MODUL 04
MODUL 04
PENYUSUNAN PERENCANAAN SISTEM
PENYUSUNAN PERENCANAAN SISTEM
PENGELOLAAN AIR LIMBAH
PENGELOLAAN AIR LIMBAH
K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M
D I R E K T O R A T J E N D E R A L C I P T A K A R Y A D I R E K T O R A T J E N D E R A L C I P T A K A R Y A
DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN
DAFTAR ISI
1.
PERENCANAAN MASTER PLAN ... 165
1.1.
Pendahuluan ... 165
1.2.
Maksud Dan Tujuan ... 165
1.2.1.
Maksud ... 165
1.2.2.
Tujuan ... 166
1.3.
Acuan Normatif ... 166
1.3.1.
Norma ... 166
1.3.2.
Kriteria Teknis ... 167
1.3.3.
Standar Teknis ... 167
1.4.
Ketentuan Rencana Induk ... 168
1.4.1.
Umum ... 168
1.4.1.1.
Jangka Waktu Perencanaan... 168
1.4.1.2.
Evaluasi Rencana Induk ... 168
1.4.1.3.
Kedudukan Rencana Induk ... 168
1.4.1.4.
Pola Pikir Perencanaan Jangka Panjang ... 169
1.4.2.
Klasifikasi Sumber Air Limbah ... 171
1.4.2.1.
Pengertian Air Limbah ... 171
1.4.2.2.
Klasifikasi Asal Sumber Air Limbah ... 171
1.4.3.
Identifikasi Permasalahan ... 172
1.4.4.
Arah Pengembangan Sarana Dan Prasarana Air Limbah Pada Daerah
Permukiman Terbangun ... 173
1.4.4.1.
Pilihan Arah Pengembangan ... 173
1.4.4.2.
Pembagian Zona Perencanaan ... 173
1.4.5.
Penetapan Zona Prioritas Pengembangan Sistem Terpusat ... 177
1.4.5.1.
Zona Prioritas ... 177
1.4.5.2.
Penetapan Zona Prioritas ... 178
1.4.6.
Arah Pengembangan Sarana dan Prasarana Air Limbah Pada Daerah
Permukiman Baru ... 178
1.4.6.1.
Pilihan Arah Pengembangan ... 178
1.4.6.2.
Penetapan Arah Pengembangan ... 178
1.4.7.
Indikasi Rencana Investasi Program ... 178
1.4.8.
Sistematika Pelaporan Studi Rencana Induk Air Limbah ... 179
1.4.9.
Penampilan Produk Laporan ... 181
1.4.9.1.
Laporan Utama... 181
1.4.9.2.
Laporan Eksekutif ... 181
2.
PERENCANAAN STUDI KELAYAKAN ... 183
2.1.
Pendahuluan ... 183
2.2.
Maksud, Tujuan Dan Sasaran ... 183
2.2.1.
Maksud ... 183
2.2.2.
Tujuan ... 184
2.2.3.
Sasaran ... 184
2.3.
Acuan Normatif ... 184
2.3.1.
Norma, Kriteria Teknis Kelayakan Ekonomi dan Keuangan ... 184
2.3.1.1.
Norma Kelayakan Ekonomi dan Keuangan ... 184
2.3.1.2.
Standard Perhitungan Ekonomi dan Keuangan ... 184
2.3.2.
Norma dan Standard Teknis Kelayakan Lingkungan ... 185
2.3.2.1.
Norma ... 185
2.3.2.2.
Standard Teknis Studi AMDAL ... 185
2.4.
Ketentuan Perencanaan Studi Kelayakan Ekonomi Dan Finansial ... 186
2.4.1.
Umum ... 186
2.4.1.1.
Penentuan Tahun Proyeksi ... 186
2.4.1.4.
Jenis Biaya Investasi Proyek Air Limbah ... 187
2.4.2.
Proses Perhitungan Kelayakan Ekonomi dan Keuangan ... 188
2.4.2.1.
Perkiraan Biaya Investasi dan Pengendalian Modal ... 188
2.4.2.2.
Perkiraan Biaya Operasional ... 189
2.4.2.3.
Perkiraan Manfaat Ekonomi ... 189
2.4.2.4.
Perkiraan Manfaat Keuangan (Pendapatan Retribusi) ... 189
2.4.3.
Komponen Biaya Investasi ... 190
2.4.3.1.
Komponen Biaya Investasi Sistem Setempat ... 190
2.4.3.2.
Komponen Biaya Investasi Sistem Terpusat ... 190
2.4.4.
Komponen Biaya Operasional Tahunan ... 191
2.4.4.1.
Komponen Biaya Operasi Tahunan Sistem Setempat ... 191
2.4.4.1.1.
Komponen Biaya Operasi dan Pemeliharaan Penyedotan dan
Pengangkutan ... 191
2.4.4.1.2.
Komponen Biaya Operasi dan Pemeliharaan IPLT ... 192
2.4.4.1.3.
Komponen Biaya Umum dan Administrasi ... 192
2.4.4.1.4.
Biaya penyusutan truk tinja ... 192
2.4.4.2.
Komponen Biaya Operasional Sistem Terpusat ... 192
2.4.4.2.1.
Komponen Biaya Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Perpipaan .. 192
2.4.4.2.2.
Komponen Biaya Operasi dan Pemeliharaan IPAL ... 192
2.4.4.2.3.
Komponen Biaya Umum dan Administrasi ... 193
2.4.4.2.4.
Komponen Biaya Penyusutan ... 193
2.4.5.
Komponen Manfaat Ekonomi Proyek ... 193
2.4.5.1.
Jenis Manfaat Ekonomi Proyek Air limbah ... 194
2.4.5.1.1.
Manfaat yang dapat diukur dengan nilai uang (Tangible) ... 194
2.4.5.1.2.
Jenis manfaat proyek yang tidak dapat diukur dengan nilai uang
( Intangible) 194
2.4.6.
Proyeksi Pendapatan Tarif Retribusi Air Limbah ... 194
2.4.6.1.
Perhitungan Perkiraan Tarif Pelayanan Air Limbah ... 194
2.4.6.2.
Komponen Penerimaan Retribusi ... 195
2.4.8.
Sistematika Pelaporan Studi Kelayakan Ekonomi dan Finansial... 195
2.5.
Ketentuan Perencanaan Studi Kelayakan Lingkungan ... 197
2.5.1.
Dokumen Kelayakan Lingkungan ... 197
2.5.2.
Proyek yang Perlu Kelayakan Lingkungan ... 197
2.5.3.
Kriteria Kelayakan Lingkungan Proyek Air Limbah ... 198
2.5.4.
Ruang Lingkup Studi Amdal ... 200
2.5.5.
Tata Cara Pelaksanaan Studi ... 200
2.5.6.
Sistematika Pelaporan ... 200
2.5.7.
Penampilan Dokumen Laporan Studi AMDAL ... 200
3.
PERENCANAAN TEKNIS ... 203
3.1.
Pedoman Pemilihan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman ... 203
3.2.
Perencanaan Pengembangan Sarana Dan Prasarana Air Limbah Setempat204
3.2.1
Tingkat Pelayanan ... 204
3.2.2
Debit Air Limbah ... 205
3.2.3
Kloset ... 205
3.2.4
Perencanaan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) ... 205
3.3.
Perencanaan Pengembangan Sarana Dan Prasarana Air Limbah Terpusat
206
Perencanaan Debit ... 207
3.4.
Perencanaan Teknis Unit Pelayanan ... 207
3.5.
Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan (Jaringan Perpipaan) ... 208
3.5.1.
Sistem Pengumpulan Air Limbah ... 208
3.5.2.
Pengembangan Rencana Sistem Jaringan Saluran Air Limbah ... 209
3.5.3.
Daerah dan Tingkat Pelayanan ... 210
3.5.4.
Penyusunan (Review) Layout dan Pemilihan Paket Pekerjaan Prioritas ... 210
3.5.5.
Perancangan Sistem ... 211
3.5.6.
Desain Aktual ... 211
3.5.7.
Pemetaan ... 212
3.5.10.
Perencanaan Teknis Sistem Perpipaan Air Limbah ... 214
3.6.
Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah ... 217
3.6.1.
Perencanaan Kapasitas IPAL ... 217
3.6.2.
Perencanaan Lokasi IPAL ... 218
3.6.3.
Kebutuhan Lahan ... 218
3.6.4.
Kriteria Pemilihan Lokasi IPAL ... 219
1.
Teknis Pemilihan Lokasi IPAL ... 219
2.
Non Teknis Pemilihan Lokasi IPAL ... 220
3.6.5.
Pertimbangan Umum Dalam Pemilihan Alternatif Teknologi ... 220
3.6.6.
Alternatif Pemilihan Sistem IPAL ... 221
3.6.7.
Macam-macam Sistem Pengolahan Air Limbah ... 222
3.6.7.1.
Pengolahan Fisik ... 222
3.6.7.2.
Pengolahan Biologis ... 223
3.6.8.
Teknologi Pengolahan Lumpur ... 224
1.
Thickening ... 224
2.
Stabilisasi Lumpur dengan Sludge Digester. ... 225
3.
Conditioning Lumpur ... 225
4.
Pengeringan Lumpur ... 225
5.
Disposal Lumpur ... 225
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kegiatan Wajib Amdal berdasarkan Permeneg LH No 05 Tahun 2012 ... 197
Tabel 3.1Faktor Puncak... 215
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kedudukan Rencana Induk Air Limbah ... 170Gambar 1.2 Pola Pikir Perencanaan ... 171
Gambar 1.3 Matrix SWOT ... 175
Gambar 1.4 Grand Strategi Arah Pengembangan ... 175
Gambar 1.5 Transformasi Prasarana Air Limbah Sistem Setempat ke Sistem Terpusat ... 177
Gambar 2.1 Skematik Biaya dan Manfaat Proyek ... 188
Gambar 2.2 Skematik Kelayakan Lingkungan Proyek Air Limbah ... 199
Gambar 3.1 Bagan alir proses pemilihan sistem pengolahan air limbah (IPAL) ... 222
BAGIAN I
PENYUSUNAN PERENCANAAN SISTEM
PENGELOLAAN AIR LIMBAH
1.
PERENCANAAN MASTER PLAN
1.1. PendahuluanRencana Induk atau Master Plan bidang air limbah merupakan suatu dokumen perencanaan dasar yang menyeluruh mengenai pengembangan sarana dan prasarana air limbah untuk periode 20 (dua puluh) tahun. Dengan demikian gambaran arah pengembangan, strategi penembangan dan prioritas-prioritas pengembangan sarana dan prasarana air limbah 20 tahun ke depan masing-masing Kabupaten/Kota terformulasikan melalui perencanaan tersebut. Rencana induk air limbah tersebut selanjutnya digunakan sebagai acuan oleh instansi yang berwenang dalam penyusunan program pembangunan 5 (lima) tahun bidang air limbah.
Program 5 tahun atau Renstra Dinas Pengembangan Sarana dan Prasarana Air Limbah tersebut, merupakan penjabaran rencana induk mengenai 6 jenis program pengembangan sebagai berikut :
Pengembangan Prasarana Pengembangan Kelembagaan Pengembangan Pengaturan
Pengembangan Pemberdayaan Masyarakat Pengembangan Peran Serta Masyarakat Pengembangan Public Campaign
Disamping sebagai acuan dalam penyusunan program 5 tahun, rencana induk air limbah digunakan sebagai acuan dalam memadukan program-program yang terkait dengan bidang air limbah seperti Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), bidang persampahan, drainase dan sebagainya.
1.2. Maksud Dan Tujuan 1.2.1. Maksud
Maksud penyusunan Rencana Induk adalah agar setiap Kabupaten/Kota memiliki pedoman dalam pengembangan, pembangunan dan operasional penyelenggaraan SPALP berdasarkan
Pengertian efektif mengandung maksud agar proses dan produk perencanaan Sarana dan Prasarana bidang Air Limbah menjadi efektif karena pilihan priorit asnya tepat sasaran.
Pengertian efisien mengandung maksud agar proses dan produk perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah menjadi efisien karena pilihan teknologinya tepat guna dan terjangkau sesuai dengan kondisi daerah setempat.
Pengertian terpadu dan berwawasan lingkungan mengandung maksud agar proses dan produk perencanaan Air Limbah telah dipadukan (integrated ) dengan perencanaan Sistem Penyediaan
air Minum (SPAM) terutama yang berkaitan dengan perlindungan dan pelestarian sumber air.
1.2.2. Tujuan
Tujuan penyusunan Rencana Induk adalah agar setiap Kabupaten/Kota memiliki Rencana Induk pengembangan Sistem Pembuangan Air Limbah Pemukiman (SPALP) yang sistematis, terarah, terpadu dan tanggap terhadap kebutuhan sesuai karakteristik lingkungan dan sosial ekonomi daerah, serta tanggap terhadap kebutuhan stakeholder (pemerintah, investor, masyarakat)
1.3. Acuan Normatif
Terdapat beberapa substansi dalam Norma, Kriteria Teknis dan Standard Teknis bidang Air Limbah yang terkait dengan perencanaan jangka panjang. Substansi Norma, Kriteria dan Standard yang akan diacu dalam penyusunan pedoman ini adalah:
1.3.1. Norma
a. Perencanaan Jangka Panjang Daerah adalah dokumen perencanaan periode 20 (dua puluh) tahun (UU No. 25 tahun 2004).
b. Kota Metropolitan atau kota-kota yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi diwajibkan memiliki rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum yang terpadu dengan pembuangan Air Limbah secara terpusat.
c. Perlindungan air baku dilakukan melalui keterpaduan pengaturan pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) dengan Sarana dan Prasarana Sanitasi (PP No. 16 Tahun 2005).
d. Pemilihan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) harus memperhatikan aspek teknis, lingkungan, sosial budaya masyarakat setempat serta dilengkapi dengan zona penyangga (PP No. 16 Tahun 2005).
e.
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001)
1.3.2. Kriteria Teknis
Kriteria teknis pemilihan lokasi fasilitas sanitasi yang dapat diacu adalah:
Tata cara pemilihan lokasi Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Tata cara pemilihan lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
1.3.3. Standar Teknis
Standar Nasional Indonesia :
a.
SNI 03-6368-2000 tentang Spesifikasi Pipa Beton untuk Saluran Air Limbah,
Saluran Air Hujan dan Gorong-gorong
b.
SNI 03-6379-2000 tentang Spesifikasi dan Tata Cara Pemasangan Perangkap Bau
c.
SNI 19-6409-2000 tentang Tata Cara Pengambilan Contoh Limbah tanpa
Pemadatan dari Truk
d.
SNI 19-6410-2000 tentang Tata Cara Penimbunan Tanah Bidang Resapan pada
Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga
e.
SNI 19-6447-2000 tentang Metode Pengujian Lumpur Aktif
f.
SNI 19-6466-2000 tentang Tata Cara Evaluasi Lapangan untuk Sistem Peresapan
Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga
g.
SNI 03-2398
–
2002 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Perencanaan Tangki Septik
dengan Sistem Resapan
h.
SNI 03-2399-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan Umum MCK
i.
SNI 03-1733-2004 tentang Tata cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di
perkotaan
Standar teknis lainnya :
a.
Tata Cara Perencanaan IPLT Sistem Kolam, CT/AL/Re-TC/001/98
b.
Tata Cara Pembangunan IPLT Sistem Kolam, CT/AL/Ba-TC/002/98
c.
Tata Cara Pengoperasian IPLT Sistem Kolam, CT/AL/Op-TC/003/98
d.
Tata Cara Pengolahan Air Limbah dengan Oxidation Ditch, CT/AL/Re-TC/004/98
e.
Tata Cara Pembuatan Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL),
CT/AL-D/Re-TC/005/98
f.
Tata Cara Survey Perencanaan dan Pembangunan Sarana Sanitasi Umum,
CT/AL-D/Re-TC/006/98
g.
Tata Cara Pembuatan Bangunan Atas Jamban Jamak, CT/AL-D/Ba-TC/007/98
h.
Tata Cara Pembuatan Bangunan Jamban Keluarga dan Sekolah,
CT/AL-D/Ba-TC/009/98
i.
Pedoman Pengelolaan Air Limbah Perkotaan, dep. PU 2003
. 1.4. Ketentuan Rencana Induk1.4.1. Umum
1.4.1.1. Jangka Waktu Perencanaan
Rencana induk pengembangan sarana dan prasarana air limbah harus direncanakan untuk periode perencanaan 15 -20 tahun.
Periode perencanaan dalam penyusunan rencana induk ini dibagi menjadi 3 tahap, yaitu: 1. Jangka Pendek (Tahap Mendesak)
Tujuan perencanaan jangka pendek atau tahap mendesak ini adalah dilaksanakan dalam satu tahun anggaran, pada satu tahun kedepan, dengan memprioritaskan pada hal yang mendesak.
2. Jangka Menengah
Perencanaan jangka menengah mencakup tahapan pembangunan 5 tahun setelah dilaksanakan program jangka pendek, atau dalam 6 tahun mendatang.
3. Jangka Panjang
Perencanaan jangka panjang merupakan rangkaian dari keseluruhan pembangunan di sektor air limbah untuk 15- 20 tahun yang akan datang.
1.4.1.2. Evaluasi Rencana Induk
Rencana induk pengembangan sarana dan prasarana harus dievaluasi setiap 5 tahun untuk disesuaikan dengan perubahan yang terjadi dan disesuaikan dengan perubahan rencana induk bidang sanitasi lainnya, tata ruang dan rencana induk SPAM serta perubahan strategi di bidang
lingkungan ( Local Environment Strategy). Ataupun hasil rekomendasi audit lingkungan kota yang terkait dengan air limbah pemukiman.
1.4.1.3. Kedudukan Rencana Induk
b. Penyusunan program 5 tahunan bidang pengembangan sarana dan prasarana air limbah atau rencana Renstra Dinas, wajib mengacu pada rencana induk Air Limbah.
c. Rencana induk disusun oleh instansi yang berwenag dimasing-masing Kabupaten/Kota dengan melibatkan Stakeholders dan hasilnya disosialisasikan pada masyarakat luas (termasuk melalui internet dengan domain khusus dari instansi pengelola lingkungan daerah). Pengesahan rencana induk SPAL ditetapkan melalui Perda.
1.4.1.4. Pola Pikir Perencanaan Jangka Panjang
Rencana Induk Air Limbah pada dasarnya adalah perencanaan jangka panjang mengenai pengembangan sarana dan prasarana air limbah (Gambar 2). Berdasarkan sifat perencanaan
yang berjangka panjang tersebut, maka tahapan perumusan perencanaan sekurang-kurangnya harus mengikuti pola pikir sebagai berikut:
170
Gambar 1.2 Pola Pikir Perencanaan
1.4.2. Klasifikasi Sumber Air Limbah 1.4.2.1. Pengertian Air Limbah
Semua air buangan yang berasal dari kamar mandi, dapur, cuci dan kakus serta air limbah industri rumah tangga yang karakteristik air limbahnya tidak jauh berbeda dengan air limbah rumah tangga serta tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3).
1.4.2.2. Klasifikasi Asal Sumber Air Limbah
Rencana induk disusun berdasarkan analisis identifikasi asal sumber air Limbah yang dibedakan minimal sebagai berikut:
a. Air Limbah dari permukiman
b. Air Limbah dari daerah komersil dan institusional
1.4.3. Identifikasi Permasalahan
a. Langkah pertama sebelum menentukan arah dan strategi pengembangan sarana dan prasarana air limbah, terlebih dahulu harus disepakati mengenai permasalahan pencemaran
air limbah, baik pada area skala Kelurahan, Kecamatan maupun kota.
b. Identifikasi permasalahan pencemaran air limbah terhadap air tanah dan badan air harus difomulasikan berdasarkan data-data yang lengkap (primer dan sekunder) yang didukung oleh survey dan penyelidikan (lapangan dan laboratorium) yang memadai serta dilengkapi dengan peta-peta identifikasi permasalahan.
Survei merupakan dasar bagi pembuatan Rencana Induk. Diperlukan waktu yang cukup dalam melakukan survei dan data yang diperlukan harus diambil pada saat survey. Selain mengumpulkan data-data yang diperlukan juga visualisasi keseluruhan gambaran daerah yang dapat dilihat oleh kasat mata harus diketahui. Untuk itu perlu diusahakan agar dapat mengambil detail tersebut, termasuk juga kondisi daerah di masa lalu, kondisi saat ini, dan gambaran di masa yang akan datang. Survei yang harus dilakukan meliputi :
Kondisi alam yang meliputi, topografi, kondisi iklim, dan hidrogeologi.
Fasilitas yang ada yang meliputi, sungai dan saluran yang ada, jalan,
bangunan/fasilitas bawah tanah (jaringan telkom, PLN, PAM, Gas dll).
Pengumpulandata terkait meliputi, rencana penggunaan tanah/lahan, rencana
pengembangan perkotaan, rencana sungai, rencana jalan, dan rencana pemasangan bangunan bawah (Rencana Umum Tata Ruang Kota).
c. Peta dasar dan peta identifikasi permasalahan yang diperlukan meliputi:
Peta tata guna lahan saat ini Peta kepadatan penduduk
Peta kualitas air tanah/sumur penduduk dengan parameter E.Coli Peta kualitas air sungai dengan parameter E.Coli dan BOD
Peta kualitas air drainase (pembuangan grey water) dengan parameter E.Coli dan BOD Peta water borne disease
Peta pelayanan PDAM
Peta fasilitas Sanitasi dan tingkat pelayanan sanitasi (on-site dan off-site)
d. Formulasi permasalahan pencemaran air limbah saat ini dilakukan dengan membandingkan tingkat pencemaran dengan standard lingkungan atau standard kesehatan yang berlaku. e. Formulasi permasalahan pencemaran air limbah dimasa mendatang (20 tahun proyeksi)
dilakukan dengan memproyeksikan pencemaran air limbah yang akan terjadi dengan skenario DO SOMETHING.
1.4.4. Arah Pengembangan Sarana Dan Prasarana Air Limbah Pada Daerah Permukiman Terbangun
1.4.4.1. Pilihan Arah Pengembangan
Sebelum menetapkan rencana induknya, setiap Kabupaten/Kota harus terlebih dahulu menetapkan pilihan arah pengembangan sarana dan prasarana air limbah untuk masa 20 (dua puluh) tahun mendatang. Pilihan arah pengembangan sarana dan prasarana air limbah yang
harus dipertimbangkan antara lain adalah:
a. Mengoptimalkan sistem setempat (on-site) yang sudah berjalan b. Mengembangkan sistem off-site pada kawasan tertentu
c. Mengembangkan sistem off-site skala kota
d. Mengembangkan sistem off-site dengan teknologi maju
Metode pemilihan arah pengembangan sarana dan prasarana air limbah, minimal harus dianalisis dengan metode SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats) seperti yang akan dijelaskan pada paragraf A.4.4.3.1.
1.4.4.2. Pembagian Zona Perencanaan
a. Daerah perencanaan pengambangan Sarana dan Prasarana Air Limbah (SPAL) pada daerah terbangun dibagi atas zona-zona perencanaan dalam satuan sistem perencanaan dan pengambangan sarana dan prasarana air limbah.
b. Pembagian zona-zona perencanaan pengembangan Sarana dan Prasarana Air Limbah pada daerah terbangun ditetapkan berdasarkan:
Keseragaman tingkat kepadatan penduduk
Keseragaman bentuk topografidan kemiringan lahan Keseragaman tingkat kepadatan bangunan
Keseragaman tingkat permasalahan pencemaran air tanah dan permukaan. Kesamaan badan air penerima
1.4.4.3. Penetapan Arah Pengembangan
1.4.4.3.1. Analisis SWOT Arah Pengembangan Sarana & Prasarana Air Limbah
Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats) merupakan alat bantu perencanaan strategis yang dapat membantu perencanaan penetapan arah pengembangan sarana dan prasarana air limbah di masa mendatang. Analisis SWOT untuk peningkatan dan pengembangan sarana dan prasarana air limbah pada zona prioritas di permukiman terbangun,
dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut: a. Kondisi sistem penyediaan air minum; b. Kondisi tingkat pencemaran air tanah;
c. Kondisi tingkat pencemaran badan air `penerima (air baku); d. Kondisi sosial ekonomi masyarakat;
e. Kondisi kesehatan masyarakat;
f. Tingkat kesediaan membayar retribusi (willingness to pay)
g. Kondisi prasarana lingkungan permukiman lainnya (jalan, drainase, dan sebagainya); h. Proyeksi kapasitas pendanaan investasi dari APBD.
Berdasarkan SWOT tersebut, pengembangan sarana dan prasarana air limbah dapat digambarkan atas 4 kuadran. Kedudukan posisi SWOT pengembangan sarana dan prasarana air limbah dapat dijelaskan pada Gambar 3. Penggambaran posisi tersebut dapat digunakan untuk menggambarkan:
Posisi pengembangan sarana dan prasarana pada saat ini;
Posisi potensi pengembangan sarana dan prasarana pada masa mendatang (20 tahun
Gambar 1.3 Matrix SWOT
1.4.4.3.2. Penetapan Arah Pengembangan
Penetapan arah pengembangan sarana dan prasarana air limbah dapat ditetapkan berdasarkan posisi kuadran hasil analisis SWOT. Berdasarkan pengelompokan kuadran tersebut, maka grand strategi arah pengembangan sarana dan prasarana pada masing-masing kuadran dapat dijelaskan pada
Gambar 1.4
sebagai berikut:Penjelasan :
a) Grand strategi kuadran I : Optimasi sistem on-site Arah pengembangan strategi ini meliputi antara lain:
Optimalisasi pemanfaatan IPLT terbangun
Peningkatan pelayanan penyedotan lumpur tinja melalui: Peningkatan kapasitas armada
Peningkatan kapasitas IPLT Pengembangan program SANIMAS
b) Grand strategi kuadran II : Pengembangan selektif sistem off-site Arah pengembangan strategi ini meliputi antara lain:
Optimalisasi pemanfaatan IPLT terbangun
Peningkatan pelayanan penyedotan lumpur tinja melalui: Peningkatan kapasitas armada
Peningkatan kapasitas IPLT Pengembangan program SANIMAS
Pengembangan sistem terpusat skala kawasan pada daerah-daerah prioritas.
Pada strategi ini transformasi dari sistem setempat menjadi sistem terpusat akan dimulai secara kawasan demi kawasan
c) Grand strategi kuadran III : Pengembangan agresif sistem off-site Arah pengembangan strategi ini meliputi antara lain:
Mengembangkan sarana dan prasarana Air Limbah terpusat skala kota. Strategi ini
berarti sistem on-site akan ditinggalkan secara masif.
d) Grand strategi kuadran IV : Pengembangan dengan teknologi maju
Arah pengembangan strategi ini merupakan strategi pengembangan tingkat advance (lanjutan). Arah pengembangan ini merupakan gambaran kondisi permasalahan pencemaran air limbah telah demikian serius, sementara hambatan untuk
mengembangkan sarana prasarana konvensionil sudah tidak memungkinkan dan tidak efektif.
1.4.4.3.3. Stategi Transformasi Sistem Setempat menjadi Sistem Terpusat
Perubahan (transformasi) prasarana sistem setempat menjadi sistem terpusat memberi dampak adanya kebutuhan lembaga untuk mengelola prasarana yang akan dibangun (
Gambar 1.5
). Dengan demikian, penetapan arah pengembangan prasarana sistem terpusat pada daerah permukiman terbangun memerlukan perencanaan strategis untuk menciptakan dukunganmasyarakat dan mewujudkan lembaga yang sesuai untuk mengelola prasarana terbangun. Perencanaan strategis tersebut meliputi:
b. Rencana penyusunan Peraturan Daerah (Perda) dan sosialisasi Perda; c. Rencana pembentukan lembaga pengelola.
Gambar 1.5 Transformasi Prasarana Air Limbah Sistem Setempat ke Sistem Terpusat
1.4.5. Penetapan Zona Prioritas Pengembangan Sistem Terpusat 1.4.5.1. Zona Prioritas
a. Zona Prioritas adalah zona perencanaan yang mendapat penilaian utama untuk diprioritaskan dibangun terlebih dahulu dalam kurun waktu 20 tahun mendatang.
b. Perencanaan sarana dan prasarana air limbah di zona prioritas dapat dibagi atas cluster-cluster untuk mendukung perencanaan pembangunan secara bertahap dalam kurun waktu 20 tahun mendatang. Skala Prasarana Kota (Off-site) Kawasan (Off-site) Rumah Tangga (On-site) Kelembagaan Pengelola Indivudual Lembaga 1 Lembaga 2
(Informal/ formal (Formal)
Ca ta ta n : A : Pos i s i Sa a t i ni
1.4.5.2.
1.4.5.2. Penetapan Zona PrioritasPenetapan Zona Prioritas a.
a. Penetapan zona prioritas ditetapkan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagaiPenetapan zona prioritas ditetapkan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
berikut:
Tingkat permasalahan pencamaran air limbah terhadap air tanah dan badan airTingkat permasalahan pencamaran air limbah terhadap air tanah dan badan air
penerima penerima
Tingkat kemudahan pelaksanaanTingkat kemudahan pelaksanaan
Tingkat kelayakan ekonomiTingkat kelayakan ekonomi
Tingkat kelayakan keuanganTingkat kelayakan keuangan
Kelayakan lingkunganKelayakan lingkungan
Kelayakan kelembagaanKelayakan kelembagaan
b.
b. Perencanaan studi kelayakan pada zona prioritas wajib mengacu pada pedoman studiPerencanaan studi kelayakan pada zona prioritas wajib mengacu pada pedoman studi kelayakan teknis, ekonomi, keuangan dan lingkungan pengembangan sarana dan prasarana kelayakan teknis, ekonomi, keuangan dan lingkungan pengembangan sarana dan prasarana air limbah.
air limbah.
1.4.6.
1.4.6. Arah Pengembangan Sarana dan Prasarana Air Arah Pengembangan Sarana dan Prasarana Air Limbah Pada DaerahLimbah Pada Daerah Permukiman Baru
Permukiman Baru 1.4.6.1.
1.4.6.1. Pilihan Arah PengembanganPilihan Arah Pengembangan
Pilihan arah pengembangan sarana dan prasarana air limbah pada daerah permukiman baru Pilihan arah pengembangan sarana dan prasarana air limbah pada daerah permukiman baru adalah sebagai berikut:
adalah sebagai berikut: a.
a. Mengembangkan sistem setempat (Mengembangkan sistem setempat (on-siteon-site)) b.
b. Mengembangkan sistem terpusat skala kawasan tersendiriMengembangkan sistem terpusat skala kawasan tersendiri c.
c. Mengintegrasikan dengan sistem terpusat yang sudah terbangunMengintegrasikan dengan sistem terpusat yang sudah terbangun 1.4.6.2.
1.4.6.2. Penetapan Arah PengembanganPenetapan Arah Pengembangan a.
a. Permukiman baru yang akan dan sedang dikembangkan oleh developer wajib memilikiPermukiman baru yang akan dan sedang dikembangkan oleh developer wajib memiliki rencana induk air Limbah tersendiri.
rencana induk air Limbah tersendiri. b.
b. Rencana induk air limbah kawasan permukiman baru tersebut harus mengacu pada rencanaRencana induk air limbah kawasan permukiman baru tersebut harus mengacu pada rencana induk air limbah Kota.
induk air limbah Kota.
1.4.7.
1.4.7. Indikasi Rencana Investasi ProgramIndikasi Rencana Investasi Program a.
a. Seluruh program pengembangan yang tertera dalam rencana induk harus dikelompokan atasSeluruh program pengembangan yang tertera dalam rencana induk harus dikelompokan atas 4 (empat) tahapan pengembangan 5 tahun.
b.
b. Seluruh program 5 tahunan ke 1, 2, 3, dan 4 harus dihitung nilai investasinya dengan standarSeluruh program 5 tahunan ke 1, 2, 3, dan 4 harus dihitung nilai investasinya dengan standar harga saat ini (current price).
harga saat ini (current price). c.
c. Rencana biaya investasi program dari rencana induk harus dibandingkan dengan rencanaRencana biaya investasi program dari rencana induk harus dibandingkan dengan rencana penduduk
penduduk terlayani terlayani sehingga dapat sehingga dapat diketahui diketahui nilai nilai biaya biaya investasi investasi perkapita perkapita atau atau nilai nilai biayabiaya investasi per rumah tangga dari penduduk yang mendapat manfaat langsung.
investasi per rumah tangga dari penduduk yang mendapat manfaat langsung. d.
d. Nilai Nilai biaya biaya investasi investasi perkapita perkapita tersebut tersebut harus harus dibandingkan dibandingkan dengan dengan income income perkapitaperkapita pertahun
pertahun dari dari kotayang kotayang bersangkutan, bersangkutan, sebagai sebagai lapisan lapisan awal awal (screening) (screening) sebelum sebelum dilakukandilakukan studi kelayakan ekonomi dan keuangan proyek.
studi kelayakan ekonomi dan keuangan proyek. e.
e. Kelayakan proyek program 5 tahunan ke 1, 2, 3, dan 4 dapat dilakukan kemudian sesuaiKelayakan proyek program 5 tahunan ke 1, 2, 3, dan 4 dapat dilakukan kemudian sesuai tahapan pembangunan.
tahapan pembangunan. f.
f. Program pengembangan sarana dan prasarana 5 tahun ke 1 (pertama) harus dihitungProgram pengembangan sarana dan prasarana 5 tahun ke 1 (pertama) harus dihitung kelayakan proyeknya dengan mengacu pada pedoman studi kelayakan.
kelayakan proyeknya dengan mengacu pada pedoman studi kelayakan.
1.4.8.
1.4.8. Sistematika Pelaporan Studi Rencana Induk Air LimbahSistematika Pelaporan Studi Rencana Induk Air Limbah
Sistematika pelaporan studi rencana induk air limbah terdiri atas 8 bab. Gambaran sistematika Sistematika pelaporan studi rencana induk air limbah terdiri atas 8 bab. Gambaran sistematika pelaporan studi rencana induk air limbah adalah sebagai berikut:
pelaporan studi rencana induk air limbah adalah sebagai berikut: KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR GAMBAR
SINGKATAN DAN PENGERTIAN SINGKATAN DAN PENGERTIAN Bab
Bab 1 1 PendahuluanPendahuluan 1.1
1.1 Latar BelakangLatar Belakang 1.2
1.2 Maksud dan TujuanMaksud dan Tujuan 1.3
1.3 Ruang LingkupRuang Lingkup 1.4
1.4 Landasan HukumLandasan Hukum 1.5
1.5 Hubungan Rencana Induk air Limbah dengan Rencana Induk lHubungan Rencana Induk air Limbah dengan Rencana Induk l ainnyaainnya Bab
Bab 2 2 Visi, Misi Visi, Misi dan Arah dan Arah Pengembangan Pengembangan Pembangunan Pembangunan Kabupaten/KotaKabupaten/Kota 2.1
2.1 VisiVisi 2.2 2.2 MisiMisi 2.3
2.3 Arah Pengembangan Pembangunan Kabupaten/KotaArah Pengembangan Pembangunan Kabupaten/Kota Bab
Bab 3 3 Kondisi, Kondisi, Analisis Analisis dan dan Prediksi Prediksi Kondisi Kondisi Umum Umum DaerahDaerah 3.1
3.1 Geomorfologi dan MetorologiGeomorfologi dan Metorologi 3.2
3.2 DemografiDemografi 3.3
3.3 Sosial dan EkonomiSosial dan Ekonomi 3.4
3.4 Kesehatan MasyarakatKesehatan Masyarakat Bab
Bab 4 4 Kondisi, Analisis Kondisi, Analisis dan Preddan Prediksi Kondisi iksi Kondisi Sanitasi dan Sanitasi dan Lingkungan Lingkungan DaerahDaerah 4.1
4.2
4.2 Kondisi dan Sarana dan Prasaran PersampahanKondisi dan Sarana dan Prasaran Persampahan 4.3
4.3 Kondisi dan Sarana dan Prasaran DrainaseKondisi dan Sarana dan Prasaran Drainase 4.4
4.4 Kondisi Lingkungan Perairan (Air Baku)Kondisi Lingkungan Perairan (Air Baku) Bab
Bab 5 5 Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Kelembagaan Pengelolaan Kondisi Kelembagaan Pengelolaan Sarana danSarana dan Prasarana Air Limbah Daerah
Prasarana Air Limbah Daerah 5.1
5.1 Bentuk KelembagaanBentuk Kelembagaan 5.2
5.2 Peran dan Tanggung Jawab KelembagaanPeran dan Tanggung Jawab Kelembagaan 5.3
5.3 Kinerja Operasional Sarana dan PrasaranaKinerja Operasional Sarana dan Prasarana Bab
Bab 6 6 Arah Arah Pengembangan Pengembangan Sarana Sarana dan dan Prasarana Prasarana Air Air LimbahLimbah 6.1
6.1 Pembagian Zona PerencanaanPembagian Zona Perencanaan 6.2
6.2 Analisis SWOTAnalisis SWOT 6.3
6.3 Arah Pengembangan Sarana dan Prasarana Air LimbahArah Pengembangan Sarana dan Prasarana Air Limbah Bab
Bab 7 7 Rencana Rencana Induk Induk Air Air LimbahLimbah 7.1
7.1 Daerah PerencanaanDaerah Perencanaan 7.2
7.2 Rencana Umum Zona PrioritasRencana Umum Zona Prioritas 7.3
7.3 Proyeksi Air LimbahProyeksi Air Limbah 7.4
7.4 Pemilihan Zona PrioritasPemilihan Zona Prioritas 7.5
7.5 Pemilihan Zona Setempat (Pemilihan Zona Setempat (on-siteon-site) dan Terpusat () dan Terpusat (off-siteoff-site)) 7.6
7.6 Rencana Fasilitas IPLTRencana Fasilitas IPLT 7.7
7.7 Rencana Pengembangan Jaringan Sistem Perpipaan Air LimbahRencana Pengembangan Jaringan Sistem Perpipaan Air Limbah 7.8
7.8 Rencana Pengembangan Fasilitas IPALRencana Pengembangan Fasilitas IPAL Bab
Bab 8 8 Perencanaan Perencanaan Indikasi Indikasi Program-program Program-program PengembanganPengembangan 8.1
8.1 Indikasi Program 5 Tahun PertamaIndikasi Program 5 Tahun Pertama 8.2.1
8.2.1 Program Pengembangan Sarana dan PrasaranaProgram Pengembangan Sarana dan Prasarana 8.2.2
8.2.2 Program Pengembangan KelembagaanProgram Pengembangan Kelembagaan 8.2.3
8.2.3 Program Pengembangan PengaturanProgram Pengembangan Pengaturan 8.2.4
8.2.4 Program Pengembangan MasyarakatProgram Pengembangan Masyarakat 8.2.5
8.2.5 Program Pengembangan Peran Serta MasyarakatProgram Pengembangan Peran Serta Masyarakat 8.2.6
8.2.6 ProgramProgram Public Campign Public Campign 8.2
8.2 Indikasi Program 5 Tahun PertamaIndikasi Program 5 Tahun Pertama 8.2.1
8.2.1 Program Pengembangan Sarana dan PrasaranaProgram Pengembangan Sarana dan Prasarana 8.2.2
8.2.2 Program Pengembangan KelembagaanProgram Pengembangan Kelembagaan 8.2.3
8.2.3 Program Pengembangan PengaturanProgram Pengembangan Pengaturan 8.2.4
8.2.4 Program Pengembangan MasyarakatProgram Pengembangan Masyarakat 8.2.5
8.2.5 Program Pengembangan Peran Serta MasyarakatProgram Pengembangan Peran Serta Masyarakat 8.2.6
8.2.6 ProgramProgram Public Campign Public Campign Lampiran
1.4.9. Penampilan Produk Laporan 1.4.9.1. Laporan Utama
a. Laporan utama rencana induk Air Limbah dibuat dalam format kertas A3
b. Peta-peta dibuat dengan skala 1 : 10.000 atau 1 : 25.000 dalam format kertas A3 c. Cara penulisan besaran, satuan dan simbolnya serta singkatan istilah mengacu pada
pedoman penulisan Standar Nasional Indonesia (Pedoman 8-2000). 1.4.9.2. Laporan Eksekutif
a. Laporan eksekutif rencana induk air limbah dibuat dalam format kertas A4 (210 mm x 297 mm)
b. Peta-peta yang menyertai laporan eksekutif dibuat dengan skala 1 : 10.000 atau 1 : 25.000 dalam format kertas A3
c. Cara penulisan besaran, satuan dan simbolnya serta singkatan istilah mengacu pada pedoman penulisan Standar Nasional Indonesia (Pedoman 8-2000).
BAGIAN II
2. PERENCANAAN STUDI KELAYAKAN
2.1. Pendahuluan
Dokumen studi kelayakan bidang air limbah, merupakan suatu dokumen kelayakan ekonomi, keuangan dan lingkungan dari program-program pengembangan sarana dan prasarana air limbah yang terdapat dalam suatu rencana induk. Studi kelayakan proyek Air Limbah ini terdiri atas 3 dokumen kelayakan proyek yaitu:
Dokumen kelayakan ekonomi Dokumen kelayakan keuangan Dokumen kelayakan lingkungan
Dengan demikian keputusan prioritas pembangunan atau investasi dari suatu program pengembangan sarana dan prasaran Air Limbah ditetapkan berdasarkan hasil kajian ke 3 (tiga) jenis kelayakan proyek tersebut. Hasil studi kelayakan ekonomi akan memberi gambaran mengenai manfaat/benefit baik yang bersifat tangible maupun intangible. Dari suatu investasi prasarana air limbah yang direncanakan.
Hasil studi kelayakan keuangan ( financial ) akan memberi gambaran mengenai besaran tarif/retribusi yang akan dibebankan kepada pelanggan yang mendapat pelayanan. Besaran perhitungan tarif/retribusi tersebut dapat dianalisa lebih lanjut apakah tarif tersebut cukup wajar dibanding pendapatan (income) para pelanggannya. Sementara dari sisi pengelola, hasil studi kelayakan keuangan tersebut, akan memberi gambaran apakah pendapatan operasional dari retribusi pelayanan Air Limbah tersebut dapat menutup biaya O/M (OpEx) dan biaya pengembalian modal (CapEx) serta apakah menghasilkan laba. Selanjutnya informasi studi
kelayakan keuangan ini merupakan suatu informasi penting tentang bagaimana bentuk kelembagaan pengelola yang sesuai, baik yang berbasis lembaga maupun yang berbasis masyarakat untuk mengelola sarana dan prasara terbangun tersebut. Sedangkan hasil studi kelayakan lingkungan akan memberi gambaran mengenai bagaimana mengendalikan dampak negatif dari suatu rencana pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) atau Instalasi Pengolahan Air Limbah Terpusat (IPAL) termasuk konsekuensi biaya yang ditimbulkan dari upaya pengendalian dampak tersebut.
2.2. Maksud, Tujuan Dan Sasaran 2.2.1. Maksud
Memberi pedoman bagi Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menyusun studi kelayakan bidang pengembangan sarana dan prasarana air limbah, agar keputusan investasi dan operasi didasari pada dokumen kelayakan yang akurat.
2.2.2. Tujuan
Tujuan pedoman penyusunan studi kelayakan air limbah adalah agar setiap Kabupaten/Kota memiliki dokumen studi kelayakan proyek yang lengkap dan memadai sebagai acuan standard dalam pengambilan keputusan investasi dan operasi pengembangan sarana dan prasarana air limbah.
2.2.3. Sasaran
Sasaran dari adanya pedoman ini adalah agar sarana dan prasarana air Limbah yang direncanakan layak secara ekonomi, keuangan, lingkungan dan kelembagaan sehingga dapat berfungsi secara berkelanjutan dan bermanfaat optimal.
2.3. Acuan Normatif
2.3.1. Norma, Kriteria Teknis Kelayakan Ekonomi dan Keuangan 2.3.1.1. Norma Kelayakan Ekonomi dan Keuangan
Pada saat ini belum tersedianya Norma tertulis baik berupa undang-undang, peraturan maupun keputusan yang berkaitan dengan studi kelayakan ekonomi dan keuangan dalam pengembangan sarana dan prasarana Air Limbah. Norma-norma yang diacu dalam penyususnan pedoman ini adalah:
a. Perencanaan Pengembangan Sarana dan Prasarana Air Limbah (SPAL) meliputi:
Rencana Induk Studi Kelayakan
Perencanaan Teknis Terperinci
b. Studi Kelayakan Ekonomi dan Keuangan Pengembangan Sarana dan Prasarana Air Limbah (SP AL) disusun berdasarkan:
Rencana induk yang telah ditetapkan Hasil kajian kelayakan teknis
Hasil kajian kelayakan lingkungan Kajian sumber pembiayaan investasi
c. Studi kelayakan pengembangan SP AL disusun oleh penyelenggara pengembangan SP AL
Internal Rate of Return (IRR) Net Present Value (NPV)
b. Perubahan nilai uang terhadap waktu (Time value of money) dihitung berdasarkan Discout Factor (DF)
c. Discout Factor (%) dihitung berdasarkan rata-rata tingkat inflasi selama tahun proyeksi ditambah perkiraan faktor resiko investasi.
2.3.2. Norma dan Standard Teknis Kelayakan Lingkungan
Terdapat beberapa Norma, Kriteria Teknis dan Standard Teknis bidang Air Limbah yang terkait dengan studi kelayakan lingkungan atau AMDAL. Substansi Norma, Kriteria dan Standard yang diacu dalam penyusunan kelayakan ekonomi atau studi AMDAL adalah:
2.3.2.1. Norma
a. Perencanaan Jangka Panjang Daerah adalah dokumen perencanaan periode 20 (dua puluh) tahun (UU No. 25 Tahun 2004);
b. Kota Metropolitan atau kota-kota yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi diwajibkan memiliki rencana induk Sistem Penyediaan Air Minum yang terpadu dengan pembuangan Air Limbah secara terpusat.;
c. Perlindungan air baku dilakukan melalui keterpaduan pengaturan pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) dengan Sarana dan Prasarana Sanitasi (PP No. 16 Tahun 2005);
d. Pemilihan lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah harus memperhatikan aspek teknis, lingkungan, sosial budaya masyarakat setempat serta dilengkapi dengan zona penyangga (PP No. 16 Tahun 2005).
e. Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001)
2.3.2.2. Standard Teknis Studi AMDAL
a. Petunjuk Teknis Penyusunan Kerangka Acauan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Proyek Bidang Pekerjaan Umum (Keputusan Menteri PU No. 69/PRT/1995); Pedoman Penyusunan Kerangka Acauan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lampiran I Permen LH no. 16 Tahun 2012)
b. Petunjuk Tata Laksana Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum (Keputusan Menteri PU No. 58/KPTS/1995); Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lampiran II Permen LH no. 16 Tahun 2012)
c. Petunjuk Teknis Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan Proyek Bidang Pekerjaan Umum (Keputusan Menteri PU No. 296/KPTS/1996); Pedoman Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan (Lampiran III Permen LH no. 16 Tahun 2012)
d. Petunjuk Tata Laksana Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan Proyek Bidang Pekerjaan Umum (Keputusan Menteri PU No. 377/KPTS/1996); Pedoman Pengisian Formulir Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (Lampiran IV Permen LH no. 16 Tahun 2012)
e. Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan Proyek Bidang Pekerjaan Umum (Keputusan Menteri PU No. 148/KPTS/1995); f. Daftar jenis usaha atau kegiatan wajib AMDAL (Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 05 Tahun 2012.
2.4. Ketentuan Perencanaan Studi Kelayakan Ekonomi Dan Finansial 2.4.1. Umum
2.4.1.1. Penentuan Tahun Proyeksi
a. Jumlah atau lamanya tahun proyeksi kelayakan ekonomi dan finansial ditetapkan sejak tahun pertama investasi pelaksanaan proyek dimulai (misal untuk biaya perencanaan atau pembebasan lahan) sampai tahun berakhirnya manfaat dari investasi;
b. Jumlah tahun proyeksi kelayakan ekonomi dan finansial proyek sistem air Limbah terpusat adalah 40 (empat puluh) tahun;
c. Jumlah tahun proyeksi kelayakan ekonomi dan finansial proyek IPLT adalah 20 (dua puluh) tahun.
2.4.1.2. Kriteria Kelayakan Ekonomi Air Limbah
a. Proyek dikatakan layak ekonomi apabila manfaat ekonomi lebih besar dibanding dengan biaya yang ditimbulkan baik berupa biaya operasional maupun biaya pengembalian modal; b. Perhitungan kelayakan ekonomi proyek dihitung dengan metode Economic Internal Rate of
Return (EIRR);
c. Apabila hasil perhitungan EIRR proyek menghasilkan angka prosentase (%) lebih besar dari discout faktor , maka perhitungan tersebut merekomendasikan bahwa proyek layak diterima dalam pengertian melaksanakan proyek ( Do Something ) lebih baik dibanding tidak melaksanakan proyek ( Do Nothing ). Tidak melaksanakan proyek berarti membiarkan
pencemaran air Limbah tetap berlangsung dengan konsekuensi kerugian yang lebih besar akibat penurunan kualitas sumber daya air dan penurunan derajat kesehatan ;
d. Apabila hasil perhitungan EIRR proyek menghasilkan angka prosentase (%) lebih kecil dari discout faktor, maka proyek ditolak. Proyek ini perlu direvisi skala investasinya agar tidak over investment .
2.4.1.3. Kriteria Kelayakan Keuangan Proyek
a. Proyek dikatakan layak keuangan apabila pendapatan tarif/retribusi Air Limbah lebih besar dibanding dengan biaya yang ditimbulkan baik berupa biaya operasional maupun biaya pengembalian modal.
b. Perhitungan kelayakan keuangan proyek dihitung dengan metode Finansial Economic Internal Rate of Return (FIRR) dan Net Present Value (NPV);
c. Apabila hasil perhitungan FIRR menghasilkan angka prosentase (%) lebih besar dari discout faktor , maka pendanaan investasi proyek dapat dibiayai dari pinjaman komersial tanpa membebani Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk pengembalian cicilan pokok dan bunganya. Bahkan proyek ini mendapat manfaat keuangan sebesar nilai NPV-nya
(NPV positif);
d. Apabila hasil perhitungan FIRR menghasilkan angka prosentase (%) sama dengan nol yang berarti lebih kecil dari discout faktor , maka pendanaan investasi proyek hanya layak apabila dibiayai dari sumber pendanaan APBD atau sumber dana lain yang tidak mengandung unsur bunga pinjaman dan pembayaran cicilan pokok.
e. Apabila kelayakan keuangan proyek tidak dapat menutup biaya operasional (deficit O/M), maka proyek ditolak. Proyek ini perlu direvisi perencanaannya dan pilihan teknologinya agar biaya O/M-nya dapat menjadi lebih rendah.
2.4.1.4. Jenis Biaya Investasi Proyek Air Limbah a. Investasi sarana dan prasarana Air Limbah meliputi:
Investasi untuk pembangunan sistem setempat (on-site)
Investasi untuk pembangunan sistem air limbah terpusat dalam berbagai skala
pengembangan (off-site)
b. Perhitungan kelayakan ekonomi dan keuangan proyek air limbah harus memperhitungkan perbedaan karakteristik biaya yang timbul antara proyek-proyek sebagai berikut:
Perluasan prasarana yang sudah ada Rehabilitas prasarana yang sudah ada Pengembangan prasarana pada daerah baru
2.4.2. Proses Perhitungan Kelayakan Ekonomi dan Keuangan
Proses perhitungan kelayakan ekonomi dan keuangan proyek Air Limbah harus memperkirakan seluruh biaya yang timbul dan manfaat yang timbul dari kegiatan investasi dan operasi serta memperkirakan selisih atau membandingkan antara biaya dan manfaat selama tahun proyeksi. Skematik biaya dan manfaat yang harus dihitung tersebut dapat digambarkan pada
Gambar
1.1
sebagai berikut:Gambar 2.1 Skematik Biaya dan Manfaat Proyek
2.4.2.1. Perkiraan Biaya Investasi dan Pengendalian Modal
a. Seluruh biaya investasi yang diperlukan dalam proyek Air Limbah harus diperkirakan baik berupa investasi awal maupun investasi lanjutan yang diperlukan sesuai tahapan pengembangan proyek termasuk investasi penggantian (replacement ) aset yang sudah usang;
b. Seluruh biaya pengembalian modal investasi harus diperkirakan berdasarkan perhitungan depresiasi (penyusutan) terhadap prasarana terbangun. Perhitungan depresiasi masing-masing komponen prasarana terbangun dihitung bedasarkan standard usia/umur manfaat prasarana; c. Apabila biaya investasi pembangunan sarana dan prasarana tersebut dibiayai dari dana
pinjaman ( Loan), maka biaya bunga pinjaman harus diperhitungkan dalam komponen pengembalian modal.
2.4.2.2. Perkiraan Biaya Operasional
a. Seluruh biaya operasi dan pemeliharaan (O & M) yang diperlukan untuk mengoperasikan sarana dan prasarana terbangun sesuai Standard Operation Procedur (SOP) harus diperkirakan dalam satuan Rp/Thn serta diproyeksikan selama tahun proyeksi dengan memperhitungkan perkiraan tingkat inflasi;
b. Seluruh biaya umum dan administrasi yang diperlukan untuk membiayai operasi lembaga pengelola harus diperkirakan dalam Rp/Thn serta diproyeksikan selama tahun proyeksi dengan memperhitungkan perkiraan tingkat inflasi dan pengembangan kapasitas lembaga pengelola.
2.4.2.3. Perkiraan Manfaat Ekonomi
a. Seluruh manfaat ekonomi yang timbul dari keberadaan proyek Air Limbah harus diperkirakan baik berupa manfaat yang dapat diukur dengan uang (Tangible) maupun manfaat yang tidak dapat diukur dengan uang ( Intangible);
b. Manfaat ekonomi proyek Air Limbah yang dapat diukur dengan nilai uang (Tangible) baik berupa manfaat langsung ( Direct ) maupun manfaat tidak langsung ( Indirect ) harus dikonversikan dengan standard konversi yang dapat dipertanggung jawabkan berdasarkan kaidah ekonomi yang dihitung dalam satuan Rp/Thn;
c. Manfaat ekonomi proyek Air Limbah yang tidak dapat diukur dengan nilai uang ( Intangible) harus dijelaskan dengan menggunakan data-data statistik yang relevan.
2.4.2.4. Perkiraan Manfaat Keuangan (Pendapatan Retribusi)
a. Seluruh potensi retribusi yang dapat diterima oleh lembaga pengelola sebagai akibat dari pelayanan Air Limbah harus diperkirakan berdasarkan perkiraan jumlah pelanggan dan perkiraan tarif retribusi rata-rata setiap tahun.
b. Proyeksi kenaikan jumlah pelanggan Air Limbah harus dihitung berdasarkan skenario peningkatan jumlah pelanggan hingga tercapainya kapasitas optimum (Full Capacity) sesuai
dengan rencana teknis proyek;
c. Proyeksi kenaikan tarif Air Limbah yang diperhitungkan dalam proyeksi pendapatan tarif tidak boleh melampaui tingkat inflasi.
2.4.3. Komponen Biaya Investasi
2.4.3.1. Komponen Biaya Investasi Sistem Setempat a. Komponen Biaya Engineering
Merupakan biaya-biaya survei, investigasi, Feasibility Study (FS), Detailed Design, studi AMDAL, Public Campaign, Standard Operational Procedur (SOP) dan biaya supervisi dan sebagainya. Besarnya komponen biaya Engineering ini berkisar antara 5-10% dari total biaya investasi (capital cost );
b. Komponen Biaya Pembebasan Lahan Pembebasan lahan untuk IPLT meliputi:
Pembebasan lahan untuk IPLT termasuk lahan untuk buffer zone Pembebasan lahan untuk jalan akses IPLT
Biaya pembebasan lahan tersebut meliputi biaya ganti rugi tanah, bangunan dan biaya administrasi yang berkisar antara 20-30% dari total biaya investasi.
c. Komponen Biaya Konstruksi
Merupakan biaya konstruksi IPLT termasuk jalan akses yang meliputi:
Biaya perataan tanah IPLT dan buffer zone Biaya pekerjaan civil IPLT dan buffer zone Biaya pekerjaan M/E IPLT
Biaya pekerjaan landscape Biaya pekerjaan jalan akses
d. Komponen Biaya Pengadaan truk Tinja
2.4.3.2. Komponen Biaya Investasi Sistem Terpusat a. Komponen Biaya Engineering
Merupakan biaya-biaya survei, investigasi, Feasibility Study (FS), Detailed Design, studi AMDAL, Public Campaign, Standard Operational Procedur (SOP) dan biaya supervisi dan sebagainya. Besarnya komponen biaya Engineering ini berkisar antara 5-10% dari total biaya investasi (capital cost );
Pembebasan lahan untuk sistem terpusat meliputi:
Pembebasan lahan untuk IPAL termasuk lahan untuk buffer zone Pembebasan lahan untuk jalan akses IPAL
Pembebasan lahan untuk pipa induk ( Main Trunk )
Biaya pembebasan lahan tersebut meliputi biaya ganti rugi tanah dan bangunan yang nilai biayanya berkisar antara 20-30% dari total biaya investasi.
c. Komponen Biaya Konstruksi
Merupakan komponen biaya konstruksi Sistem Air Limbah Terpusat yang meliputi:
Biaya konstruksi jaringan perpipaan yang meliputi:
Pipa persil Pipa retikulasi Pipa induk
Bangunan pelengkap pada sistem jaringan
Perbaikan prasarana eksisting yang terkena dampak pembangunan perpipaan
Biaya konstruksi IPAL yang meliputi:
Biaya tanah IPAL dan buffer zone
Biaya pekerjaan civil IPAL dan buffer zone Biaya pekerjaan M/E IPAL
Biaya pekerjaan landscape
Biaya pekerjaan jalan akses
2.4.4. Komponen Biaya Operasional Tahunan
Biaya operasional adalah biaya yang timbul untuk mengoperasikan prasarana terbangun agar mampu memberi manfaat pelayanan sesuai kapasitasnya secara berkelanjutan dan berdaya guna sesuai umur rencananya. Biaya operasi dan pemeliharaan dihitung dalam Rp/Thn.
2.4.4.1. Komponen Biaya Operasi Tahunan Sistem Setempat
2.4.4.1.1. Komponen Biaya Operasi dan Pemeliharaan Penyedotan dan Pengangkutan a. Biaya Operasi
Biaya gaji tenaga operator dan perlengkapan kerja operator Biaya material habis pakai (BBM, dan sebagainya)
Biaya peralatan operasi
b. Biaya Pemeliharaan
Pemeliharaan rutin truk tinja (ganti olie, dan sebagainya) Pemeliharaan berkala (ganti ban, kopling)
2.4.4.1.2. Komponen Biaya Operasi dan Pemeliharaan IPLT a. Biaya Operasi IPLT
Biaya gaji operator dan perlengkapan kerja operator
Biaya material habis pakai (Listrik, BBM, dan sebagainya) Biaya peralatan operasional
b. Biaya Pemeliharaan
Pemeliharaan rutin instalasi Pemeliharaan berkala instalasi Pemeliharaan bangunan penunjang
2.4.4.1.3. Komponen Biaya Umum dan Administrasi a. Biaya gaji staf dan manajemen
b. Biaya material habis pakai (ATK, Telpon, Listrik, dan sebagainya)
c. Biaya peralatan kantor (Komputer, Printer, Kendaraan Operasional, dan sebagainya) d. Dan lain-lain.
2.4.4.1.4. Biaya penyusutan truk tinja a. Biaya penyusutan IPLT
b. Biaya penyusutan kantor umum dan administrasi
2.4.4.2. Komponen Biaya Operasional Sistem Terpusat
2.4.4.2.1. Komponen Biaya Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Perpipaan a. Biaya Operasi
Biaya gaji tenaga kerja operator Biaya material habis pakai Biaya peralatan operasi
b. Biaya Pemeliharaan
Pemeliharaan rutin sistem perpipaan Pemeliharaan berkala sistem perpipaan
Biaya gaji
Biaya bahan kimia untuk analisis laboratorium Biaya peralatan
b. Biaya Pemeliharaan
Pemeliharaan rutin IPAL Pemeliharaan berkala IPAL
2.4.4.2.3. Komponen Biaya Umum dan Administrasi a. Biaya gaji staf dan manajemen
b. Biaya material habis pakai (ATK, Telkomunikasi, Listrik)
c. Biaya peralatan kantor (Komputer, Printer, Kendaraan Operasional, dan sebagainya) 2.4.4.2.4. Komponen Biaya Penyusutan
a. Biaya penyusutan jaringan perpipaan
Penyusutan pipa persil Penyusutan pipa retikulasi Penyusutan pipa induk
b. Biaya penyusutan IPAL
Penyusutan bangunan instalasi Penyusutan M/E
Penyusutan bangunan penunjang
c. Biaya penyusutan kantor administrasi
Penyusutan bangunan kantor Penyusutan peralatan kantor Penyusutan lain-lain
2.4.5. Komponen Manfaat Ekonomi Proyek
Manfaat ekonomi proyek pengembangan sarana dan prasaran Air Limbah adalah manfaat proyek yang dapat dikonversi dalam satuan rupiah (Tangible) dan manfaat proyek yang tidak dapat dikonversi dalam satuan rupiah ( Intangible).
2.4.5.1. Jenis Manfaat Ekonomi Proyek Air limbah
2.4.5.1.1. Manfaat yang dapat diukur dengan nilai uang (Tangible )
Manfaat Tangible proyek dapat dibedakan sebagai manfaat langsung (direct) dan manfaat tidak langsung (indirect). Secara umum manfaat Tangible proyek pengembangan sarana dan prasarana Air Limbah adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Langsung
Pengurangan biaya pengolahan (Penjernihan) air baku
Peningkatan biaya akibat sumur penduduk tidak dapat digunakan karena telah tercemar
air limbah
Peningkatan nilai harga properti
b. Manfaat tidak Langsung
Manfaat ekonomi berupa peningkatan produktifitas penduduk akibat peningkatan derajat
kesehatan
Manfaat lingkungan berupa pengurangan derajat pencemaran Air Limbah dan terjaganya
kelestarian sumber daya air
Manfaat sosial berupa penurunan derajat konflik yang disebabkan oleh pencemaran Air
Limbah
2.4.5.1.2. Jenis manfaat proyek yang tidak dapat diukur dengan nilai uang (Intangible )
Penurunan tingkat kematian bayi Penurunan rasio penyakit infeksi
2.4.6. Proyeksi Pendapatan Tarif Retribusi Air Limbah
Mengingat pelanggan Air Limbah berasal dari berbagai tingkat dan golongan masyarakat yang berbeda kemampuan keuangan/daya belinya, maka perkiraan pendapatan tarif retribusi Air
Limbah harus memperhitungkan:
a. Perkiraan tarif per golongan pelanggan dan per jenis pelayanan;
b. Perkiraan jumlah pelanggan per golongan pelanggan dan per jenis pelayanan. 2.4.6.1. Perhitungan Perkiraan Tarif Pelayanan Air Limbah
a. Perkiraan perhitungan tarif pelayanan Air Limbah harus memperhitungkan:
Biaya bunga pinjaman
Biaya umum dan administrasi
b. Perkiraan tarif per golongan pelanggan harus direncanakan sebagai tarif terdeferensiasi untuk penerapan subsidi silang kepada pelanggan yang berpenghasilan rendah.
c. Perkiraan tarif per golongan pelanggan untuk proyek yang bersifat rehabilitasi atau peningkatan kapasitas harus memperhatikan tingkat tarif yang sudah berlaku.
d. Perkiraan perhitungan tarif per golongan pelanggan, struktur tarif dan penentuan satuan tarif harus mengacu kepada pedoman penetapan tarif Air Limbah yang berlaku.
2.4.6.2. Komponen Penerimaan Retribusi
Berdasarkan jenis golongan pelanggan dan golongan tarif retribusi Air Limbah, maka komponen penerimaan retribusi harus dihitung berdasarkan perkiraan jumlah pelanggan per masing-masing
golongan sebagai berikut:
a. Komponen penerimaan retribusi dari pelanggan permukiman dalam Rp/Thn.
b. Komponen penerimaan retribusi dari pelanggan daerah komersial atau institusional dalam Rp/Thn.
c. Komponen penerimaan retribusi dari pelanggan high rise building dalam Rp/Thn.
2.4.7. Perhitungan Kelayakan Ekonomi dan Keuangan
a. Perhitungan kelayakan ekonomi dan keuangan sekurang-kurangnya disajikan dalam perhitungan spread sheet , sehingga data-data perhitungan dan proyeksi perhitungan dapat
disajikan secara jelas.
b. Data-data yang harus disajikan untuk mendukung hasil perhitungan IRR dan NPV sekurang-kurangnya meliputi:
Jadwal konstruksi dan jadwal investasi
Jadwal operasi dan proyeksi kapasitas operasi Asumsi-asumsi biaya O/M, umum dan administrasi Asumsi tarif retribusi
Proyeksi Net Cash Analisis Sensitifitas Proyeksi rugi/laba
2.4.8. Sistematika Pelaporan Studi Kelayakan Ekonomi dan Finansial
Sistematika pelaporan studi kelayakan ekonomi dan finansial terdiri dari atas 8 bab. Gambaran sistematika pelaporan studi kelayakan ekonomi dan finansial adalah sebagai berikut:
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
SINGKATAN DAN PENGERTIAN Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Gambaran Singkat Proyek 1.3 Maksud dan Tujuan
Bab II Perkiraan Biaya Investasi 2.1 Biaya Pembebasan
2.2 Biaya Engineering
2.3 Biaya Konstruksi Pekerjaan Civil 2.4 Biaya Pengadaan dan Instalasi M & E Bab III Perkiraan Biaya Operasional
3.1 Biaya O/M
3.2 Biaya Depresiasi
3.3 Biaya Umum dan Administrasi Bab IV Perkiraan Manfaat Ekonomi
4.1 Proyeksi Perkiraan Manfaat Tangible (Tangible Benefit) 4.2 Proyeksi Perkiraan Manfaat Intangible (Intangible Benefit) Bab V Perhitungan Kelayakan Ekonomi
5.1 Perhitungan EIRR 5.2 Perhitungan NPV
Bab VI Perkiraan Pendapatan Tarif (Revenue)
6.1 Proyeksi Perkiraan Besaran Tarif Air Limbah 6.2 Proyeksi Pendapatan Tarif
Bab VII Perhitungan Kelayakan Keuangan 7.1 Proyeksi Perhitungan rugi/laba 7.2 Perhitungan FIRR dan NPV
7.3 Perhitungan Ratio-ratio Operasional Bab VIII Rekomendasi
8.1 Rekomendasi Pendanaan Investasi 8.2 Rekomendasi Pendanaan Operasional 8.3 Rekomendasi Struktur Tarif
8.4 Rekomendasi Bentuk Kelembagaan Pengelola Lampiran : Daftar Partisipan
2.5. Ketentuan Perencanaan Studi Kelayakan Lingkungan 2.5.1. Dokumen Kelayakan Lingkungan
Pada prinsipnya dokumen kelayakan lingkungan proyek air Limbah adalah studi AMDAL yang terdiri atas 4 dokumen yaitu:
a. Dokumen Kerangka Acuan b. Dokumen Studi ANDAL
c. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)
d. Dokumen ringkasan eksekutif
2.5.2. Proyek yang Perlu Kelayakan Lingkungan
Proyek pengembangan sarana dan prasarana Air Limbah yang wajib melakukan studi AMDAL adalah:
a. Proyek Pembangunan IPLT
b. Proyek Pembangunan Sistem Terpusat
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 05 tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).
Tabel 2.1 Kegiatan Wajib Amdal berdasarkan Permeneg LH No 05 Tahun 2012 No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
1.
Pembangunan Instalasi
Pengolahan Lumpur
Tinja (IPLT), termasuk
fasilitas penunjangnya
- Luas, atau
- Kapasitasnya
≥ 2 ha≥ 11 m3/hari
Setara dengan layanan
untuk 100.000 orang.
Dampak potensial berupa
bau, gangguan kesehatan,
lumpur sisa yang tidak
diolah dengan baik dan
gangguan visual
2.
Pembangunan Instalasi
Pengolahan Air Limbah
(IPAL) limbah domestik
termasuk fasilitas
penunjangnya
Setara dengan layanan
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
- Luas, atau
- Beban organik ≥ 3 ha ≥ 2,4 ton/har3.
Pembangunan sistem
perpipaan air limbah,
luas layanan
- Luas layanan, atau
- Debit air limbah
≥ 500 ha ≥16.000
m
3/hari
Setara dengan layanan
100.000 orang
Setara dengan 20.000 unit
sambungan air limbah.
Dampak potensial berupa
gangguan lalu lintas,
kerusakan prasarana
umum, ketidaksesuaian
atau nilai kompensasi
2.5.3. Kriteria Kelayakan Lingkungan Proyek Air Limbaha. Proyek dikatakan layak lingkungan apabila seluruh biaya yang timbul dan kapasitas kelembagaan yang dibutuhkan sesuai rekomendasi RKL dan RPL dapat dipenuhi oleh lembaga pengelola yang bertanggung jawab (Lihat
Gambar 2.2
).Gambar 2.2 Skematik Kelayakan Lingkungan Proyek Air Limbah
b. Setiap usulan lokasi proyek Air Limbah, seperti:
IPLT IPAL
Sebelum dilaksanakan studi AMDAL, terlebih dahulu harus memenuhi kriteria pemilihan lokasi sesuai dengan tata cara yang berlaku.
c. Kapasitas kelembagaan pengelolaan proyek harus memadai untuk menjalankan rekomendasi RKL dan RPL baik pada masa pra konstruksi, konstruksi, operasi dan pasca operasi.
2.5.4. Ruang Lingkup Studi Amdal
Ruang lingkup studi AMDAL proyek air Limbah minimum meliputi: a. Identifikasi rona lingkungan awal
b. Identifikasi kegiatan proyek
c. Identifikasi kegiatan proyek yang menimbulkan dampak d. Analisis dan assesment besaran dampak negatif
e. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) f. Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)
Identifikasi dan analisis dampak negatif serta rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan diuraikan berdasarkan kegiatan proyek yang meliputi:
a. Periode Pra konstruksi b. Periode Konstruksi
c. Periode Operasi
d. Periode Pasca Operasi
2.5.5. Tata Cara Pelaksanaan Studi
Tata cara pelaksanaan studi AMDAL proyek Air Limbah wajib mengacu pada standard teknis studi AMDAL.
2.5.6. Sistematika Pelaporan
Sitematika pelaporan studi AMDAL proyek Air Limbah wajib mengacu pada standard teknis studi AMDAL.
2.5.7. Penampilan Dokumen Laporan Studi AMDAL
Penampilan dokumen laporan studi AMDAL proyek Air Limbah meliputi format laporan dan lain-lain, wajib mengacu pada standard teknis studi AMDAL.
BAGIAN III
3. PERENCANAAN TEKNIS
3.1. Pedoman Pemilihan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan sistem dan teknologi pengolahan air limbah adalah :
1. Kepadatan Penduduk
Tingkat kepadatan penduduk yang biasa digunakan dalam perencanaan sistem pembuangan air limbah adalah :
a. Kepadatan sangat tinggi >500 jiwa/ha b. Kepadatan tinggi 300-500 jiwa /ha
c. Kepadatan sedang 150-300 jiwa /ha d. Kepadatan rendah < 150 jiwa /ha
Tingkat kepadatan ini berkaitan erat dengan tingkat pencemaran yang dapat ditimbulkan pada air permukaan.
a. Kepadatan rendah < 150 jiwa/ha : BOD, 0 – 30 mg/l b. Kepadatan sedang 150 – 300 jiwa/ha : BOD, 30 – 80 mg/l
c. Kepadatan tinggi> 300 jiwa/ha : BOD, 80 – 200 mg/l
Kepadatan penduduk ini juga berkaitan dengan ketersediaan lahan yang ada untuk diterapkannya sistem setempat. Berdasarkan kriteria rumah sederhana sehat
(Permenpera No.403/2002) disebutkan suatu rumah sehat memiliki luas bangunan minimal 28,8 m2 untuk 4 orang penghuni dengan luas lahan minimal 60 m2. 2. Penyediaan Air Bersih
Tingkat penyediaan air bersih berdasarkan atas besarnya tingkat pelayanan dari PDAM terhadap masyarakat, berdasarkan hal tesebut maka tingkat pelayanan di klasifikasikan sebagai berikut :
a. Tingkat pelayanan tinggi ( >60%) b. Tingkat pelayanan sedang ( 30-60%)
c. Tingkat pelayanan rendah ( <30%)
Kebutuhan air bersih setiap orang di kota berkisar 120 l/hari. Nilai 30% setara dengan 36 l/or/hari setara dengan kebutuhan minimal untuk makan, minum, dan kakus
sedangkan 60% setara dengan 72 l/or/hr setara dengan kebutuhan minimal untuk makan, minum, mandi dan kakus.
3. Kemiringan Tanah
Penggunaan sistem sewerage convensional akan sangat mahal jika kemiringan tanah kurang dari 2%, hal ini akan memerlukan banyak pompa dalam pengalirannya,
sedangkan untuk penggunaan sistem shallow sewer sangat baik digunakan pada daerah yang mempunyai kemiringan dari 2%, karena sistem ini mempunyai beban yang relatif kecil sehingga air dapat berjalan dengan lancar.
4. Kedalaman Air Tanah
Untuk penggunaan sistem on-site, pada daerah yang muka air tanahnya tinggi kemungkinan akan terjadi pencemaran terhadap air tanah. Jika kedalaman air tanah lebih dari
1,5 meter dari permukaan pada musim hujan, desain sistem cubluk cukup memadai tanpa mengakibatkan pencemaran air tanah. Air tanah tidak akan tercemari jika jarak sumur penampung air hujan dengan sumur gali cukup memadai yaitu lebih dari 10 meter.
5. Permeabilitas Tanah
Permeabilitas tanah sangat mempengaruhi penentuan sistem penangan an air buangan domestik khususnya untuk penerapan sistem setempat (cubluk maupun septik tank dengan bidang resapan). Akan tetapi dari segi teknis, pada daerah yang memiliki permeabilitas yang sangat kecil, bidang resapan dapat di buat dengan cara
meninggikan lahan bidang resapan tersebut. Untuk mengetahui besar kecilnya
permeabilitas tanah dapat diperkirakan dengan memperhatikan jenis tanah dan angka infiltrasi atau melakukan test perkolasi. Kisaran permeabilitas yang efektif adalah 2,7.10-4 – 4,2.10-3 l/m2/det.
6. Kemampuan Membangun
Faktor ini tergantung pada kemampuan setiap daerah untuk membangun teknologi yang dipilih. Ada kemungkinan teknologi yang telah dipilih tidak dapat diterapkan karena ketidak mampuan tenaga kerja setempat untuk membangun.
7. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
Faktor ini tidak dapat diabaikan dan cukup penting dalam suatu pemilihan sistem adalah faktor sosial masyarakat untuk menerimanya, karena biaya yang di perlukan untuk setiap teknologi yang terpilih relatif mahal dengan alternatif lain.
3.2. Perencanaan Pengembangan Sarana Dan Prasarana Air Limbah Setempat
3.2.1 Tingkat Pelayanan