• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tetap.

173. Pasal 38

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Usul Perubahan:

Penyesuaian nomor pasal menjadi Pasal 43. 174. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

UndangUndang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Tetap.

175. Disahkan di Jakarta pada tanggal………….. ... Tetap.

176. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ... Tetap.

177. Diundangkan di Jakarta pada tanggal…………

SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, ...

Tetap.

178. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN ……. NOMOR .... Tetap.

179. Tetap.

180. Substansi yang Diusulkan untuk Ditambahkan:

Hukum Acara

- Untuk dapat menjalankan tugas pengawasan dan pendisiplinan secara baik, diperlukan aturan khusus mengenai hukum acara untuk menjalankan prosesnya. Hukum acara yang dibutuhkan oleh Komisi Yudisial dalam melaksanakan tugasnya harus mengatur seluruh

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

www.parlemen.net

NO. RUU DPR LeIP

tahapan proses pengawasan dan pendisiplinan, yang setidaknya meliputi:

a. Tahap dan tata cara penerimaan pengaduan masyarakat atas dugaan pelanggaran perilaku yang dilakukan oleh hakim, b. Tahap dan tata cara untuk memutuskan apakah laporan

masyarakat atau temuan Komisi Yudisial atas dugaan dilakukannya pelanggaran perilaku oleh hakim akan ditindaklanjuti atau tidak,

c. Tahap melakukan pencarian fakta, dan

d. Tahap memeriksa dan memutus dugaan pelanggaran perilaku hakim.

- Untuk memastikan hukum acara yang akan digunakan oleh Komisi Yudisial ini dapat mencapai tujuan pembentukannya, maka

didalamnya harus diakomodir prinsip-prinsip berikut: a. transparansi dan akuntabilitas,

b. kerahasiaan dan perlindungan terhadap identitas pelapor, c. penghormatan atas harkat dan martabat hakim yang diduga

melakukan pelanggaran, dan

d. hak hakim yang bersangkutan untuk melakukan pembelaan diri. - Oleh karena itu, Pemerintah mengusulkan agar dalam RUU ini

ditambahkan pengaturan mengenai Hukum Acara yang akan digunakan Komisi Yudisial untuk menjalankan proses -proses yang dibutuhkan dalam menjalankan tugas pengawasan dan pendisiplinan hakim.

Catatan:

Pengaturan hukum acara ini mengatur pula proses pemberian rekomendasi pendisiplinan hakim (misal rekomendasi pemberhentian hakim). Menurut UU No. 2.1986 atau UU No 14/1985 misalnya, pemberhentian hakim dan hakim agung dilakukan setelah ada proses di majelis kehormatan hakim (sifatnya internal).

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

www.parlemen.net

NO. RUU DPR LeIP

Dengan pemberian kewenangan pada Komisi Yudisial untuk merekomendasikan pembentian hakim (karena alasan

penyimpangan perilaku: melakukan perbuatan tercela, melanggar sumpah jabatan dsb), maka fungsi majelis kehormatan hakim dalam UU tersebut harus dibatasi hanya dalam hal pemberhentian seorang hakim karena alasan teknis yudisial (tidak cakap). Bagian Pertama

Pra Pencarian Fakta Pasal 1

(1) Berdasarkan persyaratan administratif yang telah ditentukan, Komisi mengadakan rapat pleno untuk memutuskan apakah laporan masyarakat tentang dugaan pelanggaran oleh hakim akan ditindaklanjuti atau tidak. (2) Untuk memutuskan apakah suatu laporan masyarakat akan

ditindaklanjuti atau tidak, Komisi dapat meminta pelapor untuk melengkapi laporannya.

(3) Keputusan tentang ditindaklanjuti atau tidaknya laporan masyarakat wajib diberitahukan kepada pelapor dalam jangka waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak keputusan dikeluarkan.

(4) Dugaan pelanggaran hakim yang berasal dari temuan Komisi, diajukan ke rapat pleno untuk diputuskan apakah temuan tersebut akan

ditindaklanjuti atau tidak.

(5) Dalam hal Komisi memutuskan untuk tidak menindaklanjuti laporan masyarakat atau hasil temuan Komisi tentang dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh hakim, sementara laporan masyarakat atau temuan Komisi telah dimuat dalam media cetak dan/atau elektronik, maka Komisi wajib melakukan upaya rehabilitasi nama hakim yang bersangkutan melalui pengumuman kepada publik dalam waktu 14 (empat belas) hari sejak keputusan tersebut diambil.

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

www.parlemen.net

NO. RUU DPR LeIP

atau temuan Komisi sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (3), Komisi menentukan pula jenis pelanggaran dari tindakan hakim yang diduga melakukan pelangaran.

Bagian Kedua Pencarian Fakta Pasal 2

(1) Jika Komisi memutuskan untuk menindaklanjuti laporan masyarakat atau temuan Komisi tentang dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh hakim, Komisi segera membentuk Tim Pencari Fakta guna melakukan upaya pencarian fakta. (2) Tim Pencari Fakta terdiri dari sebanyak-banyaknya 2 (dua)

anggota Komisi dan didukung oleh beberapa staf.

Pasal 3

(1) Dalam melakukan tugasnya, Tim Pencari Fakta dapat melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan kewenangannya.

(2) Kecuali untuk jenis pelanggaran ringan, dalam menjalankan tugasnya, Tim Pencari Fakta wajib meminta dan mendengar secara langsung keterangan dari hakim yang diduga melakukan pelanggaran.

(3) Dalam hal Tim Pencari Fakta akan meminta dan mendengar keterangan dari hakim yang diduga melakukan pelanggaran, Tim wajib memberi surat pemberitahuan secara layak kepada Hakim yang diduga melakukan pelanggaran dan Ketua Pengadilan dimana hakim tersebut bertugas.

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

www.parlemen.net

NO. RUU DPR LeIP

berita acara yang ditandatangani oleh semua pihak yang terlibat dalam upaya pencarian fakta.

Pasal 4

(1) Dalam hal Tim Pencari Fakta menganggap terdapat bukti yang kuat bahwa hakim yang bersangkutan telah melakukan

pelanggaran, Tim Pencari Fakta segera meminta Komisi untuk mengadakan proses pemeriksaan.

(2) Dalam hal Tim Pencari Fakta menganggap tidak ada bukti yang kuat bahwa hakim yang bersangkutan telah melakukan

pelanggaran, Tim wajib meminta Komisi untuk mengadakan rapat pleno untuk memutuskan perlu tidaknya mengadakan proses pemeriksaan.

Pasal 5

(1) Keputusan rapat pleno sebagaimana dimaksud Pasal 4 ayat (2) wajib diberitahukan kepada pihak pelapor dan hakim yang diduga

melakukan pelanggaran dalam waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak keputusan tersebut diambil.

(2) Dalam hal Komisi memutuskan untuk tidak menindaklanjuti laporan atau hasil temuan Komisi tentang dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh hakim, sementara laporan masyarakat atau temuan Komisi telah dimuat dalam media cetak dan/atau elektronik, maka Komisi wajib melakukan upaya rehabilitasi nama hakim yang bersangkutan melalui pengumuman kepada publik dalam waktu 14 (empat belas) hari sejak keputusan tersebut diambil.

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

www.parlemen.net

NO. RUU DPR LeIP

Bagian Ketiga

Pemeriksaan Pelanggaran Ringan dan Sedang

Pasal 6

(1) Dalam hal Tim Pencari Fakta menganggap terdapat bukti yang kuat bahwa hakim yang bersangkutan telah melakukan

pelanggaran yang patut dikenakan sanksi teguran tertulis atau pemberhentian sementara atau jika rapat Pleno Komisi memutuskan akan mengadakan pemeriksaan terhadap hakim yang diduga melakukan pelanggaran maka Komisi membentuk Majelis Pemeriksa;

(2) Majelis Pemeriksa beranggotakan seluruh anggota Komisi, selain anggota yang menjadi Tim Pencari Fakta.

(3) Majelis Pemeriksa terdiri dari seorang Ketua dan beberapa anggota.

Pasal 7

Proses pemeriksaan atas pelanggaran yang patut dikenakan sanksi teguran tertulis atau pemberhentian sementara dilakukan secara surat menyurat dan tertutup.

Pasal 8

(1) Selambat-lambatnya 21 (dua puluh satu) hari sejak terbentuk, Majelis Pemeriksa mengirimkan Bahan Pemeriksaan kepada

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

www.parlemen.net

NO. RUU DPR LeIP

hakim yang diduga melakukan pelanggaran. (2) Bahan Pemeriksaan setidaknya berisikan:

a. nama dan pekerjaan/kedudukan hakim yang diduga melakukan pelanggaran;

b. uraian mengenai dugaan pelanggaran serta pasal yang diduga telah dilanggar oleh hakim tersebut.

(3) Bersamaan dengan pengiriman Bahan Pemeriksaan, Majelis Pemeriksa wajib memberikan surat pemberitahuan mengenai proses pemeriksaan hakim yang bersangkutan kepada Ketua Pengadilan di mana hakim tersebut bertugas.

Pasal 9

(1) Hakim yang diduga melakukan pelanggaran berhak untuk melakukan pembelaan diri secara tertulis dalam waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak hakim yang bersangkutan menerima Bahan Pemeriksaan.

(2) Dalam waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak diterimanya pembelaan diri secara tertulis, Majelis Pemeriksa mengadakan musyawarah tertutup untuk mengambil putusan.

Bagian Keempat

Pemeriksaan Pelanggaran Berat

Pasal 10

Dalam hal Tim Pencari Fakta menganggap terdapat bukti yang kuat bahwa hakim yang bersangkutan telah melakukan pelanggaran yang

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

www.parlemen.net

NO. RUU DPR LeIP

patut dikenakan pemberhentian atau jika rapat Pleno Komisi memutuskan akan mengadakan pemeriksaan terhadap hakim yang diduga melakukan pelanggaran tersebut, Komisi membentuk Majelis Pemeriksa sebagaimana dimaksud Pasal 6;

Pasal 11

(1) Selambat-lambatnya 21 (dua puluh satu) hari setelah terbentuk, Majelis Pemeriksa melakukan pemanggilan secara sah

terhadap hakim yang duduga melakukan pelanggaran. (2) Pemanggilan dinyatakan sah apabila disampaikan dengan

surat panggilan kepada hakim yang bersangkutan di tempat kerjanya selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum sidang pemeriksaan dilakukan.

(3) Surat pemanggilan sebagaimana dimaksud ayat 2 setidaknya memuat informasi tentang tanggal, hari dan jam

berlangsungnya pemeriksaan serta Bahan Pemeriksaan yang memuat hal-hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2).

(4) Bersamaan dengan pengiriman Bahan Pemeriksaan, Majelis Pemeriksa wajib memberikan surat pemberitahuan mengenai proses pemeriksaan hakim yang bersangkutan kepada Ketua Pengadilan di mana hakim tersebut bertugas.

Pasal 12

(1) Ketua Majelis Pemeriksa membuka acara pemeriksaan dan menyatakan sidang pemeriksaan terbuka untuk umum kecuali untuk jenis pelanggaran berat yang menyangkut kesusilaan. (2) Jika hakim yang akan diperiksa tidak hadir pada hari

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

www.parlemen.net

NO. RUU DPR LeIP

meneliti apakah pemanggilan telah dilakukan secara sah. (3) Jika pemanggilan dilakukan secara tidak sah, ketua Majelis

Pemeriksa menunda sidang dan memerintahkan untuk diadakan pemanggilan ulang.

(4) Jika pemanggilan telah dilakukan secara sah namun hakim yang akan diperiksa tidak hadir tanpa alasan yang patut, pemeriksaan dilakukan tanpa kehadiran hakim yang bersangkutan.

Pasal 13

(1) Sidang pemeriksaan dimulai dengan pembacaan dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh hakim.

(2) Hakim yang bersangkutan diberi kesempatan untuk mempersiapkan pembelaan diri dalam waktu sekurang-kurangnya 14 (empat belas) hari.

(3) Pada pemeriksaan berikutnya, hakim yang bersangkutan membacakan pembelaan diri.

(4) Majelis Pemeriksa berhak untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan atas pembelaan diri hakim yang bersangkutan. Pasal 14

(1) Jika setelah pembelaan diri Majelis Pemeriksa menganggap perlu mendengar keterangan tambahan dari saksi, pelapor atau pihak-pihak lain, Majelis Pemeriksa dapat mengadakan

pemeriksaan secara tertutup.

(2) Jika dianggap perlu, keterangan tambahan yang diperoleh Majelis Pemeriksa sebagaimana dimaksud ayat (1) ditanyakan kembali kepada hakim yang bersangkutan.

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

www.parlemen.net

NO. RUU DPR LeIP

diri atau setelah proses pencarian keterangan tambahan, Majelis Pemeriksa mengadakan musyawarah tertutup untuk mengambil putusan.

Bagian Kelima Putusan Pasal 15

(1) Putusan Majelis Pemeriksa sehubungan dengan pelanggaran yang patut dikenakan pemberhentian dibacakan dalam sidang terbuka untuk umum, dengan atau tanpa kehadiran hakim yang diperiksa.

(2) Putusan Majelis Pemeriksa yang bersifat menjatuhkan sanksi atau merekomendasikan penjatuhan sanksi setidaknya memuat:

(3) Nama lengkap dan pekerjaan atau kedudukan hakim yang bersangkutan;

(4) Uraian mengenai dugaan pelanggaran;

a. Pertimbangan mengenai fakta pelanggaran dan

pembelaan diri hakim yang menjadi dasar pengambilan keputusan;

b. Pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar penjatuhan atau merekomendasikan saksi dan pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum dari putusan, disertai keadaan yang memberatkan dan yang meringankan hakim yang bersangkutan; c. Hari dan tanggal diadakannya rapat pleno;

d. Pernyataan kesalahan hakim yang bersangkutan serta sanksi atau rekomendasi sanksi yang dijatuhkan;

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

www.parlemen.net

NO. RUU DPR LeIP

1. Putusan Majelis Pemeriksa yang tidak bersifat menjatuhkan sanksi setidaknya memuat:

a. Nama lengkap dan pekerjaan atau kedudukan hakim yang bersangkutan;

b. Uraian mengenai dugaan pelanggaran;

c. Pertimbangan mengenai fakta pelanggaran dan pembelaan diri hakim yang menjadi dasar pengambilan keputusan;

d. Hari dan tanggal diadakannya rapat pleno;

e. Hari dan tanggal putusan, nama anggota tim pemeriksa. f. Pernyataan bahwa hakim yang bersangkutan tidak terbukti

melakukan pelanggaran;

g. Pernyataan sebagai bentuk rehabilitasi bagi hakim tersebut.

1. Salinan putusan wajib diberitahukan kepada hakim dan pihak pelapor dalam waktu 14 (empat belas) hari sejak putusan tersebut diambil.

2. Kecuali untuk sanksi berupa teguran tertulis yang tertutup, salinan putusan mengenai pelanggaran yang patut dikenakan sanksi teguran bersifat rahasia sedangkan putusan mengenai pelanggaran yang patut dikenakan sanksi pemberhentian sementara dan

pemberhentian dapat diakses publik.

Bagian Keenam Lain-Lain Pasal 16

(1) Dalam melakukan seluruh proses pra pencarian fakta, pencarian fakta dan pemeriksaan hakim yang diduga melakukan pelanggaran, Komisi wajib merahasiakan identitas pelapor dan menjunjung tinggi harkat dan martabat hakim yang diduga melakukan pelanggaran.

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

www.parlemen.net

NO. RUU DPR LeIP

(2) Sebelum Majelis Pemeriksa mengambil putusan, Komisi dilarang menunjukkan sikap atau mengeluarkan pernyataan berkaitan dengan keyakinan mengenai bersalah atau tidaknya hakim diduga melakukan pelanggaran.

Pasal 17

Setiap anggota Tim Pencari Fakta atau Majelis Pemeriksa wajib mengundurkan diri apabila ia terikat hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai derajat ketiga, hubungan suami atau istri meskipun sudah bercerai dengan hakim yang diduga melakukan pelanggaran. Pasal 18

Hakim yang diduga melakukan pelanggaran berhak untuk didampingi penasehat hukumnya dalam setiap tahap pemeriksaan.

Pasal 19

Bahan Pemeriksaan dan putusan Majelis Pemeriksa yang memuat identitas pelapor wajib dirahasiakan dengan cara dihapuskan atau dihitamkan.

Dokumen terkait