2. PERENCANAAN STUDI KELAYAKAN
2.4. Ketentuan Perencanaan Studi Kelayakan Ekonomi Dan Finansial
2.4.1.1. Penentuan Tahun Proyeksi
a. Jumlah atau lamanya tahun proyeksi kelayakan ekonomi dan finansial ditetapkan sejak tahun pertama investasi pelaksanaan proyek dimulai (misal untuk biaya perencanaan atau pembebasan lahan) sampai tahun berakhirnya manfaat dari investasi;
b. Jumlah tahun proyeksi kelayakan ekonomi dan finansial proyek sistem air Limbah terpusat adalah 40 (empat puluh) tahun;
c. Jumlah tahun proyeksi kelayakan ekonomi dan finansial proyek IPLT adalah 20 (dua puluh) tahun.
2.4.1.2. Kriteria Kelayakan Ekonomi Air Limbah
a. Proyek dikatakan layak ekonomi apabila manfaat ekonomi lebih besar dibanding dengan biaya yang ditimbulkan baik berupa biaya operasional maupun biaya pengembalian modal; b. Perhitungan kelayakan ekonomi proyek dihitung dengan metode Economic Internal Rate of
Return (EIRR);
c. Apabila hasil perhitungan EIRR proyek menghasilkan angka prosentase (%) lebih besar dari discout faktor , maka perhitungan tersebut merekomendasikan bahwa proyek layak diterima dalam pengertian melaksanakan proyek ( Do Something ) lebih baik dibanding tidak melaksanakan proyek ( Do Nothing ). Tidak melaksanakan proyek berarti membiarkan
pencemaran air Limbah tetap berlangsung dengan konsekuensi kerugian yang lebih besar akibat penurunan kualitas sumber daya air dan penurunan derajat kesehatan ;
d. Apabila hasil perhitungan EIRR proyek menghasilkan angka prosentase (%) lebih kecil dari discout faktor, maka proyek ditolak. Proyek ini perlu direvisi skala investasinya agar tidak over investment .
2.4.1.3. Kriteria Kelayakan Keuangan Proyek
a. Proyek dikatakan layak keuangan apabila pendapatan tarif/retribusi Air Limbah lebih besar dibanding dengan biaya yang ditimbulkan baik berupa biaya operasional maupun biaya pengembalian modal.
b. Perhitungan kelayakan keuangan proyek dihitung dengan metode Finansial Economic Internal Rate of Return (FIRR) dan Net Present Value (NPV);
c. Apabila hasil perhitungan FIRR menghasilkan angka prosentase (%) lebih besar dari discout faktor , maka pendanaan investasi proyek dapat dibiayai dari pinjaman komersial tanpa membebani Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk pengembalian cicilan pokok dan bunganya. Bahkan proyek ini mendapat manfaat keuangan sebesar nilai NPV-nya
(NPV positif);
d. Apabila hasil perhitungan FIRR menghasilkan angka prosentase (%) sama dengan nol yang berarti lebih kecil dari discout faktor , maka pendanaan investasi proyek hanya layak apabila dibiayai dari sumber pendanaan APBD atau sumber dana lain yang tidak mengandung unsur bunga pinjaman dan pembayaran cicilan pokok.
e. Apabila kelayakan keuangan proyek tidak dapat menutup biaya operasional (deficit O/M), maka proyek ditolak. Proyek ini perlu direvisi perencanaannya dan pilihan teknologinya agar biaya O/M-nya dapat menjadi lebih rendah.
2.4.1.4. Jenis Biaya Investasi Proyek Air Limbah a. Investasi sarana dan prasarana Air Limbah meliputi:
Investasi untuk pembangunan sistem setempat (on-site)
Investasi untuk pembangunan sistem air limbah terpusat dalam berbagai skala pengembangan (off-site)
b. Perhitungan kelayakan ekonomi dan keuangan proyek air limbah harus memperhitungkan perbedaan karakteristik biaya yang timbul antara proyek-proyek sebagai berikut:
Perluasan prasarana yang sudah ada
Rehabilitas prasarana yang sudah ada
2.4.2. Proses Perhitungan Kelayakan Ekonomi dan Keuangan
Proses perhitungan kelayakan ekonomi dan keuangan proyek Air Limbah harus memperkirakan seluruh biaya yang timbul dan manfaat yang timbul dari kegiatan investasi dan operasi serta memperkirakan selisih atau membandingkan antara biaya dan manfaat selama tahun proyeksi. Skematik biaya dan manfaat yang harus dihitung tersebut dapat digambarkan pada
Gambar
1.1
sebagai berikut:Gambar 2.1 Skematik Biaya dan Manfaat Proyek
2.4.2.1. Perkiraan Biaya Investasi dan Pengendalian Modal
a. Seluruh biaya investasi yang diperlukan dalam proyek Air Limbah harus diperkirakan baik berupa investasi awal maupun investasi lanjutan yang diperlukan sesuai tahapan pengembangan proyek termasuk investasi penggantian (replacement ) aset yang sudah usang;
b. Seluruh biaya pengembalian modal investasi harus diperkirakan berdasarkan perhitungan depresiasi (penyusutan) terhadap prasarana terbangun. Perhitungan depresiasi masing-masing komponen prasarana terbangun dihitung bedasarkan standard usia/umur manfaat prasarana; c. Apabila biaya investasi pembangunan sarana dan prasarana tersebut dibiayai dari dana
pinjaman ( Loan), maka biaya bunga pinjaman harus diperhitungkan dalam komponen pengembalian modal.
2.4.2.2. Perkiraan Biaya Operasional
a. Seluruh biaya operasi dan pemeliharaan (O & M) yang diperlukan untuk mengoperasikan sarana dan prasarana terbangun sesuai Standard Operation Procedur (SOP) harus diperkirakan dalam satuan Rp/Thn serta diproyeksikan selama tahun proyeksi dengan memperhitungkan perkiraan tingkat inflasi;
b. Seluruh biaya umum dan administrasi yang diperlukan untuk membiayai operasi lembaga pengelola harus diperkirakan dalam Rp/Thn serta diproyeksikan selama tahun proyeksi dengan memperhitungkan perkiraan tingkat inflasi dan pengembangan kapasitas lembaga pengelola.
2.4.2.3. Perkiraan Manfaat Ekonomi
a. Seluruh manfaat ekonomi yang timbul dari keberadaan proyek Air Limbah harus diperkirakan baik berupa manfaat yang dapat diukur dengan uang (Tangible) maupun manfaat yang tidak dapat diukur dengan uang ( Intangible);
b. Manfaat ekonomi proyek Air Limbah yang dapat diukur dengan nilai uang (Tangible) baik berupa manfaat langsung ( Direct ) maupun manfaat tidak langsung ( Indirect ) harus dikonversikan dengan standard konversi yang dapat dipertanggung jawabkan berdasarkan kaidah ekonomi yang dihitung dalam satuan Rp/Thn;
c. Manfaat ekonomi proyek Air Limbah yang tidak dapat diukur dengan nilai uang ( Intangible) harus dijelaskan dengan menggunakan data-data statistik yang relevan.
2.4.2.4. Perkiraan Manfaat Keuangan (Pendapatan Retribusi)
a. Seluruh potensi retribusi yang dapat diterima oleh lembaga pengelola sebagai akibat dari pelayanan Air Limbah harus diperkirakan berdasarkan perkiraan jumlah pelanggan dan perkiraan tarif retribusi rata-rata setiap tahun.
b. Proyeksi kenaikan jumlah pelanggan Air Limbah harus dihitung berdasarkan skenario peningkatan jumlah pelanggan hingga tercapainya kapasitas optimum (Full Capacity) sesuai
dengan rencana teknis proyek;
c. Proyeksi kenaikan tarif Air Limbah yang diperhitungkan dalam proyeksi pendapatan tarif tidak boleh melampaui tingkat inflasi.
2.4.3. Komponen Biaya Investasi
2.4.3.1. Komponen Biaya Investasi Sistem Setempat a. Komponen Biaya Engineering
Merupakan biaya-biaya survei, investigasi, Feasibility Study (FS), Detailed Design, studi AMDAL, Public Campaign, Standard Operational Procedur (SOP) dan biaya supervisi dan sebagainya. Besarnya komponen biaya Engineering ini berkisar antara 5-10% dari total biaya investasi (capital cost );
b. Komponen Biaya Pembebasan Lahan Pembebasan lahan untuk IPLT meliputi:
Pembebasan lahan untuk IPLT termasuk lahan untuk buffer zone
Pembebasan lahan untuk jalan akses IPLT
Biaya pembebasan lahan tersebut meliputi biaya ganti rugi tanah, bangunan dan biaya administrasi yang berkisar antara 20-30% dari total biaya investasi.
c. Komponen Biaya Konstruksi
Merupakan biaya konstruksi IPLT termasuk jalan akses yang meliputi:
Biaya perataan tanah IPLT dan buffer zone
Biaya pekerjaan civil IPLT dan buffer zone
Biaya pekerjaan M/E IPLT
Biaya pekerjaan landscape
Biaya pekerjaan jalan akses
d. Komponen Biaya Pengadaan truk Tinja
2.4.3.2. Komponen Biaya Investasi Sistem Terpusat a. Komponen Biaya Engineering
Merupakan biaya-biaya survei, investigasi, Feasibility Study (FS), Detailed Design, studi AMDAL, Public Campaign, Standard Operational Procedur (SOP) dan biaya supervisi dan sebagainya. Besarnya komponen biaya Engineering ini berkisar antara 5-10% dari total biaya investasi (capital cost );
Pembebasan lahan untuk sistem terpusat meliputi:
Pembebasan lahan untuk IPAL termasuk lahan untuk buffer zone
Pembebasan lahan untuk jalan akses IPAL
Pembebasan lahan untuk pipa induk ( Main Trunk )
Biaya pembebasan lahan tersebut meliputi biaya ganti rugi tanah dan bangunan yang nilai biayanya berkisar antara 20-30% dari total biaya investasi.
c. Komponen Biaya Konstruksi
Merupakan komponen biaya konstruksi Sistem Air Limbah Terpusat yang meliputi:
Biaya konstruksi jaringan perpipaan yang meliputi:
Pipa persil
Pipa retikulasi
Pipa induk
Bangunan pelengkap pada sistem jaringan
Perbaikan prasarana eksisting yang terkena dampak pembangunan perpipaan
Biaya konstruksi IPAL yang meliputi:
Biaya tanah IPAL dan buffer zone
Biaya pekerjaan civil IPAL dan buffer zone
Biaya pekerjaan M/E IPAL
Biaya pekerjaan landscape
Biaya pekerjaan jalan akses
2.4.4. Komponen Biaya Operasional Tahunan
Biaya operasional adalah biaya yang timbul untuk mengoperasikan prasarana terbangun agar mampu memberi manfaat pelayanan sesuai kapasitasnya secara berkelanjutan dan berdaya guna sesuai umur rencananya. Biaya operasi dan pemeliharaan dihitung dalam Rp/Thn.
2.4.4.1. Komponen Biaya Operasi Tahunan Sistem Setempat
2.4.4.1.1. Komponen Biaya Operasi dan Pemeliharaan Penyedotan dan Pengangkutan a. Biaya Operasi
Biaya gaji tenaga operator dan perlengkapan kerja operator
Biaya material habis pakai (BBM, dan sebagainya)
Biaya peralatan operasi b. Biaya Pemeliharaan
Pemeliharaan rutin truk tinja (ganti olie, dan sebagainya)
2.4.4.1.2. Komponen Biaya Operasi dan Pemeliharaan IPLT a. Biaya Operasi IPLT
Biaya gaji operator dan perlengkapan kerja operator
Biaya material habis pakai (Listrik, BBM, dan sebagainya)
Biaya peralatan operasional b. Biaya Pemeliharaan
Pemeliharaan rutin instalasi
Pemeliharaan berkala instalasi
Pemeliharaan bangunan penunjang
2.4.4.1.3. Komponen Biaya Umum dan Administrasi a. Biaya gaji staf dan manajemen
b. Biaya material habis pakai (ATK, Telpon, Listrik, dan sebagainya)
c. Biaya peralatan kantor (Komputer, Printer, Kendaraan Operasional, dan sebagainya) d. Dan lain-lain.
2.4.4.1.4. Biaya penyusutan truk tinja a. Biaya penyusutan IPLT
b. Biaya penyusutan kantor umum dan administrasi
2.4.4.2. Komponen Biaya Operasional Sistem Terpusat
2.4.4.2.1. Komponen Biaya Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Perpipaan a. Biaya Operasi
Biaya gaji tenaga kerja operator
Biaya material habis pakai
Biaya peralatan operasi b. Biaya Pemeliharaan
Pemeliharaan rutin sistem perpipaan
Pemeliharaan berkala sistem perpipaan
Biaya gaji
Biaya bahan kimia untuk analisis laboratorium
Biaya peralatan b. Biaya Pemeliharaan
Pemeliharaan rutin IPAL
Pemeliharaan berkala IPAL
2.4.4.2.3. Komponen Biaya Umum dan Administrasi a. Biaya gaji staf dan manajemen
b. Biaya material habis pakai (ATK, Telkomunikasi, Listrik)
c. Biaya peralatan kantor (Komputer, Printer, Kendaraan Operasional, dan sebagainya) 2.4.4.2.4. Komponen Biaya Penyusutan
a. Biaya penyusutan jaringan perpipaan
Penyusutan pipa persil
Penyusutan pipa retikulasi
Penyusutan pipa induk b. Biaya penyusutan IPAL
Penyusutan bangunan instalasi
Penyusutan M/E
Penyusutan bangunan penunjang c. Biaya penyusutan kantor administrasi
Penyusutan bangunan kantor
Penyusutan peralatan kantor
Penyusutan lain-lain
2.4.5. Komponen Manfaat Ekonomi Proyek
Manfaat ekonomi proyek pengembangan sarana dan prasaran Air Limbah adalah manfaat proyek yang dapat dikonversi dalam satuan rupiah (Tangible) dan manfaat proyek yang tidak dapat dikonversi dalam satuan rupiah ( Intangible).
2.4.5.1. Jenis Manfaat Ekonomi Proyek Air limbah
2.4.5.1.1. Manfaat yang dapat diukur dengan nilai uang (Tangible )
Manfaat Tangible proyek dapat dibedakan sebagai manfaat langsung (direct) dan manfaat tidak langsung (indirect). Secara umum manfaat Tangible proyek pengembangan sarana dan prasarana Air Limbah adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Langsung
Pengurangan biaya pengolahan (Penjernihan) air baku
Peningkatan biaya akibat sumur penduduk tidak dapat digunakan karena telah tercemar air limbah
Peningkatan nilai harga properti b. Manfaat tidak Langsung
Manfaat ekonomi berupa peningkatan produktifitas penduduk akibat peningkatan derajat kesehatan
Manfaat lingkungan berupa pengurangan derajat pencemaran Air Limbah dan terjaganya kelestarian sumber daya air
Manfaat sosial berupa penurunan derajat konflik yang disebabkan oleh pencemaran Air Limbah
2.4.5.1.2. Jenis manfaat proyek yang tidak dapat diukur dengan nilai uang (Intangible )
Penurunan tingkat kematian bayi
Penurunan rasio penyakit infeksi
2.4.6. Proyeksi Pendapatan Tarif Retribusi Air Limbah
Mengingat pelanggan Air Limbah berasal dari berbagai tingkat dan golongan masyarakat yang berbeda kemampuan keuangan/daya belinya, maka perkiraan pendapatan tarif retribusi Air
Limbah harus memperhitungkan:
a. Perkiraan tarif per golongan pelanggan dan per jenis pelayanan;
b. Perkiraan jumlah pelanggan per golongan pelanggan dan per jenis pelayanan. 2.4.6.1. Perhitungan Perkiraan Tarif Pelayanan Air Limbah
a. Perkiraan perhitungan tarif pelayanan Air Limbah harus memperhitungkan:
Biaya bunga pinjaman
Biaya umum dan administrasi
b. Perkiraan tarif per golongan pelanggan harus direncanakan sebagai tarif terdeferensiasi untuk penerapan subsidi silang kepada pelanggan yang berpenghasilan rendah.
c. Perkiraan tarif per golongan pelanggan untuk proyek yang bersifat rehabilitasi atau peningkatan kapasitas harus memperhatikan tingkat tarif yang sudah berlaku.
d. Perkiraan perhitungan tarif per golongan pelanggan, struktur tarif dan penentuan satuan tarif harus mengacu kepada pedoman penetapan tarif Air Limbah yang berlaku.
2.4.6.2. Komponen Penerimaan Retribusi
Berdasarkan jenis golongan pelanggan dan golongan tarif retribusi Air Limbah, maka komponen penerimaan retribusi harus dihitung berdasarkan perkiraan jumlah pelanggan per masing-masing
golongan sebagai berikut:
a. Komponen penerimaan retribusi dari pelanggan permukiman dalam Rp/Thn.
b. Komponen penerimaan retribusi dari pelanggan daerah komersial atau institusional dalam Rp/Thn.
c. Komponen penerimaan retribusi dari pelanggan high rise building dalam Rp/Thn.
2.4.7. Perhitungan Kelayakan Ekonomi dan Keuangan
a. Perhitungan kelayakan ekonomi dan keuangan sekurang-kurangnya disajikan dalam perhitungan spread sheet , sehingga data-data perhitungan dan proyeksi perhitungan dapat
disajikan secara jelas.
b. Data-data yang harus disajikan untuk mendukung hasil perhitungan IRR dan NPV sekurang-kurangnya meliputi:
Jadwal konstruksi dan jadwal investasi
Jadwal operasi dan proyeksi kapasitas operasi
Asumsi-asumsi biaya O/M, umum dan administrasi
Asumsi tarif retribusi
Proyeksi Net Cash
Analisis Sensitifitas
Proyeksi rugi/laba
2.4.8. Sistematika Pelaporan Studi Kelayakan Ekonomi dan Finansial
Sistematika pelaporan studi kelayakan ekonomi dan finansial terdiri dari atas 8 bab. Gambaran sistematika pelaporan studi kelayakan ekonomi dan finansial adalah sebagai berikut:
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
SINGKATAN DAN PENGERTIAN Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Gambaran Singkat Proyek 1.3 Maksud dan Tujuan
Bab II Perkiraan Biaya Investasi 2.1 Biaya Pembebasan
2.2 Biaya Engineering
2.3 Biaya Konstruksi Pekerjaan Civil 2.4 Biaya Pengadaan dan Instalasi M & E Bab III Perkiraan Biaya Operasional
3.1 Biaya O/M
3.2 Biaya Depresiasi
3.3 Biaya Umum dan Administrasi Bab IV Perkiraan Manfaat Ekonomi
4.1 Proyeksi Perkiraan Manfaat Tangible (Tangible Benefit) 4.2 Proyeksi Perkiraan Manfaat Intangible (Intangible Benefit) Bab V Perhitungan Kelayakan Ekonomi
5.1 Perhitungan EIRR 5.2 Perhitungan NPV
Bab VI Perkiraan Pendapatan Tarif (Revenue)
6.1 Proyeksi Perkiraan Besaran Tarif Air Limbah 6.2 Proyeksi Pendapatan Tarif
Bab VII Perhitungan Kelayakan Keuangan 7.1 Proyeksi Perhitungan rugi/laba 7.2 Perhitungan FIRR dan NPV
7.3 Perhitungan Ratio-ratio Operasional Bab VIII Rekomendasi
8.1 Rekomendasi Pendanaan Investasi 8.2 Rekomendasi Pendanaan Operasional 8.3 Rekomendasi Struktur Tarif
8.4 Rekomendasi Bentuk Kelembagaan Pengelola Lampiran : Daftar Partisipan
2.5. Ketentuan Perencanaan Studi Kelayakan Lingkungan