• Tidak ada hasil yang ditemukan

MELALUI JALUR LAUT

A. Ketentuan Hukum Mengenai Bill Of Lading (B/L)

Dewasa ini kegiatan Ekspor-Impor barang adalah suatu kegiatan bisnis yang sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari, seperti eksport import rempak-rempah, bahan pangan, dan sebagainya. Dimana hal ini dilakukan guna meningkatkan pendapatan negara terkhusus mensejahterakan rakyatnya. Kegiatan perdagangan menjadi suatu indikator bagi suatu bangsa untuk mengukur sejauh mana pertumbuhan dari sektor ekonominya. Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kelancaran perdagangan suatu negara seperti faktor budaya masyarakat, geografis negara, kualitas sumber daya alam dan manusia,aturan hukum yang berlaku dan sebagainya. Dari segi aturan hukum khusus di Indonesia terkait mengenai perdagangan diatur dalam Undang-Undang No. 7 tahun 2014. Tingkat kelancaran proses Eksport-Import merupakan suatu ukuran dari segi ekonomi tentang kondisi suatu bangsa.Untuk mendorong laju lalu lintas perdagangan di berbagai negara maka dibutuhkan suatu dokumen/data yang dapat menguraikan segala hal tentang barang tersebut dalam suatu wadah yang didasarkan dari jenis pengangkutan barang tersebut.Amir M.S pada buku seri nomor 3 tentang Ekspor Impor - Teori dan Penerapannya mengelompokkan dokumen-dokumen dalam perdagangan Internasional, sebagai berikut :

a. Dokumen Induk

   

Pelaksana Utama Perdagangan Internasional. Fungsi dari dokumen induk ini sebagai alat bukti realisasi transaksi. Contohnya Faktur Perdagangan, Letter Of Credit (L/C), Bill Of Lading (B/L), dan Polis Asuransi.

b. Dokumen Penunjang

Dokumen Penunjang merupakan dokumen yang dikeluarkan untuk mempertegas rincian keterangan yang terdapat dalam dokumen induk. Sebagai contoh, Packing List, Weight-Note, Measuremen List, Inspection certificate, Chemical– Analysis,Test Certificate, Manufacturer’s Certificate,dan Certificate of Origin.

c. Dokumen Pembantu

Dokumen pembantu merupakan dokumen yang digunakan para pelaksana dalam melanjutkan pekerjaannyaDalam hal ini penulis secara khusus membahas dokumen pengangkutan melalui jalur laut.21

Pengangkutan melalui jalur laut sudah lama dikenal dan tidak dapat dipastikan kapan pengangkutan barang melalui jalur laut tersebut dimulai. Banyak pihak yang memilih pengangkutan barang melalui jalur laut, hal ini dikarenakan dari segi biaya yang lebih murah dibandingkan dengan pengangkutan jalur lainnya. Untuk memudahkan jalannya kegiatan perdagangan melalui jalur laut tersebut, diterbitkanlah suatu dokumen pengapalan yang menjadi ciri dari pengangkutan barang melalui jalur laut. Dokumen yang umum dipakai dalam pengangkutan laut ialah:

a. Bill Of Lading

b. Sea way bill

       

21

Amir M.S. Ekspor Impor-Teori dan Penerapannya, PT. Pustaka Binaman presindo,Jakarta,1986,Hal. 217 

    c. Manifest (Cargo&Freight) d. Shipping order e. Delivery Order f. Mata’s Receipt22

Dalam hal ini penulis mengkaji dokumen Bill Of Lading. Bill Of Lading dalam bahasa Indonesia disebut Konosemen. Sebagaimana yang telah disampaikan pada topik sebelumnya yakni jenis-jenis surat berharga. Istilah Bill Of Lading dapat dijumpai dalam berbagai bahasa ( bahasa Belanda disebut :

Cognossement; Inggris :Bill of Lading;prancis:connaisemment).

Bill Of Lading (B/L) adalah surat tanda bukti kepemilikan barang yang telah dimuat dalam kapal laut serta juga sebagai bukti adanya kontrak atau perjanjian pengangkutan barang melalui laut. Banyak istilah dan pengertian yang

sama maksudnya dengan Bill Of Lading(B/L) seperti Air Waybill untuk

pengangkutan dengan jalur udara melalui pesawat, Railway Consignment Note

untuk pengangkutan jalur darat dengan menggunakan transportasi kreta api dan sebagainya. Bill Of Lading (B/L) yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan istilah Konosemen merupakan dokumen pengapalan yang sangat penting karena

memiliki sifat jaminan atau pengamanan. Lembaran asli Bill Of Lading(B/L)

menunjukkan hak atas kepemilikan barang-barang yang karenanya apabila seseorang tidak dapat menunjukkan dokumen Bill Of Lading (B/L) tersebut maka tidak dapatlah kepadanya diserahkan barang-barang yang dbutkan di dalamBill Of Lading(B/L) tersebut.

       

22

Capt.Istopo.Unimoda dan Multimodal Transport Angkutan Barang Terpadu Darat,Laut dan Udara, YAYASAN INFFA ,Jakarta,1992,Hal. 392

   

Dalam pasal 506 KUHD disebutkan yang menjadi pengertian Konosemen atau Bill Of Lading (B/L) yakni :

“Konosemen adalah suatu surat yang bertanggal dengan mana si pengangkut menerangkan bahwa telah menerima barang tersebut untuk diangkut ke satu tempat tujuan tertentu dan menyerahkannya disitu kepada seseorang tertentu, begitu pula menerangkan syarat-syarat apakah barang-barang itu diserahkan.”

Pihak yang berhak untuk menerbitkan Konosemen adalah pihak perusahaan pengangkut, yang didasarkan pada pasal 504 KUHD dan seorang nakhoda kapal sebagaimana yang dimuat dalam pasal 505 KUHD. Seorang nakhoda kapal dapat menerbitkan B/L apabila sewaktu perwakilan pengangkut tidak bisa ditemui di tiap-tiap pelabuhan, tetapi hal tersebut jarang terjadi. Perlu kita ketahui juga bahwa pada zaman sekarang hampir tidak dapat dijumpai lagi pengangkut yang bukan merupakan badan hukum. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.2 tahun 1969, Pasal 15 dan 21 yang mengkehendaki agar setiap pengangkut/pengusaha kapal/perusahaan pelayaran harus merupakan suatu badan hukum.

Dalam penerbitan Bill Of Lading (B/L) terdapat para pihak yang terlibat

diantaranya :

a. Shipper yaitu pihak yang bertindak sebagai benneficiary.

b. Consignee yaitu para pihak yang diberitahu tentang tibanya

barang-barang.

c. Notify Party yaitu pihak yang ditetapkan dalam L/C.

   

Suatu Bill Of Lading (B/L) dapat dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain : 1. Received for Shipment B/L

Received for Shipment B/L dilakukan untuk barang yang akan dimuat ke atas kapal atau sering juga disebut konosemen “to be shipped”. Jadi dalam hal ini barang-barang dari pengirim belum dimuat di atas kapal. Konosemen seperti ini oleh pengangkut diserahkan kepada pengirim dengan penarikan kembali resi

penerimaan atau resi penimbunan barang dari pengirim. Jadi konosemen “to be

shipped” itu berarti bahwa pengangkut telah menerima barang-barang dari pengirim untuk diangkut dengan kapal tertentu dan pada waktu tertentu pula. Namun belum terjadi pengapalan barang-barang.

Dalam konosemen “to be shipped” ini pengangkut atau agennya tidak ada

kewajiban untuk mengangkut barang-barang pengirim seandainya ruangan kapal telah terisi penuh muatan dari pelabuhan sebelumnya.

2. Shipped on Board B/L

Merupakan B/L yang dikeluarkan apabila perusahaan pelayaran yang bersangkutan mengakui telah menerima barang-barang yang akandikirim dan

telah dimuat ke dalam kapal tertentu,dengan konosemen “the shipped” ini

pengangkut mengakui bahwa barang-barang seperti yang dicantumkan dalam konosemen itu benar-benar telah dimuat di atas kapal dan nama kapal itu pun telah diketahui secara pasti,sedang tentang pemberangkatan kapal itu pun juga

telah diketahui. Konosemen “to be shipped” dapat diubah menjadi konosemen

“to shipped” kalau barang-barang itu telah dimuat di atas kapal tertentu serta tersedianya ruangan kapal yang diperlukan.23

       

23

Hasim Purba,Hukum Pengangkutan Di Laut,(Indonesia.Medan : Pustaka Bangsa Press,2005),Hal.154

   

3. Short Form B/L

Merupakan Jenis B/L yang hanya mencantumkan catatan singkat mengenaibarang yang akan dimuat ke dalam kapal.

4. Long Form B/L

Suatu jenis B/L yang memuat seluruh syarat-syarat pengangkutan secara terperinci.

5. Through B/L

Merupakan Istilah B/L yang digunakan sehubungan dengan dokumen yang berisi kontrak angkutan bertahap. Jenis B/L ini berisi klausul untuk

memberikan hak kepada carrier (pengangkut) untuk mentranship muatannya di pelabuhan tertentu24.

6. Combined Transport B/L

Merupakan B/L yang diterbitkan sebagai akibat dari banyaknya perusahaan pelayaran yang melakukan pengangkutan barang dengan menggunakan peti kemas, yang mencakup transportasi peti kemas dari tempat asal ke tempat tujuan.

7. Charter Party B/L

Charter Party B/L merupakan jenis B/L yang digunakan apabila dalam proses

pengangkutan barang menggunakan “charter” (sewa borongansebagian/seluruh

bagian kapal) 8. Liner B/L

Liner B/L merupakan B/L yang dikeluarkan untuk pengangkutan barangdengan kapal yang telah memiliki jalur perjalanan serta persinggahan yangterjadwal dengan baik.

       

24

   

Di samping pembagian tersebut, penggolongan Bill Of Lading (B/L) dapat

digolongkan berdasarkan keadaan barang, yakni :

a. Clean bill of lading

Clean bill of lading dilakukan oleh perusahaan pelayaran dalam hal perusahaan pelayaran (pengangkut) menganggap keadaan barang yang dimuat cukup baik (in opparent good order and conditions)

b. Unclean bill of lading

Unclean bill of lading dikeluarkan bilamana keadaan barang yang diterima kurang atau tidak memuaskan misalnya pengepakannya tidak sempurna,maka di dalam bill of ladingdicantumkan “catatan-catatan” seperti : old case (peti tua),stained case,straw wrapped only unprotected, old ganing bag dan lain

semacam itu, maka bill of lading yang mengandung catatan

sedemikian,unclean bill of lading (foul bill of lading) kurang disukai pihak bank maupun oleh pihak penerima barang sebab hal itu sudah menunjukkan adanya indikasi yang kurang baik tentang keadaan barang yang diangkut. Kalau pengepakannya kurang sempurna,sudah pasti akan lebih cepat membahayakan isinya apalagi karena barang akan dikirim melalui laut, dan kemungkinan dilakukannya muat bongkar lagi di pelabuhan-pelabuhan lain sebelum sampai di pelabuhan tujuan.25

Bill Of Lading (B/L) sebagai salah satu dokumen pengangkutan melalui jalur laut memilliki tiga fungsi utama yakni26 :

(a) Merupakan sebuah kontrak angkutan/contract of affreightment.

Bill Of Lading (B/L) pada hakekatnya bukanlah merupakan sebuah kontrak,        

25

Locit.Hlm.155

26

   

karena hanya berupa penandatanganan dari carrier atau agen. Akan tetapi

dengan adanya penerimaan B/L maka shippermenjadi bagian dari kontrak

yang tertera pada halaman kedua dari lembaran B/L tersebut.

(b) Bill Of Lading(B/L) sebagai tanda bukti kepemilikan atas barang (Document Title) yang menyatakan bahwa orang yang memegang B/L merupakan pemilik dari barang-barang yang tercantum pada B/L.

(c) Bill of Lading(B/L) merupakan suatu bukti perjanjian pengangkutan barang dan penyerahan barang antara pihak pengangkut dengan pengiriman, dimana barang akan dimuat ke dalam kapal hingga tempat tujuan yang telah diperjanjikan.

B. Ketentuan Yang Terdapat Dalam Bill Of Lading (B/L) DanTata Cara