• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2. Ketajaman Penglihatan

2.1 Definisi Ketajaman Penglihatan

Ketajaman penglihatan adalah kemampuan untuk membedakan antara dua titik yang berbeda pada jarak tertentu (Affandi, 2005).

2.2 Anatomi dan Faal Mata

Mata merupakan organ fotosensoris yaitu organ yang menerima rangsangan cahaya. Cahaya masuk melintasi kornea, lensa, dan beberapa struktur refraksi di dalam orbita. Cahaya kemudian difokuskan oleh lensa ke bagian saraf mata yang sensitive terhadap cahaya yaitu retina. Retina mengandung sel-sel batang dan kerucut yang akan mengubah impuls cahaya menjadi impuls saraf. Setelah melintasi suatu rangkaian lapisan sel saraf dan sel-sel penyokong informasi penglihatan diteruskan oleh saraf optik ke otak untuk diproses (Scribd, 2010).

Adapun anatomi organ penglihatan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:

a. Adneksa Mata, merupakan jaringan pendukung mata yang terdiri dari:

- Kelopak mata, terdiri atas lempeng penyokong di bagian tengah yang terdiri dari jaringan ikat dan otot rangka yang diliputi kulit di bagian luar dan suatu membran mukosa di dalam. Kelopak mata berfungsi melindungi mata dan berkedip serta untuk melicinkan dan membasahi mata.

- Konjungtiva, adalah membran mukosa jernih yang melapisi permukaan dalam kelopak mata (konjungtiva palpebra)dan menutupi permukaan sklera pada bagian depan bola mata (konjungtiva bulbi). Konjungtiva di susun oleh epitel berlapis silindris yang mengandung sel goblet yang terletak di atas suatu lamina basal dan lamina propia yang terdiri atas jaringan ikat longgar. - Sistem Saluran Air Mata (Lakrimal), terletak pada sudut superolateral rongga

- Rongga Orbita, merupakan rongga tempat bola mata yang dilindungi oleh tulang-tulang yang kokoh.

- Otot-Otot Bola Mata, masing-masing bola mata mempunyai 6 (enam) buah otot yang berfungsi menggerakkan kedua bola mata secara terkoordinasi pada saat melirik (Jusuf, 2008).

b. Bola Mata

Dinding bola mata disusun oleh 3 tunika (lapisan) yaitu:

- Tunika fibrosa (lapis sklera-kornea)merupakan lapisan luar bola mata yang terdiri atas sklera dan kornea.

- Tunika vaskularis (lapis uvea)merupakan lapisan tengah bola mata, terdiri atas khoroid, badan siliaris dan iris.

- Tunika neuralis (lapis retina)merupakan lapisan dalam bola mata terdiri atas retina (Tambajong, 2009)

2.3 Faktor Penyebab Gangguan Ketajaman Penglihatan

Ketajaman penglihatan seseorang dapat berkurang. Hal ini disebabkan antara lain oleh faktor-faktor sebagai berikut:

a. Kuat Penerangan atau Pencahayaan

Mata manusia sensitif terhadap kekuatan pencahayaan, mulai dari beberapa lux di dalam ruangan gelap hingga 100.000 lux di tengah terik matahari. Kekuatan pencahayaan ini aneka ragam yaitu berkisar 2000-100.000 di tempat terbuka sepanjang siang dan 50-500 lux pada malam hari dengan pencahayaan buatan. Penambahan kekuatan cahaya berarti menambah daya, tetapi kelelahan relative

b. Waktu Papar

Pemaparan terus menerus misalnya pada pekerja sektor perindustrian yang jam kerjanya melebihi 40 jam/minggu dapat menimbulkan berbagai penyakit akibat kerja. Yang dimaksud dengan jam kerja adalah jam waktu bekerja termasuk waktu istirahat. Meskipun terjadi keanekaragaman jam kerja, umumnya pekerja informal bekerja lebih dari 7 jam/hari. Hal ini menimbulkan adannya beban tambahan pada pekerja yang pada akhirnya menyebabkan kelelahan mata (Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat dikutip oleh Wijayanti, 2005).

c. Umur

Ketajaman penglihatan berkurang menurut bertambahnya usia. Pada tenaga kerja berusia lebih dari 40 tahun, visus jarang ditemukan 6/6, melainkan berkurang. Maka dari itu, kontras dan ukuran benda perlu lebih besar untuk melihat dengan ketajaman yang sama (Austin, 2003).

d. Kelainan Refraksi

Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas kornea, cairan mata, lensa, benda kaca, dan panjangnya bola mata. Secara klinik kelainan refraksi terjadi akibat adanya kerusakan akomodasi visual. Kelainan refraksi yang sering terjadi adalah miopia, hipermetropia, presbiopia, dan astigmatisma (Sidarta Ilyas, 2004).

e. Katarak

Katarak merupakan salah satu faktor penyebab gangguan ketajaman penglihatan. Katarak adalah penurunan progresif kejernihan lensa. Lensa menjadi keruh, atau berwarna putih abu-abu, dan ketajaman penglihatan berkurang ( Elizabeth J dikutip oleh Wijayanti, 2005).

f. Retinopati Diabetik

Retinopati diabetik merupakan karakteristik lesi yang terdapat pada retina individu yang telah menderita diabetes melitus selama beberapa tahun. Retinopati diabetik terjadi karena perubahan sirkulasi vaskular retina yang mengakibatkan oklusi pembuluh darah dan dilatasi. Hal ini dapat berkembang menjadi retinopati proliferatif dengan pertumbuhan pembuluh darah baru dan penebalan pada bagian tengah retina. Penebalan retina yang terjadi dapat secara signifikan mengurangi ketajaman penglihatan (WHO, 2010).

g. Glaukoma

Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan atau pandangan mata semakin berkurang bahkan dapat menyebabkan kebutaan. Hal ini disebabkan oleh saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan membesar sehingga menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata. Akibat penekanan ini saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati (Wikipedia, 2010).

2.4 Pemeriksaan Ketajaman Penglihatan

Tidak semua orang mempunyai ketajaman penglihatan yang sama. Ketajaman penglihatan ini dalam istilah kedokteran disebutvisus.Ketajaman penglihatan (visus) dipergunakan untuk menentukan penggunaan kacamata. Visus penderita bukan saja memberi pengertian tentang optiknya (kaca mata) tetapi mempunyai arti yang lebih luas yaitu memberi keterangan tentang baik buruknya fungsi mata keseluruhan

Pemeriksaan ketajaman penglihatan merupakan pemeriksaan fungsi mata. Gangguan penglihatan memerlukan pemeriksaan untuk mengetahui penyebab kelainan mata yang mengakibatkan turunnya ketajaman penglihatan (Sidarta Ilyas, 2004). Pemeriksaan ketajaman penglihatan dapat dilakukan dengan menggunakan kartuSnellen, kartu CincinLandolt, kartu uji E, dan kartu ujiSheridan/Gardiner.

2.5 Klasifikasi Ketajaman Penglihatan

Ketajaman penglihatan dan penglihatan kurang dibagi dalam tujuh kategori, yaitu:

1) Penglihatan normal, pada keadaan ini penglihatan mata adalah normal dan sehat.

2) Penglihatan hampir normal, tidak menimbulkan masalah yang gawat, akan tetapi perlu diketahui penyebabnya.

3) Low vision sedang, dengan kacamata kuat atau kaca pembesar masih dapat membaca dengan cepat.

4) Low vision berat, masih dapat berorientasi dan melakukan mobilitas umum akan tetapi mendapat kesulitan pada lalu lintas dan melihat nomor mobil. Untuk membaca diperlukan lensa pembesar kuat.

5) Low vision nyata, bertambahnya masalah orientasi dan mobilisasi. Diperlukan tongkat untuk mengenal lingkungan. Hanya minat yang kuat masih mungkin membaca dengan kaca pembesar; umumnya memerlukan Braille, radio, pustaka kaset.

6) Hampir buta, penglihatan kurang dari 4 kaki untuk menghitung jari. Penglihatan tidak bermanfaat, kecuali pada keadaan tertentu. Harus mempergunakan alat nonvisual.

7) Buta total, tidak mengenal rangsangan sinar sama sekali. Seluruhnya tergantung pada alat indera lainnya atau tidak mata (Ilyas, 2004).

Menurut WHO Study Group on The Prevention of Blindness, kelainan pada penglihatan dibagi atas tiga, yaitu :

1. Blindness(<20/400) 2. Low Vision(20/400-20/70) 3. Normal Vision(20/70-20/15)

Dokumen terkait