• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penulis dilahirkan di Sumedang, Jawa Barat pada tangga 4 Mei 1966 dari ayah H. Tjetje Tjentasa dan ibu Hj Epong Warnaga. Penulis merupakan anak ke-empat dari enam bersaudara.

Pada tahun 1984 penulis lulus dari SMA Negeri Situraja Sumedang, dan pada tahun 1987 penulis berhasil menyelesaikan pendidikan Diploma dari Akademi Gizi Jakarta.

Penulis diterima sebagai karyawan Rumah Sakit Swasta Muhammad Husni Thamrin Jalan Salemba Jakarta pada tahun 1988, kemudian beralih dinas ke PT Nestle Indonesia sebagai Medical Representatif pada tahun 1989. Penulis diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil pada tahun 1991 bertempat di Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Cibabat Cimahi. Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan pendidikan S1 bidang studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga pada Sekolah Tinggi Pertanian Jawa Barat di Bandung tahun 1997.

Halaman

1 Alat bantu penelitian ... 19 2 Tahapan perlakuan pada tikus ... 22 3 Rata-rata berat badan tikus pada awal dan akhir penelitian ... 31 4 Pengaruh perlakuan pemberian air beroksigen tanpa penambahan

probiotik terhadap pertambahan berat badan tikus secara in vivo ... 31 5 Pengaruh perlakuan pemberian air beroksigen dan bakteri Lactobacillus casei Shirota terhadap pertambahan berat badan tikus secara in vivo ... 32 6 Pengaruh perlakuan pemberian air beroksigen dan Lactobacillus

IS-7257 terhadap pertambahan berat badan tikus secara in vivo ... 33 7 Pengaruh perlakuan bakteri Lactobacillus casei Shirota dan L. IS-7257

terhadap pertambahan berat badan tikus secara in vivo ... 34 8 Pertambahan berat badan tikus ... 36 9 Pengaruh perlakuan tanpa bakteri probiotik dengan air beroksigen terhadap

total fekal bakteri asam laktat secara in vivo ... 38 10 Pengaruh perlakuan pemberian air beroksigen dan bakteri Lactobacillus casei Shirota terhadap total fekal bakteri asam laktat secara in vivo ... 39 11 Pengaruh perlakuan pemberian air beroksigen dan Lactobacillus

IS-7257 terhadap total fekal bakteri asam laktat secara in vivo ... 40

12 Delta perubahan jumlah bakteri asam laktat ... 42

13 Pengaruh perlakuan tanpa bakteri probiotik dengan air beroksigen

(kontrol) terhadap total fekal bakteri coliform secara in vivo ... 44 14 Pengaruh perlakuan pemberian air beroksigen dan bakteri Lactobacillus casei Shirota terhadap total fekal bakteri coliformin vivo ... 45 15 Pengaruh perlakuan pemberian air beroksigen dan Lactobacillus

IS-7257 terhadap total fekal bakteri coliform secara in vivo ... 46

16 Delta perubahan bakteri coliform (log cfu/g) ... 48

17 Pengaruh perlakuan tanpa bakteri probiotik dan tanpa air beroksigen

(kontrol) terhadap total fekal bakteri anaerob secara in vivo ... 49 18 Pengaruh perlakuan pemberian air beroksigen dan bakteri Lactobacillus casei Shirota terhadap total fekal bakteri anaerob in vivo ... 50 19 Pengaruh perlakuan pemberian air beroksigen dan Lactobacillus

IS-7257 terhadap total fekal bakteri anaerob in vivo ... 51 20 Perubahan jumlah bakteri anaerob ... 53

Halaman 1 Skema uji ketahanan bakteri asam laktat terhadap pH rendah

(modifikasi dari Zavaglia et al. 1998)... 21 2 Skema uji ketahanan bakteri probiotik terhadap garam empedu

(Zavaglia et al. 1998) ... 22 3 Ketahanan bakteri Lactobacillus casei Shirota terhadap asam lambung ... 27 4 Ketahanan bakteri Lactobacillus IS-7257 terhadap asam lambung ... 28 5 Ketahanan bakteri Lactobacillus casei Shirota dan Lactobacillus

IS- 7257 terhadap garam empedu ... .30 6 Pengaruh perlakuan pemberian bakteri probiotik tanpa air beroksigen

terhadap fekal bakteri asam laktat ... 41 7 Pengaruh penambahan probiotik terhadap jumlah bakteri coliform

secara in vivo ... 46 8 Pengaruh penambahan probiotik terhadap jumlah bakteri anaerob

Halaman 1 Ketahanan bakteri Lactobacillus casei Shirota terhadap asam lambung .... . 60 2 Ketahanan bakteri Lactobacillus IS- 7257 terhadap asam lambung ... 59 3 Ketahanan bakteri Lactobacillus casei Shirota dan IS- 7257 terhadap

garam empedu ... . 59 4 Data berat badan tikus selama periode pengamatan ... 61 5. Pengaruh pemberian air beroksigen dan probiotik terhadap fekal bakteri

asam laktat secara invivo (kontrol) ... 62 6 Pengaruh pemberian air beroksigen dan probiotik terhadap fekal bakteri

asam laktat secara invivo (Lactobacillus casei Shirota) ... 63 7 Pengaruh pemberian air beroksigen dan probiotik terhadap fekal bakteri

asam laktat secara invivo (Lactobacillus IS-7257) ... 64 8 Pengaruh pemberian air beroksigen dan probiotik terhadap fekal

coliform secara in vivo (kontrol) ... 65 9 Pengaruh pemberian air beroksigen dan probiotik terhadap fekal coliform secara invivo (Lactobacillus casei shirota) ... 66 10 Pengaruh pemberian air beroksigen dan probiotik terhadap fekal

coliform secara in vivo (Lactobacillus IS-7257) ... 67 11 Pengaruh pemberian air beroksigen dan probiotik terhadap fekal bakteri anaerob secara invivo (kontrol) ... 68 12 Pengaruh pemberian air beroksigen dan probiotik terhadap fekal

bakteri anaerob secara invivo (Lactobacillus casei Shirota) ... 69 13 Pengaruh pemberian air beroksigen dan probiotik terhadap fekal bakteri anaerob secara invivo (Lactobacillus IS-7257) ... 70 14 Hasil analisis ragam pengaruh probiotik dan air beroksigen terhadap berat

badan tikus ... 71 15 Hasil uji lanjut pengaruh probiotik dan air beroksigen terhadap berat badan tikus ... 71 16 Hasil uji lanjut periode pengamatan terhadap berat badan tikus ... 71 17 Hasil analisis ragam pengaruh probiotik dan air beroksigen terhadap jumlah

bakteri asam laktat ... 71 18 Hasil uji lanjut pengaruh probiotik dan air beroksigen terhadap jumlah

bakteri asam laktat ... 72 19 Hasil uji lanjut periode pengamatan terhadap jumlah bakteri asam laktat . 72 

21 Hasil uji lanjut pengaruh probiotik dan air beroksigen terhadap jumlah

bakteri coliform ... 73      

22 Hasil uji lanjut periode pengamatan terhadap jumlah bakteri coliform ... 73 23 Hasil analisis ragam pengaruh probiotik dan air beroksigen terhadap

jumlah bakteri anaerob ... 73 24 Hasil uji lanjut pengaruh probiotik dan air beroksigen terhadap jumlah

bakteri anaerob ... 73 25 Hasil uji lanjut periode pengamatan terhadap jumlah bakteri anaerob ... 74

Latar Belakang

Air merupakan unsur yang sangat penting dalam semua kehidupan, baik kehidupan manusia, hewan maupun tumbuhan. Hampir semua metabolisme zat gizi di dalam tubuh memerlukan air. Air berfungsi untuk transportasi zat gizi, seperti protein, mineral, vitamin, dan zat gizi yang lainya ke seluruh tubuh, bermanfaat untuk pengeluaran zat-zat racun atau sisa hasil pencernaan. Selain itu juga berfungsi untuk keseimbangan fungsi tubuh dan mengatur suhu tubuh.

Mengonsumsi air yang cukup dapat meningkatkan fungsi hormon, memperbaiki kemampuan hati, untuk memecah dan melepaskan lemak serta mengurangi rasa haus dan lapar. Sebaliknya apabila kekurangan air dapat menyebabkan konstipasi, infeksi saluran kemih, terbentuknya batu ginjal, kelelahan dan masalah-masalah seputar kulit, rambut dan kuku (Khomsan 2005).

Selain air, unsur yang tidak kalah pentingnya dalam kehidupan adalah oksigen. Oksigen diperlukan untuk proses pembakaran dalam tubuh, yaitu mengubah zat-zat gizi sumber energi seperti karbohidrat, protein, dan lemak menjadi energi yang diperlukan oleh tubuh untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Ciri utama orang yang mengalami kekurangan oksigen adalah merasa lelah, mengantuk dan kurang waspada. Oksigen juga merupakan unsur vital dalam regenerasi sel, tanpa oksigen akan terjadi proses degenerasi atau peluruhan. Ketiadaan oksigen akan membawa kematian cepat pada mahluk hidup.

Pada tahun 2004 Rumawas dkk. meneliti air beroksigen dan menghasilkan temuan yang menarik dari sisi ilmiah. Hipotesis bahwa oksigen dalam air beroksigen akan mempengaruhi pertumbuhan ataupun akan meracuni mikroba yang bermanfaat/probiotik tidak terbukti. Pada kultur Lactobacillus casei strain Shirota, penambahan O2 30-35 ppm menghasilkan kultur dengan populasi bekteri asam laktat yang jauh lebih tinggi dibandingkan kontrol. Dengan demikian kekhawatiran jika mengkonsumsi air beroksigen akan menurunkan jumlah populasi bakteri baik di usus tidak terbukti.

Probiotik adalah bakteri ”baik” yang harus dikonsumsi dalam keadaan hidup dan mencapai saluran pencernaan dalam keadaan hidup dengan jumlah

yang cukup guna menghasilkan efek kesehatan yang positif. Probiotik menghasilkan metabolit yaitu asam organik, hidrogen peroksida, karbondioksida dan acidolin yang bersifat antimikroba terhadap bakteri patogen. Bakteri ini mampu mengikat senyawa racun hasil metabolisma protein dan lemak, serta hasil pemecahan enzim tertentu, sehingga meringankan tugas organ hati (Salminen 1999).

Probiotik merupakan mikroorganisma hidup, yang mempunyai pengaruh menguntungkan pada kesehatan inang (manusia) dengan memperbaiki keseimbangan mikrobiota intestinal. Efektifitas probiotik ditentukan oleh kemampuannya dalam memberikan efek menguntungkan dalam sel inang, sifatnya yang tidak patogenik dan tidak toksik dan juga kemampuanya bertahan dan melakukan kegiatan metabolisma dalam usus (Gibson dan Fuller 2000)

Karena itu bakteri probiotik harus dapat menaklukan berbagai hambatan fisiologis seperti asam lambung dan cairan empedu sehingga dapat mencapai dan bertahan hidup dalam usus manusia. Dari dalam usus, bakteri ini membantu meningkatkan kesehatan kita dengan cara mengaktifkan sel-sel kekebalan, meningkatkan jumlah bakteri berguna, dan mengurangi jumlah bakteri yang merugikan.

Probiotik dapat diberikan sebagai suplemen makanan, pemberian probiotik dapat berpengaruh menguntungkan bagi kesehatan karena probiotik dapat menghasilkan asam lemak rantai pendek dan menyebabkan suasana usus menjadi asam sehingga menekan pertumbuhan bakteri patogen serta memperbaiki keseimbangan mikrobiota usus. Mikroflora yang digolongkan sebagai probiotik terutama adalah dari golongan Lactobacillus dan Bifidocterium.

Pengendalian penyakit pada manusia dan ternak menggunakan probiotik telah dilakukan sejak lama dan terdokumentasi dengan baik (Fuller 1987). Tikus merupakan hewan menyusui yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, baik bersifat menguntungkan maupun merugikan. Sifat menguntungkan terutama dalam hal penggunaanya sebagai hewan percobaan di laboratorium, seperti tikus putih (Rattus norvegicus strain albino) atau mencit putih (strain albino) yang merupakan hewan laboratorium. Jenis tikus ini sering dijadikan

hewan percobaan untuk menguji obat dan tingkat toksisitas racun hama terhadap manusia (Priyambodo 2003).

Tikus sebagai hewan omnivora (pemakan segala) biasanya mau mengonsumsi semua makanan yang dapat dimakan oleh manusia, baik yang berasal dari tumbuhan maupun dari hewan. Selain itu tikus akan memilih pakan yang berkadar gizi seimbang dari beberapa pakan yang ada. Tikus memiliki kesamaan saluran pencernaan dan proses metabolisme dengan manusia (Priyambodo 2003).

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh in vivo pemberian air beroksigen terhadap pertumbuhan bakteri probiotik dalam tubuh. Secara khusus, tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Mengetahui toleransi bakteri probiotik terhadap kondisi asam dan garam

empedu.

2. Mengetahui pengaruh air oksigen dengan konsentrasi oksigen 50 ppm dan 80 ppm terhadap pertumbuhan berat badan tikus..

3. Mengetahui pengaruh air oksigen dengan konsentrasir oksigen 50 ppm dan 80 ppm terhadap pertumbuhan bakteri asam laktat.

4. Mengetahui pengaruh air oksigen dengan konsentrasir oksigen 50 ppm dan 80 ppm terhadap perubahan bakteri coliform.

5. Mengetahui pengaruh air oksigen dengan konsentrasi oksigen 50 ppm dan 80 ppm terhadap perubahan bakteri anaerob.

Hipotesis

Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesa berikut: a. Bakteri probiotik tahan terhadap kondisi asam dan garam empedu

b. Konsentrasi air beroksigen 50 dan 80 ppm berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan berat badan tikus.

c. Konsentrasi air beroksigen 50 dan 80 ppm berpengaruh nyata terhadap pertambahan bakteri asam laktat secara in vivo.

d. Konsentrasi air beroksigen 50 dan 80 ppm berpengaruh nyata terhadap perubahan bakteri coliform secara in vivo.

e. Konsentrasi air beroksigen 50 dan 80 ppm berpengaruh terhadap perubahan bakteri anaerob secara in vivo..

Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan akan diperoleh informasi tentang pengaruh berbagai kadar oksigen dalam air terhadap pertumbuhan bakteri probiotik yang akan memberikan dampak positif terhadap kesehatan dengan cara memperbaiki keseimbangan mikrobiota dalam saluran pencernaan.

Air Beroksigen

Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan fungsinya tidak pernah dapat digantikan dengan senyawa lain. Air juga merupakan komponen penting dalam bahan makanan karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur serta cita rasa makanan kita. Bahkan dalam bahan makanan sekalipun, seperti buah kering, tepung, serta biji-bijian, terkandung air dalam jumlah tertentu. Semua bahan makanan mengandung air dalam jumlah yang berbeda-beda, baik itu bahan makanan hewani maupun nabati. Air berperan sebagai pembawa zat-zat makanan dan sisa-sisa metabolisme, sebagai media reaksi yang menstabilkan pembentukan biopolymer, dan sebagainya (Winarno 1997).

Bila tubuh manusia hidup dianalisis komposisi kimianya, maka akan diketahui kandungan airnya rata-rata 65% atau sekitar 47 liter per orang dewasa. Setiap hari sekitar 2,5 liter harus diganti dengan air yang baru. Diperkirakan dari sejumlah air yang harus diganti tersebut 1,5 liter berasal dari air minum dan sekitar 1,0 liter berasal dari bahan makanan yang dikonsumsi. Air sangat esensial bagi kehidupan manusia, pada anak-anak kandungan airnya mencapai 75 % dari berat badanya, orang dewasa kandungan airnya 59 % dari berat badan, dan lanjut usia sebesar 50 % dari Berat badannya (Winarno 1997).

Air untuk dijadikan air minum harus memenuhi persyaratan fisika, kimia, biologi dan radioaktif. Standar mutu air minum atau air untuk kebutuhan rumah tangga ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 01/Birhukmas/I/1975 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan kualitas Air Minum. Standar baku air minum tersebut disesuaikan dengan Standar Internasional yang dikeluarkan WHO (Kusnaedi 2004). Air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan fisik, yaitu tampak jernih, tidak berwarna, rasanya tawar, tidak berbau busuk, temperatur 20-26°C, tidak mengandung zat padatan, juga harus memenuhi persyaratan kimia ; pH netral tidak terlalu asam dan tidak terlalu basa, tidak mengandung bahan kimia beracun, garam atau ion logam, dan bahan organik.

Selain air, unsur yang tidak kalah pentingnya dalam kehidupan adalah oksigen. Oksigen diperlukan untuk proses pembakaran dalam tubuh, yaitu mengubah zat-zat gizi sumber energi seperti karbohidrat, protein, dan lemak menjadi energi yang diperlukan oleh tubuh untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Ciri utama orang yang mengalami kekurangan oksigen adalah merasa lelah, mengantuk dan kurang waspada. Oksigen merupakan unsur vital dalam regenerasi sel, tanpa oksigen akan terjadi proses degenerasi atau peluruhan. Ketiadaan oksigen akan membawa kematian cepat pada mahluk hidup. Air beroksigen mempunyai kemampuan untuk menembus sel atau jaringan serta membantu proses hidrasi tubuh. Selain itu air beroksigen dapat memperbaiki fungsi sel tubuh, meningkatkan energi, membuat rasa nyaman, tidur lebih nyenyak dan menyingkirkan racun tubuh (detoksifikasi) (Khomsan 2005).

Sebagian ilmuwan menyakini bahwa infeksi dan munculnya penyakit terjadi karena kondisi lapar oksigen di tingkat sel. Sel kanker dapat berpoliferasi ketika sel-sel tubuh mengalami defisiensi oksigen. Ketika konsentrasi oksigen dalam tubuh turun sampai tingkat ekstrem dan berlangsung lama maka tubuh kita menjadi sarang berkembang biaknya agen-agen infeksi seperti bakteri, virus, dan jamur (Khomsan 2005).

Sebuah molekul air terdiri dari sebuah atom oksigen yang berikatan kovalen dengan dua atom hidrogen. Hidrogen dan oksigen mempunyai daya padu yang sangat besar antara keduanya. Keunikan air terjadi berkat ikatan pemadu kedua unsurnya. Perangkaian jarak atom-atomnya mirip kunci yang masuk lubangnya, kecocokannya begitu sempurna, sehingga air tergolong senyawa alam yang paling mantap. Semua atom dalam molekul air terjalin menjadi satu oleh ikatan kuat yang hanya dapat dipecahkan oleh perantara yang paling agresif, misalnya energi listrik atau zat kimia seperti logam kalium (Winarno 1997).

Dalam pelaksanaanya di dalam tubuh air bekerja dengan elektrolit, yaitu Natrium sebagai kation dominant di luar sel, mempertahankan volume cairan ekstraseluler, keseimbangan asam basa, mengatur tekanan darah, dan untuk metabolisma glukosa. Kalium sebagai kation utama dalam sel, mempertahankan osmose cairan intra selular dan eksitesi otot skelet dan otot jantung, dan klorida

sebagai anion di seluruh tubuh, menjaga keasaman lambung, dan aktifitas enzim dalam lambung. (Proboprastowo 1988)

Kehidupan kini semakin termanjakan dengan adanya air minum kemasan yang praktis, tanpa perlu dimasak, dan harganya terjangkau. Selain itu, di pasaran saat ini mulai bermunculan produk air kemasan baru yaitu air beroksigen. Sesungguhnya air, dari manapun sumbernya, yang sering diminum kebanyakan orang telah mengandung oksigen yang kadarnya sekitar 7 ppm. Air beroksigen telah diperkaya dengan oksigen melalui rekayasa teknologi sehingga mengandung O2 45 ppm – 80 ppm. Oksigen dimasukkan ke dalam air lewat suatu proses dengan menggunakan tekanan, seperti halnya ketika membuat minuman berkarbonasi (minuman ringan) yaitu dengan memompakan CO2 ke dalam air (Khomsan 2005).

Oksigen yang diserap melalui membran intestinal diklaim dapat meningkatkan imunitas dan memperbaiki sistem sirkulasi dalam tubuh. Oksigen juga akan melekat di butir-butir darah merah yang kemudian masuk ke dalam sel-sel tubuh manusia. Sebuah studi yang melibatkan 25 atlet pelari yang mengkonsumsi air beroksigen menunjukkan hasil positif. Sejumlah 83% dari pelari tersebut mempunyai performans prestasi yang lebih baik. Mereka menghemat waktu 31 detik dalam suatu lomba lari (Khomsan 2005).

Rumawas dkk. (2004) yang meneliti air beroksigen menghasilkan temuan yang menarik dari sisi ilmiah. Hipotesis bahwa oksigen dalam air beroksigen akan mempengaruhi pertumbuhan ataupun akan meracuni pertumbuhan mikroba yang bermanfaat/probiotik tidak terbukti. Pada kultur bakteri probiotik Lactobacillus casei strain Shirota, penambahan oksigen 30-35 ppm menghasilkan kultur dengan populasi bakteri probiotik asam laktat yang jauh lebih tinggi dibandingkan kontrol. Dengan demikian kekhawatiran jika mengkonsumsi air beroksigen akan menurunkan jumlah populasi probiotik pada mikroflora usus, tidak terbukti. Probiotik adalah bakteri yang hidup diusus yang bermanfaat dan dapat meningkatkan daya tahan tubuh.

Bakteri Asam Laktat

Bakteri asam laktat pertama kali ditemukan oleh Pasteur, seorang profesor kimia di University of Lille, pada tahun 1878, Lister melaporkan isolasi bakteri asam laktat asal susu yang tengik. Beberapa bakteri laktat dapat ditemukan juga pada saluran pencernaan manusia maupun hewan (Surono 2004).

Bakteri asam laktat dan bifidobacteria termasuk dalam kelompok bakteri baik bagi manusia dan umumnya memenuhi status GRAS (Generally Recognized As Safe), yaitu aman bagi manusia. Kelompok bakteri ini tidak membusukkan protein, dan dapat memetabolisme berbagai jenis karbohidrat secara fermentatif menjadi asam laktat sehingga disebut bakteri asam laktat. Jadi makanan yang tercemar oleh bakteri asam laktat menjadi rusak karena asam, dan akan menjadi busuk kalau kemudian dicemari oleh bakteri pembusuk. (Surono 2004).

Bakteri asam laktat didefinisikan sebagai suatu kelompok bakteri gram positif, tidak menghasilkan spora, berbentuk bulat atau batang yang memproduksi asam laktat sebagai produk akhir metabolik utama selama fermentasi karbohidrat. Bal dikelompokan ke dalam beberapa jenis antara lain Streptococcus (termasuk laktococcus), Leuconostoc, pediacoccus, Lactobacillus (Surono 2003). Lactobacillus casei Shirota dan Lactobacillus acidophilus dan Lactobacillus IS 7257 termasuk ke dalam bakteri asam laktat.

Bakteri Probiotik

Perhatian terhadap bakteri probiotik dimulai sejak tahun 1908, ketika Ellie Metchnikoff seorang ahli mikrobiologi dari Institut Pasteur di Perancis, juga seorang pemenang hadiah Nobel dibidang kedokteran, menyarankan untuk mengkonsumsi susu fermentasi agar berumur panjang. Kemudian pada tahun 1965 konsep probiotik sudah mulai dikenal pertama kali digunakan oleh Lily dan Stillwell. Probiotic dalam bahasa Yunani dari kata yang berarti untuk kehidupan. Kemudian Fuller pada tahun 1989 mencoba memperbaiki definisi probiotik yang berasal dari kata probios yang berarti kehidupan, adalah suplemen mikroba hidup yang memberikan efek positif kepada manusia dan hewan dengan memperbaiki keseimbangan mikroflora usus. Hingga tahun 1990, masih diperdebatkan apakah konsep probiotik itu fakta, fiksi, mitos atau suatu relitas. Pada tahun 1995 diakui mulai memasuki era probiotik (Surono 2004).

Salminen et al.(2004), juga menguatkan definisi probiotik yaitu preparasi mikroba hidup yang bermanfaat bagi kesehatan, dan efek menyehatkan dan keamananya harus secara ilmiah teruji pada manusia melalui uji klinis. Hingga saat ini tercatat sebanyak 8.000 subjek yang digunakan dan lebih dari 200 uji klinis probiotik tanpa mengalami efek negatif dan membahayakan.

Dr. Stephen Bymes, ND seorang ahli gizi klinis dan ahli naturopati dalam Health and Natural Journal menyebutkan bahwa dalam tubuh manusia normal kurang lebih terdapat 1800 gram bakteri. Sebagian bakteri tersebut hidup di usus tetapi banyak pula yang hidup di kulit, mulut, tenggorokan dan lapisan bagian dalam vagina. Jenis speciesnya mencapai lebih dari 400 macam (Surono 2004). Bakteri tersebut hidup dalam tubuh manusia dengan berbagai macam kegunaan bagi pencernaan, tulang, maupun sistem kekebalan. Semua bakteri tersebut termasuk menguntungkan dan merupakan dasar dari kesehatan yang baik. Yang disebut probiotik artinya untuk kehidupan.

Dalam memilih strain probiotik harus mempertimbangkan beberapa kriteria penting, yang meliputi aspek keamanan, fungsional dan teknologi (Saarela et al. 2000). Beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh bakteri probiotik adalah : 1. Berasal dari manusia, 2. tahan terhadap asam lambung, 3. tahan terhadap garam empedu, 4. bersifat antagonis terhadap bakteri pathogen dan karsinogenik, 5. memproduksi senyawa antibakteri, 6. Mempunyai sifat penempelan pada sel usu manusia, 7. Berkolonisasi dalam saluran usus manusia, , 8. Aman dalam makanan dan pada penggunaan klinis serta 10. telah validasi secara klinis dan didokumentasi efeknya terhadap kesehatan.

Manfaat kesehatan yang dapat diperoleh dari probiotik antara lain: memelihara keseimbangan mikroflora normal usus, menghambat bakteri patogen, merangsang sistem imun, aktivitas antikarsinogenik dan anti mutagenik, mengurangi gejala lactose intolerance, dan penurunan kolesterol dalam serum darah.

Permasalahan yang dihadapi oleh kultur probiotik adalah pertumbuhannya yang lambat dan sifat sensori seperti flavour yang kurang baik. Permasalahan ini dapat diatasi dengan penggunaan kultur strarter campuran sehingga menghasilkan sifat sensori yang baik dan mereduksi waktu fermentasi (Jenie 2003).

Selain manfaat di atas probiotik juga dapat membersihkan saluran cerna dan dapat memproduksi vitamin berbagai jenis vitamin yaitu vitamin B3, B5, B6, B9, dan B12, juga dapat menjaga fungsi hati sebagai penyerap racun dan toksin yang dihasilkan oleh bakteri pathogen. Juga dapat mengaktifkan sel darah putih serta limpa yang bertanggung jawab terhadap sistem pertahanan tubuh (Nur dkk. 2006).

Gibson dan Fuller (2000) juga menyatakan probiotik yang efektif harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu memberikan efek menguntungkan pada sel inang, tidak patogenik dan tidak toksik, mengandung sejumlah besar sel hidup, mampu bertahan dan melakukan kegiatan metabolisme dalam usus, tetap hidup selama dalam penyimpanan dan waktu yang digunakan, mempunyai sifat sensorik

Dokumen terkait