• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada bab penutup peneliti akan memberi kesimpulan berdasarkan riset yang telah dilakukan pada PT. PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Sumatera Bagian Utara dan peneliti akan mencoba memberikan beberapa saran yang dapat bermanfaat bagi PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Sumatera Bagian Utara.

BAB II

PROFIL PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan

PLN UIP SUMBAGUT adalah organisasi yang memiliki pengalaman menangani pembangunan kelistrikan sejak tahun 1976 untuk wilayah Sumatera Utara. Kemudian wilayah kerja PLN UIP SUMBAGUT semakin berkembang, meliputi Aceh pada tahun 1998, wilayah Riau dan Kepri pada tahun 2008 serta wilayah Sumatera Barat pada tahun 2013. Berdasarkan SK DIR nomor 211.K/DIR/2014 tanggal 28 Mei 2014 ditetapkan organisasi PLN UIP SUMBAGUT sebagai salah satu unit bisnis dari PT PLN (Persero), yang mengelola pembangunan jaringan serta melaksanakan administrasi konstruksi dengan bertindak sebagai wakil pemilik (owner). Sejak tahun 2016 Wilayah usaha PLN UIP SUMBAGUT tidak lagi meliputi provinsi Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau dan Sumatera Barat. Sesuai dengan Peraturan Direksi PT PLN (Persero) No. 0044.P/DIR/2016 tentang Organisasi PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Sumatera Bagian Utara, wilayah kerja Unit Induk Pembangunan Sumatera Bagian Utara meliputi wilayah Aceh dan Sumatera Utara. Produk utama PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Sumbagut adalah jasa pengendalian konstruksi dan pengelolaan pembangunan gardu induk (GI) dan jaringan transmisi (TL) di wilayah kerjanya,

dengan rincian sebagai berikut:

1. Gardu Induk (GI) 70 kV, 150 kV, 275 kV dan 500 kV

2. Jaringan Transmisi 70 kV, 150 kV, 275 kV, 500 kV AC dan 500 kV DC

Hal yang penting dari keberhasilan produk adalah ketepatan waktu penyelesaian, kualitas, dan kuantitas hasil akhir yang andal, yang akan berdampak pada keandalan pasokan sistem kelistrikan di wilayah Aceh dan Sumatera Utara (Sumatera bagian utara). Hasil produk PLN UIP SUMBAGUT diserahterimakan pada P3BS dan PLN Wilayah sebagai user, sebagaimana diatur oleh Surat Edaran Direksi PT PLN (Persero) No. 018.E/026/DIR/1996. Serah terima produk ini dilakukan melalui rapat koordinasi, pengecekan fisik produk, dan pengukuran kualitas produk untuk memastikan kelayakan dari produk yang akan diserahterimakan (STP). Sebagai tindak lanjut dan pedoman pelaksanaan UU No.

30 Tahun 2009, pada tanggal 24 Januari 2012 telah terbit PP No. 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik, harga sewa serta perjanjian kerjasama bisnis usaha penyediaan tenaga listrik diatur dengan persetujuan dari Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah yang tergantung pada cakupan wilayah usaha.

2.2. Visi dan Misi PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Sumatera Bagian Utara

Dalam rangka menunaikan amanat dan memenuhi harapan-harapan stakeholder utama, PT PLN (Persro) UIP SUMBAGUT menetapkan visi dan misi organisasi sebagai berikut:

2.2.1. Visi PT PLN (Persero) UIP SUMBAGUT:

“Menjadi Unit Induk Pembangunan Jaringan kelas Dunia”

PT PLN (Persero) umumnya, mampu memberikan kepuasan kepada berbagai stakeholder inti-nya karena kerja dan kinerja yang telah dilakukan dalam menyiapkan dan mengelola infrastruktur kelistrikan di tanah air. Rumusan visi PLN UIP SUMBAGUT ini, tetap selaras dengan rumusan visi PT PLN (Persero) yang tercantum dalam RJP PLN (Persero) 2019-2023 untuk “Diakui sebagai Perusahaan

Kelas Dunia yang Bertumbuh-kembang, Unggul dan Terpecaya dengan Bertumpu pada Potensi Insani” dan selaras dengan salah satu tujuan strategis PLN pada RJP PT PLN (Persero) tahun 2019 – 2023.

2.2.2. Misi PT PLN (Persero) UIP SUMBAGUT:

1. Menjalankan bisnis manajemen konstruksi infrastruktur ketenagalistrikan yang berorientasi pada biaya, mutu, dan waktu.

2. Menciptakan pemimpin yang berintegritas, berkarakter, dan layak dipercaya untuk bangsa Indonesia.

2.3. Logo PT PLN (Persero) UIP Sumbagut

Bentuk, warna dan makna lambang Perusahaan resmi yang digunakan adalah sesuai yang tercantum pada Lampiran Surat Keputusan Direksi Perusahaan Umum Listrik Negara No. : 031/DIR/76 Tanggal : 1 Juni 1976, mengenai Pembukuan Lambang Perusahaan Umum Listrik Negara.

Sumber : Bagian SDM PT PLN (Persero) Unit Induk Pembagian Sumatera Bagian Utara

Gambar 2.1

Logo PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Sumatera Bagian Utara

PT PLN (Persero) mempunyai logo atau lambang yang dijadikannya sebagai identitas perusahaan dengan tujuan agar pelanggan, konsumen atau publiknya pada umumnya dapat mengenal dan mengingat perusahaan. Adapun makna dari logo ini adalah:

1. Bidang Persegi Panjang Vertikal

Menjadi bidang dasar bagi elemen-elemen lambang lainnya, melambangkan bahwa PT PLN (Persero) merupakan wadah atau organisasi yang terorganisir dengan sempurna. Berwarna kuning untuk menggambarkan pencerahan, seperti yang diharapkan PLN bahwa listrik mampu menciptakan pencerahan bagi kehidupan masyarakat. Kuning juga melambangkan semangat yang menyala-nyala yang dimiliki tiap insan yang berkarya di perusahaan ini.

2. Petir atau Kilat

Melambangkan tenaga listrik yang terkandung di dalamnnya sebagai produk jasa utama yang dihasilkan oleh perusahaan. Selain itu, petir pun mengartikan kerja cepat dan tepat para insan PT PLN (Persero) dalam memberikan solusi terbaik bagi para pelanggannya. Warnanya yang merah melambangkan kedewasaan PLN sebagai perusahaan listrik pertama di Indonesia dan kedinamisan gerak laju

perusahaan beserta tiap insan perusahaan serta keberanian dalam menghadapi tantangan perkembangan zaman.

3. Tiga Gelombang

Memiliki arti gaya rambat energi listrik yang dialirkan oleh tiga bidang usaha utama yang digeluti perushaan yaitu pembangkitan, penyaluran dan distribusi yang seiring sejalan dengan kerja keras para insan PT PLN (Persero) guna memberikan layanan terbaik bagi pelanggannya. Diberi warna biru untuk menampilkan kesan konstan (sesuatu yang tetap) seperti halnya listrik yang tetap diperlukan dalam kehidupan manusia. Di samping itu, biru juga melambangkan keandalan yang dimiliki insan-insan perusahaan dalam memberikan pelayanan terbaik bagi para pelanggannya.

2.4. Struktur Organisasi PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Sumatera Bagian Utara

Struktur Organisasi diperlukan untuk membedakan batas-batas wewenang dan tanggung jawab secara sistematis yang menunjukkan adanya hubungan / keterkaitan antara setiap bagian untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan.

Demi tercapainya tujuan umum suatu instansi diperlukan suatu wadah untuk mengatur seluruh aktifitas maupun kegiatan instansi tersebut. Pengaturan ini di hubungkan dengan pencapaian instansi yang telah di tetapkan sebelumnya. Wadah tersebut disusun dalam suatu struktur organisasi dalam instansi. Melalui struktur organisasi yang baik, pengaturan pelaksana dapat di terapkan, sehingg efisien dan

efektivitas kerja dapat diwujudkan melalui kerja sama dengan koordinasi yang baik sehingga tujuan perusahaan dapat di capai.

Struktur organisasi PLN UIP SUMBAGUT dirancang sedemikian rupa agar mampu menjalankan misi, tugas pokok dan fungsi organisasi. Pada tahun 2018 terdapat perubahan susunan organisasi dan formasi jabatan yang sebelumnya mengacu pada Peraturan Direksi PT PLN (Persero) No. 0051.P/DIR/2016 tanggal 22 Februari 2016, sekarang mengacu pada Peraturan Direksi PT PLN (Persero) No. 0109.P/DIR/2018 tanggal 29 Juni 2018, dengan peratuan baru ini struktur organisasi PLN UIP SUMBAGUT tidak berubah banyak yaitu masih terdiri dari 1 Kantor Induk dan 3 Unit Pelaksana Proyek (UPP) yaitu:

1. Unit Pelaksana Proyek (UPP) Jaringan Aceh yang bertempat di Kota Banda

Struktur organisasi PLN UIP Sumbagut untuk kantor induk mengacu kepada Peraturan Direksi PT PLN (Persero) No. 0109.P/DIR/2018. Formasi jabatan UPP Jaringan Aceh mengacu kepada Peraturan Direksi PT PLN (Persero) No.

0306.P/DIR/2018, Formasi jabatan UPP Jaringan Sumatera Utara 1 mengacu kepada Peraturan Direksi PT PLN (Persero) No. 0307.P/DIR/2018, dan Formasi jabatan UPP Jaringan Sumatera Utara 2 mengacu kepada Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Perdir No 0308.P/DIR/2018. UPP dipimpin oleh Manager Unit

Pelaksana Proyek, dibantu oleh Supervisor Keuangan dan Administrasi, Manager Bagian Teknik, Supervisor Pengelolaan PMIS, Manager Bagian Pertanahan, Pejabat Pelaksana K3L, dan Pejabat Pelaksana Pengadaan.

Adapun susunan struktur organisasi PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Sumatera Bagian Utara adalah sebagai berikut:

Sumber: PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Sumatera Bagian Utara

Gambar 2.2

Struktur Organisasi PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Sumatera Bagian Utara

2.5.Uraian Pekerjaan

Organisasi PT PLN (Peresero) Unit Induk Pembangunan Sumatera Bagian Utara umumnya merupakan paduan beberapa unit organisasi. Adapun uraian pekerjaan

GENERAL MANAGER

PT PLN (Persero) UNIT INDUK PEMBANGUNAN SUMATERA

dan tanggung jawab masing-masing bagian pada PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Sumatera Bagian Uttara menurut bagian yang memang berhubungan dengan fungsi PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Sumatera Bagian Utara adalah sebagai berikut:

1. General Manager

General Manager bertanggung jawab dan memastikan terselenggaranya pengelolaan kegiatan pembangunan jaringan tenaga listrik yang tercantum dalam Daftar Isian Proyek (DIP), Petunjuk Operasional (OP), dan Anggaran Investasi (AI), serta bertannggung jawab terhadap biaya, jadwal, dan mutu sesuai target kerja Unit Induk Pembangunan yang ditetapkan oleh Direksi, dengan tugas pokok meliputi:

a. Mengembangkan strategi dan kebijakan pokok untuk meningkatkan kerja Unit Induk Pembangunan.

b. Memastikan kelancaran kordinasi dan Service Level Agreement (SLA) dengan pihak supervise desain.

c. Menetapkan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) Unit Induk Pembangunan.

d. Mengelola dan mengendalikan kegiatan pembangunan dan bertindak sebagai wakil pemilik (owner).

e. Menetapkan sistem manajemen kinerja dan sistem manajemen mutu Unit Induk Pembangunan serta pengendaliannya.

f. Mengembangkan hubungan kerja sama dengan pihak lain untuk kelancaran dan keberhasilan penyelesaian pembangunan.

g. Mengembangkan dan memelihara kompetensi organisasi dan kompetensi anggota organisasi Unit Induk Pembangunan.

h. Menetapkan Laporan Manajemen Unit Induk Pembangunan.

2. Bidang Perencanaan

Bertanggung jawab dan memastikan terjadinya perencanaan kerja atau pelaksana kegiatan perencanaan umum dan lingkungan hidup serta perencanaan konstruksi pembangunan, penetapan kebijakan manajemen yang strategis dalam rangka pencapaian target kinerja Unit Induk Pembangunan, serta mendukung restrukturisasi organisasi Unit Induk Pembangunan Tahunan :

a. Menyusun Rencana Kerja Anggaran (RKA) Unit Induk Pembangunan Tahunan.

b. Mengelola kegiatan survey dan soil investigation.

c. Mengelola analisa dampak lingkungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta perijinan yang terkait dengan fasilitas proyek dan pertanahan.

d. Merencanakan, memonitor, dan mengevaluasi kegiatan pembebasan tanah.

e. Melaksanakan perencanaan pembangunan yang sinergi dengan koordinasi bersama pihak supervise konstruksi dan supervisi desain antara lain Approval Drawing dan Spesifikasi.

f. Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan kegiatan pengadaan termasuk menyiapkan dokumen pelanggan.

g. Merencanakan dan mengelola implementasi Sistem Teknologi Informasi.

3. Bidang Operasi Konstruksi

Bertanggung jawab dan memastikan terlaksananya pekerjaan konstruksi pembangunan, konsolidasi Unit Pelaksana Konstruksi sesuai dengan jadwal, biaya, dan kualitas pekerjaan melalui pemantauan hasil kerja, untuk mencapai target kinerja Unit Induk Pembangunan, dengan tugas

pokok meliputi:

a. Mengkoordinasikan secara keseluruhan pengadilan pembangunan agar pelaksanaan pembangunan dapat dilaksanakan secara tepat waktu, biaya dan mutu.

b. Menyusun Basic Communication Internal dan Eksternal dengan pihak ketiga terkait dengan kelancaran pelaksanaan pembangunan.

c. Mengkoordinasi kegiatan pelaksanaan administrasi teknik, meliputi administrasi tenaga kerja asing, administrasi kontrak (penanganan klaim kontrak, amandemen kontrak, berita acara pembayaran) dan pengendalian TKDN.

d. Mengelola persetujuan Master List dan kegiatan kepabeanan.

e. Mengelola pengendalian logistic dan administrasi monitoring terkait dengan pekerjaan pembangunan.

f. Mengelola program Keselamatan Ketenagalistrikan.

g. Mengelola dan mengkoordinir Serah Terima Proyek dan Laporan Proyek Selesai di Lingkungan Unit Induk Pembangunan.

4. Bidang Keuangan dan Sumber Daya Manusia

Bertanggung jawab dan memastikan terselenggaranya pengelolaan keuangan dan sumber daya manusia untuk mendukung pelaksanaan pekerjaan kegiatan Unit Induk Pembangunan dalam mencapai target kinerja Unit Induk Pembangunan sesuai penetapan Direksi, dengan tugas pokok meliputi:

a. Menyusun perencanaan alokasi pendanaan dan realisasi pembayaran terkait dengan progress pembangunan.

b. Melaksanakan progress pembayaran sesuai dengan kewajiban dan komitmen, serta proses pembayaran sesuai dengan ketentuan kontrak.

c. Mengelola pelaksanaan kegiatan akuntansi, perpajakan, dan asuransi.

d. Merencanakan dan mengelola pengembangan kompetensi dan karir SDM.

e. Mengelola administrasi SDM di Unit Induk Pelaksana.

f. Mengelola manajemen mutu.

5. Bidang Hukum, Komunikasi dan Pertanahan

Bertanggung jawab atas seluruh proses hukum dan pertanahan dalam proyek konstruksi, serta atas seluruh proses komunikasi dengan

pihak eksternal proyek untuk menunjang keberhasilan proyek konstruksi, dengan tugas pokok meliputi:

a. Menyusun program penyelesaian masalah perijinan dan administrasi dokumen terkait dengan sertifikasi tanah dan fasilitas proyek.

b. Melaksanakan konsultasi, penanganan, dan penyelesaian permasalahan hukum.

c. Melaksanakan kegiatan komunikasi dan kehumasan, terkait dengan pelaksanaan pembebasan lahan.

d. Menyusun basic communication intern dan ekstern dengan pihak ketiga terkait.

e. Melaksanakan proses perijinan dan administrasi dokumen terkait dengan sertifikasi tanah dan fasilitas proyek.

f. Merencanakan dan melakukan proses penyiapan dokumen dan persiapan pelaksanaan pembebasan lahan.

g. Melakukan koordinasi dengan pihak terkait pelaksanaan pembebasan lahan.

h. Mengelola administrasi kesekretariatan dan umum.

i. Melaksanakan kegiatan pembebasan lahan.

j. Memonitor dan mengevaluasi serta menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan kegiatan pembebasan lahan.

k. Menyusun laporan hasil pembebasan lahan.

6. Unit Pelaksana Proyek

Dalam sebuah pelaksanaan pembangunan konstruksi dibutuhkan pelaksana proyek agar dapat terselesaikan dengan baik dan teratur.

Adapun tugas daripada pelaksana proyek meliputi:

a. Memahami gambar desain dan spesifikasi teknis sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan di lapangan.

b. Bersama dengan bagian enginering menyusun kembali metode pelaksanaan konstruksi dan jadwal pelaksanaan pekerjaan.

c. Memimpin dan mengendalikan pelaksanaan pekerjaan di lapangan sesuai dengan persyaratan waktu, mutu dan biaya yang telah ditetapkan.

d. Membuat program kerja mingguan dan mengadakan pengarahan kegiatan harian kepada pelaksana pekerjaan.

e. Mengadakan evaluasi dan membuat laporan hasil pelaksanaan pekerjaan di lapangan.

f. Membuat program penyesuaian dan tindakan turun tangan, apabila terjadi keterlambatan dan penyimpangan pekerjaan di lapangan.

g. Bersama dengan bagian teknik melakukan pemeriksaan dan memproses berita acara kemajuan pekerjaan di lapangan.

h. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan program kerja mingguan, metode kerja, gambar kerja dan spesifikasi teknik.

i. Menyiapkan tenaga kerja sesuai dengan jadwal tenaga kerja dan mengatur pelaksanaan tenaga dan peralatan proyek.

j. Mengupayakan efisiensi dan efektifitas pemakaian bahan, tenaga, dan alat di lapangan.

k. Membuat laporan harian tentang pelaksanaan pekerjaan, agar selalu sesuai dengan metode konstruksi dan instruksi kerja yang telah ditetapkan.

l. Menerapkan program keselamatan kerja dan kebersihan di lapangan.

BAB III PEMBAHASAN 3.1. Pengertian Pajak

Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang perubahan ke empat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada pasal 1 ayat 1: “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Pajak ialah suatu kewajiban untuk menyerahkan sebagian kekayaan negara karena suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu.

Pungutan tersebut bukan sebagai hukuman tetapi menurut peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan. Tidak ada jasa balik dari negara secara langsung, misalnya untuk memelihara kesejahtraan umum (Djajadiningrat 2013:2).

Menurut Andriani (2015:3), pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjukkan dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Menurut beberapa definisi maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pajak adalah iuran wajib kepada negara (pemerintah) yang bersifat memaksa berdasarkan

ketentuan yang ditetapkan (Undang-Undang) tanpa adanya kontraprestasi secara langsung yang dapat dirasakan oleh rakyat dan digunakan untuk menyelengarakan kesejahteraan umum.

3.2. Pengertian SPT (Surat Pemberitahuan) PPh Pasal 21

SPT adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan perhitungan atau pembayaran pajak, objek pajak atau bukan objek pajak, harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Adapun fungsi dari SPT adalah sebagai sarana wajib pajak untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri, memulai pemotongan, pemungutan pihak lain dalam 1 tahun pajak atau bagian tahun pajak, penghasilan yang merupakan objek pajak, harta dan kewajiban dan pembayaran dari pemotongan dan pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1 masa pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

3.3. Prosedur Penyampaian SPT PPh Pasal 21 1. Langsung

SPT Tahunan harus disampaikan ke Tempat Pelayan Terpadu (TPT) KPP tempat Wajib Pajak terdaftar dalam SPT Tahunan merupakan:

a. SPT Tahunan pajak penghasilan Wajib Pajak Badan b. SPT 1770

c. SPT 1770S dan SPT 1170SS yang menyatakan lebih bayar disampaikan setelah batas waktu penyampaian SPT; dan disampaikan dalam bentuk e-SPT Tahunan.

2. Tidak Langsung

1. Dikirim melalui pos dengan bukti pengiriman surat ke KPP tempat WP terdaftar;

2. Dikirim melalui perusahaan jasa ekspedesi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat ke KPP tempat WP terdaftar.

3. Mengisi E-Filing melalui website Direktorat Jendral Pajak (djponline.pajak.go.id).

3.4. Pajak Penghasilan Pasal 21 3.4.1. Pengertian PPh Pasal 21

Pajak penghasilan pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi subjek pajak dalam negeri, sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 Undang-Undang Pajak Penghasilan.

3.4.2. Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21

Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 sebagaimana telah ditetapkan dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 adalah orang pribadi yang merupakan:

1. Pegawai.

2. Penerima uang pesangon, pensiun, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau jaminan hari tua termasuk ahli warisnya.

3. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan, antara lain meliputi:

a. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan notaris, penilai dan aktuaris.

b. Pemain musik, pembawa acara, penyayi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, pegawai/pregawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis dan seniman lainnya.

c. Olahragawan.

d. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh dan moderator .

e. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik komputer dan sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial serta pemberi jasa pada suatu kepanitiaan.

f. Agen iklan.

g. Pengawas atau pengelola proyek.

h. Pembawa pesan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantara.

i. Petugas dinas luar asuransi.

j. Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya.

k. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan keikutsertaanya dalam suatu kegiatan.

3.4.3. Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21

1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik berupa penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur.

2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur berupa uang pensiun.

3. Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau jaminan hari tua dan pembayaran lain sejenis.

4. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas.

5. Imbalan kepada bukan pegawai antara lain berupa honorarium, komisi, fee dan imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan yang dilakukan.

6. Imbalan kepada peserta kegiatan antara lain berupa uang saku, uang representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun.

7. Penerima dalam bentuk natural dan atau kenikmatan lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh :

a. Bukan Wajib Pajak.

b. Wajib pajak yang dikenakan pajak penghasilan yang bersifat final.

c. Wajib pajak yang dikenakan pajak penghasilan berdasarkan norma perhitungan khusus.

3.4.4. Tidak Termasuk Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21

1. Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwi guna dan asuransi beasiswa.

2. Penerimaan dalam bentuk natural diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah kepada Wajib Pajak Penghasilan berdasarkan norma penghitung khusus.

3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannyatelah disahkan oleh menteri keuangan, Iuran Tunjangan Hari Tua atau Iuran Jaminan Hari Tua kepada badan penyelenggara tunjangan hari tua atau badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja.

4. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amal zakat yang dibentuk dan disahkan oleh pemerintah dan sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia yang diterima oleh orang pribadi yang berhak.

5. Beasiswa yang diterima atau diperoleh warga Negara Indonesia dari wajib pajak pemberi beasiswa dalam rangka mengikuti pendidikan di dalam negeri pada tingkat pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

3.4.5. Elemen-Elemen PPh Pasal 21

1. Pegawai Tetap. Pegawai tetap adalah pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawasan yang secara teratur terus menerus ikut mengelola kegiatan perusahaan secara langsung, serta pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak untuk jangka waktu tertentu, sepanjang pegawai yang bersangkutan bekerja penuh dalam pekerjaan tetap.

2. Pegawai Tidak Tetap. Pegawai tidak tetap adalah pegawai yang hanya menerima penghasilan apabila pegawai yang bersangkutan bekerja, berdasarkan jumlah harian kerja, jumlah unit dihasilkan atau penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh pemberi kerja.

3. Bukan Pegawai. Bukan pegawai adalah penerima penghasilan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan.

3.4.6. Tarif Pajak PPh Pasal 21

Tabel 3.1.

Lapisan Penghasilan Kena Pajak yang Memiliki NPWP

Lapisan Penghasilan Kena Pajak yang Memiliki NPWP Tarif

Sampai dengan Rp 50.000.000 5%

Di atas Rp 50.000.000 s/d Rp 250.000.000 15%

Di atas Rp 250.000.000 s/d Rp 500.000.000 25%

Di atas Rp 500.000.000 30%

Sumber: http://www.online-pajak.com

Tabel 3.2.

Lapisan Penghasilan Kena Pajak yang Tidak Memiliki NPWP Lapisan Penghasilan Kena Pajak yang Tidak Memiliki NPWP Tarif

Lapisan Penghasilan Kena Pajak yang Tidak Memiliki NPWP Lapisan Penghasilan Kena Pajak yang Tidak Memiliki NPWP Tarif

Dokumen terkait