiatan praperencanaan tindakan dilaksanakan, langkah

selanjutnya ialah melakuakan tahap perencanaan tindakan, antara lain:

a. Menyusun dan menyiapkan rencana program pembelajaran untuk setiap pertemuan atau tindakan sebagai pedoman untuk melakukan proses

pembelajaran, termasukdi dalamnya membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menerapkan pendekatan diagnostik kesulitan

belajar.

(27)

49

c. Menyusun dan mengembangkan instrumen penelitian yang berupa lembar observasi, wawancara, catatan lapangan dan alat evaluasi berupa tes

kemampuan gerak siswa dalam melakukan senam lantai untuk memperoleh skor akhir dan menentukan target pencapaian dalam bentuk persentase

sebagai kriteria ketuntasan minimal.

d. Melaksanakan tindakan siklus I untuk mengetahui perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru serta kesulitan-kesulitan yang

dialami siswa dalam melakukan gerakan senam lantai sebagai perbaikan pada siklus selanjutnya.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan tindakan penelitian dilaksanakan sesuai dengan

perencanaan tindakan yang telah dirumuskan pada tahap perencanaan tindakan, mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Dalam proses

pembelajaran mengupayakan adanya telaahan berupa diagnostik kesulitan belajar dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Kasbolah (1999:72) mengungkapkan, “Tindakan yang dilaksanakan harus sejalan dengan laju

perkembangan pelaksanaan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di kelas”. Artinya, segala aktivitas PTK tidak menghambat pada pencapaian tujuan

(28)

50 3. Tahap Observasi dan Interpretasi

Tahap observasi dan evaluasi dilakukan dengan menggunakan pedoman

lembar observasi dan evaluasi yaitu instrumen-instrumen yang telah disiapkan sebelumnya. Tahap obsevasi ini dilakukan secara sadar, kritis dan objektif oleh

guru mata pelajaran (observer), sehingga peneliti dapat mengetahui sejauh mana kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan perencanaan tindakan yang telah dibuat pada setiap siklus. Pada tahap observasi dan evaluasi ini sangat penting, karena

peneliti dapat memperbaiki, mengubah, menambah dan mengurangi serta dapat memberhentikan, jika terdapat indikasi masalah yang mengakibatkan suasana

pembelajaran kurang kondusif dan juga cenderung menurunkan hasil pembelajaran siswa.

Hasil observasi dan evaluasi dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam

melakukan analisis dan refleksi terhadap rencana dan tindakan yang telah dilakukan serta untuk menyusun rencana dan tindakan berikutnya agar lebih baik

sesuai dengan tujuan penelitian tindakan.

4. Tahap Analisis dan Refleksi

Pada penelitian ini, tahap analisis dan refleksi digunakan untuk memberikan gambaran mengenai hasil pelaksanaan tindakan yang telah

dilakukan dalam proses pembelajaran senam lantai. Menurut Kasbolah (1999:74) mengemukakan bahwa: “Tahap refleksi ini merupakan kegiatan analisis-sintesis, interpretasi dan eksplansi (penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh

(29)

51

dari pelaksanaan tindakan, dikaji dan dicari hubungannya antara yang satu dengan yang lainnya, dibandingkan dengan pengalaman sebelumnya, serta

dikaitkan dengan teori tertentu dan hal-hal yang relevan.

F. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa observasi,

wawancara, catatan lapangan dan tes hasil belajar berupa tes kemampuan gerak. 1. Lembar Observasi

Lembar observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui gambaran kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran senam lantai berlangsung. Lembar observasi untuk guru ini berupa format observasi

kinerja guru baik dalam pembuatan perencanaan pembelajaran maupun dalam pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan lembar observasi untuk siswa berupa

format observasi aktivitas siswa sesuai dengan aspek yang akan diamati, disesuaikan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat.

2. Lembar Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data tentang kesulitan dan hambatan yang dialami siswa dalam pembelajaran senam

(30)

52 3. Catatan Lapangan

Teknik ini sejenis dengan catatan anekdot, tetapi mencakup kesan dan

penafsiran subyektif. Deskripsi mencakup aktivitas atau perilaku yang dilakukan siswa dan guru dalam pembelajaran senam lantai, misalnya; pelajaran yang lebih

baik, perilaku kurang perhatian, pertengkaran fisik, kecerobohan yang tidak disadari oleh guru. Seperti halnya catatan anekdot, perhatian diarahkan pada persoalan yang dianggap menarik pada saat penelitian berlangsung.

4. Tes Hasil Belajar

Menurut pendapat Supardi (Arikunto, 2006:129), “Hasil tes belajar

digunakan untuk menjaring data mengenai peningkatan hasil belajar siswa khususnya mengenai penguasaan materi / pokok bahasan yang diajarkan”. Tes hasil belajar yang diberikan berupa tes psikomotorik berbentuk praktik berupa

penguasaan kemampuan gerak. Pemberian tes dilakukan sesudah diberikan pelaksanaan tindakan. Tujuan mengadakan tes hasil belajar dalam penelitian ini

adalah untuk mengetahui adanya peningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran senam lantai.

Ada dua jenis tes penguasaan kemampuan gerak yang akan digunakan

dalam PTK ini yaitu:

a) Tes guling depan, bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa dalam

melakukan gerakan mengguling ke depan dengan penilaian secara teknik. b) Tes guling belakang, bertujuan untuk mengukur keterampilan siswa dalam

(31)

53 G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan dan anlisis data dilakukan sepanjang penelitian secara terus-menerus dari awal sampai akhir pelaksanaan tindakan. Berkaitan dengan

konsep tersebut, data dalam penelitian ini juga dianalisis dengan mengikuti pola analisis sejenis, yaitu mulai dari tahap observasi awal sampai pada tahap berakhirnya seluruh program tindakan sesuai dengan karakteristik dan tujuan

penelitian. Sugiono (2007:333) mengemukakan, “Pada tahap ini data mentah yang diperoleh dari berbagai instrumen yang meliputi observasi, tes hasil belajar, dan

wawancara dirangkum dan dikumpulkan”. Data itu kemudian diberi kode-kode berdasarkan jenis dan sumbernya. Untuk memudahkan kategori data dan perumusan sejumlah hipotesis mengenai rencana dan program tindakan

selanjutnya serta peneliti melakukan interpretasi terhadap keseluruhan data penelitian.

Adapun teknik pengolahan data pada penelitian tindakan kelas ini secara singkat mencakup:

a. Data proses

Data proses hasil dari pengamatan terhadap aktivitas siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran senam lantai berlangsung. Hasil tersebut diambil

dengan menggunakan teknik observasi, wawancara dan catatan lapangan. b. Data hasil

Data hasil yaitu berupa hasil tes akhir siswa dari proses pembelajaran senam

(32)

54

terhadap materi pembelajaran senam lantai yang telah disajikan/disampaikan oleh guru. Jika siklus I belum berhasil mencapai target yang telah ditetapkan,

maka dilakukan siklus II dan seterusnya.

2. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah teknik analisis kritis. Teknik tersebut mencakup kegiatan untuk mengungkapkan

kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar yang terjadi di dalam proses belajar mengajar selama penelitian berlangsung.

Menurut Moleong (2005:190) proses data kualitatif dikemukakan sebagai berikut:

“Dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu: wawanmcara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam cacatan lapangan,, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya. Setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah makna. Langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, prosesa dan pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusunnya dalam satua-satuan itu, kemudian dikatagorisasikan pada langkah berikutnya. Kategori-kategori itu dilakukan sambil membuat koding tahap akhir dari analisis data yaitu mengadakan pemeriksaan keabsahan data”.

Dalam penelitian ini, proses analisis data dimulai dengan menelaah dan mempelajari seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber, kemudian data

tersebut direduksi dengan jalan membuat abstraksi yaitu dengan merangkumnya menjadi intisari yang terjaga kebenarannya. selanjutnya data tersebut disusun dan dikategorikan. Kemudian disajikan, dimaknai, disimpulkan dan terakhir diperiksa

(33)

55

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdikbud. 1997. Pokok Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta : Balai Pustaka.

Depdiknas.2003. Pedoman Pengembangan Tes Diagnostik Penjas. Jakarta: Dir. PLP Dirjen Dikdasmen.

________, 2003. Undang-undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003. Jakarta: Sinar Grafika.

________, 2004. Modul Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat.

________, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Johana, K. dan Supandi. 1990. Pengantar Sosiologi Olahraga. Bandung: FPOK IKIP Bandung.

Kasbolah, Kasihani. 1997. Penelitian Tindakan Kelas: Guru sebagai Peneliti. Makalah disajikan dalam Lokakarya PTK Bagi Guru SLTP, MTs, SMU, MA dan SMK se-Kodya Malang. Malang: IKIP.

Makmun, Abin Samsuddin. 2009. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mulyasa, E. 2004. Implementasi Kurikulum 2004; Panduan Belajar KBK. Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya.

________, 1981. Psikologi Pendidikan; Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: Rosdakarya.

Nazir. 2005. MetodePenelitian. Jakarta : Jakarta Indonesia.

(34)

56

Rusyani, Tabrani dkk. 1989. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sudjana, N. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Algensindo.

Surya, M. dan Amin, M. 1980. Pengajaran Remedial. Jakarta: PD. Andreola

Syah, Muhibbin. 1999. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu. Udin, Tamsik A.M. dan Sopandi, 1987. Bidang Pengajaran Ilmu Pendidikan

SPG/KPG/SGO Jilid 1 dan 2. Bandung: Epsilon.

Usman, M. Uzer. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Widayatun, T.R. 1999. Rusmi Ilmu Perilaku. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Rakhmat, Cece. 2006. Skripsi Penggunaan Tes Diagnostik Kesulitan Belajar dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Impresum. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)

http://janulius-dlyord.blogspot.com/ Diakses pada tanggal 29 Juli 2011.

http://www.koni.or.id/index.php/section/sports/sportid/GY. Diakses pada tanggal 29 Juli 2011.

http://id.wikipedia.org/wiki/Senam_lantai. Diakses pada tanggal 30 Juli 2011.

(35)
(36)

98 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian pada bab sebelumnya

berkaitan dengan pendekatan diagnostik kesulitan belajar untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah gerak pada materi senam lantai di

kelas VII A SMPN 2 Mandirancan kabupaten Kuningan dapat dikemukakan beberapa hal sebagai kesimpulan, yaitu:

1. Perencanaan pembelajaran senam yang dibuat guru dengan menggunakan

pendekatan diagnostik kesulitan belajar, yaitu: 1) Merencanakan pengelolaan KBM yang meliputi: merumuskan tujuan pembelajaran, menentukan metode,

menentukan langkah-langkah mengajar, dan menentukan cara-cara memotivasi siswa. 2) Merencanakan pengorganisasian bahan pengajaran, meliputi: berpedoman pada bahan pengajaran yang tercantum dalam dalam

kurikulukum/silabus, memilih dengan tepat sesuai dengan karakteristik siswa, dan menyusun bahan pengajaran sesuai dengan taraf berpikir siswa. 3)

Merencanakan pengelolaan kelas, meliputi: menentukan dengan tepat macam pengaturan ruangan kelas dengan tujuan pembelajaran, menentukan alokasi penggunaan waktu belajar mengajar dan menentukan cara pengorganisasian

siswa agar terlibat secara efektif dalam KBM. 4) Merencanakan penggunaan alat peraga dan metode pengajaran, mencakup: menentukan pengembangan

(37)

99

pengajaran. 5) Merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran, meliputi: menentukan bermacam-macam bentuk dan prosedur

penilian, dan membuat alat penilaian hasil belajar. Hasil pecapaian pada kegiatan perencanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

diagnostik kesulitan belajar pada pembelajaran senam pada siklus terakhir yaitu sebesar 89%, dengan kriteria pencapaian termasuk kategori baik.

2. Pelaksanaan pembelajaran senam menggunakan pendekatan diagnostik

kesulitan belajar, yaitu: 1) Mulai pelajaran, meliputi; menyampaikan bahan pengait atau apersepsi, memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam

pembelajaran, 2) Mengelola kegiatan inti, meliputi; menyampaikan tujuan dan bahan pembelajaran, memberi contoh, menggunakan alat/media, memberi penguatan, 3) Mengorganisasi waktu, siswa, dan fasilitas belajar, meliputi:

mengatur penggunaan waktu, mengorganisasi siswa, mengatur pasilitas dan dan memanfaatkan fasilitas belajar, 4) Melaksanakan penilaian proses dan

hasil belajar, mencakup penilaian selama proses KBM berlangsung, dan 5) Mengakhiri pembelajaran, meliputi: menyimpulkan materi dan memberi tindak lanjut atas kesulitan-kesulitan siswa dalam belajar sebagai hasil

diagnostik. Pencapaian hasil pelaksanaan pembelajaran senam dengan menggunakan pendekatan diagnostik kesulitan belajar pada siklus III

diperoleh hasil sebesar 86%. Hasil pencapaian tersebut dapat dikategorikan baik.

3. Hasil belajar senam dengan menggunakan pendekatan diagnostik kesulitan

(38)

100

selama proses pembelajaran dengan aspek yang diamati yaitu keaktifan, kerjasama dan demonstrasi kemampuan gerak. Pada aspek keaktifan,

kerjasama dan demonstrasi pada siklus II diperoleh hasil sebesar 85% dengan kategori baik. Untuk kemampuan siswa dalam melakukan gerakan senam,

setelah dilaksanakan tindakan mulai dari siklus I sampai dengan siklus III mengalami peningkatan pula yaitu untuk guling depan sebesar 86% dan guling belakang sebesar 84%.

Berdasarkan beberapa hasil kesimpulan di atas, memperlihatkan bahwa hipotesis tindakan “Jika pendekatan diagnostik kesulitan belajar diterapkan pada

pembelajaran senam di kelas VII SMPN 2 Mandirancan kabupaten Kuningan, maka kemampuan siswa meningkat”, dapat diterima secara logis. Dengan demikian penerapan pendekatan diagnostik kesulitan belajar dapat meningkatkan

kemampuan siswa pada pembelajaran senam di kelas VII SMPN 2 Mandirancan kabupaten Kuningan.

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan mengenai penerapan pendekatan

diagnostik kesulitan belajar pada pembelajaran senam lantai di kelas VII SMPN 2 Mandirancan kabupaten Kuningan, maka dapat dikemukakan beberapa saran

sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan bahwa penerapan pendekatan diagnostik kesulitan belajar memberikan perubahan dan hasil yang

(39)

101

Dengan keberhasilan tersebut, maka diharapkan dapat diterapkan pada materi lain, khususnya pada mata pelajaran penjasorkes dan mata pelajaran lain pada

umumnya.

2. Dalam menerapkan pendekatan diagnostik kesulitan belajar, peran dan

tanggung jawab guru sangatlah bepengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Oleh karena itu peran guru tersebut harus selalu diterapkan pada setiap kegiatan pembelajaran.

3. Lembaga (sekolah) seharusnya mampu untuk membuka diri dalam inovasi pembelajaran. Penerapan pendekatan diagnostik kesulitan belajar hendaknya

dapat disosialisasikan lebih lanjut agar dapat diimplementasikan pada setiap mata pelajaran.

4. Pada penelitian ini, masih dirasa kurang dalam cara cara memotivasi siswa

dalam setiap pembelajaran. Oleh karena itu untuk perbaikan dalam penelitian selanjutnya, diharapkan agar penelitian lain dengan pendekatan diagnostik

(40)

98

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, dkk. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Abdurrahman, Mulyono. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdikbud. (1997). Pokok Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta : Balai Pustaka.

Depdiknas. (2003). Pedoman Pengembangan Tes Diagnostik Penjas. Jakarta: Dir. PLP Dirjen Dikdasmen.

________, (2003). Undang-undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003. Jakarta: Sinar Grafika.

________, (2004). Modul Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat.

________, (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Balai Pustaka.

Johana, K. dan Supandi. (1990). Pengantar Sosiologi Olahraga. Bandung: FPOK IKIP Bandung.

Kasbolah, Kasihani. (1999). Penelitian Tindakan Kelas: Guru sebagai Peneliti. Makalah disajikan dalam Lokakarya PTK Bagi Guru SLTP, MTs, SMU, MA dan SMK se-Kodya Malang. Malang: IKIP.

Makmun, Abin Samsuddin. (2009). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mulyasa, E. (2004). Implementasi Kurikulum 2004; Panduan Belajar KBK. Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya.

________, (1981). Psikologi Pendidikan; Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: Rosdakarya.

Nazir. (2005). MetodePenelitian. Jakarta : Jakarta Indonesia.

(41)

99

Rakhmat, Cece. (2006). Penggunaan Tes Diagnostik Kesulitan Belajar dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Impresum. Skripsi. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UPI

Rusyani, Tabrani dkk. (1989). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sudjana, N. (2004). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Algensindo.

Surya, M. dan Amin, M. (1980). Pengajaran Remedial. Jakarta: PD. Andreola

Syah, Muhibbin. (1999). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu. Udin, Tamsik A.M. dan Sopandi, (1987). Bidang Pengajaran Ilmu Pendidikan

SPG/KPG/SGO Jilid 1 dan 2. Bandung: Epsilon.

Usman, M. Uzer. (2002). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Widayatun, T. Rusmi. (1999). Ilmu Perilaku. Jakarta: CV. Sagung Seto.

http://janulius-dlyord.blogspot.com/ Diakses pada tanggal 29 Juli 2011.

http://www.koni.or.id/index.php/section/sports/sportid/GY. Diakses pada tanggal 29

Juli 2011.

http://id.wikipedia.org/wiki/Senam_lantai. Diakses pada tanggal 30 Juli 2011.

http://www.peutuah.com/makalah-senam-lantai/Diakses pada tanggal 2 Agustus

Gambar

Gambar 3.1: Alur Penelitian Tindakan Kelas menurut Kemmis dan Taggart

Referensi

Dokumen terkait

Contoh perhitungan tulangan balok dipilih pada balok dengan nilai momen terbesar yaitu B1 (30×80) cm frame 337. Hasil perhitungan balok lainnya akan disajikan dalam

Pokja I Jasa Konsultansi Bagian Layanan Pengadaan Barang dan Jasa Sekretariat Daerah Kabupaten Muara Enim Tahun 2017 akan melaksanakan Pengumuman Prakualifikasi untuk paket

classicus Sakramen Penguatan. Osborne ini ada tiga hal yang menjadi poin penting, yaitu: 1) Sakramen Penguatan ialah Sakramen Roh Kudus dalam hubun- gannya dengan aspek

Perihal: LAMARAN ADMINISTRASI JASA TENAGA NON MEDIS _______ ( diisi sesuai dengan formasi yang dituju/diinginkan ) UNTUK OPERASIONAL RSUD BAGAS WARAS KABUPATEN KLATEN

Strategi ini merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak

Alat ini bekerja berdasarkan sensor infrared, dan apabila infrared ini tidak terhalang benda atau sesuatu maka akan menyebabkan rangkaian ini tidak bekerja dan sebaliknya

42 Hal ini seharusnya menjadi sebuah tantangan untuk dijawab melalui sistem hukum Islam yang mampu menghadirkan beberapa solusi terhadap permasalahan

Dengan demikian, sistem yang telah di rancang dapat berfungsi dengan baik dan mampu memantau dan mengontrol suhu kelembaban dan kebisingan dalam inkubator