• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketentuan Pelaksanaan Penagihan Tunggakan Pajak Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi

GAMBARAN MENGENAI PELAKSANAAN PENAGIHAN TUNGGAKAN PAJAK TERHADAP WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

A. Ketentuan Pelaksanaan Penagihan Tunggakan Pajak Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi

Undang – undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000.

Pengertian mengenai pelaksanaan penagihan tunggakan pajak terhadap WajiB Pajak Orang Pribadi

1. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab

atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban wajib pajak menurut ketentuan Peraturan Undang – undang Perpajakan (Mardiasmo, 2006:113).

2. Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi

utang pajak dan biaya penagihan pajak yang dilakukan dengan menegur atau

memperingatkan melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus,

41 (Mardiasmo, 2006:113).

4. Biaya penagihan adalah biaya pelaksanaan surat paksa, surat perintah

melakukan penyitaan, pengumuman lelang, pembatalan lelang jasa penilai, dan biaya lainnya sehubungan dengan dengan penagihan pajak. (Mardiasmo, 2006:113)

B. DefinisiPenagihanPajak

Penagihan dilaksanakan oleh fiksus sehubungan adanya kewajiban wajib pajak, baik sebagian maupun keseluruhan, yang masih terutang pada negara menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Proses penagihan yang optimal akan lebih meningkatkan realisasi penerimaan negara melalui pencairan tunggakan. Agar penagihan dapat maksimal, maka harus dilakukan dengan tertib dan taat asas.

C. PenagihanUtangPajak

Tindakanutangpajaksecarateoritisdapatdilakukandengan 2 langkah: 1. PenagihanPasif

Penagihan pajak pasif dilakukan dengan menggunakan Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Keputusan Pembetulan yang menyebabkan pajak terutang menjadi lebih besar, Surat Keputusan Keberatan yang menyebabakan pajak terutang menjadi lebih besar. Jika jangka waktu 30

42

penagihan pajak secara aktif yang dimulai dengan tindakan sita yang telah didahului adanya Surat Teguran, dan dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang. Dalam hal ini Utang Pajak itu adalah Pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda, atau kenaikan yang tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak atau Surat sejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2. PenagihanAktif

Penagihan Pajak Aktif merupakan kelanjutan dari penagihan pajak pasif, dimana dalam upaya panagihan ini fiskus berperan aktif dalam arti tidak hanya mengirim Surat Tagihan atau Surat Ketetapan Pajak tetapi akan diikuti dengan tindakan sita yang didahului dengan Surat Teguran dan Surat Paksa dan dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang. Surat Paksa sekurang-kurangnya memuat: a. Namawajibpajakataupenanggungpajak b. Besarnyautangpajak c. Perintahuntukmembayardalamwaktu 2x24 jam sejaksuratpaksadisampaikan. D. DasarHukumPenagihanPajak

1. Undang-undang No. 19 Tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-undang No.

43 Perpajakan.

E. Tata Cara Penagihan 1. SuratTeguran

Pengertian surat teguran sesuai dengan peraturan menteri keuangan Nomor 24/PMK.03/2008 sebagaimana telah mengalami perubahan Nomor 85/PMK.03/2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Dengan Surat Paksa Dan Pelaksanaan Penagihan Seketika Dan Sekaligus adalah surat yang diterbitkan oleh pejabat untuk menegur atau memperingatkan wajib pajak untuk melunasi utang pajak nya sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran (PMK.Nomor.85/PMK.03/2010).

PenerbitanSuratTeguran

1. Tindakan pelaksanaan penagihan pajak diawali dengan penerbitan surat

teguran atau surat peringatan atau surat lain sejenis setelah tujuh hari sejak tanggal jatuh tempo pembayaran (1 bulan sejak tanggal atau keputusan diterbitkan).

2. Penerbitan surat teguran dimaksudkan untuk memperingatkan atau menegur

wajib pajak untuk melunasi pajaknya.

3. Surat teguran tidak diterbitkan kepada penanggung pajak yang telah disetujui untuk mengangsur atau pun menunda pembayaran pajaknya.

44

penagihan dan harus dilakukan terlebih dahulu sebelum dilanjutkan dengan pengeluaran SuratPaksa.

5. Pada dasarnya surat teguran hanya diterbitkan 1 kali saja.

6. Bila terhadap wajib pajak tidak pernah diterbitkan surat teguran tapi langsung diterbitkan Surat peringatan, maka secara yuridis Surat peringatan tersebut dianggap tidak ada, karena tidak didahului dengan pengeluaran SuratTeguran.

F. PenagihanPajakDenganSuratPaksa

Sesuai dengan pasal 1 angka 12 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, yang dimaksud dengan Surat Paksa adalah : Surat Perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.

1. Dasar Hukum Penerbitan dan Pemberitahuan Surat Paksa

a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 564/KMK.04/2000 sebagaimana

telah diubah dengan Nomor 24/PMK.03/2008.

b. Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-561/KMK.04/2000

sebagaimana telah diubah dengan Nomor 24/PMK.03/2008 .

c. Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor Kep-564/KMK.04/2000

sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor Kep-474/PJ./2002.

d. Surat edaran direktorat jenderal pajak nomor : SE-13/PJ.75/1998

45

Berbicara lebih lanjut tentang surat paksa, maka surat paksa dapat ditainjau dari 2 (dua) segi,yaitu segi isinya dan segi karakteristiknya.

a. Dari segi isinya:

1. Berkepala kata-kata “Atas Nama Keadilan’’ yang dengan Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 1970 pasal 4 disesuiakan bunyinya menjadi’’ Demi Keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa’’.

2. Nama wajib pajak/ penaggung pajak, keterangan cukup tentang alasan

yang menjadi dasar penagihan,perintah membayar.

3. Dikeluarkan/ ditandatangani oleh pejabat berwenang yang ditunjuk oleh

menteri keuangan/ Kepala Daerah. b. Dari segikarakteristiknya:

1. Mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan Grosse putusan hakim

dalam perkara perdata yang tidak dapat diminta banding lagi pada Hakim atasan.

2. Mempunyai kekuatan hukum yang pasti.

3. Mempunyai fungsi ganda yaitu menagih pajak dan menagih bukan pajak

(biaya-biaya penagihan).

4. Dapat dilanjutkan dengan tindakan penyitaan atau penyanderaan

46

Menurut pasal 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 dinyatakan bahwasurat paksa diterbitkan apabila:

1. Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak sampai dengan tanggal

jatuh tempo pembayaran dan kepadanya telah diterbitkan Surat teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis.

2. Terhadap Penanggung Pajak telah dilaksanakan Penagihan Seketika dan

Sekaligus.

3. Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum

dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.

Dalam hal tetentu, misalnya karena penanggung pajak mengalami kesulitan likuidasi, kepada penanggung pajak atas dasar permohonannya dapat diberikan persetujuan untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak melalui keputusan pejabat. Oleh karena itu keputusan dimaksud mengikat kedua belah pihak. Dengan demikian, apabila kemudian penanggung pajak, tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak. Maka surat paksa dapat diterbitkan langsung tanpa surat teguran, surat peringatan, atau surat lainnya yang sejenis.

47

Adapun fungsi surat paksa adalah sebagai sarana atau alat pemabayaran kepada penanggung pajak untuk melunasi utang pajaknya dalam jangka waktu 2x24 jam. Sebagai tindak lanjut untuk mencairkantunggakan pajak atas tidak hiraukan nya penerbitan Surat Paksa maka aparatur pajak akan melaksanakan penyitaan.

5. Tata Cara PenagihanSuratPaksa

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 561/KMK.04/2000 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus dan Pelaksanaan Surat Paksa.

a. Surat diberitahukan oleh Jurusita Pajak dengan pernyataan dan

penyerahaan Salinan Surat Paksa kepada Penanggung Pajak.

b. Pemberitahuan Surat Paksa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dituangkan dalam Berita Acara yang sekurang-kurangnya memuat hari dan tanggal pemberitahuan Surat Paksa, nama Jurusita Pajak, nama yang menerima, dan tempat pemberitahuan Surat Paksa.

SuratPaksa terhadap orang pribadi diberitahukan oleh Jurusita Pajak kepada:

a. Penanggung Pajak ditempat, tempat usaha atau ditempat lain yang

memungkinkan.

b. Orang dewasa yang bertempat tinggal bersama ataupun yang bekerja

ditempat usaha penanggung Pajak, apabila Penanggung Pajak yang bersangkutan tidak dapat dijumpai.

48

penggilan, apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan harta warisan belum dibagi, atau

d. Para ahli waris, apabila Wajib Pajak telah meningal dunia dan harta

warisan telah dibagi.

Surat Paksa terhadap badan diberitahukan oleh Jurusita Pajak kepada:

a. Pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab, pemilik

modal, baik ditempat kedudukan badan yang bersangkutan, ditempat tinggal mereka maupun ditempat lain yang memungkinkan; atau

b. Pegawai tempat ditempat kedudukan atau tempat usaha badan yang

bersangkutan apabila Jurusita Pajak tidak dapat menjumpai salah seorang sebagaimana dalam huruf a.

Dokumen terkait