• Tidak ada hasil yang ditemukan

7. 11 9. 1 1 9. 48 0 9. 06 9. 3 7 0 9. 4 5 9. 63 0 5 10 15 pH2 pH3 pH4

pH

l og c fu/ m l 0 jam 0.5 jam 1 jam

Gambar 3 Ketahanan bakteri Lactobacillus casei Shirota terhadap asam lambung. Dapat dilihat pada Gambar 3 di atas tingkat ketahanan bakteri Lactobacillus casei Shirota pH2 hanya pada 0 jam 2.57 x 107 cfu/ml, tetapi pada pH3 sebanyak 5.4 x 109 cfu/ml (0jam), 4.69 x 109 cfu/ml (0,5 jam), dan 5.6 x 109 cfu/ml (1jam). Sedangkan pada pH4 5.4 x 109 cfu/ml (0jam), 5.4 x 109 cfu/ml (0,5jam) dan 4.3 x 109 cfu/ml (1jam). Jadi pada pH 3 dan pH 4 bakteri Lactobacillus casei Shirota dapat bertahan pada log 9 cfu/ml.

Pada Gambar 4 terlihat bahwa tingkat ketahanan asam bakteri Lactobacillus IS- 7257 pada pH 2 masih bertahan hidup sebanyak 2.8 x 108 cfu/ml (0jam), 1.7 x 105 cfu/ml (0,5jam), dan 1.1 x 105 cfu/ml (1jam). Sedangkan pada pH3 sebanyak 5.4 x 105 cfu/ml (0jam), 3.5 x 108 cfu/ml (0,5 jam), dan 4.9 x 109 cfu/ml (1jam), pada pH4 4.8 x 109 cfu/ml (0jam), 6.3 x 109 cfu/ml (0,5jam), dan 7.0 x 109 cfu/ml pada (1jam).

Ketahanan asam Lactobacillus IS-7257

9. 68 8. 45 10 .7 4 9. 79 5. 2 3 8. 54 9. 84 5. 05 9. 68 0 5 10 15 pH2 pH3 pH4 pH l o g cf u/ m l 0 jam 0.5 jam 1 jam

Gambar 4 Ketahanan bakteri Lactobacillus IS-7257 terhadap asam lambung Asam lambung disekresikan setiap hari sebanyak 2.000-3.000 ml berupa asam hidroklorat, mukus, dan enzim-enzim pencerna, seperti enzim pepsin suatu

enzim penghidrolisis protein yang optimum pada pH 1,5-2,5. Suatu probiotik harus bisa bertahan pada kondisi asam setidaknya selama 90 menit (Surono 2004). Gambar 3 dan Gambar 4 memperlihatkan bahwa ketahanan terhadap asam lebih tinggi dimiliki oleh bakteri Lactobacillus IS-7257. Bakteri Lactobacillus IS-7257 dapat bertahan pada pH 2 selama satu jam perlakuan.

Ketahanan terhadap Garam Empedu

Ketahanan bakteri probiotik terhadap garam empedu dinyatakan dalam penurunan log jumlah bakteri dalam media MRSA tanpa dan dengan penambahan garam empedu/bile sebanyak 0,5%. Penurunan log terkecil menunjukkan ketahanan terhadap garam empedu yang besar, apabila tidak ada penurunan log (nol) berarti tidak terjadi perbedaan antara bakteri probiotik yang tumbuh pada media MRSA saja dengan yang tumbuh dalam media MRSA ditambah 0,5% garam empedu.

Asam dan garam empedu merupakan larutan iso-osmotik ekstraseluler yang disekresikan setiap hari sebanyak 500-700 ml. Asam empedu mencapai konsentrasi 35mM, mengandung padatan seperti garam empedu, terbanyak garam Na dan pigemen empedu seperti bilirubin glukoronida, sulfat steroid dan senyawa beracun lainnya, juga terkandung sejumlah lipid seperti fosfolipid dan kolesterol (Burwen 1992 diacu dalam Surono 2004). Ketahanan bakteri Lactobacillus casei Shirota dan Lactobacillus IS-7257 terhadap garam empedu dapat dilihat pada Gambar 5.

Lactobacillus IS-7257 mempunyai ketahanan terhadap garam empedu karena mampu hidup pada media yang mengandung garam empedu 0,5%. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Kimoto dkk. (1999), Zavaglia dkk. (1998), Jakobsen dkk. (1999) dan Surono dan Nuraeni (2001), yaitu semua mikroba yang berhasil hidup setelah ditumbuhkan pada media MRSA yang ditambah 0,5% garam empedu dinyatakan bersifat tahan terhadap garam empedu. Hasil analisis menunjukkan bahwa bakteri Lactobacillus casei Shirota dapat bertahan pada media MRSA yaitu sebesar 3.7 x 109 log/ml, sedangkan pada media MRSA yang ditambahkan garam empedu (bile) bakteri Lactobacillus casei Shirota tidak tumbuh.

Ketahanan garam empedu 0 9. 44 9. 5 9. 3 7 0.00 5.00 10.00 Lcs IS-7257 Jenis probiotik lo g c fu/ m l MRSA MRSA+bile

Gambar 5 Ketahanan bakteri Lactobacillus casei Shirota dan Lactobacillus IS- 7257 terhadap garam empedu.

Bakteri Lactobacillus IS 7257 lebih tahan terhadap garam empedu karema masih dapat bertahan hidup pada media MRSA + bile sebanyak 2.4 x 109 cfu/ml.

Maka dapat disimpulkan bahwa bakteri Lactobacillus IS 7257 lebih tahan terhadap garam empedu jumlahnya hampir tidak mengalami penurunan, sedangkan Lactobacillus casei Shirota tidak tahan karena tidak tumbuh pada media MRSA + bile. Sehingga dapat disimpukan Lactobacillus IS-7257 adalah bakteri probiotik yang tahan terhadap garam empedu dan kondisi asam pada pH2 sedangkan Lactobacilluc casei Shirota adalah bakteri probiotik yang tahan pada pH3 dan tidak tahan terhadap garam empedu.

Pengaruh Pemberian Air Beroksigen dan Probiotik

Uji in vivo pengaruh pemberian air beroksigen dan probiotik terhadap pertumbuhan berat badan tikus dan analisis mikroba yang dilakukan menggunakan tikus percobaan Spranque Dauley, parameter analisis mikroba mencakup jumlah fekal bakteri asam laktat, fekal bakteri Coliform dan total fekal bakteri anaerob. Pengamatan dilakukan empat tahapan , yaitu tahap pertama pra perlakuan atau masa adaptasai, setelah tiga hari perlakuan, setelah tujuh hari perlakuan, dan setelah tiga hari kembali ke diet normal juga dilakukan pengamatan terhadap berat badan tikus. Data perubahan berat badan tikus maupun jumlah bakteri didasarkan pada pengurangan hari pengamatan (0, 3, 7, dan 10 hari) dengan data pada hari ke-0.

Pertambahan Berat Badan Tikus

Rata-rata berat badan tikus pada awal penelitian berkisar antara 101.38-138.94 g, sedangkan pada akhir penelitian mengalami penambahan dengan kisaran berat antara 104.15 - 168.70 g (Tabel 3). Secara keseluruhan rata-rata berat badan tikus meningkat sebesar 17%.

Tabel 3 Rata-rata berat badan tikus pada awal dan akhir penelitian

Perlakuan Berat badan tikus (gr)

Probiotik Air beroksigen

(ppm) Awal Akhir

Tanpa

0 104.34 132.40

50 103.56 128.36

80 102.48 124.08

Lactobacillus casei Shirota

0 101.96 130.34 50 101.38 111.92 80 101.58 112.06 Lactobacillus IS-7257 0 138.94 168.7 50 137.74 156.53 80 132.56 153.76

Tanpa Penambahan Bakteri Probiotik. Hasil penimbangan terhadap berat badan tikus Spranque Dauley menunjukkan bahwa tikus yang mendapatkan pemberian air beroksigen konsentrasi 50 ppm (A1) dan 80 ppm (A2) maupun tanpa air beroksigen (A0) mengalami pertambahan berat badan yang selalu meningkat pada hari pengamatan ke-3, 7, dan 10 hari dibandingkan hari ke-0. Rata-rata pertambahan berat badan tikus selama periode pengamatan tersaji pada Tabel 4.

Tabel 4 Pengaruh perlakuan pemberian air beroksigen tanpa penambahan probiotik terhadap pertambahan berat badan tikus secara in vivo

Perlakuan Data berat badan tikus (gr)

Pertambahan berat badan tikus (gr) dikurangi hari ke-0

0 hari 3 hari 7 hari 10 hari 0 hari 3 hari 7 hari 10 hari A0B0 104.34 109.86 124.64 132.40 0.00 5.52 20.30 28.06 A0B1 103.56 112.34 122.82 128.36 0.00 8.78 19.26 24.80 A0B2 102.48 106.94 114.74 124.08 0.00 4.46 12.26 21.60 Keterangan : A0B0 = Tanpa probiotik, air beroksigen 0 ppm

A0B1 = Tanpa probiotik, air beroksigen 50 ppm A0B2 = Tanpa probiotik, air beroksigen 80 ppm

Tabel 4 menunjukkan bahwa adanya pertambahan berat badan tikus yang cukup pesat pada hari pengamatan ke-7 yaitu meningkat lebih dari 8 gr untuk setiap perlakuan. Dari ketiga perlakuan yang diberikan kepada tikus, didapatkan data pertambahan berat badan bahwa perlakuan A0B0 memberikan pengaruh terhadap pertambahan berat badan tikus yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan A0B1 maupun A0B2.

Dalam penelitian ini intake makanan tidak dihitung, sedangkan Roger (1979) menyatakan bahwa untuk pertumbuhan dan perkembangan tikus harus adanya kecukupan nutrisi dalam ransum sehingga berpengaruh positif pada pertambahan berat badan tikus. Maka berapapun kadar oksigen yang diberikan terhadap tikus tidak memberikan efek penambahan berat badan yang signifikan apabila konsumsi zat gizi kurang.

Penambahan Bakteri Lactobacillus casei Shirota dan Air Beroksigen.

Pertambahan bobot badan tikus pada perlakuan penambahan bakteri Lactobacillus casei Shirota menunjukkan bahwa selama periode pengamatan berat badan tikus mengalami kenaikan. Pertambahan berat badan tikus tanpa penambahan air beroksigen mengalami peningkatan yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok yang mengalami perlakuan penambahan air beroksigen konsentrasi 50 dan 80 ppm. Air beroksigen 50 ppm mampu meningkatkan berat badan tikus yang lebih baik dibandingkan air oksigen 80 ppm pada hari ke-7 dan hari ke-10.

Tabel 5 Pengaruh perlakuan pemberian air beroksigen dan bakteri Lactobacillus casei Shirota terhadap pertambahan berat badan tikus secara in vivo

Perlakuan Data berat badan tikus (gr)

Data pertambahan berat badan tikus (gr) dikurangi hari ke-0 0 hari 3 hari 7 hari 10 hari 0 hari 3 hari 7 hari 10 hari A1B0 101.96 110.22 123.88 130.34 0.00 8.26 21.92 28.38 A1B1 101.38 104.16 112.08 111.92 0.00 2.78 10.70 10.54 A1B2 101.58 104.4 111.16 112.06 0.00 2.82 9.58 10.48 Keterangan: A1B0 = Lactobacillus casei Shirota, air beroksigen 0 ppm

A1B1 = Lactobacillus casei Shirota, air beroksigen 50 ppm A1B2 = Lactobacillus casei Shirota, air beroksigen 80 ppm

Rata-rata pertambahan berat badan tikus akibat perlakuan Lactobacillus casei Shirota dan air beroksigen (0, 50, 80 ppm) dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel

5 memperlihatkan bahwa dengan tanpa atau adanya oksigen Lactobacillus casei Shirota masih dapat melakukan metabolisme dan berdampak pada pertambahan berat badan tikus selama periode pengamatan.

Penambahan Bakteri Lactobacillus IS-7257 dan Air Beroksigen. Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan penambahan bakteri Lactobacillus IS -7257 dan air beroksigen konsentrasi 0, 50, dan 80 ppm memberikan pengaruh yang baik terhadap pertambahan berat badan tikus yang selalu meningkat selama periode pengamatan. Rata-rata pertambahan berat badan tikus dengan perlakuan penambahan air beroksigen dan Lactobacillus IS-7257 tersaji pada Gambar 6.

Kombinasi penambahan tanpa air beroksigen (B0) dan Lactobacillus IS -7257 (A2) ternyata mampu meningkatkan pertambahan berat badan tikus yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan air beroksigen 50 ppm dan 80 ppm. Pertambahan berat badan tikus pada kombinasi perlakuan A2B0 mampu meningkatkan berat badan tikus sebenyak 29,76 gr pada akhir periode pengamatan. Dan kombinasi A2B1 hanya mampu meningkatkan berat badan sebesar 18,79 gr pada hari pengamatan ke-10.

Tabel 6 Pengaruh perlakuan pemberian air beroksigen dan Lactobacillus IS-7257 terhadap pertambahan berat badan tikus secara in vivo

Perlakuan Data berat badan tikus (gr)

Data pertambahan berat badan tikus (gr) dikurangi hari ke-0 0 hari 3 hari 7 hari 10 hari 0 hari 3 hari 7 hari 10 hari A2B0 138.94 145.32 155.24 168.7 0.00 6.38 16.30 29.76 A2B1 137.74 140.825 156.4 156.53 0.00 3.08 18.66 18.79 A2B2 132.56 138.8 148.46 153.76 0.00 6.24 15.90 21.20 Keterangan : A2B0 = Lactobacillus IS-7257, air beroksigen 0 ppm

A2B1 = Lactobacillus IS-7257, air beroksigen 50 ppm A2B2 = Lactobacillus IS-7257, air beroksigen 80 ppm

Tabel 6 menunjukkan bahwa dengan ataupun tanpa penambahan air beroksigen terjadi adanya pertambahan berat badan pada tikus selama periode pengamatan. Hal ini dapat diartikan bahwa Lactobacillus IS-7257 dapat melakukan metabolismenya dengan adanya oksigen ataupun tanpa oksigen karena Lactobacillus IS-7257 bersifat anaerob fakultatif.

Penambahan Bakteri Lactobacillus casei Shirotadan Lactobacillus IS

-7257 tanpa Air Beroksigen. Perlakuan pemberian probiotik (Lactobacillus casei Shirota dan Lactobacillus IS-7257) masing-masing memberikan pengaruh terhadap kenaikan berat badan tikus selama pemberian perlakuan. Perlakuan terbaik tanpa penambahan air beroksigen dimiliki oleh tikus yang ditambahkan L. casei Shirota di dalam ransumnya, yaitu pada hari ke-3 untuk penambahan Lactobacillus casei Shirota berat badan tikus bertambah sebanyak 8,26 gram dan terus bertambah menjadi 28,38 gram pada hari pengamatan ke-10. Rata-rata penambahan berat badan tikus akibat penambahan L casei Shirota dan L. IS-7257 dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Pengaruh perlakuan bakteri Lactobacillus casei Shirota dan Lactobacillus IS-7257 terhadap pertambahan berat badan tikus secara in vivo

Perlakuan Data berat badan tikus (gr)

Data pertambahan berat badan tikus (gr) dikurangi hari ke-0 0 hari 3 hari 7 hari 10 hari 0 hari 3 hari 7 hari 10 hari A0B0 104.34 109.86 124.64 132.40 0.00 5.52 20.30 28.06 A1B0 101.96 110.22 123.88 130.34 0.00 8.26 21.92 28.38 A2B0 138.94 145.32 155.24 168.7 0.00 6.38 16.30 29.76 Keterangan: A0B0 = Tanpa probiotik, aik beroksigen 0 ppm

A1B0 = Penambahan Lactobacillus casei Shirota, air beroksigen 0 ppm A2B0 = Penambahan Lactobacillus IS-7257, air beroksigen 0 ppm

Tabel 7 memperlihatkan bahwa tikus akan mengalami kenaikan berat badan walaupun tanpa pemberian air beroksigen. Tikus yang diberikan penambahan Lactobacillus IS-7257 (A2) ke dalam ransumnya mengalami kenaikan berat badan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tikus yang mendapatkan perlakuan penambahan Lactobacillus casei Shirota (A1) dan tanpa penambahan probiotik (A0).

Dengan adanya penambahan probiotik ke dalam ransum tikus menyebabkan bakteri non patogen di dalam saluran cerna akan lebih banyak daripada bakteri patogen sehingga akan menekan pertumbuhan bakteri patogen yang akan menciptakan kondisi yang baik pada saluran cerna. Kondisi demikian tentu akan meningkatkan penyerapan zat-zat gizi sehingga akan menambah masa tubuh.

Berbagai cara mikrobiota menekan bakteri patogen diantaranya adalah kompetisi nutrisi. Asam lemak bebas yang dihasilkan oleh mikrobiota usus menghambat proliferasi patogen dengan menurunkan keasaman usus, dan beberapa bakteri menghasilkan bakteriosin, mikrobiota usus mempercepat mengeluarkan kotoran dengan menstimulir motilitas usus, dan mikrobiota usus menstimulir imunitas usus. Kondisi demikian akan menciptakan kondisi yang sehat di saluran cerna sehingga penyerapan zat gizi akan optimal yang akan memberikan kontribusi pada masa tubuh.

Penambahan Lactobacillus IS -7257 memberikan respon yang lebih baik dibandingkan dengan penambahan Lactobacillus casei Shirota, hal ini disebabkan karena Lactobacillus IS-7257 lebih tahan terhadap asam dan garam empedu maka jumlah bakteri yang sampai di usus lebih banyak sehingga dapat memberikan efek yang lebih baik.

Interaksi Pemberian Probiotik dan Air Beroksigen. Oksigen yang diserap melalui membran intestinal diklaim dapat meningkatkan imunitas dan memperbaiki sistem sirkulasi dalam tubuh. Oksigen juga akan melekat di butir-butir darah merah yang kemudian masuk ke dalam sel-sel tubuh manusia (Khomsan 2005). Adanya penambahan probiotik (Lactobacillus casei Shirota dan IS-7257) dan air beroksigen diduga mampu untuk meningkatkan pertambahan berat badan tikus. Rata-rata pertambahan berat badan tikus selama periode pengamataan tersaji pada Tabel 8.

Hasil analisis ragam (Lampiran 14) menunjukkan bahwa pemberian air beroksigen memberikan pengaruh yang nyata (α < 0,05) terhadap pertambahan berat badan tikus. Dan perlakuan pemberian probiotikpun memberikan pengaruh yang nyata terhadap perubahan berat badan tikus (α < 0,05). Pengaruh interaksi penambahan air beroksigen dan probiotik terhadap perubahan berat badan tikus memberikan pengaruh yang nyata (α < 0,05).

Hasil uji lanjut (Lampiran 15) memperlihatkan bahwa penambahan Lactobacillus casei Shirota (A1) berbeda nyata dengan perlakuan tanpa probiotik (A0). Dan penambahan Lactobacillus casei Shirota (A1) tidak berbeda nyata dengan penambahan Lactobacillus IS-7257(A2). Dimana rata-rata tertinggi untuk

meningkatkan berat badan tikus terdapat pada perlakuan probiotik Lactobacillus IS-7257 (A2). Lampiran 16 menunjukkan bahwa tanpa penambahan air beroksigen (B0) memberikan perbedaan yang nyata jika dibandingkan dengan pemberian air beroksigen konsentrasi 50 ppm (B1) dan 80 ppm (B2). Dan rata-rata tertinggi untuk meningkatkan berat badan tikus terdapat pada perlakuan tanpa air beroksigen (B0).

Tabel 8 Pertambahan berat badan tikus

Perlakuan Rataan (gr)

Data pertambahan berat badan tikus (gr) dikurangi hari ke-0 0 hari 3 hari 7 hari 10 hari

A0B0 13.5 x 102 ab 0.00 5.52 20.30 28.06 A0B1 13.2 x 102 abc 0.00 8.78 19.26 24.80 A0B2 9.6 x 102 abcde 0.00 4.46 12.26 21.60 A1B0 14.6x 102 a 0.00 8.26 21.92 28.88 A1B1 6.0 x 102 de 0.00 2.78 10.70 10.54 A1B2 5.7 x 102 e 0.00 2.82 9.58 10.48 A2B0 8.8 x 102 bcde 0.00 6.38 16.30 29.76 A2B1 8.0 x 102 cde 0.00 3.08 18.66 18.79 A2B2 11.1x 102 abcd 0.00 6.24 15.90 21.20

Angka yang diikuti huruf superskript berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf uji 5%.

Keterangan:

A0B0 : tanpa bakteri probiotik dan tanpa air beroksigen

A0B1 : tanpa bakteri probiotik dengan penambahan air beroksigen 50 ppm A0B2 : tanpa bakteri probiotik dengan penambahan air beroksigen 80 ppm

A1B0 : dengan bakteri Lactobacillus casei Shirota tanpa penambahan air beroksigen A1B1 : dengan bakteri Lactobacillus casei Shirota dan dengan air beroksigen 50 ppm A1B2 : dengan bakteri Lactobacillus casei Shirota dan dengan air beroksigen 80 ppm A2B0 : dengan bakteri Lactobacillus IS-7257 tanpa penambahan air beroksigen A2B1 : dengan bakteri Lactobacillus IS-7257 dan dengan air beroksigen 50 ppm

A2B2 :dengan bakteri Lactobacillus IS-7257 dan dengan air beroksigen 80 ppm

Tabel 8 menunjukkan bahwa rata-rata pertambahan berat badan tikus tertinggi dimiliki oleh tikus dengan perlakuan penambahan air beroksigen 0 ppm yang dipadu dengan Lactobacillus IS-7257 dan terendah dimiliki oleh tikus yang diberi perlakuan A1B1 (Lactobacillus casei Shirota, air beroksigen 50 ppm) dan A1B2 (Lactobacillus casei Shirota, air beroksigen 80 ppm). Kombinasi perlakuan probiotik tanpa air beroksigen (A0B0, A1B0, A2B0) tetap mampu memberikan kontribusi terhadap kenaikan berat badan tikus yang cukup baik.

Dari hasil pertambahan berat badan ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa tanpa adanya penambahan air beroksigenpun bakteri asam laktat mampu untuk melakukan metabolisme di dalam tubuh dan memberikan efek yang baik terhadap

kenaikan berat badan tikus. Hal ini diduga karena bakteri asam laktat baik Lactobacillus casei Shirota maupun Lactobacillus IS-7257 termasuk bakteri anaerob fakultatif, sehingga tanpa penambahan air beroksigen tetap bisa melakukan metabolisme.

Kemampuan bakteri Lactobacillus IS-7257 yang lebih baik dalam meningkatkan berat badan tikus diduga disebabkan oleh ketahanan bakteri Lactobacillus IS-7257 itu sendiri terhadap kondisi asam dan garam empedu. Dengan kemampuan ketahanan terhadap kondisi asam dan garam empedu ini menjadikan bakteri Lactobcillus IS-7257 mampu untuk melewati saluran pencernaan dan sampai pada usus besar dimana kehadiran bakteri probiotik di dalam usus besar sangat berguna untuk menekan jumlah bakteri patogen.

Berbagai rintangan harus dihadapi oleh mikroba dalam saluran pencernaan mulai dari mulut sampai anus. Pada perjalananya melintasi berbagai sistem pencernaan, khususnya dari mulut hingga usus halus, hambatan yang dijumpai diantaranya yang paling berarti adalah asam lambung dan garam empedu, sedangkan pada usus besar hampir tidak ditemukan lagi hambatan yang cukup berarti kecuali, terjadinya kompetisi terhadap nutrisi (Surono 2004).

Lactobacillus IS-7257 mampu bertahan dalam menghadapi rintangan-rintangan tersebut, sehingga dapat mencapai usus dalam keadaan tetap hidup dalam jumlah yang cukup memadai untuk berkembang biak dan menyeimbangkan mikrobiota dalam usus. Sehingga dapat menciptakan kondisi saluran cerna yang baik dan penyerapan zat gizi yang optimal sehingga memberikan kontribusi terhadap berat tubuh.

Total Fekal Bakteri Asam Laktat

Bakteri asam laktat termasuk ke dalam bakteri baik bagi manusia dan aman bagi manusia. Kelompok bakteri ini tidak membusukkan protein, dan dapat memetabolisme berbagai jenis karbohidrat secara fermentatif menjadi asam laktat. Bakteri asam laktat memerlukan nutrisi yang sangat kompleks yang kaya akan nutrisi, biasanya asam laktat dapat hidup di susu, daging, minuman, dan sayuran (Surono 2004).

Tanpa Bakteri Probiotik. Rata-rata pertambahan jumlah bakteri asam laktat tanpa perlakuan probiotik berkisar antara 0 cfu/gr sampai -0,91 log cfu/gr. Perlakuan pemberian air beroksigen terlihat meningkatkan perubahan jumlah total bakteri asam laktat pada konsentrasi 80 ppm. Rata-rata pengaruh perlakuan tanpa probiotik dan air beroksigen terhadap jumlah bakteri asam laktat tersaji pada Tabel 9.

Tabel 9 Pengaruh perlakuan tanpa bakteri probiotik dengan air beroksigen terhadap total fekal bakteri asam laktat secara in vivo

Perlakuan

Data total bakteri asam laktat (log cfu/gr)

Data pertambahan bakteri asam laktat (log cfu/gr) dikurangi hari ke-0 0 hari 3 hari 7 hari 10 hari 0 hari 3 hari 7 hari 10 hari A0B0 8.06 7.45 7.35 7.19 0 -0.61 -0.71 -0.87 A0B1 8.2 8.09 8.16 7.29 0 -0.11 -0.04 -0.91

A0B2 7.38 7.33 7.37 7.3 0 -0.05 -0.01 -0.08

Keterangan : A0B0 = tanpa probiotik, air beroksigen 0 ppm A0B1 = tanpa probiotik, air beroksigen 50 ppm A0B2 = tanpa probiotik, air beroksigen 80 ppm

Jumlah perubahan bakteri asam laktat pada hari ke-3, 7, dan 10 yang bernilai negatif disebabkan karena adanya pengurangan dengan bakteri asam laktat pada hari ke-0. Selama periode pengamatan, jumlah total fekal asam laktat semakin kecil. Hal ini dikarenakan pada hari ke-10 sudah tidak diberikan perlakuan.

Perlakuan penambahan air beroksigen (50 dan 80 ppm) menghasilkan perubahan yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan tanpa air beroksigen pada hari ke-3 dan ke-7. Tabel 9 menunjukkan bahwa perlakuan terbaik untuk mempertahankan jumlah bakteri asam laktat adalah perlakuan air oksigen 80 ppm. Jumlah bakteri asam laktat cenderung tetap selama periode pengamatan walaupun tanpa dikombinasikan dengan penambahan probiotik. Hal ini diduga terkait adanya pemberian ransum tikus yang mengandung serat sebagai media pertumbuhan probiotik (prebiotik) sehingga walaupun tanpa adanya penambahan bakteri Lactobacillus casei Shirota dan Lactobacillus IS-7257, bakteri asam laktat akan tetap dan berkembang pada saluran cerna.Dan dengan adanya penambahan air beroksigen bakteri asam laktat mampu melakukan metabolisme di dalam tubuh.

Penambahan Lactobacillus casei Shirota. Rata-rata perubahan jumlah fekal bakteri asam laktat terbesar akibat perlakuan penambahan bakteri Lactobacillus casei Shirota ditemukan pada penambahan air beroksigen 50 ppm yakni 1,62 log cfu/gram yang diamati pada hari ke 3 (Tabel 10). Selanjutnya total fekal bakteri asam laktat kedua terbesar adalah pada perlakuan penambahan air beroksigen 80 ppm yang diamati pada hari ke 3 yakni 1,56 log cfu/gram. Perubahan jumlah fekal bakteri asam laktat terkecil dijumpai pada perlakuan penambahan air oksigen 80 ppm pada pengamatan pasca perlakuan (hari ke-10) yakni sebesar 0,17 log cfu/gram.

Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan pemberian air beroksigen pada hari pengamatan ke-0 sampai hari ke-7 menghasilkan perubahan jumlah bakteri asam laktat yang lebih baik jika dibandingkan dengan perlakuan tanpa air oksigen. Perubahan jumlah fekal bakteri asam laktat pada periode pengamatan pada hari ke-10 mengalami penurunan baik dengan pemberian air beroksigen maupun tanpa air beroksigen.

Dari hasil pertambahan jumlah fekal bakteri asam laktat ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa tanpa penambahan air beroksigen bakteri asam laktat tetap mampu untuk melakukan metabolisme di dalam tubuh dan memberikan efek yang baik terhadap kenaikan jumlah fekal asam laktat.

Tabel 10 Pengaruh perlakuan pemberian air beroksigen dan bakteri Lactobacillus casei Shirota terhadap total fekal bakteri asam laktat secara in vivo

Perlakuan

Data total bakteri asam laktat (log cfu/gr)

Data pertambahan bakteri asam laktat (log cfu/gr) dikurangi hari ke-0 0 hari 3 hari 7 hari 10 hari 0 hari 3 hari 7 hari 10 hari A1B0 6.47 7.25 7.4 7.31 0 0.78 0.93 0.84 A1B1 6.33 7.95 7.89 7.19 0 1.62 1.56 0.86 A1B2 6.54 7.92 7.89 6.71 0 1.38 1.35 0.17 Keterangan: A1B0 = Lactobacillus casei Shirota, air beroksigen 0 ppm

A1B1 = Lactobacillus casei Shirota, air beroksigen 50 ppm A1B2 = Lactobacillus casei Shirota, air beroksigen 80 ppm

Penambahan Lactobacillus IS-7257. Pada perlakuan penambahan bakteri Lactobacillus IS-7257, perubahan jumlah rata-rata total fekal bakteri asam laktat terbesar ditemukan pada perlakuan tanpa air beroksigen (0 ppm) yakni sebesar

3,43 log cfu/gram yang diamati pada hari ke 3 (Tabel 11). Perlakuan penambahan Lactobacillus IS-7257 dengan air beroksigen konsentrasi 0 dan 50 ppm mampu meningkatkan jumlah bakteri asam laktat sampai periode pengamatan hari ke-3. Selanjutnya total fekal bakteri asam laktat mulai menurun pada hari 7 dan ke-10.

Tabel 11 Pengaruh perlakuan pemberian air beroksigen dan Lactobacillus IS -7257 terhadap total fekal bakteri asam laktat secara in vivo

Perlakuan Data total bakteri asam laktat (log cfu/gr)

Data pertambahan bakteri asam laktat (log cfu/gr) dikurangi hari ke-0 0 hari 3 hari 7 hari 10 hari 0 hari 3 hari 7 hari 10 hari

A2B0 6.6 10.03 8.02 7.37 0 3.43 1.42 0.77

A2B1 6.82 10.07 8.58 7.82 0 3.25 1.76 1

A2B2 7.65 8.1 9.92 6.46 0 0.45 2.27 -1.19

Keterangan : A2B0 = Lactobacillus IS-7257, air beroksigen 0 ppm A2B1 = Lactobacillus IS-7257, air beroksigen 50 ppm A2B2 = Lactobacillus IS-7257, air beroksigen 80 ppm

Perubahan jumlah bakteri asam laktat yang lebih baik terjadi pada kombinasi perlakuan Lactobacillus IS-7257 dengan air beroksigen 80 ppm. Dimana jumlah bakteri asam laktat terus meningkat pada hari ke-3 dan hari ke-7 serta penurunan jumlah bakteri asam laktat mulai terjadi pada pengamatan ke-10. Tabel 11 memperlihatkan bahwa penambahan air beroksigen 80 ppm dan Lactobacillus IS-7257 lebih efetif meningkatkan jumlah bakteri asam laktat dibandingkan dengan perlakuan tanpa air beroksigen dan air beroksigen 50 ppm selama periode pengamatan ke-7.

Penambahan Bakteri Lactobacillus casei Shirota dan Lactobacillus IS-7257 tanpa Air Beroksigen. Perlakuan pemberian probiotik (Lactobacillus casei Shirota dan Lactobacillus IS-7257) masing-masing memberikan pengaruh terhadap pertambahan jumlah total fekal bakteri asam laktat selama periode pengamatan yaitu pada hari ke-0 sampai hari ke-3. Dan pada hari ke-7 serta ke-10 jumlah total fekal bakteri asam laktat mengalami penurunan. Rata-rata penambahan jumlah fekal bakteri asam laktat akibat penambahan L casei Shirota

Dokumen terkait