• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dalam melakukan setiap kegiatan perjanjian jual beli termasuk jual beli jasa hendaklah terdapat keterbukaan dan kejujuran dalam prosesnya. Dengan kata lain tertanggung tidak menyembunyikan sesuatu yang dapat dikategorikan sebagai cacat tersembunyi atau menutup-nutupi kelemahan dan kekurangan atas dirinya, mengingat hal ini berkaitan erat dengan risiko, penetapan pembayaran premi serta kewajiban penanggung jika terjadi kerugian yang diderita oleh tertanggung. Tentunya prinsip ini juga sesuai dengan implementasi Pasal 1320 dan Pasal 1338 KUH Perdata, bahwa perjanjian yang dibuat harus berdasarkan atas dasar sebab yang halal serta persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik. Kemudian dalam Pasal 4 Undang-Undang Perlindungan Konsumen telah ditegaskan bahwa hak konsumen itu meliputi hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan atau jasa. Dengan demikian

jelaslah kiranya bahwa lembaga asuransi sebagai penanggung juga terikat dengan prinsip ini, yaitu kewajiban menjelaskan risiko yang dijamin maupun yang dikecualikan secara jelas dan teliti. Untuk itu setiap pihak mempunyai kewajiban untuk menjelaskan secara terperinci dengan tidak ada niat itikad buruk dalam melakukan perjanjian karena apabila tidak demikian maka akan sangat berdampak pada proses berakhirnya perjanjian dan menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak tentunya. Hal ini juga tertera pada Pasal 251 KUHD yang mengaturnya, yaitu:

“Setiap keterangan yang keliru atau tidak benar, ataupun setiap

tidak memberitahukan hal-hal yang diketahui oleh si tertanggung, betapapun itikad baik ada padanya, yang demikian sifatnya sehingga seandainya si penanggung telah mengetahui keadaan yang sebenarnya, perjanjian itu tidak akan ditutup, atau tidak ditutup dengan syarat-syarat yang sama, mengakibatkan batalnya

pertanggungan”.

2. Persengketaan yang terjadi dalam perjanjian asuransi dapat menyangkut segala hal tetapi pada umumnya adalah penyelesaian mengenai penyelesaian klaim. Persengketaan klaim umumnya menyangkut 2 (dua) hal utama, yaitu pengakuan tanggung jawab atas klaim yang timbul dari penanggung dan besaran klaim yang dituntut atau dikabulkan. Apabila terjadi perselisihan antara penanggung dan tertanggung mengenai masalah-masalah yang diakibatkan oleh hal-hal yang terkait dengan polis, maka perselisihan atau perbedaan pendapat tersebut, pertama-tama akan

diselesaikan melalui musyawarah antara penanggung dan tertanggung. Tetapi apabila setelah diadakan musyawarah dan ternyata para pihak masih bersengketa, maka jalan terakhir adalah diselesaikan melalui Pengadilan Negeri atau melalui Badan Arbitrase dalam hal ini adalah BANI.

3. Analisis penulis atas putusan No 407/Pdt.G/2011/PN.Jkt.Sel telah menunjukkan bahwa..perjanjian polis telah sah dari awal terbit dan proses penerbitan polis atas Eva Pasaribupun terbilang mudah tidak terkendala, hanya saja pada proses pencairan klaim justru pihak penanggung mempermasalahkan hal-hal persyaratan yang terdapat diawal proses sebelum penerbitan polis yaitu mengenai hasil diagnosis penyebab kematian tertanggung yaitu penyakit jantung yang ternyata sudah diderita tertanggung sejak 2007 sebelum tertanggung mengajukan polis, akan tetapi tertanggung tidak menyebutkan bahwa dirinya menderita penyakit jantung pada saat pengisian polis. Ini menjadi permasalahan karena seharusnya isi polis berakhir menjadi berbeda terkait kepada risiko yang ditanggung pihak penanggung. Mengenai diketahui tidaknya penyakit oleh ibu eva pasaribu, pihak penanggungpun mempunyai kewajiban menjelaskan apa saja informasi yang harus diberikan pada pihak tertanggung sehingga dalam pengisian polispun dapat benar. Sehingga atas dasar hal-hal inilah hakim menilai bahwa

kedua pihak memiliki kesalahan masing-masing sehingga pantaslah adanya bila risiko dari kerugian perjanjian ini ditanggung bersama, yaitu oleh pihak tertanggung dan penanggung.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan, penulis merasa perlu untuk menyampaikan saran-saran sebagai berikut:

1. Pasal 251 KUHDagang tidak menjelaskan secara terperinci sejauh mana para pihak menjelaskan hal-hal kebenaran informasi, apa saja yang harus diberikan dan sejauh mana informasi yang diberikan juga terkait ranah pribadi bila ada. Saya rasa pasal ini memerlukan penambahan-penambahan agar lebih kompleks dalam ketentuan-ketentuan untuk pemberian informasi dalam perjanjian.

2. Seharusnya jika polis telah terbit maka polis tersebut telah sah dan otentik dalam arti tidak bisa diganggu gugat atau diubah-ubah sehingga untuk penyelesaian klaim lebih mudah nantinya dan tidak terjadi lagi sengketa seperti yang penulis telah bahas pada penelitian ini. Dan untuk itu pihak asuransi haruslah detail dalam meneliti dan tidak dengan mudahnya/sembarangan menerbitkan polis. Pasal 1338 KUHPerdata, Perjanjian, antara Penggugat dan Tergugat berlaku sebagai Undang-Undang bagi para pihak dan perjanjian tersebut harus dilaksanakan dengan

itikad baik. Itikad baik disini tidak dijelaskan seperti apa itikad baik tersebut sehingga yang terjadi bukanlah itikad baik, karena sering sekali itikad baik inilah yang menimbulkan permasalahan dan harus diselesaikan di meja pengadilan.

3. Surat medical check up lengkap haruslah dijadikan persyaratan wajib guna melakukan pendaftaran polis pada asuransi jiwa agar tidak terjadi persengketaan dalam hal penyakit yang diduga atau ditutupi ataupun tidak diketahui. Karena dengan adanya surat medical check up lengkap ini maka dapat dipastikan tidak ada penyakit yang ditutupi bahwa semua penyakit termasuk riwayat penyakit yang bahkan belum disadari calon pemegang polis dapat diketahui, dan surat medical check up ini dapat dijadikan sebagai bahan pengisian polis nantinya.

76

DAFTAR PUSTAKA

Kitab Suci:

Al Qur’an dan Terjemahan

Buku-Buku:

Abbas, Syahrizal. MEDIASI dalam Perspektif Hukum syariah, Hukum adat, dan Hukum Nasional, cet.I.Jakarta: Kencana, 2009.

Badrulzaman, Mariam Darus, dkk. Kompilasi Hukum Perikatan. Jakarta: Aditya Bakti, 2001

Beatson, Jack and Friedman, Daniel. Good faith and faulth in contract law. Oxford: Clarendon Press, 1995.

Budiono, Herlien. Asas Keseimbangan bagi Hukum Perjanjian Indonesia, cet.I. Jakarta: Citra Aditya Bakti, 2006.

Clarke, Malcom A. a contract whereby, for an agreed premium one party undertakes to compensate the other for loss on a specified subject by specified perils.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1996.

Ganie, A.Junaedy. Hukum Asuransi Indoensia, Cet.I. Jakarta: Sinar Grafika, 2011. Haddad, C.S.T Kansil. Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia.

Jakarta: PT. Sinar Grafika, 2002.

Harahap, M.Yahya. Hukum Acara Perdata. Jakarta: Sinar Grafika, 2008.

Harahap, Krisna. Hukum Acara Perdata class action, arbitrase & alternative serta mediasi. Bandung: Grafitri, 2007.

Hartono, Sri Redjeki. Hukum Ekonomi Indonesia, Buku 2. Malang: Bayumedia, 2007.

Jhon, M.Echols dan Shadily, Hassan. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia, 1990.

Judge, Stephen. Business Law, MacMillan Law Masters, eds.2, 1999.

Khairandy, Ridwan. Itikad baik dalam kebebasan berkontrak, Jakarta: Katalog Dalam Terbitan (KDT)FHUI, 2003.

Peter de Cruz, A modern approach Comparative law. Deventer: Kluwer,1993.

Purwosutjipto, H.M.N. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, jilid 6, cet.III. Jakarta: Djambatan, 1990.

Purwadaminta, WJS. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet.II. Richards, Paul. Law of Contract, Longman, 5th Edition, 2002.

Sastrawidjaja, Man S. dan Endang. Hukum Asuransi, Perlindungan Tertanggung Asuransi Deposito Usaha Perasuransian, Cet.I. T.tp, 1997.

Satrio, J. Hukum Perikatan,Perikatan yang lahir dari perjanjian, Buku II. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1995.

Sendro, Ketut. Klaim Asuransi Gampang, cet.III. Jakarta: BMAI, PPH, 2009.

Setiawan, Aneka masalah hukum dan hukum acara perdata. Bandung: Alumni, 1992. Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum, cet.III. Jakarta: Penerbit

Universitas Indonesia, 1986.

Soemartono, Gatot. ARBITRASE dan MEDIASI di Indonesia. Jakarta: Gramedia, 2006.

Soeparmono. Hukum Acara Perdata dan Yurisprudensi. Bandung: CV Mandar Maju, 2005.

Stack, David. “The two standard of good faith in canadian contract law”. Vol 62. Saskatchewan law review, 1999.

Swady Halim, Permasalahan Umum Nasabah Asuransi Seminar dan Lokakarya Perkembangan Jurnalisme Ekonomi II. Semarang: Lembaga Studi Pers dan Informasi, Tanggal 9 Oktober 2000.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988. Tunggal, Arif Djohan. Peraturan Perundang-undangan Perasuransian Di Indonesia,

Buku 1. Jakarta: Harvarindo, 1998.

Vaughan, Emmet J. and Vaughan, Therese. Essential of Insurance: A Risk Management Perspective. Canada: John Wiley Inc., 1995.

Wirjono. Hukum Asuransi di Indonesia. Jakarta: Intermassa, 1987.

Karya Ilmiah:

Hartono, Bronto. “Prinsip Utmost Good Faith dalam Pelaksanaan Perjanjian Asuransi Jiwa PT.Asuransi Jiwasraya (Persero) di regional office Semarang,” Tesis S2 Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro Semarang, 2005.

Kusdian, Maryadi. “Peranan asuransi jiwa bersama bumiputera 1912 cianjur terhadap pemegang polis dan permasalahannya.” Skripsi S1 Fakultas Hukum, Universitas Pakuan Bogor, 2003.

Wiyono, “Penyelesaian klaim Asuransi Kesehatan pada Rumah Sakit X”, Skripsi S1 Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, 2011.

Peraturan Perundang-undangan:.

Badan Mediasi Asuransi Indonesia, Surat Keputusan Tentang Proses Penanganan Sengketa Melalui Mediasi Dan/Atau Judikasi, SK. No. 001/SK-BMAI/09.2006. Keputusan Menteri Keuangan No: 422.KMK.06./2003, tentang Penyelenggaraan

Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata.

Peraturan Pemerintah Indonesia No. : 3506 Tentang Perasuransian.

Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Progam Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Penyelenggaraan Usaha

Perasuransian di Indonesia.

Website:

“Tentang Profile Prudential”, artikel dikutip dari

http://www.prudential.co.id/corp/prudential_in_id/header/aboutus/ourhistory/i ndex.html diakses pada 15 september pukul 12.24 WIB.

“Tentang Informasi Prudential”, artikel dikutip dari

http://www.prudential.co.id/corp/prudential_in_id/header/aboutus/index.html diakses pada 15 september 2013 pukul 12.24 WIB

“Tentang Misi dan Kredo Prudential”, artikel dikutip dari

http://www.prudential.co.id/corp/prudential_in_id/header/aboutus/missionand credo/index.html diakses pada 15 september 2013 pukul 12.24 WIB.

“Tentang Posita, Petitum, Replik, Duplik”, artikel dikutip dari

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt50c454b656489/tentang-posita,-petitum,-replik,-dan-duplik” diakses pada 6 November 2013 pukul 9.15 WIB.

“Tentang Prosedur Pengajuan Klaim Asuransi Jiwa”,

http://kenapaasuransi.wordpress.com/prosedur-pengajuan-klaim/ diakses pada 15 september 2013 pukul 12.18 WIB.

“Tentang Berapa Bunga Kelalaian (Moratoir) yang Wajar”, dikutip dari http://nasima.wordpress.com/category/perdata-2/ diakses pada 1 November 2013 pukul 9.48 WIB.

Dokumen terkait