• Tidak ada hasil yang ditemukan

“KETANGGUHAN BANGSA DALAM MENGHADAPI BENCANA” MISI :

PERMASALAHAN DAN ISU – ISU STRATEGIS PERANGKAT DAERAH

“KETANGGUHAN BANGSA DALAM MENGHADAPI BENCANA” MISI :

1. Melindungi bangsa dari ancaman bencana dengan membangun budaya pengurangan risiko bencana dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana menjadi bagian yang terintegrasi dalam pembangunan nasional; 2. Membangun sistem penanganan darurat bencana secara cepat, efektif dan

efisien;

3. Menyelenggarakan pemulihan wilayah dan masyarakat pascabencana melalui rehabilitasi dan rekonstruksi yang lebih baik yang terkoordinasi dan berdimensi pengurangan risiko bencana;

4. Menyelenggarakan dukungan dan tata kelola logistik dan peralatan penanggulangan bencana;

5. Menyelenggarakan penanggulangan bencana secara transparan dengan prinsip good governance.

3.4 Telaahan Renstra Kementerian Dalam Negeri 2014-2019 DIRJEN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK

VISI :

“Kementerian Dalam Negeri Mampu Menjadi POROS Jalannya Pemerintahan dan Politik Dalam Negeri, Meningkatkan Pelayanan

Publik, Menegakkan Demokrasi Dan Menjaga Integrasi Bangsa”

MISI :

1. Memantapkan ideologi dan wawasan kebangsaan dengan memperkuat pengamalan terhadap Pancasila, UUD 1945, kebhinekaan, menegakkan persatuan dan kesatuan, demokratisasi, serta membangun karakter bangsa dan stabilitas dalam negeri.;

2. Mewujudkan efektivitas penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan menciptakan ketentraman, dan ketertiban umum, serta meningkatkan pendayagunaan administrasi kependudukan.;

3. Mewujudkan efektivitas penyelenggaraan desentralisasi dan otonomi daerah melalui peningkatan kapasitas dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan serta didukung pengelolaan anggaran dan keuangan yang akuntabel dan berpihak kepada rakyat.

4. Mendorong terwujudnya keserasian dan keadilan pembangunan antar pembangunan dari

memperkuat daerah dan desa serta perbatasan

pinggiran dengan 5. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih, dan efektif

dengan didukung aparatur yang berkompeten dan pengawasan yang efektif dalam rangka pemantapan pelayanan publik.

budaya dan seni, beragama, kehidupan 5. Meningkatkan daerah saing daya perbatasan, & pedalaman wilayah kualitas meningkatkan dan 4. Membangun infrastruktur, pembangunan memperlancar mewujudkan profesional, berpendidikan, sehat, yang perempuan, maupun untuk tangguh yang UMKM dan industri, pertanian,

3.5 Telaahan Renstra Provinsi Sumatera Selatan 2018-2023

VISI :

“Sumatera Selatan Maju Untuk Semua”

MISI :

1. Membangun Sumsel berbasis ekonomi kerakyatan, yang didukung sektor mengatasi pengangguran dan kemiskinan baik di perkotaan maupun di perdesaan; 2. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), baik lakilaki

dan menjunjung tinggi nilai-nilai keimanan, ketaqwaan, kejujuran, dan integritas;

3. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dengan mengedepankan transparansi dan akuntabilitas yang didukung aparatur pemerintahan yang jujur, berintegritas, profesional, dan responsif;

dan termasuk infrastruktur dasar guna

kuantitas percepatan untuk arus barang dan mobilitas penduduk, serta

dengan pemerataan dan keseimbangan daerah;

mempertimbangkan untuk membangun karakter kehidupan sosial yang agamis & berbudaya, dengan ditopang fisik yang sehat melalui kegiatan olahraga, sedangkan

religius.

pengembangan pariwisata berorientasi pariwisata

Penjabaran Misi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019 -2023 tersebut selanjutnya di rumuskan dalam Tujuan RPJMD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019 – 2023 sebagai berikut :

1. Meningkatnya perekonomian yang inklusif berbasis inovasi daerah; 2. Meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia;

3. Meningkatnya kesetaraan dan keadilan gender; 4. Meningkatnya tata kelola pemerintahan;

5. Terwujudnya pemerataan pembangunan berkelanjutan; 6. Terwujudnya masyarakat madani;

7. Meningkatnya daya saing pariwisata daerah melalui seni, budaya dan religi;

8. Meningkatnya daya saing pemuda dan olah raga.

Penjabaran Tujuan RPJMD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019-2023 diatas dijelaskan lagi dengan sasaran RPJMD Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019-2023 sebagai berikut :

1. Maju ekonomi kerakyatan;

2. Maju investasi, perindustrian dan perdagangan; 3. Maju pertanian rakyat dan kedaulatan pangan; 4. Maju kesejahteraan masyarakat;

gelombang beliung, puting angin kekeringan, Maju stabilitas keamanan, ketertiban dan kehidupan beragama. (sasaran ke kehidupan Meningkatkan meningkatkan kuantitas termasuk guna Membangun kualitas infrastruktur, infrastruktur Terwujudnya budaya masyarakat seni, beragama, dasar

percepatan pembangunan wilayah ke-5)

karakter (tujuan ke-6) untuk dan membangun Terwujudnya pemerataan pembangunan pedalaman & perbatasan, untuk

memperlancar arus barang dan

kehidupan sosial yang agamis & berbudaya, dengan ditopang fisik

penduduk, mobilitas

melalui yang

serta mewujudkan daya saing daerah

dan

daerah. (misi ke-4) keseimbangan

berorientasi pariwisata

(misi ke-5).

religius.

5. Maju akses energi;

6. Maju kesehatan masyarakat;

7. Maju akses pendidikan berkualitas

8. Maju pembangunan responsif, gender dan perlindungan anak; 9. Maju pelayanan publik berkualitas;

10. Maju pembangunan yang transparan dan akuntabel; 11. Maju aparatur profesional dan berintegritas;

12. Maju kualitas lingkungan hidup;

13. Maju infrastruktur dan konektifitas;

14. Maju stabilitas keamanan, ketertiban dan kehidupan beragama;

15. Maju seni, budaya dan pariwisata; 16. Maju pemuda dan olahraga.

Penelaahan misi, tujuan dan sasaran Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Sumatera Selatan dalam RPJMD tahun 2019-2023, disajikan dalam Tabel berikut :

Tabel. 3.3

Telaahan Visi, Misi, Tujuan dan Program Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Selatan priode 2019-2023

No Misi Tujuan Sasaran Keterangan

1. dan

dan Maju kualitas

lingkungan berkelanjutan. (tujuan hidup

BPBD (sasaran ke12) dengan pemerataan mempertimbangkan 2. madani. Kesbangpol sehat olahraga, pengembangan kegiatan sedangkan pariwisata 14) -

3.6 Telaahan Rencana Tata ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

Rawan Bencana

Kabupaten Banyuasin memiliki wilayah dengan karakteristik utama lahan basah hampir 80% lebih dari total wilayahnya. Hal ini membawa konsekuensi bagi sebagian besar wilayah Kabupaten Banyuasin menjadi rawan terhadap bencana khususnya bencana terkaiut iklim (banjir,

ekstrim, kebakaran). Beberapa kerawanan tersebut diantaranya :

dan daerah

ketahanan kelas

penggabungan

1. Kerawanan terhadap genangan/banjir

Berdasarkan tipe genangannya, kawasan rawan genangan di Kabupaten Banyuasin dapat dikelompokkan menjadi kawasan dengan tipe genangan :

Tipe A yaitu lahan yang selalu terluapi air pasang baik pasang besar besar maupun pasang kecil, tipe genangan ini terutama terdapat di sebagian wilayah Kecamatan Makarti Jaya, Kecamatan Air Saleh, Kecamatan Muara Telang, Kecamatan Sumber Marga Telang, Kecamatan Muara Padang, Kecamatan Banyuasin II dan Kecamatan Muara Sugihan.

Tipe B dimana lahan terluapi saat pasang besar, kondisi ini terdapat di sebagian wilayah Kecamatan Muara Sugihan, Kecamatan Muara Telang, Kecamatan Sumber Marga Telang dan Kecamatan Makarti Jaya.

Tipe C yaitu dalam kondisi tidak tergenang tetapi kedalaman air tanah pada waktu pasang surut kurang dari 50 cm, dan

Tipe D yaitu dalam kondisi tidak tergenang pada waktu pasang air tanah lebih dari 50 cm, tetapi pasang surutnya air masih terasa atau tampak pada saluran tersier.

Total luas wilayah Kabupaten Banyuasin yang masuk dalam kategori rawan bencana banjir lebih a 6999.929 Ha, sedangkan potensi kerusakan lingkungan untuk bencana banjir berada pada kelas tinggi dngan total 29.577 Ha. Kapasitas Kabupaten Banyuasin diperoleh dari

kesiapsiagaan Desa/kelurahan, kelas ketahanan daerah berlaku sama untuk seluruh bencana.

2. Kerawanan terhadap kekeringan

Kekeringan adalah hubungan antara ketersediaan air yang jauh dibawah kebutuhan air, baik untuk kebutuhan hidup, pertanian kegiatan ekonomi dan lingkungan, kekeringan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kekeringan meteorologis berkaitan dengan curah hujan dibawah normal dalam satu musim;

Kekeringan hidrologis berkaitan dengan kekurangan pasokan air permukaan dan air tanah;

Kekeringan pertanian berhubungan dengan kekurangan kandungan air di dalam tanah sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman tertentu pada priode waktu tertentu pada wilayah yang luas.

Rawan kekeringan adalah kurun waktu kekeringan yang relatif lebih lama dari biasanya, atau kurang dari 50% curah hujan lebih sedikit dari rata-rata dalam kurun waktu tiga bulan. Kekeringan disuatu wilayah dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya karena musim kemarau yang terlalu lama, minimnya daerah resapan air karena sedikitnya pohon, kurangnya sumber air dan sebagainya.

rekapitulasi hasil merupakan Banyuasin Kabupaten Untuk Kecamatan-kecamatan Ilir. Tungkal Kecamatan dan

untuk bencana kekeringan kekeringan

bencana

penduduk yang Kabupaten di

keseluruhan penduduk terpapar

Besarnya dampak yang ditimbulkan oleh kekeringan menyebabkan penderitaan yang hebat bagi penduduk pada suatu daerah yang mengalaminya, oleh sebab itu kekeringan adalah salah satu bencana yang dapat mematikan manusia.

Dari Indeks Risiko Bencana kekeringan yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) diketahui bahwa Kabupaten Banyuasin termasuk dalam tingkat resiko tinggi untuk bencana kekeringan. Tingkat resiko menengah sampai sangat tinggi yang tersebar dikawasan daerah aliran sungai musi serta tingkatan resiko dari sangat rendah sampai sangat tinggi di kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Banyuasin.

Total luas bahaya bencana kekeringan di Kabupaten Banyuasin mencapai kurang lebih 701.117 Ha yang merupakan hasil rekapitulasi penjumlahan seluruh wilayah rawan bencana kekeringan di Kabupaten

Banyuasin. Jumlah berpotensi terpapar terhadap

Banyuasin, bahwa secara di Kabupaten Banyuasin berada pada kelas tinggi dengan total 805.258 jiwa. Potensi penduduk terpapar kekeringan tersebut diperoleh dengan pertimbangan penduduk rentan di Kabupaten Banyuasin, potensi kerusakan lingkungan untuk bencana kekeringan berada pada kelas tinggi dengan total 122.869 Ha.

3. Kawasan rawan angin puting beliung

Cuaca ekstrim atau angin puting beliung adalah angin kencang yang datang secara tiba-tiba, mempunyai pusat, bergerak melingkar menyerupai spiral dengan kecepatan 40-50 km/jam hingga menyentuh permukaan bumi dan akan hilang dalam waktu singkat (3-5 menit).

Kabupaten Banyuasin juga memiliki kawasan rawan angin puting beliung yaitu di Kecamatan Air Salek, Kecamatan Banyuasin II, Kecamatan Makarti Jaya, Kecamatan Muara Padang, Kecamatan Muara Sugihan, Kecamatan Muara Telang, Kecamatan Pulau Rimau, Kecamatan Sembawa, Kecamatan Sumber Marga Telang, Kecamatan Talang Kelapa

yang dimaksud perlu diprioritaskan upaya-upaya penanggulangan bencana angin puting beliung, seperti perlindungan vegetasi tegakan pada kawasan yang rentan bencana.

Bahaya cuaca ekstrim di Kabupaten Banyuasin, total luas bahaya bencana cuaca ekstrim yaitu 687.178 Ha. Total bahaya cuaca ekstrim

penjumlahan seluruh wilayah terdampak bencana di Kabupaten Banyuasin.

4. Kawasan gelombang ekstrim dan abrasi

Gelombang ekstrim adalah gelombang tinggi yang ditimbulkan karena efek terjadinya siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia dan berpotensi kuat menimbulkan bencana alam. Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak, abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis

potensi Banyuasin, Kabupaten di bencana terdampak terhadap Banyuasin Kabupaten Kapasitas daerah meskipun

pantai akibat abrasi ini dipicu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai tersebut.

Bahaya gelombang ekstrim dan abrasi di Kabupaten Banyuasin, total luas bahaya bencana gelombang ekstrim dan abrasi 7.941 Ha, total bahaya gelombang ekstrim dan abrasi Kabupaten Banyuasin merupakan hasil rekapitulasi penjumlahan seluruh wilayah terdampak bencana di Kabupaten Banyuasin, penduduk terpapar bencana gelombang ekstrim dan abrasi di Kabupaten Banyuasin dikatakan tinggi karena penentuan kelas penduduk terpapar maksimal dari seluruh kecamatan terdampak,

beberapa terpapar bencana.

kecamatan tidak memiliki potensi penduduk bencana gelombang ekstrim dan abrasi, maka diperoleh tingkat kapasitas adalah rendah, kondisi ini menyebabkan dibutuhkannya peningkatan terhadap kapasitas daerah dan masyarakat untuk mendukung penyelenggaraan penanggulangan bencana gelombang ekstrim dan abrasi di Kabupaten Banyuasin.

5. Kawasan rawan bencana kebakaran

Kebakaran hutan dan lahan di Wilayah Kabupaten Banyuasin terjadi setiap tahun pada saat musim kemarau panjang. Penyebab terjadinya kebakaran hutan dan lahan antara lain faktor pertama karena ulah manusia berupa unsur kesengajaan maupun kelalaian demi keuntungan sesaat secara mudah dan murah, faktor kedua disebabkan faktor alam seperti halilintar, gunung berapi dll, hampir sebagian besar kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Kabupaten Banyuasin disebabkan oleh faktor manusia akibat adanya kegiatan pembukaan lahan. Kajian bahaya kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Banyuasin. Total luas bahaya bencana kebakaran hutan dan lahan yaitu 428.851 Ha. Total bahaya kebakaran hutan dan lahan Kabupaten Banyuasin merupakan hasil rekapitulasi penjumlahan seluruh wilayah

kerusakan lingkungan untuk bencana kebakaran hutan dan lahan berada pada kelas tinggi dengan 33.863 Ha.

Bencana kebakaran hutan di Kabupaten Banyuasin terjadi di Kecamatan Rambutan, Kecamatan Suak Tapeh, Kecamatan Tanjung Lago, Kecamatan Talang Kelapa dan Kecamatan Betung. Sebagian besar wilayah di Kabupaten Banyuasin di dominasi oleh lahan rawa gambut. Selain ditemukan pada lahan gambut, sejumlah titik api yang terdeteksi selama ini terindikasi banyak terjadi diareal perkebunan (kelapa sawit, karet dan perkebunan campuran)

sehingga

3.7 Penentuan Isu-isu Strategis

1. Kapasitas dan kuantitas aparatur BPBD Kesbangpol yang belum mampu mendukung seluruh pelaksanaan tugas dan fungsi BPBD Kesbangpol; 2. Banyaknya daerah rawan bencana yang ada di Kabupaten Banyuasin; 3. Upaya pengurangan resiko bencana belum sesuai dengan porsinya

pengelolaan diharapkan;

resiko bencana belum sesuai dengan yang 4. Potensi ancaman baru belum terpetakan dengan baik;

5. Tingkat kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan sekitar masih rendah;

6. Rendahnya peran serta masyarakat dalam berdemokrasi;

7. Menurunnya pemahaman dan pengamalan nilai-nilai luhur pancasila pada semua elemen masyarakat;

8. Banyaknya Ormas/LSM/OKP yang belum terdaftar di Kementrian Dalam Negeri (rekom BPBD Kesbangpol);

9. Kurangnya pemahaman generasi muda terhadap kebudayaan daerah dan seni budaya daerah;

10. Sering terjadinya konflik sosial dan belum efektifnya penanganan konflik sosial secara terakomodir dan terpadu;

3. Meningkatnya ku

Dokumen terkait