• Tidak ada hasil yang ditemukan

E. KETENTUAN-KETENTUAN ADMINISTRASI KEUANGAN 1. Ketentuan Umum

3. Ketentuan Pajak

a. Honorarium (PPh pasal 21)

1) Final (PNS/TNI/Polri/Pensiun), Kode Jenis Pajak 411121-402 Golongan I-II dibebani PPh 21 sebesar 0%

59

Golongan IV dibebani PPh 21 sebesar 15%

2) Tidak Final (Non PNS), Kode Jenis Pajak 411121-100

Jika Honorarium yang diterima dalam 1 (satu) tahun kurang dari PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) maka tidak dikenakan pajak. Ketentuan PTKP untuk penghasilan selama 1 (satu) tahun :

TK/0 K/0 K/1 K/2 K/3 : Rp 54.000.000,- : Rp 58.500.000,- : Rp 63.000.000,- : Rp 67.500.000,- : Rp 72.000.000,-

3) PNS gol III keatas bagi yang tidak mempunyai NPWP dibebani PPh sebesar 20% lebih tinggi (6%).

4) Swasta yang mempunyai NPWP dibebani PPh 5%.

5) Swasta yang tidak mempunyai NPWP dibebani PPh 20% lebih tinggi (6%). b. Pembelian barang (manmin di kios, toko) senilai lebih dari Rp 1.000.000,-

dikenakan PPN 10% (Kode Jenis Pajak 411211-920)

c. Pembelian barang (manmin di kios, toko) senilai lebih dari Rp. 2.000.000,- dikenakan PPN 10% (Kode Jenis Pajak 411211-920) dan PPh Ps 22 1,5% (Kode Jenis Pajak 411122-920)

d. Pembelian manmin di restoran/warung makan senilai lebih dari Rp 2.000.000,- dikenakan PPh 22 1,5% (Kode jenis pajak 411122-920) dan tidak dikenakan PPN.

e. Pembelian manmin pada catering (stempel catering) dengan nominal berapapun dikenakan PPh 23 2% (Kode jenis pajak 411124-104)

f. Belanja dekorasi/dokumentasi senilai sampai dengan Rp 1.000.000,- dikenakan PPh 23 2% (Kode jenis pajak 411124-104)

g. Belanja dekorasi/dokumentasi senilai lebih dari Rp 1.000.000,- dikenakan PPN 10% (Kode jenis pajak 411211-920) dan PPh 23 2% (Kode Jenis Pajak 411124-104)

h. Belanja Sewa Kendaraan dengan sampai dengan Rp 1.000.000,- dikenakan PPh 23 2% (Kode jenis pajak 411124-104)

i. Belanja sewa kendaraan dengan lebih dari Rp 1.000.000,- dikenakan PPN 10% (Kode jenis pajak 411211-920) dan PPh 23 2% (kode jenis pajak 411124-104)

60

j. Belanja Sewa Ruang di Gedung Pemerintahan tidak dikenakan pajak; k. Pajak Sewa Ruang/Akomodasi Swasta dengan nilai sampai dengan Rp

1.000.000,- dikenakan PPh Pasal 4 ayat (2) 10% (Kode jenis pajak 411128-403)

l. Pajak Sewa Ruang/Akomodasi Swasta dengan nilai lebih dari Rp 1.000.000,- dikenakan PPN 10% (Kode Jenis Pajak 411211-920) dan PPh Pasal 4 ayat (2) 10% (Kode Jenis Pajak 411128-403)

m. Pajak Hadiah/Lomba

- Pajak Hadiah cuma-Cuma (undian) bukan lomba dikenakan pajak PPh Pasal 4 ayat (2) 25% (Kode Jenis Pajak 411128-405)

- Pajak Hadiah Lomba Perorangan

PPh pasal 21 menggunakan tarif pasal 17 (Kode Jenis Pajak 411128-405) Rp 0,- s/d Rp 50.000.000,- Rp 50.000.000,- s/d Rp 250.000.000,- Rp 250.000.000,- s/d Rp 500.000.000,- Lebih dari Rp 500.000.000,- : 5% : 15% : 25% : 30%

- Pajak Hadiah Lomba Badan/Kelompok, dengan nominal berapapun dikenakan PPh padal 23 15% (Kode Jenis Pajak 411124-103)

Keterangan : Bila Tidak mempunyai NPWP dikenakan Pajak PPh 2 kali lipat;

n. Jasa yang tidak dikenakan PPN berdasarkan UU No 42 Tahun 2009 : 1) Jasa Pelayanan Kesehatan Medis;

2) Jasa Pelayanan Sosial;

3) Jasa Pengiriman Surat & Perangko; 4) Jasa Keuangan;

5) Jasa Asuransi; 6) Jasa Keagamaan; 7) Jasa Pendidikan;

8) Jasa Kesenian dan Hiburan;

9) Jasa Penyiaran yang bersifat iklan;

10) Jasa angkutan umum di darat dan air serta jasa angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan; 11) Jasa Perhotelan;

61

12) Jasa yang disediakan oleh pemerintahan dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum;

13) Jasa penyediaan tempat parkir;

14) Jasa telepon umum dengan menggunakan fasilitas uang logam; 15) Jasa pengiriman uang dengan wesel pos;

16) Jasa Boga dan Catering.

o. Barang yang tidak dikenakan PPN berdasarkan UU No 42 Tahun 2009 : 1) Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil

langsung dari sumbernya;.

2) Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak; 3) Makanan danminuman yang disajikan hotel, restoran, rumah makan,

warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi ditempat maupun yang tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering

4) Uang,Emas batangan dan Surat berharga.

Dalam kewajiban perpajakan bendahara beberapa hal penting terkait pelaksanaannya yaitu :

a. Batas waktu penyampaian penyetoran dan penyampaian SPT

No Jenis SPT Batas Pembayaran

(Selambat-lambatnya)

Batas Pelaporan (Selambat-lambatnya)

1 PPh Pasal 21 Tanggal 10 (sepuluh) bulan

berikutnya setelah Masa

Pajak berakhir

20 (dua puluh) hari setelah masa pajak berakhir

2 PPh Pasal 23/26 Tanggal 10 (sepuluh) bulan

berikutnya setelah Masa

Pajak berakhir

20 (dua puluh) hari setelah masa pajak berakhir

3 PPh Pasal 22

bendahara

7 (tujuh) hari setelah tanggal

pelaksanaan pembayaran

atas penyerahan barang

14 (empat belas) hari setelah masa pajak berakhir

4 PPh Pasal 4 ayat

(2)

Tanggal 10 (sepuluh) bulan

berikutnya setelah Masa

Pajak berakhir, kecuali

ditetapkan lain oleh Menkeu

20 (dua puluh) hari setelah masa pajak berakhir

62

5 PPh Pasal 4 ayat

(2) PHTB

Sebelum akta,keputusan,

perjanjian, kesepakatan atau

risalah atas PHTB

ditandatangani oleh pejabat berwenang

20 (dua puluh) hari setelah masa pajak berakhir

6 PPN/PPnBM

bendahara

7 (tujuh) hari setelah tanggal

pelaksanaan pembayaran

atas penyerahan barang

Akhir bulan berikutnya

setelah masa pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.

PPH Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat 2 hanya wajib dilaporkan apabila pada bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan. Dalam hal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya. Hari libur nasional termasuk hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan pemilihan umum yang ditetapkan pemerintah dan cuti bersama secara nasional yang ditetapkan pemerintah.

b. Sanksi Administrasi

Jenis Sanksi Keterangan

Denda Keterlambatan Penyampaian SPT Masa PPN PPh Rp. 500.000,- Rp. 100.000,- Per SPT Per SPT Bunga Keterlambatan Pembayaran Pajak

(Masa dan Tahunan)

PPh dan PPN 2 % Perbulan dari

jumlah pajak terutang

c. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP : 1) Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPH Pasal 21,

tarif yang dikenakan 20 % lebih tinggi.

2) Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan 100% lebih tinggi.

63

3) Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23. Tarif yang dikenakan 100% lebih tinggi.

d. Batasan Transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh Pasal 22. Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 :

1) Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut Pajak (bendahara)yang jumlahnya paling banyak Rp 2.000.000,- (dua juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;

2) Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas,pelumas, air minum/PDAM, dan benda-benda pos

e. Batasan Transaksi pengadaan Barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan PPnBM-nya.

Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap :

1) Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah

2) Pembayaran untuk pembebasan tanah

3) Pembayaran atas penyerahkan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPn tidak dipungut dan atau dibebaskan dari pengenaan PPN; 4) Pembayaran atas penyerahan BBM dan bukan BBM oleh Pertamina; 5) Pembayaran atas rekening telepon;

6) Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;

7) Pembayaran lainnya untuk penyerahan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundang-undangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.

f. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap melakukan pemotongan atau pemungutan.

g. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 21 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya, memberikan tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.

64

h. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.

i. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan Surat Setoran Pajak.

j. Bendahara sebagai Pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.

k. Bendahara tidak memotong/memungut PPh : 21/22/23 apabila rekanan dapat memberikan foto copy surat keterangan bebas (SKB) yang telah dilegalisir Asli & Foto copy pembayaran final Ps 4(2) (411128-420) sebesar 1% dari nilai transaksi. Apabila rekanan tidak bisa memberikan dokumen tersebut, maka dilakukan pemotongan/pemungutan pajak seperti biasa.

65 4. Pelaporan Pelaksanaan Program dan Kegiatan APBD

Laporan berfungsi memberikan gambaran tentang kemajuan fisik dan keuangan serta permasalahan yang terjadi pada setiap kegiatan SKPD dan UPT yang terdiri dari Laporan Bulanan, Triwulan, Semester dan Laporan Akhir Tahun dengan ketentuan :

1. Laporan Bulanan, Triwulan, Semester dari SKPD Provinsi memuat Target, Realisasi Fisik dan Realisasi Keuangan, Proses Pengadaan Barang dan Jasa serta permasalahan yang terjadi.

2. Laporan Akhir Tahun Anggaran memuat keluaran dari hasil yang dicapai, permasalahan yang dihadapi dan upaya pemecahannya.

I. P E N U T U P

Demikian Petunjuk Pelaksanaan Penatausahaan Administrasi Keuangan APBD Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2020, agar dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan kegiatan.

PEJABAT PENATAUSAHAAN KEUANGAN DINAS KESAHATAN

PROVINSI JAWA TENGAH

Drs. AGUS TRI CAHYONO, Apt. MSi. Pembina Tingkat I

66 Format Surat PerintahTugas

(KOP SURAT)

SURAT PERINTAH TUGAS

Nomor :

DASAR : 1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 113/PMK.05/2012 tanggal 3 Juli 2012 tentang

Perjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri dan Pegawai Tidak Tetap;

2. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 17 Tahun 2013 tanggal 11 Maret 2013 tentang Perjalanan dinas Gubernur/Wakil Gubernur, Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Pegawai Negeri Sipil, Calon Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Non Pegawai Negeri Sipil.

3. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 21 Tahun 2019 Tanggal 17 Juni 2017 tentang Standarisasi Biaya Kegiatan dan Honorarium, Biaya Pemeliharaan, dan Standarisasi Harga Pengadaan Barang/Jasa Kebutuhan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020; MENUGASKAN KEPADA : Nama : NIP : Pangkat/Golongan : Jabatan :

UNTUK : 1. Melaksanakan tugas perjalanan dinas dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Maksud dan Tujuan :

2. Tempat yang dituju : 3. Untuk selama

1) Berangkat Tanggal : 2) Kembali Tanggal :

2. Melapor kepada Kepala Instansi setempat guna pelaksanaan tugas tersebut;

3. Melaporkan Hasil Pelaksanaan Tugas Kepada Pejabat Pemberi Tugas;

4. Tugas ini dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab;

5. Apabila terdapat kekliruan dalam Surat Tugas ini akan diadakan perbaikan kembali sebagaimana mestinya.

Dikeluarkan di :... Pada Tanggal :...

a.n. KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH

67 NIP...

Tembusan : 1... Format SPPD

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

Dokumen terkait