• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KONSEP TENTANG PENGANGKATAN ANAK DAN PROSEDUR

D. Ketentuan Pengadilan Negeri Salatiga dan Pengadilan

1. Ketentuan Pengadilan Negeri Salatiga dalam Penetapan pengangkatan anak bagi yang beragama Islam.

a. Kedudukan anak angkat menjadi anak kandung bahwa anak tersebut sudah disahkan oleh Pengadilan Negeri maupun Pengadilan Agama untuk sebagai anak bagi pemohon, pengangkatan anak tidak memutuskan hubungan hukum atau kekeluargaan dengan orangtua kandungnya. Atau keduanya tidak memutus nasab antara anak angkat dengan orang tua kandungnya, keduanya mempunyai motivasi yang sama.

b. Anak angkat mempunyai hak waris sama dengan hak waris anak kandung, dimana anak tersebut memiliki hak, dan terletak pada hak waris, status anak angkat, akta kelahiran dan pekerjaan orang tua angkat di Pengadilan Negeri Salatiga status anak angkat seperti anak kandung sehingga mendapatkan warisan dari orang tua angkatnya sedangkan di Pengadilan Agama Salatiga status anak angkat tidak boleh menjadi anak kandung sehingga tidak memperoleh warisan dari orang tua tetapi memperoleh 1 3 wasiat wajibah dari harta warisan orang tua angkatnya c. Anak angkat tidak memutus hubungan darah dengan orang tua

kandungnya.

d. Motivasi pengangkatan anak semata-mata untuk kebaikan bersama dan saling tolong menolong.

e. Memperoleh salinan resmi untuk dikirim kekantor catatan sipil sebagai catatan pinggir dalam akta kelahiran dimaksud bahwa posisi anak tersebut agar mempunyai hak maupun status dengan adanya penguatan putusan-putusan perceraian dimana perkara perceraian bagi mereka yang beragama Islam menjadi kewenangan Peradilan Agama, sedangkan bagi lainnya menjadi kewenangan Peradilan Umum dikarenakan dalam keadaan perceraain maka si anak tersebut mempunyai hak pengasuhan yang layak

2. Ketentuan Pengadilan Agama Salatiga dalam Penetapan Pengangkatan Anak Bagi Yang Beragama Islam

a. Kedudukan anak angkat tidak boleh dijadikan sebagai anak kandung dimana anak tersebut tidak/belum disahkan oleh pengadilan Negeri maupun Pengadilan Agama atau dalam prosedur pengangkatan anak tidak melalui lembaga-lembaga/panti asuhan yang mengadopsi dimana anak tersebut berada.

b. Anak angkat tidak memutus nasab dengan orang tua kandungnya c. Anak angkat yang tidak jelas orang tua kandungnya dilakukan seperti

saudara sendiri. Dilihat dari segi faktor sosial juga tidak sedikit menimbulkan masalah perpindahan anak dari suatu kelompok keluarga kedalam kelompok keluarga yang lain sering disebabkan oleh alasan- alasan emosional. Ditambah pula adanya adopsi ini dilakukan sedemikian rupa, sehinggga anak anagkat yang bersangkutan baik secara lahir maupun batin merupakan anaknya sendiri.

d. Anak angkat yang tidak jelas orang tua kandungnya diberlakukan seperti saudara sendiri

e. Mengangkat anak merupakan bagian dari tolong menolong dalam hal kebajikan

f. Islam sangat menganjurkan untuk memberikan perhatian kepada anak- anak terlantar, miskin dan yatim. Didalam ajaran Islam, anak-anak terlantar, miskin dan yatim mereka semua mendapat perhatian khusus melebihi anak-anak yang wajar yang masih memiliki kedua orang tua. Islam memerintahkan kaum muslimin untuk senantiasa memperhatikan nasib mereka, berbuat baik kepada mereka, mengurus dan mengasuh mereka sampai dewasa. Islam juga memberi nilai yang sangat istimewa bagi orang-orang yang benar-benar menjalankan perintah ini.

Secara psykologis, orang dewasa sekalipun apabila ditinggal ayah atau ibu kandungnya pastilah merasa tergoncang jiwanya, dia akan sedih karena kehilangan salah se-orang yang sangat dekat dalam hidupnya.

g. Anak angkat tidak memperoleh warisan dari orang tua angkatnya, tetapi memperoleh wasiat wajibah sebanyak 1 3 bagian dari harta warisan orang tua angkat. Dikarenakan kedudukan anak angkat tidak boleh sebagai anak kandung, anak angkat yang tidak jelas orang tuanya dianggap seperti saudara sendiri,

h. Memperoleh salinan resmi untuk dikirim kekantor catatan sipil sebagai catatan pinggir dalam akta kelahiran tetapi hanya anak yatim piatu/dari panti asuhan saja yang memperolehnya.

Pendapat penulis sesuai dengan uraikan diatas bahwa pengangkatan anak di Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama Salatiga dalam penetapan pengangkatan anak bagi yang beragama Islam diantaranya : tidak memutus hubungan nasab dengan orang tua kandung, motivasi pengangkatan anak, memperoleh akta kelahiran tentang kedudukan anak angkat, hak waris anak angkat, status anak dengan orang tua angkatnya.

160 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Prosedur Penetapan Pengangkatan Anak di Pengadilan Negeri Salatiga dan Pengadilan Agama Salatiga, keduanya memiliki prosedur penetapan yang sama antara lain : permohonan diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri Salatiga atau Pengadilan Agama Salatiga, pemohon yang tidak dapat membaca dan menulis dapat mengajukan permohonannya secara lisan, kemudian permohonan didaftarkan dalam buku register dan diberi unit setelah pemohon membayar perskot, selanjutnya ditetapkan hari dan tanggal sidang dilaksanakan.

2. Dasar Hukum Hakim Pengadilan Negeri Salatiga dan Pengadilan Agama Salatiga dalam pengangkatan anak bagi yang beragama Islam mempunyai dasar hukum yang berbeda, dasar hukum di Pengadilan Negeri Salatiga antara lain : Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979, Undang Nomor 23 Tahun 2002, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1988, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2007, SEMA Nomor 6 Tahun 1983, Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 460/2/2010. Sedangkan dasar hukum di Pengadilan Agama Salatiga antara lain : Pasal 49 Ayat 1 huruf (a) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989,

Pasal 171 huruf (h) KHI Jo Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002, Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007, Q.S Al Ahzab Ayat 4.

3. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Salatiga dan Pengadilan Agama Salatiga dalam pengangkatan anak bagi yang beragama Islam yaitu : pemohon telah lama menikah, permohon belum dikaruniai anak, ekonomi para pemohon mencukupi, niatan pemohon ingin mengangkat anak sangat kuat, pemohon sudah mengasuh anak tersebut, anak berkembang dengan baik, pemohon sayang dan perhatian terhadap anak tersebut, anak merasa senang. Memperoleh surat berita acara penyerahan dan penerimaan anak untuk pengasuhan sementara serta mendapat surat berita acara penyerahan penerimaan pengangkatan anak.

4. Ketentuan Pengadilan Negeri Salatiga dan Pengadilan Agama Salatiga dalam penetapan pengangkatan anak bagi yang beragama Islam. Ketentuan di Pengadilan Negeri Salatiga diantaranya : kedudukan anak angkat menjadi anak kandung, anak angkat mempunyai hak waris sama dengan hak waris anak kandung, anak angkat tidak memutus nasab dengan orang tua kandungnya, motivasi pengangkatan anak semata-mata untuk kebaikan bersama dan saling tolong menolong, memperoleh akta kelahiran. Sedangkan ketentuan Pengadilan Agama Salatiga diantaranya : kedudukan anak angkat tidak boleh dijadikan sebagai anak kandung, anak angkat tidak memutus nasab dengan orang tua kandung, anak angkat tidak jelas orang tua kandungnya diberlakukan seperti saudaranya sendiri,

mengangkat anak merupakan bagian dari tolong menolong dalam hal kebajikan, Islam sangat menganjurkan untuk memberikan perhatian kepada anak-anak terlantar, miskin dan yatim, anak anagkat tidak memperoleh warisan dari orang tua angkatnya tetapi memperoleh wasiat wajibah sebanyak 1 3 bagian dari harta warisan orang tua angkat, memperoleh akta kelahiran bagi anak yatim piatu / dari panti asuhan saja.

B. Saran

1. Jika ingin mengangkat anak maka masyarakat harusnya bisa memilih lembaga mana yang tepat untuk menyelesaikan pengangkatan anak, disesuaikan dengan latar belakangnya, jika orang Islam harusnya memilih lembaga yang menggunakan Hukum Islam dalam menyelesaikan perkara tersebut

2. Bagi Makamah Agung mengkaji tentang peraturan wewenang penetapan pengangkatan anak bagi yang beragama Islam agar tidak terjadi overlapping antara Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Kamil, S.H..M.Hum. 2008. Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

A.Azhar Basyir, Adopsi dan Status Hukumnya, www.google.com, tanggal 8 Desember 2011

Debdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta Balai Pustaka, 1988), hlm 7

H.B Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta : Sebelas Maret University Press

Lexy J. Moloeng. 1991. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Muhammad Bushar, 1981 (Jakarta : Pradnya Paramita), pokok-pokok hukum adat, hlm. 29

Muhammad Fachruddin Fuad, Masalah Anak dalam Hukum Islam, Jakarta Pedoman ilmu Jaya, 1991. hlm. 41

Mahmd Syaltut, al-Fatawa, 1991 (Kairo : Dar al-syuruq), hlm. 292.

Muhamad Ali Al-Says, Tomsir Ayat al-Ahkam, I953 (Mesir: Mathba'ah Ali Shabih, Jilid II), hlm. 263

Soimin Soedaryo, 2004 Himpunan Dasar Hukum Pengangkatan Anak, Jakarta: Sinar Grafika

Soejono Soekanto dan Sri Mamudji, 1990, Penelitian Hukum Normatif suatu Tinjauan Singkat, cetakan III, Jakarta, Rajawali Press, hal 1

Soekanto Soejono, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta.

Suparno Usman, 1997, Fikih Mawaris Hukum Kewarisan Islam; Jakarta : Gaya Media Pratama, hlm. 163

Sutrisno Hadi. 1993. Metodologi Penelitian Hukum. Surakarta : UNS Press Tim PPH. 2007. Buku Pedoman Penulisan Hukum. Surakarta : FH UNS

Usman, Husaini dan Setiady Akbar, R. Purnomo, 2000, Pengantar Statistika, PT. Bumi Aksara, Jakarta.

QS Al-Ahzab, HR Bukhari Muslim hadis

www.http://wikipediaindonesia.org, diakses 20 November 2011, jam 19.00 www.http//drodoc.com, diakses 20 November 2011, jam 21.00

Lampiran – Lampiran

1.

Penetapan pengadilan

2.

Surat pengantar observasi

3.

Surat formulir pengajuan pembimbing

4.

Lembar konsultasi

5.

Riwayat hidup

Dokumen terkait