• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Ketajaman Penglihatan Pasien Diabetes Melitus Di RSUP H. Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Ketajaman Penglihatan Pasien Diabetes Melitus Di RSUP H. Adam Malik Medan"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN KETAJAMAN PENGLIHATAN PASIEN

DIABETES MELITUS

di RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

SKRIPSI

Oleh

Ananda M. N. Manurung 061101087

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

PRAKATA

Segala puji syukur, hormat, dan pujian peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menyertai peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Gambaran Ketajaman Penglihatan Pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan . Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi peneliti untuk menyelesaikan pendidikan dan memperoleh gelar sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Penyusunan skripsi ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Erniyati, S.Kp. MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Mula Tarigan, S.Kp. M.Kes selaku dosen pembimbing skripsi penelitian yang penuh kesabaran telah memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Erniyati, S.Kp. MNS selaku dosen penasehat akademik saya. Ibu Diah Arrum, S.Kep. Ns. M.Kep selaku dosen penguji I dan Ibu Anna Kasfi, S.Kep. Ns selaku dosen penguji II yang telah dengan teliti memberikan masukan yang berharga dalam penyelesaian skripsi ini.

(4)

kepegawaian Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang memperlancar proses akademik dan administrasi peneliti.

5. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan yang telah memberikan izin penelitian dan kepada pasien di Poliklinik Penyakit Dalam yang telah bersedia menjadi responden.

6. Teristimewa kepada keluargaku terkasih Ibunda R. Lumban Gaol, atas didikan dan kasih sayang yang telah diberikan selama ini. Kepada saudara-saudara saya Sandra Manurung, Sandrak Manurung, Hery Manurung, Atha Manurung, Anya manurung, Evi Situmorang, Anto Manurung, dan Harry Manurung yang selalu member motivasi, doa, dan kasih sayang. Serta kepada seluruh keluarga yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu. 7. Teman-teman mahasiswa S1 Keperawatan USU, khususnya stambuk 2006 yang telah memberikan semangat dan masukan dalam penyususnan skripsi ini. Untuk sahabat-sahabat saya (Anche, Fida, Junita, Lucia, Mona, Rosy, Valen), kepada orang yang saya kasihi Mr. A.E. Anggatara, Arie, Pahala, Liuz, Niel, serta semua orang yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa mencurahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu peneliti. Harapan peneliti semoga skripsi ini dapat bermanfaat nantinya untuk perkembangan ilmu pengetahuan khususnya profesi keperawatan.

Medan, Januari 2011

(5)

DAFTAR ISI 1. Latar Belakang ... 1

2. Tujuan Penelitian ... 4

3. Pertanyaan Penelitian... 5

4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Definisi Diabetes Melitus ... 6

1.1 Jenis-jenis DM ... 6

1.2 Gejala-gejala DM ... 8

1.3 Komplikasi Diabetes Melitus ... 9

1.4 Retinopati Diabetes ... 13

1.5 Faktor Resiko Terjadinya Retinopati Diabetik ... 16

1.6 Penatalaksanaan Retinopati Diabetes... 17

2. Ketajaman Penglihatan... 17

2.1 Defenisi Ketajaman Penglihatan... 17

2.2 Anatomi dan Faal Mata... 18

2.3 Faktor Penyebab Gangguan Ketajaman penglihatan ... 19

2.4 Pemeriksaan Ketajaman Penlihatan ... 21

2.5 Klasifikasi Ketajaman Penglihatan ... 22

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL 1. Kerangka Konsep... 24

1.1 Diabetes Melitus... 24

1.2 Ketajaman Penglihatan... 24

2. Defenisi Konseptual dan Operasional... 25

2.1 Penyakit DM... 25

2.2 Ketajaman Penglihatan... 25

BAB 4 METODE PENELITIAN 1. Desain Penelitian... 26

2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 26

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

4. Pertimbangan Etik... 27

5. Instrumen Penelitian... 28

6. Pengumpulan Data ... 28

7. Analisa Data... 28

(6)

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian ... 30

1.1 Karakteristik Demografi... 30

1.2 Ketajaman Penglihatan... 31

2. Pembahasan... 33

2.1 Karakteristik Demografi... 33

2.2 Ketajaman Penglihatan Pasien DM... 35

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan... 37

2. Saran... 37 Daftar Pustaka

Lampiran

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 2 Kuesioner Penelitian

(7)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Patofisiologi Retinopati Diabetik ... 14

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Distribusi Frekuensi & Persentase Karakteristik Responden ... 31

Tabel 2 Hasil Pengukuran Visus Mata Pasien DM di RSUP HAM Medan ... 32

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 2 Kuesioner Penelitian

(10)

Judul : Gambaran Ketajaman Penglihatan Pasien Diabetes Melitus di RSUP H. Adam Malik Medan

Nama : Ananda M. N. Manurung

NIM : 061101087

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2011

Abstrak

Diabetes Melitus adalah keadaan hiperglikemik kronik yang disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis. Salah satu komplikasi pada mata adalah retinopati diabetik. Retinopati diabetik merupakan penyebab kebutaan yang utama pada kelompok usia 24-74 tahun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ketajaman penglihatan pada pasien DM. Jumlah sampel dalam penelitian sebanyak 65 orang. Sampel yang diambil adalah pasien DM yang berkunjung ke Poliklinik Penyakit Teknik sampling yang digunakan adalah accidental sampling. Dalam RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan September-Oktober 2010. Beberapa pertanyaan yang diajukan pada pasien DM adalah lama menderita DM, usia, tingkat pendidikan, dan pekerjaan. Pengukuran ketajaman penglihatan dilakukan dengan menggunakan kartu Snellen. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sekitar 30,7% dari jumlah sampel yang diukur ketajaman penglihatannya dikategorikan ke dalam penglihatan rendah berdasarkan klasifikasi WHO (2010). Hal ini sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa manifestasi penyakit DM tersering, yaitu retinopati diabetik, dapat menyebabkan terjadinya penurunan ketajaman penglihatan.

(11)

Judul : Gambaran Ketajaman Penglihatan Pasien Diabetes Melitus di RSUP H. Adam Malik Medan

Nama : Ananda M. N. Manurung

NIM : 061101087

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2011

Abstrak

Diabetes Melitus adalah keadaan hiperglikemik kronik yang disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis. Salah satu komplikasi pada mata adalah retinopati diabetik. Retinopati diabetik merupakan penyebab kebutaan yang utama pada kelompok usia 24-74 tahun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ketajaman penglihatan pada pasien DM. Jumlah sampel dalam penelitian sebanyak 65 orang. Sampel yang diambil adalah pasien DM yang berkunjung ke Poliklinik Penyakit Teknik sampling yang digunakan adalah accidental sampling. Dalam RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan September-Oktober 2010. Beberapa pertanyaan yang diajukan pada pasien DM adalah lama menderita DM, usia, tingkat pendidikan, dan pekerjaan. Pengukuran ketajaman penglihatan dilakukan dengan menggunakan kartu Snellen. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sekitar 30,7% dari jumlah sampel yang diukur ketajaman penglihatannya dikategorikan ke dalam penglihatan rendah berdasarkan klasifikasi WHO (2010). Hal ini sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa manifestasi penyakit DM tersering, yaitu retinopati diabetik, dapat menyebabkan terjadinya penurunan ketajaman penglihatan.

(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai dengan kenaikan kadar gula dalam darah (Brunner & Suddarth, 2001). Peningkatan kadar gula dalam darah merupakan gejala yang umum dari penyakit DM yang tidak terkontrol dan seringkali mengakibatkan kerusakan yang cukup serius pada bagian tubuh, terutama saraf dan pembuluh darah (WHO, 2008).

Penyakit DM sering terjadi pada kaum lanjut usia. Diantara individu yang berusia > 65 tahun, 8,6 % menderita DM tipe II. Angka ini mencakup 15 % populasi pada panti lansia (Steele, 2008). Laporan statistik dari International Diabetik Federation menyebutkan, bahwa sudah ada sekitar 230 juta orang pasien DM. Angka ini terus bertambah hingga 3 % atau sekitar 7 juta orang tiap tahunnya. Dengan demikian, jumlah pasien DM diperkirakan akan mencapai 350 juta orang pada tahun 2025 dan setengah dari angka tersebut berada di Asia, terutama India, Cina, Pakistan, dan Indonesia (Tandra, 2007).

(13)

pada tahun 2000 dan diperkirakan akan mengalami peningkatan pada tahun 2030 menjadi sekitar 21 juta orang. Berdasarkan jumlah ini, Indonesia menempati urutan kedua setelah negara India (WHO, 2008).

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit yang memiliki komplikas terbanyak. Hal ini berkaitan dengan kadar gula darah yang terus meningkat, sehingga mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah, saraf, dan struktur internal lainnya. Kerusakan pada pembuluh darah mata dapat menyebabkan gangguan penglihatan yang disebut dengan istilah retinopati diabetes (Medicastore, 2008).

(14)

WHO menyebutkan bahwa, setelah 15 tahun menderita DM, rata-rata 2 % dari jumlah pasien DM akan mengalami kebutaan dan sekitar 10 % akan mengalami kerusakan penglihatan (WHO, 2008). Retinopati merupakan penyebab kebutaan yang utama pada kelompok usia 24-74 tahun. Lebih dari 21 % pasien DM tipe II mengalami komplikasi ini bersamaan dengan diagnosa DM yang dideritanya.

The United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS) menemukan bahwa prevalen retinopati diabetes pada pria dibandingkan dengan wanita yaitu 35 % : 39 % pada DM tipe II. Pada umumnya, prevalensi retinopati diabetes DM tipe I cenderung lebih rendah, yaitu berkisar antar 0 % - 3 %. Beberapa studi prevalensi menyebutkan bahwa, peningkatan kualitas pengobatan pada DM dapat menurunkan prevalensi retinopati diabetik dan kerusakan-kerusakan pada mata lainnya (Steele, 2008).

(15)

sekitar 8,2% dari penderita kelompok noninsulin dependent akan mengalami kebutaan kedua mata setelah menderita diabetes melitus selama 20 tahun. Keadaan yang hampir sama dilaporkan di Inggris dimana kebutaan sebesar 7%, jumlah ini mencakup sekitar 8.000 orang (Adam, 2005).

Diabetes melitus merupakan penyakit yang membutuhkan pengobatan seumur hidup, sehingga diperlukan biaya yang tidak sedikit untuk mengobati penyakit tersebut. Peningkatan mortalitas dan morbiditas pasien DM disebabkan berbagai komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular. Komplikasi yang terjadi tentu saja akan memberikan dampak pada biaya yang harus dikeluarkan (UNSRI, 2007). Menurut data WHO, biaya yang harus dikeluarkan sebagai akibat implikasi ekonomis komplikasi diabetes kurang lebih mencapai US$ 46.207 per tahun (WHO, 2008).

Berdasarkan hal-hal di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui gambaran ketajaman penglihatan pada pasien DM di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan sebagai rumah sakit pendidikan, mengingat tingginya biaya perawatan penderita Diabetes Melitus pada umumnya dan khususnya untuk Retinopati Diabetik, di samping bahayanya yang dapat mengancam terjadinya kebutaan permanen.

2. Tujuan Penelitian

(16)

3. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran ketajaman penglihatan pasien DM di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan. 4. Manfaat Penelitian

Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Pendidikan Keperawatan

Dengan diketahuinya gambaran ketajaman penglihatan pasien DM di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan, maka hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar bagi institusi pendidikan untuk mengembangkan asuhan keperawatan yang berkelanjutan.

2. Pelayanan Keperawatan.

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dalam upaya meningkatkan pelayanan keperawatan yang berhubungan dengan masalah penglihatan pada pasien DM.

3. Penelitian Keperawatan

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Diabetes Melitus

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak dapat lagi memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau dapat juga disebabkan oleh berkurangnya kemampuan tubuh untuk merespon kerja insulin secara efektif. Insulin adalah hormon yang berfungsi untuk meregulasi kadar gula darah. Peningkatan kadar gula dalam darah atau hiperglikemia merupakan gejala umum yang terjadi pada diabetes dan seringkali mengakibatkan kerusakan-kerusakan yang cukup serius pada tubuh, terutama pada sel saraf dan pembuluh darah (WHO, 2008).

1.1 Jenis-jenis DM a. Diabetes Melitus Tipe I

(18)

Ketika glukosa yang berlebihan diekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran sejumlah cairan dan elektrolit (diuresis osmotik). Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien DM tipe I akan mengalami peningkatan frekuensi berkemih (poliuria) dan timbul rasa haus yang cukup sering (polidipsia). Defisiensi insulin juga akan mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Penurunan berat badan ini akan mengakibatkan berkurangnya jumlah simpanan kalori sehingga akan menambah selera makan (polifagia) (Brunner & Suddarth, 2001).

b. Diabetes Tipe II

DM tipe II dapat terjadi karena ketidakmampuan tubuh dalam merespon kerja insulin secara efektif (WHO, 2008). Dua masalah utama yang terkait dengan hal ini yaitu, resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Untuk mengatasi resistensi dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada pasien DM, keadaan ini terjadi karena sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa dalam darah akan dipertahankan pada tingkat normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat (Brunner & Suddarth, 2001).

(19)

c. Diabetes Gestasional

DM tipe ini terjadi ketika ibu hamil gagal mempertahankan euglikemia. Faktor resiko DM gestasional adalah riwayat keluarga, obesitas dan glikosuria. DM tipe ini dijumpai pada 2 5 % populasi ibu hamil. Biasanya gula darah akan kembali normal setelah melahirkan, namun resiko ibu untuk mendapatkan DM tipe II di kemudian hari cukup besar (Nabyl, 2009).

d. Diabetes Melitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya DM tipe ini sering juga disebut dengan istilah diabetes sekunder, di mana keadaan ini timbul sebagai akibat adanya penyakit lain yang mengganggu produksi insulin dan mempengaruhi kerja insulin. Penyebab diabetes semacam ini antara lain : radang pada pankreas, gangguan kelenjar adrenal atau hipofisis, penggunaan hormon kortikosteroid, pemakaian beberapa obat antihipertensi atau antikolesterol, malnutrisi, dan infeksi (Tandra, 2007).

1.2 Gejala-gejala DM a. Gejala Akut DM

Gejala penyakit DM pada setiap pasien tidak selalu sama. Gejala-gejala di bawah ini adalah gejala yang timbul dengan tidak mengurangi kemungkinan adanya variasi gejala lain, antara lain :

- Pada permulaan, gejala yang ditunjukkan yaitu polifagia, polidipsia, poliuria dan peningkatan berat badan.

(20)

keluhan lainnya seperti nafsu makan berkurang, banyak minum, banyak berkemih, penurunan berat badan yang signifikan, mudah lelah, timbul rasa mual dan jika tidak segera diatasi akan mengakibatkan koma yang disebut dengan istilah koma diabetes. Koma diabetes adalah koma pada pasien DM akibat kadar gula darah yang melebihi 600 mg/dl (Tjokroprawiro, 2006).

b. Gejala Kronik DM

Kadang-kadang pasien DM tidak menunjukkan gejala akut, tetapi baru akan menunjukkan gejala setelah beberapa bulan atau tahun menderita DM. Gejala kronik yang sering timbul yaitu kesemutan, kulit terasa panas, kram, lelah, mudah mengantuk, mata mengabur, gigi mudah patah, kemampuan seksual menurun, dan lain-lain (Tjokroprawiro, 2006).

1.3 Komplikasi Diabetes Melitus

Diabetaes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang akan diderita seumur hidup, sehingga progesifitas penyakit ini akan terus berjalan dan pada suatu saat akan menimbulkan komplikasi. Penyakit DM biasanya berjalan lambat dengan gejala-gejala yang ringan sampai berat, bahkan dapat menyebabkan kematian akibat baik komplikasi akut maupun kronis.

a. Komplikasi Akut DM

Ada tiga komplikasi akut DM yang penting dan berhubungan dengan gangguan keseimbangan kadar gula darah jangka pendek.

(21)

Hipoglikemia terjadi jika kadar gula darah turun hingga 60 mg/dl. Keluhan dan gejala hipoglikemia dapat bervariasi, tergantung sejauh mana glukosa darah turun. Keluhan pada hipoglikemia pada dasarnya dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu keluhan akibat otak tidak mendapat kalori yang cukup sehingga mengganggu fungsi intelektual dan keluhan akibat efek samping hormon lain yang berusaha meningkatkan kadar glukosa dalam darah (Tandra, 2007).

- Ketoasidosis Diabetes

Pada DM yang tidak terkendali dengan kadar gula darah yang terlalu tinggi dan kadar insulin yang rendah, maka tubuh tidak dapat menggunakan glukosa sebagai sumber energi. Sebagai gantinya tubuh akan memecah lemak sebagai sumber energi alternatif. Pemecahan lemak tersebut kemudian menghasilkan badan-badan keton dalam darah atau disebut dengan ketosis. Ketosis inilah yang menyebakan derajat keasaman darah menurun atau disebut dengan istilah asidosis. Kedua hal ini lantas disebut dengan istilah ketoasidosis. Adapun gejala dan tanda-tanda yang dapat ditemukan pada pasien ketoasidosis diabetes adalah kadar gula darah > 240 mg/dl, terdapat keton pada urin, dehidrasi karena terlalu sering berkemih, mual, muntah, sakit perut, sesak napas, napas berbau aseton, dan kesadaran menurun hingga koma (Nabyl, 2009).

- Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik (HHNK)

(22)

kehilangan cairan dan elektrolit. Untuk mempertahankan keseimbangan osmotik, cairan akan berpindah dari ruang intrasel ke ruang ekstrasel. Dengan adanya glukosuria dan dehidrasi, akan dijumpai keadaaan hipernatremia dan peningkatan osmolaritas. Salah satu perbedaan utama antar HHNK dan ketoasidosis diabetes adalah tidak terdapatnya ketosis dan asidosis pada HHNK. Perbedaan jumlah insulin yang terdapat pada masing-masing keadaan ini dianggap penyebab parsial perbedaan di atas.

Gambaran klinis sindrom HHNK terdiri atas gejala hipotensi, dehidrasi berat, takikardi, dan tanda-tanda neurologis yang bervariasi (Brunner & Suddarth, 2001).

b. Komplikasi Kronis DM - Komplikasi Makrovaskular

(23)

darah yang baik. Tetapi telah terbukti secara epidemiologi bahwa angka kematian akibat hiperinsulinemia merupakan suatu faktor resiko mortalitas kardiovaskular, di mana peninggian kadar insulin menyebabkan resiko kardiovaskular semakin tinggi pula. Kadar insulin puasa > 15 mU/ml akan meningkatkan resiko mortalitas kardiovaskular sebanyak 5 kali lipat. Hiperinsulinemia kini dikenal sebagai faktor aterogenik dan diduga berperan penting dalam menyebabkan timbulnya komplikasi makrovaskular (UNPAD, 200 ).

- Komplikasi Neuropati

Kerusakan saraf adalah komplikasi DM yang paling sering terjadi. Dalam jangka waktu yang cukup lama, kadar glukosa dalam darah akan merusak dinding pembuluh darah kapiler yang berhubungan langsung ke saraf. Akibatnya, saraf tidak dapat mengirimkan pesan secara efektif. Keluhan yang timbul bervariasi, yaitu nyeri pada kaki dan tangan, gangguan pencernaan, gangguan dalam mengkontrol BAB dan BAK, dan lain-lain (Tandra, 2007). Manifestasi klinisnya dapat berupa gangguan sensoris, motorik, dan otonom. Proses terjadinya komplikasi neuropati biasanya progresif, di mana terjadi degenerasi serabut-serabut saraf dengan gejala nyeri, yang sering terserang adalah saraf tungkai atau lengan (UNPAD, 200 ).

- Komplikasi Mikrovaskular

(24)

ginjal. Kelainan patologis pada mata, atau dikenal dengan istilah retinopati diabetes, disebabkan oleh perubahan pada pembuluh-pembuluh darah kecil di retina. Perubahan yang terjadi pada pembuluh darah kecil di retina ini dapat menyebabkan menurunnya fungsi penglihatan pasien DM, bahkan dapat menjadi penyebab utama kebutaan (Brunner & Suddarth, 2001).

1.4. Retinopati Diabetes

Mekanisme perkembangan mikroangiopati berkaitan dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada ultrastruktur, biokimia, dan proses hemostatis. Termasuk ke dalamnya penipisan lapisan membran kapiler. Beberapa studi menunjukkan bahwa hiperglikemia kronik memiliki kontribusi dalam menyebabkan terjadinya retinopati diabetes.

Retinopati diabetes adalah penyakit mata yang sering terjadi pada penderita DM. Retinopati diabetik biasanya berkembang menjadi beberapa tingkatan pada kebanyakan penderita diabetes tipe I dan sejumlah penderita DM tipe II (Medicastore, 2008).

Retinopati diabetes merupakan penyebab kebutaan yang utama pada kelompok usia kerja di Inggris dan di banyak negara berkembang lainnya. Peningkatan jumlah pasien DM di dunia akan mendorong retinopati diabetes sebagai penyebab kebutaan terbesar (Steele, 2008).

(25)

non-insulin dependent jauh lebih banyak, yaitu mencapai sembilan kali lebih banyak, maka jumlah non-insulin dependent yang mengalami retinopati akan lebih banyak (Adam, 2005).

Skema 1. Patofisiologi Retinopati Diabetes Hiperglikemia

Perubahan vaskular retina

Abnormalitas makrovaskular

Kerusakan kapiler Oklusi kapiler

Hipoksia retina Edema retina

Neovaskularisasi retinopati proliferatif

Difusi edema A/V shunt

(26)

Ada tiga stadium utama pada retinopati diabetes yaitu : a. Retinopati Nonproliferatif

Retinopati nonprliferatif merupakan stadium awal dari proses penyakit ini. Selama menderita DM, keadaan ini menyebabkan dinding pembuluh darah kecil pada mata melemah sehingga dapat menimbulkan tonjolan kecil (mikroaneurisme). Tonjolan ini sangat mudah pecah dan mengalirkan cairan dan sejumlah protein ke dalam retina sehingga menimbulkan bercak berwarna abu-abu atau putih. Endapan lemak protein yang berawarna putih kekuningan juga terbentuk pada retina. Perubahan ini mungkin tidak mempengaruhi penglihatan kecuali cairan dan protein dari pembuluh darah yang rusak dapat menyebabkan pembengkakan pada pusat retina (makula). Keadaan ini disebut edema makula, yang dapat memperparah penglihatan seseorang (Medicastore).

b. Retinopati Praproliferatif

Keadaan ini merupakan lanjutan dari retinopati nonproliferatif dan merupakan pencetus terjadinya retinopati proliferatif yang cukup serius. Bukti epidemiologi menunjukkan bahwa 10 % - 50 % pasien DM dengan retinopati akan menderita retinopati proliferatif dalam jangka waktu 1 tahun. Perubahan visual yang terjadi pada stadium ini juga disebabakan oleh edema makula (Brunner & Suddarth, 2001).

c. Retinopati Proliferatif

(27)

sehingga dapat menyebabkan perdarahan pada pertengahan bola mata, atau sering disebut dengan istilah perdarahan vitreus, yang dapat menghalangi penglihatan (Steele, 2008). Konsekuensi lain dari perdarahan vitreus ini adalah terbentuknya jaringan parut fibrosa yang disebabakan oleh reabsorpsi darah ke dalam korpus vitreus. Jaringan parut ini dapat menarik retina sehingga terjadi pelepasan retina, atau disebut dengan istilah ablasio retina, dan akhirnya dapat mengakibatkan kebutaan (Brunner & Suddarth, 2001).

1.5 Faktor Resiko Terjadinya Retinopati Diabetik a. Lama Menderita DM

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hal ini menjadi indikator dalam mendeteksi adanya retinopati diabetes. Pasien dengan DM tipe I umumnya akan menunjukkan adanya retinopati diabetes setelah didiagnosis menderita DM selama 20 tahun (50 %).

b. Kadar Gula Darah

Kadar gula darah juga merupakan faktor resiko yang memiliki peranan penting dalam perkembangan retinopati diabetes.

(28)

1.6 Penatalaksanaan Retinopati Diabetik

Deteksi awal retinopati diabetik dapat membantu mencegah terjadinya kehilangan penglihatan. Mereka yang menderita DM harus memeriksakan mata pada seorang dokter mata (oftalmologis) setiap tahun, bahkan bila mereka tidak memiliki keluhan pada mata sekalipun. Asosiasi Diabetes Amerika (ADA) menyarankan pemeriksaan setahun sekali mulai dalam 3-5 tahun setelah didiagnosa menderita DM tipe I dan segera setelah didiagnosa menderita DM tipe II (Medicastore, 2008).

Pada stadium awal retinopati dapat diperbaiki dengan kontrol kadar gula darah yang baik, sedangkan pada kelainan yang sudah lanjut hampir tidak dapat diperbaiki hanya dengan kontrol kadar gula darah karena akan memperburuk keadaan jika dilakukan penurunan kadar gula darah yang terlalu singkat (UNPAD, 2008 ). Pengobatan lanjutan yang dapat diberikan yaitu penatalaksanaan diabetes yang baik, mencegah faktor-faktor resiko seperti hipertensi, dan pengobatan fotokoagulasi khususnya pada mereka dengan retinopati diabetik lanjut. Diperkenalkannya fotokoagulasi untuk retinopati diabetik sangat mendorong untuk mencegah kebutaan (Adam, 2005).

2. Ketajaman Penglihatan

2.1 Definisi Ketajaman Penglihatan

(29)

2.2 Anatomi dan Faal Mata

Mata merupakan organ fotosensoris yaitu organ yang menerima rangsangan cahaya. Cahaya masuk melintasi kornea, lensa, dan beberapa struktur refraksi di dalam orbita. Cahaya kemudian difokuskan oleh lensa ke bagian saraf mata yang sensitive terhadap cahaya yaitu retina. Retina mengandung sel-sel batang dan kerucut yang akan mengubah impuls cahaya menjadi impuls saraf. Setelah melintasi suatu rangkaian lapisan sel saraf dan sel-sel penyokong informasi penglihatan diteruskan oleh saraf optik ke otak untuk diproses (Scribd, 2010).

Adapun anatomi organ penglihatan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:

a. Adneksa Mata, merupakan jaringan pendukung mata yang terdiri dari:

- Kelopak mata, terdiri atas lempeng penyokong di bagian tengah yang terdiri dari jaringan ikat dan otot rangka yang diliputi kulit di bagian luar dan suatu membran mukosa di dalam. Kelopak mata berfungsi melindungi mata dan berkedip serta untuk melicinkan dan membasahi mata.

- Konjungtiva, adalah membran mukosa jernih yang melapisi permukaan dalam kelopak mata (konjungtiva palpebra)dan menutupi permukaan sklera pada bagian depan bola mata (konjungtiva bulbi). Konjungtiva di susun oleh epitel berlapis silindris yang mengandung sel goblet yang terletak di atas suatu lamina basal dan lamina propia yang terdiri atas jaringan ikat longgar. - Sistem Saluran Air Mata (Lakrimal), terletak pada sudut superolateral rongga

(30)

- Rongga Orbita, merupakan rongga tempat bola mata yang dilindungi oleh tulang-tulang yang kokoh.

- Otot-Otot Bola Mata, masing-masing bola mata mempunyai 6 (enam) buah otot yang berfungsi menggerakkan kedua bola mata secara terkoordinasi pada saat melirik (Jusuf, 2008).

b. Bola Mata

Dinding bola mata disusun oleh 3 tunika (lapisan) yaitu:

- Tunika fibrosa (lapis sklera-kornea)merupakan lapisan luar bola mata yang terdiri atas sklera dan kornea.

- Tunika vaskularis (lapis uvea)merupakan lapisan tengah bola mata, terdiri atas khoroid, badan siliaris dan iris.

- Tunika neuralis (lapis retina)merupakan lapisan dalam bola mata terdiri atas retina (Tambajong, 2009)

2.3 Faktor Penyebab Gangguan Ketajaman Penglihatan

Ketajaman penglihatan seseorang dapat berkurang. Hal ini disebabkan antara lain oleh faktor-faktor sebagai berikut:

a. Kuat Penerangan atau Pencahayaan

(31)

b. Waktu Papar

Pemaparan terus menerus misalnya pada pekerja sektor perindustrian yang jam kerjanya melebihi 40 jam/minggu dapat menimbulkan berbagai penyakit akibat kerja. Yang dimaksud dengan jam kerja adalah jam waktu bekerja termasuk waktu istirahat. Meskipun terjadi keanekaragaman jam kerja, umumnya pekerja informal bekerja lebih dari 7 jam/hari. Hal ini menimbulkan adannya beban tambahan pada pekerja yang pada akhirnya menyebabkan kelelahan mata (Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat dikutip oleh Wijayanti, 2005).

c. Umur

Ketajaman penglihatan berkurang menurut bertambahnya usia. Pada tenaga kerja berusia lebih dari 40 tahun, visus jarang ditemukan 6/6, melainkan berkurang. Maka dari itu, kontras dan ukuran benda perlu lebih besar untuk melihat dengan ketajaman yang sama (Austin, 2003).

d. Kelainan Refraksi

Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas kornea, cairan mata, lensa, benda kaca, dan panjangnya bola mata. Secara klinik kelainan refraksi terjadi akibat adanya kerusakan akomodasi visual. Kelainan refraksi yang sering terjadi adalah miopia, hipermetropia, presbiopia, dan astigmatisma (Sidarta Ilyas, 2004).

e. Katarak

(32)

f. Retinopati Diabetik

Retinopati diabetik merupakan karakteristik lesi yang terdapat pada retina individu yang telah menderita diabetes melitus selama beberapa tahun. Retinopati diabetik terjadi karena perubahan sirkulasi vaskular retina yang mengakibatkan oklusi pembuluh darah dan dilatasi. Hal ini dapat berkembang menjadi retinopati proliferatif dengan pertumbuhan pembuluh darah baru dan penebalan pada bagian tengah retina. Penebalan retina yang terjadi dapat secara signifikan mengurangi ketajaman penglihatan (WHO, 2010).

g. Glaukoma

Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan atau pandangan mata semakin berkurang bahkan dapat menyebabkan kebutaan. Hal ini disebabkan oleh saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan membesar sehingga menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata. Akibat penekanan ini saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati (Wikipedia, 2010).

2.4 Pemeriksaan Ketajaman Penglihatan

(33)

Pemeriksaan ketajaman penglihatan merupakan pemeriksaan fungsi mata. Gangguan penglihatan memerlukan pemeriksaan untuk mengetahui penyebab kelainan mata yang mengakibatkan turunnya ketajaman penglihatan (Sidarta Ilyas, 2004). Pemeriksaan ketajaman penglihatan dapat dilakukan dengan menggunakan kartuSnellen, kartu CincinLandolt, kartu uji E, dan kartu ujiSheridan/Gardiner.

2.5 Klasifikasi Ketajaman Penglihatan

Ketajaman penglihatan dan penglihatan kurang dibagi dalam tujuh kategori, yaitu:

1) Penglihatan normal, pada keadaan ini penglihatan mata adalah normal dan sehat.

2) Penglihatan hampir normal, tidak menimbulkan masalah yang gawat, akan tetapi perlu diketahui penyebabnya.

3) Low vision sedang, dengan kacamata kuat atau kaca pembesar masih dapat membaca dengan cepat.

4) Low vision berat, masih dapat berorientasi dan melakukan mobilitas umum akan tetapi mendapat kesulitan pada lalu lintas dan melihat nomor mobil. Untuk membaca diperlukan lensa pembesar kuat.

(34)

6) Hampir buta, penglihatan kurang dari 4 kaki untuk menghitung jari. Penglihatan tidak bermanfaat, kecuali pada keadaan tertentu. Harus mempergunakan alat nonvisual.

7) Buta total, tidak mengenal rangsangan sinar sama sekali. Seluruhnya tergantung pada alat indera lainnya atau tidak mata (Ilyas, 2004).

Menurut WHO Study Group on The Prevention of Blindness, kelainan pada penglihatan dibagi atas tiga, yaitu :

(35)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

1. Kerangka Konsep

Diabetes Melitus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan hormonal dan melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat dimana seseorang tidak dapat memproduksi cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi dengan baik, karena proses autoimun, dipengaruhi secara genetik dengan gejala yang pada akhirnya menuju tahap perusakan imunologi sel-sel yang memproduksi insulin (Agus, 2008).

Ketajaman penglihatan adalah kemampuan mata untuk mengidentifikasi objek yang tergantung pada ketajaman fokus retina dalam mata. Ketajaman penglihatan sering diukur dengan menggunakan grafik Snellen atau ukuran simbol lainnya, seperti C atau Tumbling Landolt E. Satuan yang biasa digunakan adalah dalam kaki dan dinyatakan dengan 20/20 (untuk penglihatan normal). Jika menggunakan satuan meter, ketajaman visual dinyatakan dengan 6/6 (Wikipedia, 2010).

Gambar. Kerangka konsep penelitian

Diabetes Melitus Ketajaman Penglihatan - Buta

- Ketajaman

(36)

2. Definisi Konseptual dan Operasional 2.1 Penyakit DM

Definisi Konseptual : Merupakan penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak dapat lagi memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup, atau dapat juga disebabkan oleh berkurangnya kemampuan tubuh untuk merespon kerja insulin secara efektif (WHO, 2008).

Definisi Operasional : Merupakan penyakit yang telah diderita oleh pasien diabetes.

2.2 Ketajaman Penglihatan

Definisi Konseptual : Ketajaman penglihatan merupakan keadaan fungsi penglihatan seseorang yang diberikan penilaian menurut ukuran baku yang ada (Ilyas, 2004).

(37)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif, yang bertujuan untuk mengetahui gambaran ketajaman penglihatan pasien DM di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.

2. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien DM yang melakukan rawat jalan di poliklinik penyakit dalam Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan. Melalui survey awal yang telah dilakukan selama satu bulan terakhir diperoleh jumlah pasien DM yang melakukan rawat jalan sebanyak 648 orang. Penentuan jumlah sample dalam penelitian ini berdasarkan rumus Arikunto, yaitu jika jumlah populasi > 100, maka diambil sekitar 10 % -15 %.

n = 10 % x N = 10 % x 648 = 64,865 orang

(38)

Teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling yang dilakukan dengan mengambil responden yang tersedia pada saat itu dan telah memenuhi kriteria (Nursalam, 2003), di mana subjek yang dijadikan sampel adalah pasien DM yang berusia > 40 tahun.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di unit rawat jalan Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik pada bulan September-Oktober 2010. Lokasi penelitian ini dipilih karena merupakan rumah salah satu rumah sakit rujukan sekaligus rumah sakit pendidikan di kota Medan.

4. Pertimbangan Etik

(39)

Demi menjaga kerahasiaan responden, maka kuesioner yang akan diisi diberi kode tertentu tanpa nama.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dalam bentuk kuisioner tertutup yang dibuat untuk memperoleh data demografi yaitu inisial, umur, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, dan lama menderita penyakit DM.. Sedangkan dalam mengukur ketajaman penglihatan pasien DM, peneliti menggunakan kartu Snellen sebagai alat penelitian.

6. Pengumpulan Data

(40)

7. Analisa Data

Setelah dilakukan pengumpulan data maka dilakukan analisa data. Data yang diperoleh dari setiap responden berupa data demografi yang merupakan hasil pengisian kuesioner. Data lainnya berupa hasil pengukuran ketajaman penglihatan pasien DM yang dicatat oleh peneliti di dalam lembar observasi.

7.1 Statistik Deskriptif

(41)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang gambaran ketajaman penglihatan pasien DM di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Pengumpulan data dilakukan mulai 14 September sampai dengan 14 November 2010 terhadap 65 responden. Penyajian hasil penelitian meliputi karakteristik demografi dan hasil pengukuran ketajaman penglihatan pasien DM.

1.1. Karakteristik Demografi

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien DM dengan jumlah responden 65 orang. Adapun karakteristik responden yang dipaparkan mencakup usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan lama menderita DM.

(42)

Tabel 1. Distribusi frekuensi & persentase karakteristik responden (n= 65)

Perempuan 3530 53, 846,2

Pendidikan

(43)

Tabel 2. Hasil Pengukuran Visus pada Mata Pasien DM di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.

Visus VOS VOD VOA

Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %

20/200

(44)

Data yang diperoleh menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki visus kedua mata pada jarak 20/30, untuk visus mata kanan mayoritas responden berada pada jarak 20/60, sedangkan visus mata kiri sebagian besar responden berada pada jarak 20/50. WHO Study Group on The Prevention of Blindness mengklasifikasikan kelainan pada penglihatan dalam dua bagian besar yaitu buta dan penglihatan rendah. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh bahwa sekitar 30,7% responden mengalami penglihatan rendah.

Tabel 3. Klasifikasi kelainan penglihatan pada pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan

Buta Penglihatan Rendah Penglihatan Normal

< 20/400 % 20/400 20/70 % 20/70 20/15 %

- - 20 30,7 45 69,3

2. Pembahasan

Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka pembahasan yang dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang gambaran ketajaman penglihatan pasien DM adalah sebagai berikut :

2.1. Karakteristik Demografi

(45)

(60-meninggal). Berdasarkan pembagian di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berada pada tahap perkembangan dewasa madya atau pertengahan.

Menurut Rahmadiliyani (2008), penderita yang beresiko tinggi mengalami penyakit DM adalah penduduk yang berusia di atas 45 tahun. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar penderita Diabetes Melitus berada pada rentang usia pertengahan atau lanjut. Hal ini disebabkan oleh toleransi terhadap glukosa yang akan menurun seiring dengan pertambahan usia (Long, 1996).

Data yang diperoleh menunjukkan bahwa 36 orang (55,4%) responden menderita DM selama 0 5 tahun. Lama menderita DM merupakan salah satu faktor yang penting dalam memprediksi adanya kemungkinan komplikasi retinopati diabetik (Gupta, 2008). Menurut Wilardjo (2001), pada umumnya penderita DM tanpa pengelolaan yang baik akan mengalami komplikasi mikrovaskuler setelah 5 tahun. Sedangkan menurut Permana (2009), komplikasi umumnya timbul pada semua penderita DM baik dalam derajat ringan maupun berat setelah penyakit berjalan 10-15 tahun.

(46)

dikarenakan responden dengan jenis kelamin laki-laki memberikan respon yang lebih baik pada saat diminta untuk diukur ketajaman penglihatannya.

Sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan akhir setaraf SMA, yaitu 37 orang (56,9%). Tingkat pendidikan yang tinggi akan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan penderita DM tentang penyakitnya. Pengetahuan kesehatan yang dimiliki oleh penderita DM juga akan mempengaruhi tindakan kesehatan yang dapat dilakukan oleh penderita DM dalam upaya pencegahan timbulnya komplikasi akibat penyakit yang dideritanya (Notoadmodjo, 2004).

Dari data diperoleh sebagian besar responden merupakan PNS, yaitu 25 orang (38,5%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat kehidupan sosial ekonomi yang cukup baik. Umumnya masyarakat dengan sosial ekonomi rendah cenderung tidak mematuhi anjuran dokter, sebaliknya masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi menegah ke atas akan lebih memperhatikan kesehatannya. Bagi penderita DM penting untuk berkonsultasi secara berkala dengan dokter dan diperlukan kedisiplinan serta kepatuhan dalam mengkonsumsi obat maupun mengontrol kadar gula darah (Ningharmanto, 2004).

2.2. Ketajaman Penglihatan Pasien DM

(47)

Berdasarkan hasil pengukuran ketajaman penglihatan yang telah dilakukan, diperoleh bahwa rata-rata visus kedua mata responden sekitar 20/45, dengan nilai median 20/40 serta modus 20/30. Untuk visus mata kanan diperoleh nilai rata-rata sekitar 20/62 dengan nilai median dan modus 20/60. Sedangkan untuk mata kiri, nilai rata-rata visusnya sekitar 20/61 dengan nilai median dan modus 20/50.

Berdasarkan klasifikasi kelainan penglihatan menurut WHO (dapat dilihat pada tabel 3) dapat dilihat bahwa ketajaman penglihatan pada pasien diabetes melitus mengalami penurunan. Wilardjo (2001) mengatakan bahwa sebagian besar kasus retinopati dialami oleh penderita DM. Manifestasi penyakit DM yang tersering pada mata adalah retinopati diabetik yang menyebabkan terjadinya penurunan ketajaman penglihatan (Davis dikutip oleh Wulandari, 2003).

(48)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Setelah peneliti melakukan penelitian dengan judul Gambaran Ketajaman Penglihatan Pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik , dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1.1 Mayoritas responden berada pada rentang usia 41-60 tahun, di mana sebagian besar menderita DM antara 0-5 tahun. Jumlah responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 35 orang. Sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan setaraf SMA (37 orang), dan jumlah pekerjaan mayoritas yaitu PNS (25 orang).

1.2 Mayoritas visus kedua mata responden berada pada jarak 20/30, visus mata kanan berada pada jarak 20/60, sedangkan untuk mata kiri visusnya yaitu 20/50.

2. Saran

2.1 Bagi Penelitian Selanjutnya

(49)

2.2 Bagi Rumah Sakit

Dari jumlah responden, sebagian besar tidak pernah memeriksakan ketajaman penglihatannya. Oleh karena itu diharapkan pihak rumah sakit lebih meningkatkan pelayanannya, yaitu menganjurkan pasien penderita DM untuk memeriksakan ketajaman penglihatannya secara teratur dalam upaya mencegah terjadinya komplikasi retinopati diabetik.

2.3 Bagi Responden

(50)

Daftar Pustaka

Adam, J. (2005).Komplikasi Kronik Diabetik Masalah Utama Penderita Diabetes dan Upaya Pencegahan.Diakses dari :

http://www.akademik.unsri.ac.id/download/journal/files/medhas/9 John%20Adam.pdf

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Aswin, Rahmad. (2010). Anatomi Penglihatan. Diakses dari : http://www.scribd.com/doc/43480442/Anatomi-Penglihatan

Austin, Christopher A. (2003).Visual factors should be assessed in older people presenting with falls or hip fracture. United Kingdom : British Geriatrics Society Brunner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :

EGC.

D Adamo, Peter J., Catherine W. (2006). Diabetes : Penemuan Baru Memerangi Diabetes Melalui Diet Golongan Darah.Yogyakarta : Bentang Pustaka. Dahlan, S. (2008). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba

Medika.

Depkes R.I. (2010).Gangguan Penglihatan Masih Menjadi Masalah Kesehatan. Diakses dari : http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/845-gangguan-penglihatan-masih-menjadi-masalah-kesehatan.html

Gupta, Vishali, dkk. (2008). Diabetic Retinopathy Atlas.USA : The McGraw-Hill Company.

Hidayat, A. A. A. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika.

Ilyas, Sidarta. (2004).Ilmu Perawatan Mata.Jakarta : Sagung Seto.

James, Bruce, dkk. (2006). Lecture Notes Oftalmologi. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Jusuf, Ahmad. (2008).Modul Indera Suatu Tinjauan dari Aspek Histologis. Diakses dari :

(51)

Medicastore. (2008). Komplikasi Diabetes Bisa Mematikan. Diakses dari : http://medicastore.com/diabetes/komplikasi_diabetes_mellitus.php

Nabyl. (2009).Mengenal Diabetes.Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Notoatmojo, S. (2002).Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta. Pusat Pakar Mata ACS. (2009). Retinopati Diabetes. Diakses dari :

http://pakarmata.com/malay_diabetic_rethinopati.html

Sastroasmoro, S & Sofyan I. (1995).Dasar-dasar Metodologi Penelitian.Jakarta : Binarupa Aksara.

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Soegondo, S, dkk. (1995). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Soekar, Agus. (2008).Konsep Dasar Diabetes Melitus.Diakses dari :

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/5/jtptunimus-gdl-s1-2008-agussoekar-238-2-bab2.pdf

Steele, C., David S., Colin W. (2008). Eye Essential : Diabetes and The Eye. Philadelphia, USA : Butterworth Heinemann Elsevier.

Tandra, H. (2008). Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui tentang Diabetes. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Tjokroprawiro, A. (1997). Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes Mellitus. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

UNPAD. (2009 ).Sulfonylurea sebagai Pilar Penatalakasanaan Diabetes Mellitus Tipe 2 dalam Pencegahan Komplikasi Penyakit kardiovaskuler. Diakses dari : http://pustaka.unpad.ac.id/wp

content/uploads/2009/09/sulfonylurea_sebagai_pilar_penatalakasanaan_diabe tes.pdf

UNSRI. (2007).Analisis biaya terapi Diabetes mellitus di Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta.Diakses dari :

http://www.akademik.unsri.ac.id/download/journal/files/gmfarmasi/4._17-3-2007 trimurti.pdf

WHO. (2008). Diabetes. Diakses dari :

(52)

WHO. (2008). Global Prevalence of Diabetes. Diakses dari : http://www.who.int/diabetes/facts/en/diabcare0504.pdf

WHO. (2010).Priority Eye Diseases. Diakses dari :

http://www.who.int/blindness/causes/priority/en/index6.html

Wijayanti. (2005).Pengaruh Pemakaian Kacamata Las Terhadap Ketajaman Penglihatan pada Pekerja Las Karbit di Wilayah Pinggir Jalan D. I. Panjaitan Kota Semarang.Diakses dari :

www.linkpdf.com/download/dl/ketajaman-penglihatan-.pdf

Wikipedia. (2010).Visual Acuity.Diakses dari : http://en.wikipedia.org/wiki/Visual_acuity

(53)

Lampiran 1

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Saya yang bernama Ananda M. N. Manurung/061101087 adalah mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang Gambaran Ketajaman Penglihatan Pasien Diabetes Melitus di RSUP H. Adam Malik Medan . Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut, saya memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon kesediaan Bapak/Ibu mengisi kuesioner data demografi dan bersedia untuk diukur ketajaman penglihatannya dengan menggunakan kartu Snellen. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan Bapak/Ibu.

Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela sehingga Bapak/Ibu bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apapun. Identitas pribadi Bapak/Ibu akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian ini.

Terimakasih atas partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini.

Medan, Oktober 2010

Peneliti Responden

(54)

Lampiran 2

Kuesioner Gambaran Ketajaman Penglihatan Pasien Diabetes Melitus di RSUP H. Adam Malik Medan

A. Data Demografi

Berilah tanda checklist ( ) pada pilihan yang Anda anggap benar. Inisial responden :

Umur :

Lama menderita DM : 1. Jenis kelamin

( ) Laki-laki ( ) Perempuan 2. Pendidikan terakhir

( ) Tidak sekolah ( ) SD

( ) SMP ( ) SMA

( ) Perguruan tinggi 3. Pekerjaan

( ) PNS

( ) Wiraswasta ( ) Buruh

(55)

B. Hasil Pengukuran Visus pada Mata Pasien DM di RSUP H. Adam Malik Medan

(56)

Lampiran 3

Frequency Percent PercentValid CumulativePercent

Valid 40-45 3 4.6 4.6 4.6

46-50 7 10.8 10.8 15.4

51-55 13 20.0 20.0 35.4

56-60 22 33.8 33.8 69.2

61-65 11 16.9 16.9 86.2

66-70 5 7.7 7.7 93.8

71-75 3 4.6 4.6 98.5

76-80 1 1.5 1.5 100.0

Total 65 100.0 100.0

Jenis kelamin responden

Frequency Percent PercentValid CumulativePercent

Valid laki-laki 35 53.8 53.8 53.8

perempuan 30 46.2 46.2 100.0

(57)

Pendidikan responden

Frequency Percent PercentValid CumulativePercent

Valid SD 4 6.2 6.2 6.2

SMP 15 23.1 23.1 29.2

SMA 37 56.9 56.9 86.2

Perguruan

Tinggi 9 13.8 13.8 100.0

Total 65 100.0 100.0

Pekerjaan responden

Frequency Percent PercentValid CumulativePercent

Valid PNS 25 38.5 38.5 38.5

Wiraswasta 20 30.8 30.8 69.2

Buruh 5 7.7 7.7 76.9

Lainnya 15 23.1 23.1 100.0

Total 65 100.0 100.0

Lama menderita DM

Frequency Percent PercentValid CumulativePercent

Valid 0-5 tahun 36 55.4 55.4 55.4

6-10 tahun 22 33.8 33.8 89.2

11-15 tahun 6 9.2 9.2 98.5

16-20 tahun 1 1.5 1.5 100.0

(58)
(59)

Lampiran 5

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Ananda M. N. Manurung

Tempat/Tanggal Lahir : Tarutung, 21 November 1987

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Irigasi Raya NO. 130 Komp. Medan Permai Medan Pendidikan : SD RK Cinta Rakyat 4 P. Siantar : 1994 2000

Gambar

Gambar. Kerangka konsep penelitian
Tabel 1. Distribusi frekuensi & persentase karakteristik responden (n= 65)
Tabel 2. Hasil Pengukuran Visus pada Mata Pasien DM di Rumah Sakit Umum
Tabel 3. Klasifikasi kelainan penglihatan pada pasien Diabetes Melitus di Rumah

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu sudah seharusnya apabila pembeli atau konsumen barang barang dan penerima jasa bertanggungjawab renteng atas pembayaran pajak yang terhutangap

Selanjutnya diserahkan kepada program studi masing-masing untuk di tanda tangani oleh Ketua program studi Sistem pengisian KRS dan KHS yang akan dirancang diharapkan dapat

Adapun dengan pertimbangan biaya produksi, biaya operasional, serta besarnya RAP yang dapat di recycle maka variasi Bitumen Murni Ex-RAP 30% + Bitumen Fresh 70% + Additive

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga.. SKRIPSI THE CORRELATION OF LANGUAGE

If you can cheerfully hop to the matrix representation of complex numbers, some things are blindingly obvious that are completely obscure if you just learn the rules for

Meloxicam secara bermakna menunjukkan resiko yang lebih kecil terhadap insiden saluran cerna daripada natrium diklofenak setelah 2 minggu pengobatan dalam hal keluhan nyeri

Monitor merupakan salah satu perangkat keras (Hardware) yang digunakan sebagai penampilan output video dari pada sebuah CPU, dan kegunaannya tersebut tidak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, a. Metode Strategi Kepemimpinan MTs. Muhammadiyah Tanetea adalah 1) memberi perintah kepada bawahan, 2) Memberi Teguran Kepada