• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketahanan Pangan Ketersediaan

Dalam dokumen Panduan Perencanaan Pembangunan (Halaman 129-134)

menjaga dan meningkatkan ketahanan pangan, maka produksi dalam negeri harus menjadi sumber utama untuk ketersediaan pangan tersebut. Peningkatan produksi pangan dalam negeri dapat dilakukan melalui: (1) Meningkatkan ketersediaan input produksi (benih/bibit, pupuk, irigasi, pakan, obat-obatan, lahan, alat dan mesin) dengan kualitas yang baik dan jumlah yang memadai serta tersedia setiap saat dibutuhkan serta kebijakan subsidi input yang lebih efisien; (2) Meningkatkan dukungan penelitian, IPTEK dan penyuluhan; (3) Meningkatkan efektifitas pengendalian organisme pengganggu tanaman dan penyakit hewan serta pengembangan sistem perkarantinaan, (4) Mendorong investasi di sektor pertanian yang berbasis produk lokal; (5) Mencegah atau mengurangi alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian dan melakukan konservasi sumber daya lahan dan air; (6) Memperluas areal lahan

Ketahanan Pangan

Ketersediaan Pangan (Produksi Dalam Negeri, Cadangan, Impor) Distribusi Dan Stabilisasi Harga Konsumsi Pangan Dan Gizi Penanggulangan Masalah Pangan Kurang Pangan Lonjakan Harga Pendapatan Rendah/Miskin Bencana Insentif Produksi : Harga Pembelian Pemerintah (HPP)

Gabah Beras

Subsidi Input: Pupuk dan Benih

Subsidi Suku Bunga KKP

RASKIN Cadangan Beras Pemerintah

Memperkuat Perekonomian Domestik Bagi Peningkatan dan Perluasan Kesejahteraan Rakyat

107

pertanian serta mengoptimalkan pemanfaatan lahan kering, lahan basah dan lahan terlantar; (7) Melakukan penataan dan harmonisasi peraturan perundangan lahan untuk menjamin kepastian hukum lahan pertanian; (8) Mengembangkan infrastruktur pertanian; dan, (9) Mengembangkan upaya mitigasi dan adaptasi terhadap dampak perubahan iklim di sektor pertanian.

Aspek akesibilitas pangan berfungsi untuk menjamin seluruh level masyarakat dapat menjangkau sumber pangan yang mencukupi baik kuantitas maupun kualitasnya. Distribusi, stabilitas harga dan pasokan merupakan indikator penting untuk menunjukkan kinerja aspek akesibilitas pangan. Distribusi pangan dilakukan untuk memenuhi pemerataan ketersediaan pangan keseluruh wilayah secara berkelanjutan. Stabilisasi harga pangan diselenggarakan dengan tujuan untuk menyejahterakan petani dan nelayan, menghindari terjadinya gejolak harga pangan, menghadapi keadaan darurat karena bencana atau paceklik, mencapai swasembada pangan, memperhatikan daya beli masyarakat. Harga yang terlalu berfluktuasi dapat merugikan petani, produsen, pengolah, pedagang hingga konsumen sehingga berpotensi menimbulkan ketidakstabilan ekonomi. Peningkatan efisiensi aksesibilitas pangan dapat dilakukan melalui: (1) Meningkatkan jumlah cadangan pangan pemerintah untuk stabilisasi harga; (2) Mengembangkan kebijakan perdagangan dan ekspor-impor yang mendukung ketahanan pangan; (3) Meningkatkan sarana dan prasarana guna efisiensi dalam perdagangan dan mengurangi kerusakan bahan pangan; (4) Mengembangkan kebijakan dan peraturan daerah guna memperlancar dan mengefisienkan distribusi pangan antar daerah; dan (5) Mengembangkan usaha pengolahan dan pemasaran produk pangan di perdesaan yang berbasis bahan pangan lokal.

Aspek konsumsi pangan dan gizi berfungsi untuk mengarahkan agar pola pemanfaatan pangan secara nasional memenuhi kaidah mutu, keragaman, kandungan gizi, keamanan dan kehalalan. Indikator aspek konsumsi, dapat tercermin dalam pola konsumsi masyarakat di tingkat rumah tangga. Pola konsumsi dalam rumah tangga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kondisi ekonomi, sosial dan budaya setempat. Pemenuhan aspek konsumsi dapat dilakukan melalui: (1) Mengembangkan penganekaragaman (diversifikasi) pengolahan dan konsumsi pangan berbasis sumberdaya lokal; (2) Meningkatkan jumlah cadangan pangan pemerintah; (3) Meningkatkan kemampuan masyarakat dan Pemda dalam mengembangkan cadangan pangan; dan (4) Meningkatkan pengetahuan dan perilaku masyarakat tentang pangan yang bergizi dan seimbang, serta pola hidup sehat, terutama ibu hamil dan anak balita.

Aspek penanggulangan masalah pangan berfungsi menjaga goncangan pangan akibat ketidakmampuan memenuhi pangan karena kondisi ekonomi, bencana dan lonjakan harga, yang disalurkan dalam bentuk bantuan beras miskin bagi keluarga miskin dan penyaluran cadangan beras pemerintah terutama dalam mengantisipasi terjadinya bencana melalui bantuan pangan.

108

Buku Pegangan

Perencanaan dan Pembangunan Daerah 2012 – 2013

Ketahanan pangan, terutama beras, ke depan masih akan dihadapkan kepada berbagai tantangan yang terkait dengan: (1) Menjaga peningkatan produksi pangan terutama beras seiring dengan peningkatan penduduk dan pendapatan masyarakat. Tantangan utama yang dihadapi dalam peningkatan produksi ini adalah alih fungsi lahan dan perluasan areal pertanian yang semakin sulit, banyaknya infrastruktur irigasi yang rusak, dukungan sarana dan prasarana perikanan masih kurang dan menghadapi terjadinya keragaman dan perubahan iklim; (2) Diversifikasi konsumsi pangan berbasis bahan pangan lokal relatif lambat; (3) Menjaga stabilitas harga agar daya beli masyarakat terhadap pangan tidak terganggu; serta (4) terjadinya perubahan iklim yang dapat menyebabkan gangguan dalam produksi, distribusi dan aksesibilitas masyarakat terhadap pangan serta terjadinya kerawanan pangan di daerah. Khusus untuk pengamanan produksi beras, pada awal tahun 2011 presiden memberikan direktif untuk pencapaian surplus beras 10 juta ton setiap tahun mulai tahun 2014. Strategi dalam pencapaian surplus beras 10 juta ton tersebut terutama meliputi pencapaian produksi padi dan percepatan diversifikasi konsumsi untuk menurunkan konsumsi beras dan peningkatan kualitas gizi masyarakat. Dalam upaya peningkatan produksi dilakukan terutama melalui peningkatan produktivitas, perluasan areal tanam, penurunan susut dan peningkatan rendemen (Gambar 4.7).

Gambar 4.7

Skema Pencapaian Surplus Beras 10 Juta Ton

Keterangan:

SL-PTT : Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu SRI : System of Rice Intensification

GP3K : Gerakan Peningkatan Produksi Pangan berbasis Korporasi P2KP : Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan

Input/ Dukungan Pupuk, Benih, Air Irigasi Kegiatan/ Output SLPTT, SRI, GP3K Cetak Sawah, Optimasi Lahan

Alat dan Mesin Pasca Panen Revitalisasi Penggilingan Diversifikasi (P2KP), Olahan Pangan Lokal Indikator/ Outcome Produktivitas Luas Tanam Susut Rendemen Konsumsi Beras Per Kapita Sasaran Antara Konsumsi Produksi Sasaran Utama Surplus Beras 10 Juta Ton Per Tahun Mulai Tahun 2014 Manajemen; Penyuluhan; Alsintan; Pengendalia n HPT

Memperkuat Perekonomian Domestik Bagi Peningkatan dan Perluasan Kesejahteraan Rakyat

109

Sementara itu, perikanan sebagai salah satu sumber protein hewani juga memiliki peranan yang penting dalam ketahanan pangan dan merupakan sumber ekonomi bagi nelayan dan pembudidaya ikan. Nelayan dan pembudidaya ikan merupakan mata pencaharian utama bagi masyakat pesisir. Rumah tangga perikanan tangkap dan budidaya yang diperkirakan mencapai 2,6 juta pada tahun 2010 mempunyai kontribusi besar dalam perkembangan ekonomi nasional dan daerah.

4.3.2 Peningkatan Rasio Elektrifikasi Dan Konversi Energi

Tenaga listrik merupakan kebutuhan yang mendasar untuk berbagai aktifitas masyarakat, oleh karena itu tenaga listrik sangat penting dan strategis bagi peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat pada umumnya serta untuk mendorong peningkatan dan penguatan kegiatan ekonomi domestik pada khususnya. Oleh sebab itu, usaha penyediaan tenaga listrik, pemanfaatan dan pengelolaannya perlu ditingkatkan, agar tersedia tenaga listrik dalam jumlah yang cukup dan merata dengan mutu pelayanan yang baik.

Pembangunan ketenagalistrikan bertujuan untuk menjamin ketersediaan tenaga listrik dalam jumlah yang cukup, kualitas yang baik dan harga yang wajar dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata serta mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Penyediaan tenaga listrik dikuasai oleh negara yang penyelenggaraannya dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah daerah berlandaskan prinsip otonomi daerah. Untuk penyelenggaraan penyediaan tenaga listrik, pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya menetapkan kebijakan, pengaturan, pengawasan dan melaksanakan usaha penyediaan tenaga listrik.

Gambar 4.8

Kerangka Pembangunan Ketenagalistrikan Terhadap Peningkatan Perekonomian Domestik

Pembangunan ketenagalistrikan dilaksanakan secara berkesinambungan dimulai dari pembangunan pembangkit listrik, gardu dan transmisi serta penyalurannya sampai rumah tangga. Dengan adanya listrik maka dapat mendorong investasi khususnya untuk sektor- sektor unggulan daerah sehingga dapat meningkatkan daya saing daerah tersebut. Listrik dapat menciptakan peningkatan produktivitas baik di sektor rumah tangga, komersial dan industri guna meningkatkan pendapatan masyarakat. Dari kerangka di atas dijelaskan bahwa

Pembangunan Ketenagalistrikan Peningkatan Produktivitas  Rumah tangga  Komersial  Industri Pertumbuhan Ekonomi Domestik  Peningkatan Pendapatan  Konsumsi Listrik

110

Buku Pegangan

Perencanaan dan Pembangunan Daerah 2012 – 2013

pembangunan ketenagalistrikan sangat penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, yang kemudian berdampak pada pengurangan kemiskinan dan pengangguran serta menaikkan pendapatan per kapita masyarakat. Lemahnya ketersediaan pasokan listrik berdampak pada rendahnya pertumbuhan ekonomi.

Kondisi tersebut menuntut pengembangan dan pemanfaatan potensi energi baru terbarukan (EBT) yang potensinya relatif cukup besar seperti tenaga hidro, surya, biomassa, bayu/angin dan samudera. Potensi energi baru terbarukan (EBT) sangat sesuai dikembangkan di Indonesia dengan kondisi geografis yang berupa pulau-pulau dengan kondisi beban (demand) yang tersebar, sehingga pembangunan dengan skala/kapasitas kecil-menengah akan sesuai dengan kemampuan pembiayaan dalam negeri. Pelaksanaan kebijakan konversi energi dari BBM ke gas di sektor tranportasi dilakukan secara bertahap dalam jangka panjang dengan angkutan umum menjadi salah satu sasaran utama program konversi untuk mengendalikan konsumsi BBM subsidi.

Oleh karena itu, dalam mendorong penghematan anggaran dan pembangunan energi yang berkelanjutan maka peran pemerintah pusat dan pemerintah daerah sangat besar dalam peningkatan penyediaan listrik dan pelaksanaan konversi energi.

4.4 Aspek Peningkatan dan Perluasan Kesejahteraan Rakyat

4.4.1 Peningkatan Pembangunan Sumber Daya Manusia

Pendidikan memiliki keterkaitan yang erat dengan pembangunan ekonomi. Penegasan bahwa pendidikan dapat memberi kontribusi pada pertumbuhan ekonomi berdasarkan asumsi pendidikan akan menciptakan tenaga kerja produktif dengan kompetensi, keahlian, pengetahuan dan keterampilan tinggi. Tenaga kerja terdidik dengan kualitas tinggi merupakan faktor determinan bagi peningkatan kapasitas produksi, yang memberi stimulasi pada pertumbuhan ekonomi. Nilai ekonomi pendidikan terletak pada sumbangannya dalam memasok tenaga kerja terampil, profesional berpengetahuan dan tenaga ahli dengan kemahiran khusus sehingga menjadi lebih produktif.

Pendidikan juga dapat mengembangkan visi dan wawasan tentang kehidupan yang maju, serta menanamkan etos kerja tinggi, adaptif dan inovatif. Semua itu akan melahirkan energi yang dapat mendorong dan menggerakkan kerja-kerja produktif untuk mencapai kemajuan. Tenaga kerja terdidik akan berpengaruh lebih signifikan lagi bilamana disertai penguasaan teknologi, untuk mencapai apa yang disebut keunggulan kompetitif (competitive advantage). Penguasaan teknologi sangat penting karena bisa mendorong peningkatan produktivitas dan efisiensi. Penguasaan teknologi dimungkinkan bilamana persyaratan modal manusia (SDM) yang andal dipenuhi.

Memperkuat Perekonomian Domestik Bagi Peningkatan dan Perluasan Kesejahteraan Rakyat

111

Kaitan antara peningkatan SDM yang berkualitas dengan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan dapat digambarkan dalam diagram berikut.

Gambar 4.9

Kerangka Peningkatan Sumber Daya Manusia Melalui Pendidikan Yang Berkualitas

4.4.2 Percepatan Pengurangan Kemiskinan

Upaya percepatan pengurangan kemiskinan yang dilakukan melalui strategi dan kebijakan makro dan strategi dan kebijakan klaster diharapkan dapat meningkatkan kapasitas dan produktivitas masyarakat miskin. Secara ekonomis, peningkatan kapasitas dan produktivitas masyarakat ini diharapkan dapat meningkatkan penguatan ekonomi domestik di daerah (Gambar 4.10).

Secara makro, tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan diharapkan dapat memberikan landasan bagi penciptaan lapangan kerja baru dan perluasan kesempatan kerja di masyarakat. Selanjutnya, pengendalian terhadap inflasi terutama inflasi dari aspek makanan (flood inflation) diharapkan dapat mengamankan tingkat konsumsi masyarakat miskin sehingga pada gilirannya kapasitas mereka akan semakin meningkat. Dalam konteks penguatan ekonomi domestik diharapkan agregasi dari kedua upaya dan langkah secara makro tersebut diharapkan dapat terus meningkatkan produktivitas dan kapasitas masyarakat

Pertumbuhan

Dalam dokumen Panduan Perencanaan Pembangunan (Halaman 129-134)