Halaman SAMPUL LUAR (HALAMAN JUDUL)
SAMPUL DALAM (HALAMAN JUDUL)
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ………. i
HALAMAN PENGESAHAN ………...………… ii
ABSTRAK ………..……….… iii
KATA PENGANTAR ……….……… v
UCAPAN TERIMA KASIH ………...……… vi
DAFTAR ISI ……….….….. ix
DAFTAR TABEL ……… x
DAFTAR GAMBAR ……….. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ……….. ivx
BAB I PENDAHULUAN ……….……….. A. Latar Belakang Masalah …...……….…… 1
B. Rumusan dan Pemecahan Masalah ………..…………...….. 6
1. Rumusan Masalah ………...….….…... 6
2. Pemecahan Masalah ………...……….…... 6
C. Tujuan Penelitian ………...……….……... 9
D. Manfaat Penelitian ………...……..…….…….. 10
E. Batasan Istilah ………..…….. 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN ....…. 13
A. Kajian Pustaka ………...………… 13
1. Diagnostik Kesulitan Belajar ………...…………. 13
2. Hasil Belajar ……...…………...…..…...……… 22
3. Karakterisitik Mata Pelajaran Penjasorkes di SMP ...… 25
4. Pembelajaran Senam …….……...…...…… 30
B. Hipotesis Tindakan ………. 40
BAB III METODE PENELITIAN …………...………. 41
2. Rancangan Penelitian ………...……… 43
B. Waktu dan Tempat Penelitian ………...…...……….... 45
1. Waktu Penelitian ………...……… 45
2. Tempat Penelitian ….………...……… 45
C. Subjek Penelitian ………...……..……. 46
D. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian ………...….. 46
1. Variabel Penelitian …….……...………….……… 46
2. Definisi Operasional Penelitian …….……...…..……… 47
E. Prosedur Penelitian ……….……… 47
1. Tahap Perencanaan Tindakan ………...………. 47
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan …………....……… 49
3. Tahap Observasi dan Interpretasi ………….….………… 50
4. Tahap Analisis dan Refleksi ………...………… 50
F. Instrumen Penelitian ………...….…………..………. 51
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ……...……..……….. 53
1. Teknik Pengolahan Data …….………...….……… 53
2. Analisis Data ……...………...….….…… 54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANPENELITIAN….…...… 55
A. Hasil Penelitian ……...………...……….…....….. 55
1. Deskripsi Data .…...…….……… 55
2. Paparan Data Tindakan Siklus I …….………...……….……… 58
3. Paparan Data Tindakan Siklus II …….……....………….….…… 71
4. Paparan Data Tindakan Siklus III …….……..………….….…… 82
B. Pembahasan Hasil Penelitian …….………...…….……… 90
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……… 98
A. Kesimpulan ……….…... 98
B. Saran ………... 100
RIWAYAT HIDUP PENULIS ………...……….……….. 155
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
4.5. Hasil Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 65
4.6. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 74
4.7. Hasil Tes Siswa pada Siklus II ... 74
4.8. Hasil Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 75
4.9. Hasil Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 76
4.10. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III ... 85
4.11. Hasil Tes Siswa pada Siklus III ... 85
4.12. Hasil Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ... 86
4.13. Hasil Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ... 87
DAFTAR GAMBAR No. Gambar Halaman 2.1. Teknik Guling Depan ... 36
3.1. Alur PTK menurut Kemmis dan Taggart ... 44
4.1. Gerakan Guling Depan ... 60
4.4. Pencapaian Aktivitas Siswa pada Siklus III ... 89
4.5. Pencapaian Kinerja Guru tiap Siklus ... 92
4.6. Pencapaian Aktivitas Siswa tiap Siklus ... 94
4.7. Pencapaian Hasil Belajar Siswa tiap Siklusv... 97
DAFTAR LAMPIRAN No. Lampiran Halaman 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 104
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 105
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ... 109
4. Hasil Penilaian Rencana Pembelajaran Siklus I ... 116
7. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 119
8. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 120
9. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ... 121
10. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 122
11. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 124
12. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III ... 126
13. Hasil Tes Awal Guling Depan-Belakang Siswa Kelas VII A SMPN 2 Mandirancan ... 128
14. Hasil Tes Guling Depan-Belakang Siklus I ... 130
15. Hasil Tes Guling Depan-Belakang Siklus II ... 132
16. Hasil Tes Guling Depan-Belakang Siklus III ... 134
17. Catatan Lapangan Siklus I ... 136
18. Catatan Lapangan Siklus II ... 137
19. Catatan Lapangan Siklus III ... 138
20. Lembar Penilaian Keterampilan Guru Menyusun Rencana Pembelajaran ... 139 21. Lembar Observasi Kinerja Guru pada Pelaksanaan Pembelajaran .... 145
22. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 151
23. Format Catatan Lapangan ... 153
24. Surat Penelitian ... 154
25. Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian ... 155
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan inti dalam suatu proses
pendidikan. Tujuan pendidikan akan dicapai dalam bentuk terjadinya tingkah laku dalam diri siswa, dan sudah menjadi harapan semua pihak agar setiap siswa dapat
mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai subyek didik.
Dalam proses belajar mengajar di sekolah, setiap guru senantiasa mengharapkan agar anak didiknya dapat mencapai hasil belajar yang optimal.
Pada kenyataannya banyak siswa yang menunjukkan gejala tidak dapat mencapai hasil belajar sebagaimana yang diharapkan. Beberapa siswa masih menunjukkan hasil belajar yang masih rendah meskipun telah diusahakan dengan
sebaik-baiknya oleh guru. Dalam proses belajar-mengajar, guru sering menghadapi masalah adanya siswa yang tidak dapat mengikuti pembelajaran dengan lancar
sebagaimana mestinya. Dengan kata lain, guru sering menghadapi siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar (Surya dan Amin, 1980:19).
Setiap siswa memiliki sesuatu yang membedakannya dengan siswa lain,
dan setiap siswa pula mempunyai karakteristik sendiri-sendiri serta memiliki perbedaan, baik dalam aspek fisik, emosional, intelektual, ataupun sosial. Oleh
2
menunjukkan prestasi belajar rendahnya dan menyimpang dari rata-rata biasanya dianggap sebagai anak yang mengalami kesulitan belajar. Untuk itu menjadi tugas
seorang guru untuk memahami keberadaan siswanya, akan tetapi tidak semua guru atau orang tua dapat memahami dengan baik tentang kesulitan belajar, apa
gejala dan penyebab serta bagaimana pendiagnosisannya.
Menyikapi perbedaan karakterisitik siswa tersebut di atas, pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan, merupakan salah satu media untuk mendorong
perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan dan
penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), serta
pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan
perkembangan yang seimbang. Melalui peran pendidikan jasmani, olahraga dan
kesehatan, siswa akan memperoleh berbagai ungkapan yang erat kaitannya
dengan kesan pribadi yang menyenangkan serta berbagai ungkapan yang kreatif,
inovatif, terampil dan memiliki kebugaran jasmani dan kebiasaan pola hidup sehat
serta memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap gerak manusia.
Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan,
guru diharapkan mampu mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik
dan strategi permainan olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportivitas, kejujuran,
kerjasama, disiplin, bertanggung jawab) dan pembiasaan pola hidup sehat, yang
dalam pelaksanaannya bukan melalui pengajaran konvensional yang bersifat
kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik, mental, intelektual, emosi dan
3
Sikap siswa terhadap nilai-nilai dalam proses pembelajaran, biasanya
sangat dipengaruhi oleh persepsinya tentang tingkah laku gurunya. Dengan
demikian guru harus mampu memberikan arah yang jelas terhadap apa yang akan
diterima kepada siswa. Hal tersebut dikemukakan Sarwoto (1994:4) bahwa: “Guru
harus dapat memberikan penafsiran yang tepat mengenai jenis dan fungsi tujuan
yang akan dicapai”. Oleh karena itu aktivitas yang akan diberikan dalam
pembelajaran harus mendapatkan sentuhan didaktik-metodik dari guru, sehingga
aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Peran guru sangatlah dibutuhkan untuk mendukung terciptanya suasana
belajar mengajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan serta memungkinkan siswa berprestasi secara maksimal. Begitu pula tingkat partisifasi/keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran harus mencapai standar
minimal keterlibatan yang ditetapkan guru. Bagaimanpun baiknya sarana pendidikan yang ada apabila guru tidak melaksanakan tugasnya dengan baik
seperti di atas, maka hasil pembelajaran tidak akan memberikan hasil yang memuaskan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Pada pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, penyebab
rendahnya hasil belajar siswa bervariasi. Salah satu upaya atas rendahnya hasil belajar siswa adalah dengan melakukan diagnosis kesulitan belajar. Dalan
mendiagnosis kesulitan belajar siswa pad mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, misal; apakah siswa mengalami kesulitan belajar dalam profil materi, prasyarat pengetahuan, pencapaian indikator, pemahaman konsep,
setidak-4
tidaknya dapat diketahui penyebabnya, sehingga memudahkan cara untuk mengatasinya kesulitan belajar siswa tersebut.
Dalam kaitannya dengan diagnosis kesulitan belajar siswa, para gurulah yang paling tepat bertindak sebagai “dokter” dalam kelas maupun di luar kelas.
Mereka bertemu dan berdiskusi dengan siswanya hampir setiap hari. Melalui proses belajar mengajar setiap hari, para guru dapat mengetahui siswa mengalami kesulitan belajar dalam pokok bahasan tertentu, dan siswa yang menguasai atau
kuat dalam pokok bahasan lainnya. Untuk itu sangat perlu kiranya kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar diberikan bantuan baik secara umum maupun
khusus, baik berupa perlakuan pembelajaran maupun cara-cara menerima bahan pembelajaran serta bimbingan dalam menghadapi kesulitan belajar yang ada dalam pembelajaran. Seyogianya guru dapat membantu siswa mengatasi kesulitan
belajar siswa. Dengan demikain tes diagnostik kesulitan belajar (DKB) merupakan tes yang dipersiapkan untuk mengetahui letak kesulitan belajar siswa.
Berdasarkan studi awal yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 2 Mandirancan kabupaten Kuningan, melalui kegiatan observasi dan pengamatan pada hari Rabu, 14 September 2011 pada saat kegiatan pembelajaran penjasorkes
di kelas VII A tahun pelajaran 2011/2012 serta hasil wawancara dengan guru penjasorkes kelas VII, ditemukan beberapa masalah dalam pembelajaran senam
ketangkasan/lantai. Masalah tersebut antara lain pada beberapa materi keterampilan senam lantai yang memerlukan koordinasi gerakan, kekuatan, kelenturan serta keberanian. Sebagai contoh pada gerakan mengguling
5
melakukan gerakan lebih dominan, apabila dibandingkan dengan unsur yang lainnya. Pada materi senam lantai tersebut tidak semua siswa dapat melakukan
gerakan senam lantai dengan sempurna sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan pembelajaran tersebut. Hal tersebut berakibat pada hasil belajar
siswa secara individu maupun klasikal dalam materi senam lantai belum dinyatakan tuntas sesuai dengan prinsip mastery learning (belajar tuntas). Dari hasil observasi dan pengamatan serta penilaian terhadap 40 siswa yang dinyatakan
tuntas pada materi guling depan dan dan guling belakang sebesar 60% (terlampir), sementara kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang harus dicapai siswa pada
materi mengguling (depan-belakang) adalah 65.
Berdasarkan uraian di atas serta hasil studi awal yang dilakukan peneliti di SMPN 2 Mandirancan pada kelas VII A tersebut menarik peneliti untuk
mencari dan mengetahui letak kesulitan belajar yang dialami siswa. Apabila kesulitan belajar siswa tidak segera diatasi, maka bukan tidak mungkin akan
menghambat pula pada pencapaian tujuan instruksional (pembelajaran), sehingga pencapaian ketuntasan belajar secara klasikal yang dipersyaratkan tidak dapat tercapai sesuai dengan prinsip belajar tuntas (mastery learning). Oleh sebab itu
analisis untuk mengetahui kesulitan belajar siswa dalam memahami konsep gerak perlu dilakukan oleh pihak pendidik (guru) selaku ujung tombak langsung dalam
proses pembelajaran di sekolah. Letak, jenis dan faktor-faktor penyebab kesulitan siswa perlu diketahui sedini mungkin untuk dicari alternatif pemecahannya. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi dan menghindari kesulitan belajar yang
6 B. Rumusan dan Pemecahan Masalah 1. Rumusan Masalah
Berdasarakan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana perencanaan pembelajaran senam dengan menggunakan pendekatan diagnostik kesulitan belajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMPN 2 Mandirancan kabupaten Kuningan?
b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran senam dengan menggunakan pendekatan diagnostik kesulitan belajar untuk meningkatkan hasil belajar
siswa kelas VII SMPN 2 Mandirancan kabupaten Kuningan?
c. Bagaimana hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan diagnostik kesulitan belajar pada pembelajaran senam di kelas VII SMPN 2 Mandirancan
kabupaten Kuningan?
2. Pemecahan Masalah
Fenomena kesulitan belajar seorang siswa, biasanya tampak jelas dari menurunnya kemampuan akademik siswa atau prestasi siswa. Sudah menjadi
keumuman prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar
7
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikemukakan bahwa kesulitan belajar yang dialami siswa dapat berasal dari bahan atau materi yang dipelajari
memiliki tingkat kesulitan yang tinggi dan kompleks untuk tingkat siswa, lingkungan untuk terjadi proses pembelajaran yang kurang mendukung,
misalnya ruangan belajar yang sangat kotor, terlalu dekat dengan tempat keramaian orang. Untuk faktor instrumental, misalnya peralatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran kurang memadai atau sudah tidak
layak pakai. Sedangkan untuk faktor kodisi siswa berkecenderungan pada faktor internal, misalnya: tingkat IQ, motivasi dan keinginan belajar yang
rendah dari siswa.
Hubungannya dengan upaya peningkatan mutu proses pembelajaran, maka tidak terlepas dari strategi atau pendekatan yang dipakai dalam proses
pembelajaran. Karena baik tidaknya hasil belajar salah satunya dapat dilihat dari mutu kelulusan, prestasi belajarnya tinggi, dan dari produksinya. Selain
hal itu mutu pembelajaran dikatakan berhasil, apabila salah satunya menghasilkan banyak lulusan, prestasinya tinggi dan memiliki kemampuan sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta memadai.
Upaya meningkatkan prestatsi belajar tidak terlepas dari peran guru dalam prosesnya. Salah satunya guru harus mampu memahami akan
karakteristik anak didiknya, sehingga dalam proses penyampaian materi yang diberikan guru dapat dipahami dengan mudah oleh anak didiknya. Upaya tersebut salah satunya melalui pendekatan diagnosis kesulitan belajar dalam
8
mengatasi kesulitan belajar siswa yang pada dasarnya adalah melakukan proses belajar mengajar yang menekankan pentingnya belajar melalui proses
mengalami untuk memperoleh pemahaman. Menurut Tabrani (1989:1) bahwa pendekatan ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan
proses berhasil tidaknya belajar yang diinginkan.
Pendekatan diagnostik kesulitan belajar merupakan salah satu diantara beberapa pendekatan pada siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar.
Seorang siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar ialah apabila yang bersangkutan (siswa) tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar
tertentu (berdasarkan ukuran kriteria keberhasilan seperti yang dinyatakan dalam tujuan instruksional dan atau ukuran tingkat kapasitas atau kemampuan belajarnya, dalam batas waktu tertentu (seperti yang ditetapkan dalam
program pelataran time allowed dan atau tingkat perkembangannya (Makmun, 1989:281). Dalam istilah kurikulum sekarang berhasil atau tidaknya siswa
menguasai suatu konsep dilakukan dengan cara menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM) setiap kompetensi dasar dengan mengacu pada tingkat kesulitan, daya dukung, dan kemampuan awal anak.
Diagnostik kesulitan belajar digunakan untuk mengetahui kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada siswa sehingga dapat
diberikan perlakuan yang tepat. Diagnostik kesulitan belajar dapat dilakukan dalam beberapa tahapan, baik pada tahap awal pembelajaran, selama proses pembelajaran, maupun akhir pembelajaran. Pada tahap awal dilakukan
9
mengetahui kemampuan awal atau pengetahuan prasyarat yang harus dikuasai oleh siswa. Pada tahap proses pembelajaran ini diperlukan untuk mengetahui
bahan-bahan pelajaran mana yang masih belum dikuasai dengan baik, sehingga guru dapat memberikan bantuan secara dini agar siswa tidak
tertinggal terlalu jauh. Sementara pada tahap akhir pembelajaran, diagnostik ini untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa atas seluruh materi yang telah dipelajarinya.
Melalui pendekatan diagnostik kesulitan belajar pada pembelajaran diharapkan siswa dapat mencapai ketuntasan belajar minimal yang
dipersyaratkan pada materi pembelajaran tersebut. Sehingga siswa akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat kemampuannya. Demikian pula halnya dalam pembelajaran senam lantai di kelas VII SMPN 2
Mandirancan, melalui pendekatan diagnostik kesulitan belajar siswa dapat mengatasi kesulitan yang dipelajarinya dalam pembelajaran senam lantai
dengan bantuan dan bimbingan dari guru.
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran senam menggunakan pendekatan diagnostik kesulitan belajar dalam meningkatkan hasil belajar
siswa kelas VII SMPN 2 Mandirancan kabupaten Kuningan.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran senam menggunakan pendekatan diagnostik kesulitan belajar dalam meningkatkan hasil belajar
10
3. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam senam dengan menggunakan pendekatan diagnostik kesulitan belajar dalam meningkatkan hasil belajar
siswa kelas VII SMPN 2 Mandirancan kabupaten Kuningan.
D. Manfaat Penelitian 1. Guru Penjasorkes
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan umpan balik
bagi guru penjasorkes kelas VII dan guru penjasorkes lain dalam merumuskan pendekatan pembelajaran penjasorkes.
2. Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan meningkatkan kemampuan gerak senam dan lebih memotivasi siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya pada
mata pelajaran penjasorkes. 3. Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi sekolah dalam merumuskan kebijakan kurikulum khususnya pada mata pelajaran penjasorkes.
d. Lembaga Universitas Pendidikan Indonesia
Sebagai bahan reperensi dan memperkaya khasanah karya ilmiah pada
11 E. Batasan Istilah
Untuk menghindari salah tafsir dalam penelitian ini, berikut dijelaskan
batasan istilah variabel penelitian sebagai berikut:
1. Hasil Belajar adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dsb) atau penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yg diberikan oleh guru (Depdikas, 2008:1213). Dari definisi
tersebut, hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar siswa dalam pembelajaran penjasorkes khususnya pada cabang senam lantai yaitu materi
guling depan dan guling belakang.
2. Senam. Menurut Imam Hidayat (1995) mendefinisikan senam adalah sebagai berikut:
…suatu latihan tubuh yang dipilih dan dikonstruk dengan sengaja, dilakukan secara sadar dan terencana, disusun secara sistematis dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan, dan menanamkan nilai-nilai mental spiritual.
Adapun menurut kamus besar bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008:1406) adalah “Gerak badan dengan gerakan tertentu, seperti menggeliat,
menggerakkan, dan meregangkan anggota badan; gimnastik; bersenam”. Dengan demikian yang dimaksud dengan senam pada penelitian ini adalah
suatu aktivitas tubuh yang dilakukan siswa di atas matras berupa gerakan mengguling ke depan dan ke belakang.
12
mengatasi baik secara kuratif (penyembuhan) maupun secara preventif (pencegahan) berdasarkan data informasi yang objektif dan selengkap
mungkin (Syamsudin, 2000:309). Diagnosis kesulitan belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah diagnosis kesulitan belajar berhubungan dengan
41 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan
dalam disiplin inquiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan (Hopkins dalam Rochiati, 2006: 11). Secara ringkas, penelitian tindakan kelas
adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan
dalam praktik pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu. Kasbolah (1999:2) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan salah satu usaha untuk memperbaiki mutu pendidikan yang secara
langsung menyentuh masalah lapangan, yaitu masalah yang ada di kelas. Untuk lebih mengenal apa yang dimaksud dengan penelitian tindakan kelas kita perlu
42
Ciri atau karakteristik penelitian tindakan kelas menurut Kasbolah (1999:15-17) sebagai berikut:
1) Penelitian tindakan kelas dilaksanakan oleh guru sendiri
2) Penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan praktik factual 3) Penelitian tindakan kelas adalah adanya tindakan-tindakan yang perlu
dilakukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas yang bersangkutan
4) Penelitian tindakan kelas bersifat kolaboratif.
Jenis-jenis PTK menurut Komara (Dahli, 2009:11), antara lain: 1) PTK Diagnostik, yaitu penelitian yang dirancang dengan menuntun peneliti ke arah suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti mendiagnosis dan memasuki situasi yang
terdapat di dalam latar penelitian; 2) PTK Partisipan, apabila peneliti terlibat langsung di dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian
yang berupa laporan. Dengan demikian, sejak perencanaan penelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencatat, dan mengumpulkan data, lalu menganalisis data serta berakhir dengan melaporkan hasil penelitiannya;
3) PTK Empiris, ialah apabila peneliti berupaya melaksanakan sesuatu tindakan atau aksi dan membukukan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi selama aksi
berlangsung. Pada prinsipnya proses penelitiannya berkenaan dengan penyimpangan catatan dan pengumpulan pengalaman peneliti dalam pekerjaan sehari-hari; 4) PTK Eksperimental, ialah apabila diselenggarakan dengan
berupaya menerapkan berbagai teknik atau strategi secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiatan belajar-mengajar. Di dalam kaitannya dengan kegiatan
43
ini diharapkan peneliti dapat menentukan cara mana yang paling efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.
Sesuai dengan paparan tentang jenis-jenis PTK di atas, maka pada penelitian ini mengacu pada jenis PTK diagnostik. PTK Diagnostik yang
dimaksud pada penelitian ini adalah tindakan-tindakan dalam mencari letak kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran senam lantai dikelas VII yaitu pada teknik guling depan-belakang.
2. Rancangan Penelitian
Berdasarkan jenis penelitian sebagaimana dipaparkan sebelumnya, rancangan (desain) PTK yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model Kemmis dan Mc. Taggart. Menurut Kemmis dan Mc.
Taggart (Depdiknas, 2004:2), bahwa pelaksanaan tindakan dalam PTK meliputi empat alur (langkah), yaitu: a) perencanaan tindakan; b) pelaksanaan tindakan; c)
observasi; dan d) refleksi.
44
Gambar 3.1: Alur Penelitian Tindakan Kelas menurut Kemmis dan Taggart (Suharsimi, dkk. 2008: 16)
Berdasarkan gambar 3.1 tersebut di atas, dapat dikemukakan bahwa: pertama, sebelum melaksanakan tindakan, terlebih dahulu peneliti
merencanakan secara seksama jenis tindakan yang akan dilakukan. Kedua, setelah rencana disusun secara matang, barulah tindakan itu dilakukan. Ketiga,
bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan, peneliti mengamati proses pelaksanaan tindakan itu sendiri dan akibat yang ditimbulkannya. Keempat, berdasarkan hasil pengamatan tersebut, peneliti kemudian melakukan refleksi
atas tindakan yang telah dilakukan.
Jika hasil refleksi menunjukkan perlunya dilakukan perbaikan atas
tindakan yang dilakukan, maka rencana tindakan perlu disempurnakan lagi agar tindakan yang dilaksanakan berikutnya tidak sekedar mengulang apa yang telah diperbuat sebelumnya. Demikian seterusnya sampai masalah yang
Perencanaan
Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan
Pengamatan
Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan Perencanaan
Pengamatan
Perencanaan
Pengamatan
?
45
diteliti dapat dipecahkan secara optimal sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian.
B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan selama 4 bulan, terhitung mulai bulan Juli sampai Oktober 2011 semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012. Sesuai
dengan tujuan penelitian tindakan yaitu untuk memperbaiki proses dan hasil pembelajaran senam lantai, maka waktu pelaksanaan tindakan dilakukan dalam
waktu lama.
2. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 2 Mandirancan Kecamatan Mandirancan Kabupaten Kuningan, dengan pertimbangan:
a) Pada tahap survey awal, peneliti telah diberi izin oleh kepala sekolah yang bersangkutan dan mendapat dukungan dari guru mata pelajaran penjasorkes di kelas VII.
b) Lokasi penelitian mudah dijangkau oleh peneliti dalam waktu relatif singkat.
46 C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian sesuai dengan survey awal yang dilakukan peneliti di
kelas VII SMP Negeri 2 Mandirancan Kecamatan Mandirancan Kabupaten Kuningan, yaitu di kelas VII A. Dasar ditetapkannya kelas VII A, yaitu:
berdasarkan hasil studi pendahulaun yang dilakukan peneliti dan wawancara dengan guru mata pelajaran penjasorkes kelas VII diperoleh hasil yaitu: pada kelas VII A ditemukan adanya kesulitan belajar pada materi senam lantai, sehingga hasil belajar
belum memenuhi ketuntasan secara klasikal, sehingga perlu adanya suatu upaya pemecahan atas permasalahan tersebut.
D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian
Variabel menurut Hidayat (2010: 36) adalah: “Gejala yang bervariasi yang akan dijadikan obyek pengamatan yang kemunculannya berbeda-beda pada setiap
subyek”. Mengacu pada pendapat tersebut, yang menjadi variabel penelitian adalah sebagai berikut:
a) Variabel input, yaitu: siswa kelas VII A SMPN 2 Mandirancan kabupaten
Kuningan.
b) Variabel proses, yaitu: pendekatan diagnostik kesulitan belajar.
47 2. Definisi Operasional Variabel
Ketiga jenis variabel yang dikemukakn di atas perlu dioperasionalisasikan
agar dapat diukur, berikut definisi operasional setiap variabel penelitian, yaitu: a) Hasil belajar adalah persentase skor tingkat penguasaan siswa dalam melakukan
teknik gerak yang diukur dengan menggunakan tes guling depan-belakang. b) Diagnostik kesulitan belajar adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur sistematis dalam mengorganisasi pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu dengan melibatkab strategi belajar dan pengelolaan belajar.
c) Senam adalah materi pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang diukur melalui indikator teknik gerakan.
E. Prosedur Penelitian
Sesuai dengan rancangan penelitian di atas, maka prosedur penelitian
tindakan kelas dilakukan dalam empat tahap, yaitu: 1) tahap perencanaan tindakan, 2) tahap pelaksanaan tindakan, 3) tahap observasi dan interpretasi, dan 4) tahap analisis dan refleksi. Tahap-tahap penelitian dapat dipaparkan
sebagaimana berikut ini.
1. Tahap Perencanaan Tindakan
Tahap perencanaan tindakan diawali dengan merencanakan hal-hal yang diperlukan dan mendukung pada kegiatan penelitian. Tahap perencanaan tindakan merupakan kegiatan pendahuluan yang tujuannya untuk
48
melaksanakan tahap perencanaan tindakan, terlebih dahulu dilakukan langkah-langkah pra perencanaan tindakan yaitu:
a. Permintaan ijin penelitian kepada kepala SMPN 2 Mandirancan kabupaten Kuningan.
b. Melakukan observasi dan wawancara untuk mendapatkan gambaran awal tentang kegiatan pembelajaran senam lantai di kelas VII A SMPN 2 Mandirancan kabupaten Kuningan.
c. Identifikasi masalah dalam kegiatan pembelajaran senam di kelas VII A SMPN 2 Mandirancan kabupaten Kuningan.
d. Melakukan telaah terhadap jadwal pelajaran yang ada, terhadap pokok bahasan pada pelajaran penjasorkes di kelas VII semester ganjil yang akan diajukan sesuai dengan jadwal pelajaran yang berlaku, dan telaah kurikulum
mata pelajaran penjasorkes yang harus disampaikan pada semester ganjil. Setelah kegiatan praperencanaan tindakan dilaksanakan, langkah
selanjutnya ialah melakuakan tahap perencanaan tindakan, antara lain:
a. Menyusun dan menyiapkan rencana program pembelajaran untuk setiap pertemuan atau tindakan sebagai pedoman untuk melakukan proses
pembelajaran, termasukdi dalamnya membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menerapkan pendekatan diagnostik kesulitan
belajar.
49
c. Menyusun dan mengembangkan instrumen penelitian yang berupa lembar observasi, wawancara, catatan lapangan dan alat evaluasi berupa tes
kemampuan gerak siswa dalam melakukan senam lantai untuk memperoleh skor akhir dan menentukan target pencapaian dalam bentuk persentase
sebagai kriteria ketuntasan minimal.
d. Melaksanakan tindakan siklus I untuk mengetahui perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru serta kesulitan-kesulitan yang
dialami siswa dalam melakukan gerakan senam lantai sebagai perbaikan pada siklus selanjutnya.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan tindakan penelitian dilaksanakan sesuai dengan
perencanaan tindakan yang telah dirumuskan pada tahap perencanaan tindakan, mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Dalam proses
pembelajaran mengupayakan adanya telaahan berupa diagnostik kesulitan belajar dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Kasbolah (1999:72) mengungkapkan, “Tindakan yang dilaksanakan harus sejalan dengan laju
perkembangan pelaksanaan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di kelas”. Artinya, segala aktivitas PTK tidak menghambat pada pencapaian tujuan
50 3. Tahap Observasi dan Interpretasi
Tahap observasi dan evaluasi dilakukan dengan menggunakan pedoman
lembar observasi dan evaluasi yaitu instrumen-instrumen yang telah disiapkan sebelumnya. Tahap obsevasi ini dilakukan secara sadar, kritis dan objektif oleh
guru mata pelajaran (observer), sehingga peneliti dapat mengetahui sejauh mana kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan perencanaan tindakan yang telah dibuat pada setiap siklus. Pada tahap observasi dan evaluasi ini sangat penting, karena
peneliti dapat memperbaiki, mengubah, menambah dan mengurangi serta dapat memberhentikan, jika terdapat indikasi masalah yang mengakibatkan suasana
pembelajaran kurang kondusif dan juga cenderung menurunkan hasil pembelajaran siswa.
Hasil observasi dan evaluasi dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
melakukan analisis dan refleksi terhadap rencana dan tindakan yang telah dilakukan serta untuk menyusun rencana dan tindakan berikutnya agar lebih baik
sesuai dengan tujuan penelitian tindakan.
4. Tahap Analisis dan Refleksi
Pada penelitian ini, tahap analisis dan refleksi digunakan untuk memberikan gambaran mengenai hasil pelaksanaan tindakan yang telah
dilakukan dalam proses pembelajaran senam lantai. Menurut Kasbolah (1999:74) mengemukakan bahwa: “Tahap refleksi ini merupakan kegiatan analisis-sintesis, interpretasi dan eksplansi (penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh
51
dari pelaksanaan tindakan, dikaji dan dicari hubungannya antara yang satu dengan yang lainnya, dibandingkan dengan pengalaman sebelumnya, serta
dikaitkan dengan teori tertentu dan hal-hal yang relevan.
F. Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa observasi,
wawancara, catatan lapangan dan tes hasil belajar berupa tes kemampuan gerak. 1. Lembar Observasi
Lembar observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui gambaran kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran senam lantai berlangsung. Lembar observasi untuk guru ini berupa format observasi
kinerja guru baik dalam pembuatan perencanaan pembelajaran maupun dalam pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan lembar observasi untuk siswa berupa
format observasi aktivitas siswa sesuai dengan aspek yang akan diamati, disesuaikan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat.
2. Lembar Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data tentang kesulitan dan hambatan yang dialami siswa dalam pembelajaran senam
52 3. Catatan Lapangan
Teknik ini sejenis dengan catatan anekdot, tetapi mencakup kesan dan
penafsiran subyektif. Deskripsi mencakup aktivitas atau perilaku yang dilakukan siswa dan guru dalam pembelajaran senam lantai, misalnya; pelajaran yang lebih
baik, perilaku kurang perhatian, pertengkaran fisik, kecerobohan yang tidak disadari oleh guru. Seperti halnya catatan anekdot, perhatian diarahkan pada persoalan yang dianggap menarik pada saat penelitian berlangsung.
4. Tes Hasil Belajar
Menurut pendapat Supardi (Arikunto, 2006:129), “Hasil tes belajar
digunakan untuk menjaring data mengenai peningkatan hasil belajar siswa khususnya mengenai penguasaan materi / pokok bahasan yang diajarkan”. Tes hasil belajar yang diberikan berupa tes psikomotorik berbentuk praktik berupa
penguasaan kemampuan gerak. Pemberian tes dilakukan sesudah diberikan pelaksanaan tindakan. Tujuan mengadakan tes hasil belajar dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui adanya peningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran senam lantai.
Ada dua jenis tes penguasaan kemampuan gerak yang akan digunakan
dalam PTK ini yaitu:
a) Tes guling depan, bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa dalam
melakukan gerakan mengguling ke depan dengan penilaian secara teknik. b) Tes guling belakang, bertujuan untuk mengukur keterampilan siswa dalam
53 G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan dan anlisis data dilakukan sepanjang penelitian secara terus-menerus dari awal sampai akhir pelaksanaan tindakan. Berkaitan dengan
konsep tersebut, data dalam penelitian ini juga dianalisis dengan mengikuti pola analisis sejenis, yaitu mulai dari tahap observasi awal sampai pada tahap berakhirnya seluruh program tindakan sesuai dengan karakteristik dan tujuan
penelitian. Sugiono (2007:333) mengemukakan, “Pada tahap ini data mentah yang diperoleh dari berbagai instrumen yang meliputi observasi, tes hasil belajar, dan
wawancara dirangkum dan dikumpulkan”. Data itu kemudian diberi kode-kode berdasarkan jenis dan sumbernya. Untuk memudahkan kategori data dan perumusan sejumlah hipotesis mengenai rencana dan program tindakan
selanjutnya serta peneliti melakukan interpretasi terhadap keseluruhan data penelitian.
Adapun teknik pengolahan data pada penelitian tindakan kelas ini secara singkat mencakup:
a. Data proses
Data proses hasil dari pengamatan terhadap aktivitas siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran senam lantai berlangsung. Hasil tersebut diambil
dengan menggunakan teknik observasi, wawancara dan catatan lapangan. b. Data hasil
Data hasil yaitu berupa hasil tes akhir siswa dari proses pembelajaran senam
54
terhadap materi pembelajaran senam lantai yang telah disajikan/disampaikan oleh guru. Jika siklus I belum berhasil mencapai target yang telah ditetapkan,
maka dilakukan siklus II dan seterusnya.
2. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah teknik analisis kritis. Teknik tersebut mencakup kegiatan untuk mengungkapkan
kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar yang terjadi di dalam proses belajar mengajar selama penelitian berlangsung.
Menurut Moleong (2005:190) proses data kualitatif dikemukakan sebagai berikut:
“Dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu: wawanmcara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam cacatan lapangan,, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya. Setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah makna. Langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, prosesa dan pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusunnya dalam satua-satuan itu, kemudian dikatagorisasikan pada langkah berikutnya. Kategori-kategori itu dilakukan sambil membuat koding tahap akhir dari analisis data yaitu mengadakan pemeriksaan keabsahan data”.
Dalam penelitian ini, proses analisis data dimulai dengan menelaah dan mempelajari seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber, kemudian data
tersebut direduksi dengan jalan membuat abstraksi yaitu dengan merangkumnya menjadi intisari yang terjaga kebenarannya. selanjutnya data tersebut disusun dan dikategorikan. Kemudian disajikan, dimaknai, disimpulkan dan terakhir diperiksa
55
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdikbud. 1997. Pokok Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta : Balai Pustaka.
Depdiknas.2003. Pedoman Pengembangan Tes Diagnostik Penjas. Jakarta: Dir. PLP Dirjen Dikdasmen.
________, 2003. Undang-undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003. Jakarta: Sinar Grafika.
________, 2004. Modul Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat.
________, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Johana, K. dan Supandi. 1990. Pengantar Sosiologi Olahraga. Bandung: FPOK IKIP Bandung.
Kasbolah, Kasihani. 1997. Penelitian Tindakan Kelas: Guru sebagai Peneliti. Makalah disajikan dalam Lokakarya PTK Bagi Guru SLTP, MTs, SMU, MA dan SMK se-Kodya Malang. Malang: IKIP.
Makmun, Abin Samsuddin. 2009. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Mulyasa, E. 2004. Implementasi Kurikulum 2004; Panduan Belajar KBK. Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya.
________, 1981. Psikologi Pendidikan; Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: Rosdakarya.
Nazir. 2005. MetodePenelitian. Jakarta : Jakarta Indonesia.
56
Rusyani, Tabrani dkk. 1989. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sudjana, N. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Surya, M. dan Amin, M. 1980. Pengajaran Remedial. Jakarta: PD. Andreola
Syah, Muhibbin. 1999. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu. Udin, Tamsik A.M. dan Sopandi, 1987. Bidang Pengajaran Ilmu Pendidikan
SPG/KPG/SGO Jilid 1 dan 2. Bandung: Epsilon.
Usman, M. Uzer. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Widayatun, T.R. 1999. Rusmi Ilmu Perilaku. Jakarta: CV. Sagung Seto.
Rakhmat, Cece. 2006. Skripsi Penggunaan Tes Diagnostik Kesulitan Belajar dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Impresum. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)
http://janulius-dlyord.blogspot.com/ Diakses pada tanggal 29 Juli 2011.
http://www.koni.or.id/index.php/section/sports/sportid/GY. Diakses pada tanggal 29 Juli 2011.
http://id.wikipedia.org/wiki/Senam_lantai. Diakses pada tanggal 30 Juli 2011.
98 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian pada bab sebelumnya
berkaitan dengan pendekatan diagnostik kesulitan belajar untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah gerak pada materi senam lantai di
kelas VII A SMPN 2 Mandirancan kabupaten Kuningan dapat dikemukakan beberapa hal sebagai kesimpulan, yaitu:
1. Perencanaan pembelajaran senam yang dibuat guru dengan menggunakan
pendekatan diagnostik kesulitan belajar, yaitu: 1) Merencanakan pengelolaan KBM yang meliputi: merumuskan tujuan pembelajaran, menentukan metode,
menentukan langkah-langkah mengajar, dan menentukan cara-cara memotivasi siswa. 2) Merencanakan pengorganisasian bahan pengajaran, meliputi: berpedoman pada bahan pengajaran yang tercantum dalam dalam
kurikulukum/silabus, memilih dengan tepat sesuai dengan karakteristik siswa, dan menyusun bahan pengajaran sesuai dengan taraf berpikir siswa. 3)
Merencanakan pengelolaan kelas, meliputi: menentukan dengan tepat macam pengaturan ruangan kelas dengan tujuan pembelajaran, menentukan alokasi penggunaan waktu belajar mengajar dan menentukan cara pengorganisasian
siswa agar terlibat secara efektif dalam KBM. 4) Merencanakan penggunaan alat peraga dan metode pengajaran, mencakup: menentukan pengembangan
99
pengajaran. 5) Merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran, meliputi: menentukan bermacam-macam bentuk dan prosedur
penilian, dan membuat alat penilaian hasil belajar. Hasil pecapaian pada kegiatan perencanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
diagnostik kesulitan belajar pada pembelajaran senam pada siklus terakhir yaitu sebesar 89%, dengan kriteria pencapaian termasuk kategori baik.
2. Pelaksanaan pembelajaran senam menggunakan pendekatan diagnostik
kesulitan belajar, yaitu: 1) Mulai pelajaran, meliputi; menyampaikan bahan pengait atau apersepsi, memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam
pembelajaran, 2) Mengelola kegiatan inti, meliputi; menyampaikan tujuan dan bahan pembelajaran, memberi contoh, menggunakan alat/media, memberi penguatan, 3) Mengorganisasi waktu, siswa, dan fasilitas belajar, meliputi:
mengatur penggunaan waktu, mengorganisasi siswa, mengatur pasilitas dan dan memanfaatkan fasilitas belajar, 4) Melaksanakan penilaian proses dan
hasil belajar, mencakup penilaian selama proses KBM berlangsung, dan 5) Mengakhiri pembelajaran, meliputi: menyimpulkan materi dan memberi tindak lanjut atas kesulitan-kesulitan siswa dalam belajar sebagai hasil
diagnostik. Pencapaian hasil pelaksanaan pembelajaran senam dengan menggunakan pendekatan diagnostik kesulitan belajar pada siklus III
diperoleh hasil sebesar 86%. Hasil pencapaian tersebut dapat dikategorikan baik.
3. Hasil belajar senam dengan menggunakan pendekatan diagnostik kesulitan
100
selama proses pembelajaran dengan aspek yang diamati yaitu keaktifan, kerjasama dan demonstrasi kemampuan gerak. Pada aspek keaktifan,
kerjasama dan demonstrasi pada siklus II diperoleh hasil sebesar 85% dengan kategori baik. Untuk kemampuan siswa dalam melakukan gerakan senam,
setelah dilaksanakan tindakan mulai dari siklus I sampai dengan siklus III mengalami peningkatan pula yaitu untuk guling depan sebesar 86% dan guling belakang sebesar 84%.
Berdasarkan beberapa hasil kesimpulan di atas, memperlihatkan bahwa hipotesis tindakan “Jika pendekatan diagnostik kesulitan belajar diterapkan pada
pembelajaran senam di kelas VII SMPN 2 Mandirancan kabupaten Kuningan, maka kemampuan siswa meningkat”, dapat diterima secara logis. Dengan demikian penerapan pendekatan diagnostik kesulitan belajar dapat meningkatkan
kemampuan siswa pada pembelajaran senam di kelas VII SMPN 2 Mandirancan kabupaten Kuningan.
B. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan mengenai penerapan pendekatan
diagnostik kesulitan belajar pada pembelajaran senam lantai di kelas VII SMPN 2 Mandirancan kabupaten Kuningan, maka dapat dikemukakan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan bahwa penerapan pendekatan diagnostik kesulitan belajar memberikan perubahan dan hasil yang
101
Dengan keberhasilan tersebut, maka diharapkan dapat diterapkan pada materi lain, khususnya pada mata pelajaran penjasorkes dan mata pelajaran lain pada
umumnya.
2. Dalam menerapkan pendekatan diagnostik kesulitan belajar, peran dan
tanggung jawab guru sangatlah bepengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Oleh karena itu peran guru tersebut harus selalu diterapkan pada setiap kegiatan pembelajaran.
3. Lembaga (sekolah) seharusnya mampu untuk membuka diri dalam inovasi pembelajaran. Penerapan pendekatan diagnostik kesulitan belajar hendaknya
dapat disosialisasikan lebih lanjut agar dapat diimplementasikan pada setiap mata pelajaran.
4. Pada penelitian ini, masih dirasa kurang dalam cara cara memotivasi siswa
dalam setiap pembelajaran. Oleh karena itu untuk perbaikan dalam penelitian selanjutnya, diharapkan agar penelitian lain dengan pendekatan diagnostik
98
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, dkk. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Abdurrahman, Mulyono. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdikbud. (1997). Pokok Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta : Balai Pustaka.
Depdiknas. (2003). Pedoman Pengembangan Tes Diagnostik Penjas. Jakarta: Dir. PLP Dirjen Dikdasmen.
________, (2003). Undang-undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003. Jakarta: Sinar Grafika.
________, (2004). Modul Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat.
________, (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Balai Pustaka.
Johana, K. dan Supandi. (1990). Pengantar Sosiologi Olahraga. Bandung: FPOK IKIP Bandung.
Kasbolah, Kasihani. (1999). Penelitian Tindakan Kelas: Guru sebagai Peneliti. Makalah disajikan dalam Lokakarya PTK Bagi Guru SLTP, MTs, SMU, MA dan SMK se-Kodya Malang. Malang: IKIP.
Makmun, Abin Samsuddin. (2009). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Mulyasa, E. (2004). Implementasi Kurikulum 2004; Panduan Belajar KBK. Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya.
________, (1981). Psikologi Pendidikan; Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: Rosdakarya.
Nazir. (2005). MetodePenelitian. Jakarta : Jakarta Indonesia.
99
Rakhmat, Cece. (2006). Penggunaan Tes Diagnostik Kesulitan Belajar dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Impresum. Skripsi. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UPI
Rusyani, Tabrani dkk. (1989). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sudjana, N. (2004). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Surya, M. dan Amin, M. (1980). Pengajaran Remedial. Jakarta: PD. Andreola
Syah, Muhibbin. (1999). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu. Udin, Tamsik A.M. dan Sopandi, (1987). Bidang Pengajaran Ilmu Pendidikan
SPG/KPG/SGO Jilid 1 dan 2. Bandung: Epsilon.
Usman, M. Uzer. (2002). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Widayatun, T. Rusmi. (1999). Ilmu Perilaku. Jakarta: CV. Sagung Seto.
http://janulius-dlyord.blogspot.com/ Diakses pada tanggal 29 Juli 2011.
http://www.koni.or.id/index.php/section/sports/sportid/GY. Diakses pada tanggal 29
Juli 2011.
http://id.wikipedia.org/wiki/Senam_lantai. Diakses pada tanggal 30 Juli 2011.
http://www.peutuah.com/makalah-senam-lantai/Diakses pada tanggal 2 Agustus