• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Kompensasi, Pengawasan dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Pemanen Melalui Motivasi Kerja Pada Rayon Selatan Unit Adolina PT Perkebunan Nusantara IV Medan Chapter III VII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengaruh Kompensasi, Pengawasan dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Pemanen Melalui Motivasi Kerja Pada Rayon Selatan Unit Adolina PT Perkebunan Nusantara IV Medan Chapter III VII"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Model Konseptual

Kerangka atau model konseptual juga disebut kerangka teoretis yaitu sebuah model dalam

bentuk diagram yang memperlihatkan struktur dan sifat hubungan logis antara variabel

penelitian yang telah diidentifikasi dari teori dan temuan hasil review artikel yang akan

digunakan dalam menganalisis masalah penelitian.

Sekaran dalam Sinulingga (2013)

.

Berdasarkan kajian teoretis sebagaimana telah dijelaskan pada Bab II maka kerangka yang

digunakan dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti terlihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

3.2

Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel independen eksogen adalah kompensasi

(X1), pengawasan (X2) dan kepemimpinan (X3) sedangkan yang menjadi variabel dependen

endogen yang berfungsi sebagai perantara adalah motivasi (Y1) dan variabel endogen kedua

adalah kinerja (Y2).

KOMPENSASI (X1)

PENGAWASAN (X2)

MOTIVASI (Y1)

KEPEMIMPINAN (X3)

(2)

3.3

Hipotesis Penelitian

Sekaran dalam Sinulingga (2013)

menyatakan hipotesis adalah suatu pernyataan

tentatif yang mengajukan suatu penjelasan tentang beberapa kejadian atau peristiwa.

Maksudnya adalah suatu pernyataan tentang jawaban terhadap fenomena yang kebenarannya

akan diuji. Berdasarkan kerangka konseptual di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a.

Hipotesis pertama (substruktur I) adalah sebagai berikut:

H0 : Variabel-variabel kompensasi, pengawasan dan kepemimpinan tidak berpengaruh

terhadap tingkat motivasi kerja karyawan pemanen Rayon Selatan Unit Adolina

PT

Perkebunan Nusantara IV Medan

baik secara simultan maupun parsial.

H1 : Variabel-variabel kompensasi, pengawasan dan kepemimpinan berpengaruh terhadap

tingkat motivasi kerja karyawan pemanen Rayon Selatan Unit Adolina

PT Perkebunan

Nusantara IV Medan

baik secara simultan maupun parsial.

b.

Hipotesis kedua (substruktur II) adalah sebagai berikut:

H0 : Variabel-variabel kompensasi, pengawasan dan kepemimpinan melalui variabel

motivasi tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan pemanen Rayon Selatan Unit

Adolina

PT Perkebunan Nusantara IV Medan

baik secara simultan maupun

parsial.

H1 : Variabel-variabel kompensasi, pengawasan dan kepemimpinan melalui variabel

motivasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan pemanen Rayon Selatan Unit Adolina

PT Perkebunan Nusantara IV Medan

baik secara simultan maupun parsial.

3.4

Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat variabel-variabel

yang sudah diidentifikasi. Maka definisi operasional dari masing-masing variabel yang

diamati merupakan upaya pemahaman dalam penelitian sekaligus merupakan penjelasan

bagaimana cara memperoleh data dan bagaimana jenis alat yang digunakan dalam

pengambilan data. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah

kompensasi (X1), pengawasan (X2) dan kepemimpinan (X3), sedangkan yang menjadi

variabel dependen yang berfungsi sebagai variabel perantara adalah motivasi kerja (Y1) dan

variabel dependen kedua adalah kinerja karyawan (Y2).

(3)

Tabel 3.1 . Tabel Defenisi Operasional

proses pengambilan keputusan 2. Empati pimpinan apabila karyawan mengalami masalah

3. Penghargaan atas prestasi kerja, promosi, jabatan, hadiah, bonus 4. Jaminan hari tua

5. Jaminan perlakuan yang objektif misalnya mengenai tambahan hasilan dan hubungan dengan atasan.

(4)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rayon Selatan Unit Usaha Adolina PT Perkebunan

Nusantara IV, Medan. Waktu penelitian ini memerlukan waktu selama 10 bulan, dimulai dari

bulan Juli 2015 hingga April 2016 dengan jadwal kegiatan penelitian seperti terlihat pada

tabel berikut:

Tabel 4.1 Kegiatan penelitian

4.2

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional, yang

bertujuan untuk menganalisis dan menguji hubungan kausal antara variabel independen dan

dependen.

Arikunto (2010)

menyatakan penelitian korelasional adalah suatu penelitian yang

dilaksanakan dengan tujuan mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor

berkaitan dengan satu faktor atau lebih faktor lain berdasarkan koefisien korelasi.

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Pengajuan usulan geladikarya

2. Kolokium

3. Pengumpulan dan analisis data

4. Penyusunan geladikarya

5. Seminar perusahaan

6. Penyusunan akhir geladikarya

7. Sidang geladikarya

April

2016

Maret

Pebruari

No

Kegiatan

Juli

Oktober

Januari

(5)

4.3.

Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan individu atau objek tertentu atau ukuran yang diperoleh dari

semua individu atau objek tertentu yang akan diteliti yang memiliki karakteristik tertentu,

jelas dan lengkap. Sedangkan sampel adalah bagian populasi yang diteliti yang diambil

melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap

sehingga dianggap bisa mewakili populasi.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan pemanen Rayon Selatan Unit

Adolina yaitu 103 orang. Karena populasi penelitian tidak terlalu banyak, maka penelitian ini

mengambil seluruh populasi penelitian sebagai sampel penelitian sehingga penelitian ini

bersifat sensus.

4.4.

Teknik Pengumpulan Data

Beberapa teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1.

Kuesioner

Pengumpulan data yang dilakukan dengan mengajukan daftar pertanyaan secara tertulis

kepada responden. Pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan yang secara logis

berhubungan dengan kompensasi, pengawasan, kepemimpinan, motivasi dan kinerja

karyawan dimana setiap jawaban dari pertanyaan mempunyai makna dalam pengujian

hipotesis. Kuesioner diberikan kepada seluruh karyawan pemanen Rayon Selatan Unit

Adolina PT Perkebunan Nusantara IV.

3. Studi Dokumentasi

Studi ini mengumpulkan data dan informasi dari berbagai sumber literatur seperti

buku-buku, jurnal, dan dokumen yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti guna

melengkapi data primer.

(Sugiyono, 2013).

4.5.

Jenis dan Sumber Data

4.5.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif.

a.

Data kualitatif

(6)

b.

Data kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang merupakan perhitungan statistik yang akan digunakan

untuk menganalisis variabel kompensasi, pengawasan dan kepemimpinan terhadap

kinerja karyawan pemanen melalui motivasi.

4.5.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder:

1.

Data Primer

Data primer diperoleh dari:

Wawancara

(Interview) kepada pihak yang berwenang memberikan informasi dan

data mengenai premi para pemanen.

Daftar pertanyaan

(Questionnaire) kepada semua karyawan pemanen dan calon

karyawan pemanen.

2.

Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari studi dokumentasi pada Unit Adolina, PT Perkebunan

Nusantara IV.

4.6.

Skala Pengukuran

(7)

Tabel 4.2. Skala Pengukuran

No

Penilaian

Nilai

1

Sangat Setuju (SS)

4

2

Setuju (S)

3

3

Tidak Setuju (KS)

2

4

Sangat Tidak Setuju (STS)

1

Sumber : Sinulingga, 2013

Modifikasi skala Likert dari 5 kategori menjadi 4 kategori jawaban dengan meniadakan

kategori jawaban di tengah berdasarkan alasan

Hadi dalam Merysca (2013)

, sebagai berikut :

a. Kategori di tengah mempunyai arti ganda, biasa diartikan belum dapat memutuskan

sesuatu

atau memberi jawaban, atau bahkan ragu-ragu.

b. Tersedianya jawaban di tengah akan menimbulkan kecenderungan menjawab ke tengah,

bagi mereka yang ragu atas arah kecenderungan jawabannya.

c. Untuk melihat kecenderungan jawaban responden ke arah setuju atau tidak setuju,

sehingga tidak mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring dari para responden.

4.7.

Uji Instrumen Penelitian

4.7.1 Uji Validitas

Uji validitas adalah uji statistik yang digunakan untuk menentukan valid/sah tidaknya

kuesioner. Untuk menguji validitas, instrumen dicobakan pada sampel dari populasi yang

diambil. Jumlah anggota sampel yang digunakan untuk pengujian ini sebanyak 30 orang.

Analisis validitas yang digunakan adalah Uji Korelasi Pearson Product Moment yang diolah

dengan menggunakan SPSS. Uji validitas dilakukan dengan cara menghitung korelasi antara

masing-masing pertanyaan skor butir (X) dengan skor total (Y) dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

(8)

: Koefisien korelasi antara X dan Y

: Jumlah sampel

xi

: Skor butir

yi

: Skor total

Validitas suatu butir pertanyaan diukur dengan cara menghitung angka koefisien korelasi

antar skor butir dengan skor totalnya. Pertanyaan dalam kuesioner dikatakan valid jika nilai

signifikansi korelasi 95% atau a = 0.05. Dengan demikian, pertanyaan dalam kuesioner

tersebut dapat digunakan dalam penelitian.

4.7.2

Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah sebuah alat ukur berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas

data yang dihasilkan dari proses pengumpulan data dengan menggunakan instrumen tersebut

(Sinulingga, 2013)

. Uji reliabilitas menggunakan Uji Alpha Cronbach dengan rumus sebagai

berikut :

r =

Keterangan :

r

: Koefisien relialibitas instrumen (Alpha Cronbach)

k

: Banyaknya butir pertanyaan

: Total varians butir

: Total Varians

Tingkat reabilitas dapat dimaknai:

Jika alpha > 0.90 maka reliabilitas sempurna

Jika alpha 0.70 - 0.90 maka reliabilitas tinggi

Jika alpha 0.50 - 0.70 maka reliabilitas moderat

Jika alpha < 0.50 maka reliabilitas rendah

Sugiyono (2012) menyatakan, jika angka koefisien

α

0.60 maka kelompok item-item

pertanyaan dapat dianggap reliabel. Jumlah sampel yang akan diambil adalah 30 orang, dan

untuk mengukur reliabilitas instrumennya digunakan skor dalam rentang antara 1 s.d 4 dalam

setiap pertanyaan/pernyataannya.

n

(9)

4.8

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan di PT Perkebunan

Nusantara IV Unit Adolina. Kuesioner uji validitas dan reliabilitas diberikan kepada 30 orang

karyawan pemanen Rayon Utara Afdeling 1, 2 dan 3.

Uji validitas dilakukan dengan bantuan program Excel 2013 seperti terlihat pada

Tabel 4.3, dimana semua item pertanyaan atau r hitung lebih besar dari r tabel yaitu 0.361.

Maka dapat disimpulkan bahwa ke 34 item pertanyaan valid untuk dijadikan pertanyaan

dalam kuesioner penelitian ini.

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian

Item Pertanyaan r Hitung r Tabel Keterangan

(10)

Y2.3 0.707 0.361 Valid = r hit. > r tab.

Y2.4 0.587 0.361 Valid = r hit. > r tab.

Y2.5 0.690 0.361 Valid = r hit. > r tab.

Y2.6 0.733 0.361 Valid = r hit. > r tab.

Y2.7 0.486 0.361 Valid = r hit. > r tab.

Y2.8 0.709 0.361 Valid = r hit. > r tab.

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (Data Diolah)

Tabel 4.5 Hasil Uji Reliabilitas Intrumen Penelitian

Variabel Koefisien Cronbach

Alpha Keterangan

X1 0.806 Reliabel = Koefisien Cronbach Alpha > 0.60

X2 0.917 Reliabel = Koefisien Cronbach Alpha > 0.60

X3 0.886 Reliabel = Koefisien Cronbach Alpha > 0.60

Y1 0.636 Reliabel = Koefisien Cronbach Alpha > 0.60

Y2 0.826 Reliabel = Koefisien Cronbach Alpha > 0.60

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (Data Diolah)

4.9

Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis linier

berganda. Model regresi linier berganda dapat disebut jika memenuhi asumsi-asumsi klasik

statistika seperti uji linieritas, normalitas, otokorelasi dan multikolinieritas.

4.10

Analisis Jalur (Path Analysis)

(11)

Menurut

Sarwono

(2012)

, analisis jalur sebaiknya digunakan untuk kondisi yang memenuhi

persyaratan sebagai berikut :

a. Data metrik berskala interval.

b. Terdapat variabel independen exogenous dan dependen endogenous.

c. Ukuran sampel yang memadai, sebaiknya di atas 100 dan idealnya 400-1000.

d. Pola hubungan antar variabel hanya satu arah tidak boleh ada hubungan timbal balik.

Menurut

Sarwono

(2007)

, langkah-langkah dalam menggunakan analisis jalur (Path

Analysis):

a. Menentukan model diagram jalurnya berdasarkan penelitian anda.

b. Membuat diagram jalur persamaan strukturalnya.

c. Menganalisis dengan menggunakan SPSS yang terdiri dari dua langkah, langkah pertama

adalah analisis untuk substruktur satu, langkah kedua adalah analisis untuk substruktur

dua.

Untuk menganalisis hubungan kausal antar variabel dan menguji hipotesis dalam penelitian

ini secara sistematis, maka alat analisis yang digunakan yaitu analisis jalur (path analysis)

dengan menggunakan

software

SPSS

for windows.

Dengan

path analysis

akan dilakukan

estimasi pengaruh kausal antar variabel dan kedudukan masing-masing variabel dalam jalur

baik secara langsung maupun tidak langsung. Signifikan model tampak berdasarkan koefisien

beta (β) yang signifikan terhadap jalur. Untuk penyelesaian analisis jalur maka perlu

mengetahui adanya diagram jalur maupun koefisien, sebagai berikut :

Gambar 4.1 : Diagram Jalur Pengaruh Variabel Kompensasi, Pengawasan dan

Kepemimpinan terhadap Kinerja Secara Langsung dan Secara Tidak Langsung Melalui

Variabel Motivasi.

PY2X1

e1 e2

PY1X1

rx1x2

PY2Y1

rx1x3 PY1X2

rx2x3

PY1X3

PY2X3

X1

(12)

Keterangan :

β

Y1X1 : koefisien jalur pengaruh X1 terhadap Y1

β

Y1X2 : koefisien jalur pengaruh X2 terhadap Y1

β

Y1X3 : koefisien jalur pengaruh X3 terhadap Y1

βY

2X1 : koefisien jalur pengaruh X1 terhadap Y2

βY

2X3 : koefisien jalur pengaruh X3 terhadap Y2

βY

2Y1 : koefisien jalur pengaruh Y1 terhadap Y2

Persamaan sruktural untuk model analisis jalur yang dipergunakan dalam penelitian ini dapat

diuraikan sebagai berikut :

Y1

= β

Y1

X1 + β

Y1

X2 + βY1X3 +

e1

(persamaan sub struktur 1)

Y2

= βY

2X1

+ βY

2

Y1 + βY

2X3 + e2

(persamaan sub struktur 2)

Dimana:

X1

: Kompensasi

Y1

: Motivasi Kerja

X2

: Pengawasan

Y2

: Kinerja Karyawan

X3

: Kepemimpinan

e1,2

: Variabel Gangguan atau residue

4.11

Uji Hipotesis

Uji t digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel

independent secara parsial terhadap variabel dependent

(Sinulingga, 2013).

Nilai t hitung bisa

dilihat pada hasil regresi (SPSS) dan bisa juga menghitung secara manual. Kriteria pengujian

adalah sebagai berikut :

a. Apabila t hitung > t tabel maka Ho (hipotesis nol) ditolak dan Ha diterima. Jadi variabel

bebas berpengaruh terhadap variabel terikat secara parsial.

b. Apabila t hitung < dari t tabel maka Ho (hipotesis nol) diterima dan Ha ditolak. Artinya

semua variabel bebas secara parsial tidak memiliki pengaruh terhadap variabel terikat.

Adapun tahapan uji signifikansi adalah sebagai berikut :

a. Merumuskan hipotesis

Ho : β1, β2, β3,...,βn = 0 yang berarti variabel bebas secara parsial tidak mempunyai

pengaruh terhadap variabel terikat. Ha : β1, β2, β3,...,βn ≠ 0 yang berarti variabel bebas

secara parsial mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat.

b. Menentukan tingkat signifikansi

(13)

Untuk menentukan apakah hipotesis nol diterima atau ditolak dibuat ketentuan-ketentuan

dibawah ini :

a. Apabila signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak yang artinya bahwa variabel bebas memiliki

pengaruh terhadap variabel terikatnya,

b. Apabila signifikansi > 0,05 maka Ho diterima yang artinya bahwa variabel bebas tidak

memiliki pengaruh terhadap variabel terikatnya.

4.12 Method of Successive Interval (MSI)

Pada analisis jalur, semua variabel yang dianalisis harus mempunyai data berskala

interval. Karena data hasil penelitian semula berupa skala ordinal (skala Likert), maka data

tersebut terlebih dahulu diubah menjadi data interval dengan menggunakan MSI (Method of

(14)

BAB V

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1

Gambaran Umum Perusahaan

PT Perkebunan Nusantara IV disingkat PTPN IV didirikan berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 9 tahun 1996 tentang Peleburan Perusahaan PT Perkebunan VI,

Perusahaan PT Perkebunan VII, dan Perusahaan PT Perkebunan VIII menjadi Perusahaan PT

Perkebunan Nusantara IV dan Akta Pendirian Perusahaan PT Perkebunan Nusantara IV No.

37 tanggal 11 Maret 1996 yang dibuat dihadapan Notaris Harun Kamil, SH dan Anggaran

Dasar telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui Surat

Keputusan Nomor: C2-8332 HT.01.01.Th.96 tanggal 8 Agustus 1996 dan telah diumumkan

dalam Berita Negara Republik Indonesia No.81 tanggal 8 Oktober 1996; Tambahan Berita

Negara Republik Indonesia No. 8675, Anggaran Dasar telah disesuaikan dengan UU No.40

Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas berdasarkan Akta Notaris Sri Ismiyati, SH No. 11

tanggal 04 Agustus 2008 dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM RI

melalui Surat Keputusan No. AHU-60615.AH.01.02.

Visi PT Perkebunan Nusantara IV adalah menjadi pusat keunggulan pengelolaan

perusahaan agro industri kelapa sawit dengan tata kelola perusahaan yang baik serta

berwawasan lingkungan, dengan misi sebagai berikut :

1.

Menjamin keberlanjutan usaha yang kompetitif

2.

Meningkatkan daya saing produk secara berkesinambungan dengan sistem, cara dan

lingkungan kerja yang mendorong munculnya kreativitas dan inovasi untuk

meningkatkan produktivitas dan efisiensi

3.

Meningkatkan laba secara berkesinambungan

4.

Mengelola usaha secara profesional untuk meningkatkan nilai perusahaan yang

mempedomani etika bisnis dan tata kelola perusahaan yang baik (GCG)

5.

Meningkatkan tanggungjawab sosial dan lingkungan

6.

Melaksanakan dan menunjang kebijakan serta program pemerintah pusat/ daerah.

Company value

yang dianut oleh PTPN IV adalah “P R I M A” y

ang merupakan

singkatan dari :

P : Profitability (mengutamakan profit)

(15)

M : Market ahead (selalu yang terdepan)

A : Accountability (terpercaya).

PTPN IV pada tahun 2010 memiliki 30 Unit Kebun yang mengelola budidaya kelapa

sawit dan teh, dan 3 unit Proyek Pengembangan Kebun Inti Kelapa Sawit, 1 unit Proyek

Pengembangan Kebun Plasma Kelapa Sawit, yang menyebar di 9 Kabupaten, yaitu

Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Simalungun, Asahan, Labuhan Batu,

Padang Lawas Utara, Batubara dan Mandailing Natal. Dalam proses pengolahan, PTPN IV

dilengkapi 16 Unit Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dengan kapasitas total 640 ton Tandan Buah

Segar (TBS) perjam, 3 unit Pabrik Teh dengan kapasitas total 226 ton Daun Teh Basah

(DTB) perhari, dan 1 unit Pabrik Pengolahan Inti Sawit dengan kapasitas 400 ton perhari.

PTPN IV juga didukung oleh 1 Unit Usaha Perakitan/Erection Pabrik (Perbengkelan) yaitu

Pabrik Mesin Tenera (PMT) dan 3 Unit Usaha Rumah Sakit yaitu RS. Laras, RS.

Balimbingan dan RS. Pabatu. Seluruh Unit Usaha dan Proyek Pengembangan yang diusahai

PTPN IV dikelompokkan ke dalam 4 (empat) Grup Unit Usaha (GUU). Total areal konsesi

yang diusahakan PTPN IV mencapai 175.244 Ha. Dari total areal tersebut, areal tanaman

seluas 139.718 Ha, lahan persiapan 15.771 Ha, serta lahan untuk perumahan, pabrik, fasilitas

umum dan bibitan 14.106 Ha. Sebagai komitmen perusahaan dalam menjaga kelestarian

alam, disamping mengusahakan tanaman komoditi perkebunan juga dicadangkan areal hutan

yang tetap dilestarikan sebagai hutan penyangga seluas 5.649 Ha.

Pada tahun 1985 sesuai Undang-undang Nomor 86 Tahun 1958,

perusahaan-perusahaan swasta asing (Belanda) seperti HVA dan RCMA dinasionalisasikan oleh

Pemerintah RI, dan kemudian dilebur menjadi Perusahaan milik Pemerintah melalui

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1959. Selanjutnya pada tahun 1967 Pemerintah

melakukan pengelompokkan menjadi Perusahaan Terbatas Persero, dengan nama resmi PT

Perkebunan I s.d. IX (Persero).

Pada tahun 1994 PTP VI, VII, dan VIII, digabung dalam kelompok PTP. Sumut –III, kemudian

berdasarkan Peraturan Pemerintah No 9 Tahun 1996 semua PTP yang ada di Indonesia

dikelompokkan kembali melalui penggabungan dan pemisahan proyek-proyek yang melahirkan PT

Perkebunan Nusantara (PTPN-I s.d. PTPN-XIV). Terhitung sejak 11 Maret 1996 dengan akte notaris

Harun Kamil SH nomor 37 dan Keputusan Menteri Kehakiman No. C2.8335 HT.01.01 Tahun 1996

tanggal 08 Agustus 1996 yang dicantumkan dalam Lembaran Berita Negara No. 81 tanggal 08

Oktober 1996. Gabungan PTP VI, VII, dan VIII diberi nama PT Perkebunan Nusantara IV, yang kini

(16)

Unit Usaha yang dikelola PT Perkebunan Nusantara IV berjumlah 38 Unit Usaha, terletak di 10

Daerah Kabupaten/Kota dalam satu Provinsi Sumatera Utara. Salah satu unit usahanya adalah Unit

kebun Tanah Itam Ulu bergerak dibidang usaha perkebunan kelapa sawit dan merupakan salah satu

perkebunan kelapa sawit tertua dan pertama di Indonesia.

Ada tiga prinsip yang mendasari CSR (Corporate Social Responsibility) PTPN IV yakni profit,

people dan planet yang juga dikenal dengan istilah triple bottom lines, yang telah diimplementasikan

oleh PTPN IV sejak lama pada 10 kabupaten yang merupakan area bisnisnya. Landasan hukum yang

mendasari pelaksanaan CSR pada PTPN IV adalah undang-undang no. 19 tahun 2003, keputusan

menteri BUMN dan keputusan direksi PTPN. Program CSR yang telah dilaksanakan oleh PTPN IV

adalah meliputi program pembinaan lingkungan, program pembinaan ekonomi masyarakat dan

program kemitraan. Program-program ini mengambil 1-3% laba bersih PTPN IV sesuai dengan

undang-uandang dan keputusan menteri BUMN. Pembangunan ekonomi kerakyatan yang dilakukan

PTPN IV disekitar wilayah kebun adalah meliputi :

1.

Pembangunan Kebun Plasma dengan pola

Profit Sharing

di Kabupaten Padang Lawas

dan Kabupaten Madina,

2.

Berperan dalam kegiatan Program Ketahanan Pangan melalui Program Penananam

jagung di lahan-lahan tidak produktif/kritis, dengan mengikut sertakan

kelompok-kelompok tani di sekitar kebun.

Program kemitraan yang dilakukan adalah melalui pemberian dana kemitraan untuk

usaha kecil dan menengah yang bergerak di sektor industri kecil, perdagangan, pertanian,

perkebunan, peternakan, perikanan, jasa dan lainnya. Pada tahun 2010, total dana kemitraan

yang telah disalurkan adalah senilai Rp 11,20 miliar. Sedangkan program bina lingkungan

adalah meliputi penyaluran dana kepada masyarakat berupa bantuan bencana alam,

pendidikan dan pelatihan, peningkatan kesehatan masyarakat, pengembangan prasarana

umum, pembangunan sarana ibadah dan pelestarian alam/lingkungan. Realisasi penyaluran

dana bina lingkungan sepanjang tahun 2010 mencapai Rp. 11,37 miliar. Selain dana yang

bersumber dari penyisihan laba bersih, PTPN IV juga menganggarkan dana CSR sebagai

biaya yang dibebankan kepada perusahaan. Sepanjang tahun 2010, perusahaan telah

menyalurkan dana CSR sebesar Rp. 6,90 miliar dari total dana yang dianggarkan sebesar 8

miliar. Keseluruhan dana CSR tersebut disalurkan untuk peningkatan sarana dan prasarana

masyarakat umum sekitar unit usaha, antara lain sebagai berikut :

1.

Pengerasan jalan (telfot) sepanjang 1.175 m di desa Bahalat Bayu Kec. Jawa Maraja

Kab. Simalungun.

(17)

3.

Pembangunan 1 unit jembatan ukuran 6x4x5 m di Huta Gelugur Nagori Tangga Batu

Kec. Hatonduhan.

4.

Pembuatan parit permanen sepanjang 1.500 m dan pembuatan 7 unit plat beton di Dusun

Aman Sari Kel.Serbelawan dan Dolok Mainu Kec. Batu Nanggar Kab. Simalungun.

5.

Peningkatan/pengerasan jalan dengan batu petrun sepanjang 3.300 m di Sei Bejangkar

Kab. Simalungun.

6.

Peningkatan/pengerasan jalan dengan batu koral sepanjang 1.500 m di Trans Sosa

Tanjung Ale Kab. Palas.

7.

Peningkatan/pengerasan jalan dengan batu petrun sepanjang 2 km di Desa Pasang Lela.

8.

Rehabilitasi jalan di Desa Batahan sepanjang 10 km, perbaikan 4 unit jembatan dan 1

gorong-gorong.

9.

Peningkatan/pengerasan jalan dengan batu petrun sepanjang 2.500 m di Nagori Pagar

Bosi Kec. Ujung Padang Kab. Simalungun.

(18)

BAB VI

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

6.1

Analisis Hasil Penelitian

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini adalah analisis jalur (Path Analysis)

dengan 2 (dua) persamaan sub-struktur sebagai berikut:

6.1.1

Substruktur 1

Analisis persamaan sub-struktur 1 sebagai berikut :

Y1 = βY1X1 + βY1X2 + βY1X3 + e1

Dimana:

X1 : Kompensasi

X2 : Pengawasan

X3 : Kepemimpinan

Y1 : Motivasi Kerja

e1 : Variabel Gangguan atau residue

6.1.1.1 Uji Asumsi Klasik

Pengujian atas asumsi klasik terhadap data yang akan diperoleh perlu dilakukan untuk

mengidentifikasi dan menangani terjadinya masalah-masalah linieritas dan normalitas melalui

pengujian.

a. Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan menggunakan metode grafik dengan bantuan SPSS. Berdasarkan Grafik 6.1

dapat diartikan bahwa data sudah membentuk garis lurus dari sisi kiri bawah ke kanan atas sesuai

dengan teori linieritas, sehingga dapat disimpulkan bahwa linieritas dalam model regresi ini sudah

(19)

Grafik 6.1 Linieritas Sub Struktur 1

b. Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan metode grafik dengan bantuan SPSS. Data

dikatakan berdistribusi normal jika grafik tersebut membentuk kurva bel. Jika dilihat pada Grafik 6.2

kurva sudah membentuk bel, meski tidak sempurna. Data yang digunakan ada kecenderungan

membentuk kurva bel, dengan demikian data dianggap berdistribusi normal.

(20)

c. Uji Otokorelasi

Untuk menguji otokorelasi atau tidak suatu model regresi, maka ketentuannya adalah jika nilai Durbin

Watson = 1 < DW > 3 (Sarwono, 2012). Dari hasil perhitungan regresi penelitian ini diperoleh nilai

DW sebesar 1.812. Artinya tidak terjadi otokorelasi dalam model regresi pada sub-struktur 1 riset ini.

Nilai Durbin and Watson dapat dilihat pada Tabel 6.6.

d. Uji Multikolinieritas

Dikatakan terjadi multikolinieritas pada variabel-variabel independen exogenous jika korelasi antara

variabel independen/bebas sangat tinggi, atau mendekati 1 (Sarwono, 2012). Dari hasil perhitungan

ini korelasi antar variabel bebas tidak ada yang sangat tinggi, yaitu:

1. Korelasi antara kompensasi dan pengawasan sebesar 0.461

2. Korelasi antara kompensasi dan kepemimpinan sebesar 0.553

3. Korelasi antara pengawasan dan kepemimpinan sebesar 0.460

Dengan demikian tidak terjadi multikolinieritas antara variabel independen yang digunakan dalam

model regresi ini.

6.1.1.2 Analisis Korelasi

Besarnya korelasi antara kompensasi, pengawasan, dan kepemimpinan dapat dilihat pada Tabel 6.5 di

bawah ini:

Tabel 6.1 Correlations Sub-Struktur 1

Correlations

MOTIVASI

KERJA KOMPENSASI PENGAWASAN KEPEMIMPINAN

Pearson Correlation

MOTIVASI KERJA 1.000 .353 .512 .647

KOMPENSASI .353 1.000 .461 .553

PENGAWASAN .512 .461 1.000 .460

KEPEMIMPINAN .647 .553 .460 1.000

Sig. (1-tailed)

MOTIVASI KERJA . .000 .000 .000

(21)

PENGAWASAN .000 .000 . .000

KEPEMIMPINAN .000 .000 .000 .

N MOTIVASI KERJA 103 103 103 103

KOMPENSASI 103 103 103 103

PENGAWASAN 103 103 103 103

KEPEMIMPINAN 103 103 103 103

a. Korelasi antara kompensasi dan pengawasan

Untuk menginterpretasi nilai koefisien korelasi digunakan kriteria (Sarwono:

0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel

>0-0.25 : Korelasi sangat lemah

>0.25-0.5 : Korelasi cukup

>0.5-0.75 : Korelasi kuat

>0.75-0.99 : Korelasi sangat kuat

1 : Korelasi sempurna

Dari hasil perhitungan diperoleh angka koefisien korelasi antara kompensasi dan pengawasan sebesar

0.461. Korelasi sebesar 0.461 bermakna hubungan antara kompensasi dan pengawasan cukup dan

searah (karena hasil koefisien korelasi positif). Searah artinya jika kompensasi nilainya tinggi maka

pengawasan juga dinilai tinggi dan berlaku juga sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut bersifat

signifikan karena angka signifikansi (sig.) penelitian adalah sebesar 0.000 < 0.05. Ketentuannya jika

angka signifikansi (sig) < 0.05 hubungan kedua variabel signifikan, sebaliknya jika angka signifikansi

(sig.) > 0.05 hubungan kedua variabel tidak signifikan.

b. Korelasi antara kompensasi dan kepemimpinan.

Dari hasil perhitungan diperoleh angka koefisien korelasi antara kompensasi dan kepemimpinan

sebesar 0.553. Korelasi sebesar 0.553 bermakna hubungan antara kompensasi dan kepemimpinan kuat

dan searah (karena hasil koefisien korelasi positif). Searah artinya jika kompensasi nilainya tinggi

maka kepemimpinan juga dinilai tinggi dan berlaku juga sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut

bersifat signifikan karena angka signifikansi (sig.) penelitian adalah sebesar 0.000 < 0.05.

Ketentuannya jika angka signifikansi (sig) < 0.05 hubungan kedua variabel signifikan, sebaliknya jika

(22)

c. Korelasi antara pengawasan dan kepemimpinan.

Dari hasil perhitungan diperoleh angka koefisien korelasi antara pengawasan dan kepemimpinan

sebesar 0.460. Korelasi sebesar 0.460 bermakna hubungan antara pengawasan dan kepemimpinan

cukup dan searah (karena hasil koefisien korelasi positif). Searah artinya jika pengawasan nilainya

tinggi maka kepemimpinan juga dinilai tinggi dan berlaku juga sebaliknya. Korelasi dua variabel

tersebut bersifat signifikan karena angka signifikansi (sig.) penelitian adalah sebesar 0.000 < 0.05.

Ketentuannya jika angka signifikansi (sig) < 0.05 hubungan kedua variabel signifikan, sebaliknya jika

angka signifikansi (sig.) > 0.05 hubungan kedua variabel tidak signifikan.

6.1.1.3 Uji Hipotesis

Pada bagian ini analisis dibagi menjadi dua: pertama, melihat pengaruh secara gabungan dan

kedua melihat pengaruh secara parsial.

a. Pengaruh kompensasi, pengawasan dan kepemimpinan secara gabungan terhadap motivasi kerja.

Besarnya pengaruh kompensasi, motivasi dan kepemimpinan secara gabungan terhadap motivasi kerja

dapat dilihat pada tabel model summary, pada nilai Adjusted R Square seperti tertera pada Tabel 6.2

Tabel 6.2 Model Summary Sub-Struktur 1

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 .695a .483 .467 2.21176 1.812

a. Predictors: (Constant), Kepemimpinan, Pengawasan, Kompensasi

b. Dependent Variable: Motivasi Kerja

Berdasarkan Tabel 6.2 didapat besarnya koefisien determinasi atau Adjusted R Square sebesar 46.7%.

Angka tersebut mempunyai makna besarnya pengaruh kompensasi, pengawasan dan kepemimpinan

terhadap motivasi kerja secara gabungan. Dan ini juga bermakna ada faktor lain yang mempengaruhi

motivasi sebesar 53.3%.

Untuk mengetahui apakah model regresi di atas sudah benar atau salah, diperlukan uji hipotesis

(23)

Tabel 6.3 Uji F Sub-Struktur 1

ANOVAa

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 452.126 3 150.709 30.808 .000b

Residual 484.296 99 4.892

Total 936.422 102

a. Dependent Variable: Motivasi Kerja

b. Predictors: (Constant), Kompensasi, Pengawasan, Kepemimpinan

Adapun hipotesis dalam uji F (simultan) sub struktur 1 ini adalah sebagai berikut:

H0 : Tidak ada hubungan linier antara kompensasi, pengawasan dan

kepemimpinan terhadap motivasi kerja.

H1 : Ada hubungan linier antara kompensasi, pengawasan dan kepemimpinan

terhadap motivasi kerja.

Pengujian dapat dilakukan dengan 2 cara:

a. Berdasarkan nilai F hitung dan F tabel.

Kriterianya adalah sebagai berikut:

 Jika nilai F hitung > F tabel maka variabel kompensasi, pengawasan dan kepemimpinan

berpengaruh terhadap motivasi kerja.

 Jika nilai F hitung < F tabel maka variabel kompensasi, pengawasan dan kepemimpinan tidak

berpengaruh terhadap motivasi kerja.

b. Berdasarkan nilai signifikansi.

Kriterianya adalah sebagai berikut:

 Jika nilai Sig. < 0.05 maka variabel kompensasi, pengawasan dan kepemimpinan berpengaruh

(24)

 Jika nilai Sig. > 0.05 maka variabel kompensasi, pengawasan dan kepemimpinan tidak

berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja.

Berdasarkan Tabel 6.3 di atas bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (30.808 > 2.46) dengan

tingkat signifikan di bawah 0.05 (0.000 < 0.05). Dapat disimpulkan bahwa variabel kompensasi,

pengawasan dan kepemimpinan jika diuji secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan

terhadap motivasi kerja.

a. Pengaruh kompensasi, pengawasan dan kepemimpinan secara parsial terhadap motivasi kerja.

Besarnya pengaruh kompensasi, pengawasan dan kepemimpinan terhadap motivasi kerja secara

sendiri-sendiri/parsial dapat dilihat dari nilai Beta atau Standardized Coeffecient di bawah ini. Sedang

untuk pengujian hipotesisnya digunakan nilai t. Angka-angka tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.4

Coefficient di bawah ini.

Tabel 6.4 Coefficient Sub-Struktur 1

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardize d Coefficients

t Sig.

B

Std.

Error Beta

1 (Constant) 3.244 1.595 2.035 .045

Kompensasi -.090 .086 -.096 -1.057 .293

Pengawasan .295 .084 .296 3.495 .001

Kepemimpinan .329 .053 .564 6.242 .000

a. Dependent Variable: Motivasi Kerja

Berikut ini pembahasan mengenai pengaruh kompensasi, pengawasan dan kepemimpinan terhadap

(25)

b.1 Hubungan antara kompensasi dengan motivasi kerja

Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara kompensasi dengan motivasi kita dapat melakukan

dengan uji hipotesis.

Hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H0: Tidak ada hubungan linier antara kompensasi dengan motivasi kerja.

H1: Ada hubungan linier antara kompensasi dengan motivasi kerja.

Pengujian dilakukan dengan membandingkan besarnya angka t penelitian dengan angka t tabel,

dengan kriteria uji hipotesis sebagai berikut:

Jika t penelitian > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Jika t penelitian < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Untuk menunjukkan pengaruh signifikan atau tidak kriterianya sebagai berikut:

Jika sig. penelitian < 0.05 maka pengaruh signifikan.

Jika sig. penelitian > 0.05 maka pengaruh tidak signifikan.

Berdasarkan Tabel 6.7 didapat angka t penelitian -1.057 < t tabel -1.98 dan nilai sig. penelitian 0.293

> 0.05. Dengan demikian keputusannya adalah tidak ada hubungan linier dan pengaruh yang

signifikan antara kompensasi dengan motivasi.

b.2 Hubungan antara pengawasan dengan motivasi kerja

Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara pengawasan dengan motivasi kita dapat melakukan

dengan uji hipotesis.

Hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H0: Tidak ada hubungan linier antara pengawasan dengan motivasi.

H1: Ada hubungan linier antara pengawasan dengan motivasi.

Pengujian dilakukan dengan membandingkan besarnya angka t penelitian dengan angka t tabel,

dengan kriteria uji hipotesis sebagai berikut:

Jika t penelitian > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Jika t penelitian < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Untuk menunjukkan pengaruh signifikan atau tidak kriterianya sebagai berikut:

Jika sig. penelitian < 0.05 maka pengaruh signifikan.

Jika sig. penelitian > 0.05 maka pengaruh tidak signifikan.

Berdasarkan Tabel 6.7 didapat angka t penelitian 3.495 > t tabel 1.98 dan nilai sig. penelitian 0.001 <

0.05. Dengan demikian keputusannya adalah ada hubungan linier dan pengaruh yang signifikan antara

(26)

b.3 Hubungan antara kepemimpinan dengan motivasi kerja

Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara kepemimpinan dengan motivasi kita dapat

melakukan dengan uji hipotesis.

Hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H0: Tidak ada hubungan linier antara kepemimpinan dengan motivasi.

H1: Ada hubungan linier antara kepemimpinan dengan motivasi.

Pengujian dilakukan dengan membandingkan besarnya angka t penelitian dengan angka t tabel,

dengan kriteria uji hipotesis sebagai berikut:

Jika t penelitian > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Jika t penelitian < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Untuk menunjukkan pengaruh signifikan atau tidak kriterianya sebagai berikut:

Jika sig. penelitian < 0.05 maka pengaruh signifikan.

Jika sig. penelitian > 0.05 maka pengaruh tidak signifikan.

Berdasarkan Tabel 6.7 didapat angka t penelitian 6.242 > t tabel 1.98 dan nilai sig. penelitian 0.000 <

0.05. Dengan demikian keputusannya adalah ada hubungan linier dan pengaruh yang signifikan antara

kepemimpinan dengan motivasi.

6.1.2

Substruktur 2

Analisis persamaan substruktur 2 sebagai berikut :

Y2 = βY2X1 + βY2Y1 + βY2X3 +

e2

Dimana:

X1 : Kompensasi

X2 : Pengawasan

X3 : Kepemimpinan

Y1 : Motivasi Kerja

Y2 : Kinerja Karyawan

e2 : Variabel Gangguan atau residue

6.1.2.1 Uji Asumsi Klasik

Pengujian atas asumsi klasik terhadap data yang akan diperoleh perlu dilakukan untuk

mengidentifikasi dan menangani terjadinya masalah-masalah linieritas dan normalitas melalui

pengujian.

a. Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan menggunakan metode grafik dengan bantuan SPSS. Berdasarkan Grafik 6.3

(27)

dengan teori linieritas, sehingga dapat disimpulkan bahwa linieritas dalam model regresi ini sudah

dipenuhi.

Grafik 6.3 Linieritas Sub Struktur 2

b. Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan metode grafik dengan bantuan SPSS. Data

dikatakan berdistribusi normal jika grafik tersebut membentuk kurva bel. Jika dilihat pada Grafik 6.4

kurva sudah membentuk bel, meski tidak sempurna. Data yang digunakan ada kecenderungan

(28)

Grafik 6.4 Normalitas Sub-Struktur 2

c. Uji Otokorelasi

Untuk menguji otokorelasi atau tidak suatu model regresi, maka ketentuannya adalah jika nilai Durbin

Watson = 1 < DW > 3 (Sarwono, 2012). Dari hasil perhitungan regresi penelitian ini diperoleh nilai

DW sebesar 1.761. Artinya tidak terjadi otokorelasi dalam model regresi pada sub-struktur 2 riset ini.

Nilai Durbin and Watson dapat dilihat pada Tabel 6.9.

d. Uji Multikolinieritas

Dikatakan terjadi multikolinieritas pada variabel-variabel independen exogenous jika korelasi antara

variabel independen/bebas sangat tinggi, atau mendekati 1 (Sarwono, 2012). Dari hasil perhitungan

ini korelasi antar variabel bebas tidak ada yang sangat tinggi, yaitu:

1. Korelasi antara kompensasi dan pengawasan sebesar 0.461

2. Korelasi antara kompensasi dan kepemimpinan sebesar 0.553

3. Korelasi antara pengawasan dan kepemimpinan sebesar 0.460

4. Korelasi antara kompensasi dan motivasi sebesar 0.353

5. Korelasi antara pengawasan dan motivasi sebesar 0.512

6. Korelasi antara kepemimpinan dan motivasi sebesar 0.647

Dengan demikian tidak terjadi multikolinieritas antara variabel independen yang digunakan dalam

(29)

6.1.2.2 Analisis Korelasi

Besarnya korelasi antara kompensasi, pengawasan, kepemimpinan dan motivasi dapat dilihat pada

Tabel 6.5 di bawah ini:

Tabel 6.5 Correlations Sub-Struktur 2

(30)

MOTIVASI KERJA

103 103 103 103 103

a. Korelasi antara kompensasi dan pengawasan

Untuk menginterpretasi nilai koefisien korelasi digunakan kriteria (Sarwono:

0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel

>0-0.25 : Korelasi sangat lemah

>0.25-0.5 : Korelasi cukup

>0.5-0.75 : Korelasi kuat

>0.75-0.99 : Korelasi sangat kuat

1 : Korelasi sempurna

Dari hasil perhitungan diperoleh angka koefisien korelasi antara kompensasi dan pengawasan sebesar

0.461. Korelasi sebesar 0.461 bermakna hubungan antara kompensasi dan pengawasan cukup dan

searah (karena hasil koefisien korelasi positif). Searah artinya jika kompensasi nilainya tinggi maka

pengawasan juga dinilai tinggi dan berlaku juga sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut bersifat

signifikan karena angka signifikansi (sig.) penelitian adalah sebesar 0.000 < 0.05. Ketentuannya jika

angka signifikansi (sig) < 0.05 hubungan kedua variabel signifikan, sebaliknya jika angka signifikansi

(sig.) > 0.05 hubungan kedua variabel tidak signifikan.

b. Korelasi antara kompensasi dan kepemimpinan.

Dari hasil perhitungan diperoleh angka koefisien korelasi antara kompensasi dan kepemimpinan

sebesar 0.553. Korelasi sebesar 0.553 bermakna hubungan antara kompensasi dan kepemimpinan kuat

dan searah (karena hasil koefisien korelasi positif). Searah artinya jika kompensasi nilainya tinggi

maka kepemimpinan juga dinilai tinggi dan berlaku juga sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut

bersifat signifikan karena angka signifikansi (sig.) penelitian adalah sebesar 0.000 < 0.05.

Ketentuannya jika angka signifikansi (sig) < 0.05 hubungan kedua variabel signifikan, sebaliknya jika

angka signifikansi (sig.) > 0.05 hubungan kedua variabel tidak signifikan.

(31)

Dari hasil perhitungan diperoleh angka koefisien korelasi antara pengawasan dan kepemimpinan

sebesar 0.460. Korelasi sebesar 0.460 bermakna hubungan antara pengawasan dan kepemimpinan

cukup dan searah (karena hasil koefisien korelasi positif). Searah artinya jika pengawasan nilainya

tinggi maka kepemimpinan juga dinilai tinggi dan berlaku juga sebaliknya. Korelasi dua variabel

tersebut bersifat signifikan karena angka signifikansi (sig.) penelitian adalah sebesar 0.000 < 0.05.

Ketentuannya jika angka signifikansi (sig) < 0.05 hubungan kedua variabel signifikan, sebaliknya jika

angka signifikansi (sig.) > 0.05 hubungan kedua variabel tidak signifikan.

d. Korelasi antara kompensasi dan motivasi.

Dari hasil perhitungan diperoleh angka koefisien korelasi antara kompensasi dan motivasi sebesar

0.353. Korelasi sebesar 0.353 bermakna hubungan antara kompensasi dan motivasi cukup dan searah

(karena hasil koefisien korelasi positif). Searah artinya jika kompensasi nilainya tinggi maka motivasi

juga dinilai tinggi dan berlaku juga sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut bersifat signifikan

karena angka signifikansi (sig.) penelitian adalah sebesar 0.000 < 0.05. Ketentuannya jika angka

signifikansi (sig) < 0.05 hubungan kedua variabel signifikan, sebaliknya jika angka signifikansi (sig.)

> 0.05 hubungan kedua variabel tidak signifikan.

e. Korelasi antara pengawasan dan motivasi.

Dari hasil perhitungan diperoleh angka koefisien korelasi antara pengawasan dan motivasi sebesar

0.512. Korelasi sebesar 0.512 bermakna hubungan antara pengawasan dan motivasi kuat dan searah

(karena hasil koefisien korelasi positif). Searah artinya jika pengawasan nilainya tinggi maka motivasi

juga dinilai tinggi dan berlaku juga sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut bersifat signifikan

karena angka signifikansi (sig.) penelitian adalah sebesar 0.000 < 0.05. Ketentuannya jika angka

signifikansi (sig) < 0.05 hubungan kedua variabel signifikan, sebaliknya jika angka signifikansi (sig.)

> 0.05 hubungan kedua variabel tidak signifikan.

f. Korelasi antara kepemimpinan dan motivasi.

Dari hasil perhitungan diperoleh angka koefisien korelasi antara kepemimpinan dan motivasi sebesar

0.647. Korelasi sebesar 0.647 bermakna hubungan antara kepemimpinan dan motivasi kuat dan searah

(karena hasil koefisien korelasi positif). Searah artinya jika kepemimpinan nilainya tinggi maka

motivasi juga dinilai tinggi dan berlaku juga sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut bersifat

signifikan karena angka signifikansi (sig.) penelitian adalah sebesar 0.000 < 0.05. Ketentuannya jika

angka signifikansi (sig) < 0.05 hubungan kedua variabel signifikan, sebaliknya jika angka signifikansi

(32)

6.1.2.3 Uji Hipotesis

Pada bagian ini analisis dibagi menjadi dua: pertama melihat pengaruh secara gabungan dan

kedua melihat pengaruh secara parsial.

a. Pengaruh kompensasi, pengawasan, kepemimpinan dan motivasi secara gabungan terhadap kinerja karyawan.

Besarnya pengaruh kompensasi, pengawasan, kepemimpinan dan motivasi secara gabungan terhadap

kinerja karyawan dapat dilihat pada tabel model summary, pada nilai Adjusted R Square seperti tertera

pada Tabel 6.6 di bawah ini.

Tabel 6.6 Model Summary Sub-Struktur 2

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .703a .494 .474 2.86989 1.761

a. Predictors: (Constant), Motivasi Kerja, Kompensasi, Pengawasan, Kepemimpinan

b. Dependent Variable: Kinerja Karyawan

Berdasarkan Tabel 6.9 didapat besarnya koefisien determinasi atau Adjusted R Square sebesar 47.4%.

Angka tersebut mempunyai makna besarnya pengaruh kompensasi, pengawasan, kepemimpinan dan

motivasi terhadap kinerja karyawan secara gabungan. Dan ini juga bermakna ada faktor lain yang

mempengaruhi kinerja karyawan sebesar 52.6%.

Untuk mengetahui apakah model regresi di atas sudah benar atau salah, diperlukan uji hipotesis

dengan menggunakan uji F, seperti tertera dalam Tabel 6.7.

(33)

ANOVAa

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 789.404 4 197.351 23.961 .000b

Residual 807.152 98 8.236

Total 1596.555 102

a. Dependent Variable: KINERJA KARYAWAN

b. Predictors: (Constant), MOTIVASI KERJA, KOMPENSASI, PENGAWASAN, KEPEMIMPINAN

Adapun hipotesis dalam uji F (simultan) sub struktur 2 ini adalah sebagai berikut:

H0 : Tidak ada hubungan linier antara kompensasi, pengawasan,

kepemimpinan dan motivasi terhadap kinerja karyawan.

H1 : Ada hubungan linier antara kompensasi, pengawasan, kepemimpinan

dan motivasi terhadap kinerja karyawan.

Pengujian dapat dilakukan dengan 2 cara:

a. Berdasarkan nilai F hitung dan F tabel.

Kriterianya adalah sebagai berikut:

 Jika nilai F hitung > F tabel maka kompensasi, pengawasan, kepemimpinan dan motivasi

berpengaruh terhadap kinerja karyawan .

 Jika nilai F hitung < F tabel maka variabel kompensasi, pengawasan, kepemimpinan dan

motivasi tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

b. Berdasarkan nilai signifikansi.

Kriterianya adalah sebagai berikut:

 Jika nilai Sig. < 0.05 maka variabel kompensasi, pengawasan, kepemimpinan dan motivasi

berpengaruh signifikan terhadap kinerja.

 Jika nilai Sig. > 0.05 maka variabel kompensasi, pengawasan, kepemimpinan dan motivasi

tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja.

Berdasarkan Tabel 6.7 di atas bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (23.961 > 2.46) dengan

(34)

pengawasan, kepemimpinan dan motivasi secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan

terhadap kinerja.

b. Pengaruh kompensasi, pengawasan, kepemimpinan dan motivasi secara parsial terhadap kinerja karyawan.

Besarnya pengaruh kompensasi, pengawasan, kepemimpinan dan motivasi terhadap kinerja karyawan

secara sendiri-sendiri/parsial dapat dilihat dari nilai Beta atau Standardized Coeffecient di bawah ini.

Sedang untuk pengujian hipotesisnya digunakan nilai t. Angka-angka tersebut dapat dilihat di Tabel

Coefficients di bawah ini.

Tabel 6.8 Coefficients Sub-Struktur 2

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 5.310 2.112 2.515 .014

KOMPENSASI .073 .112 .059 .653 .515

PENGAWASAN .018 .116 .014 .158 .875

KEPEMIMPINAN .309 .081 .407 3.838 .000

MOTIVASI KERJA

.422 .130 .323 3.236 .002

a. Dependent Variable: Kinerja Karyawan

Berikut ini pembahasan mengenai pengaruh kompensasi, pengawasan, kepemimpinan dan motivasi

terhadap kinerja karyawan secara parsial.

b.1 Hubungan antara kompensasi dengan kinerja karyawan

Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara kompensasi dengan kinerja karyawan kita dapat

melakukan dengan uji hipotesis.

(35)

H0: Tidak ada hubungan linier antara kompensasi dengan kinerja karyawan.

H1: Ada hubungan linier antara kompensasi dengan kinerja karyawan.

Pengujian dilakukan dengan membandingkan besarnya angka t penelitian dengan angka t tabel,

dengan kriteria uji hipotesis sebagai berikut:

Jika t penelitian > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Jika t penelitian < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Untuk menunjukkan pengaruh signifikan atau tidak kriterianya sebagai berikut:

Jika sig. penelitian < 0.05 maka pengaruh signifikan.

Jika sig. penelitian > 0.05 maka pengaruh tidak signifikan.

Berdasarkan Tabel 6.8 didapat angka t penelitian 0.653 < t tabel 1.98 dan nilai sig. penelitian 0.515 >

0.05. Dengan demikian keputusannya adalah tidak ada hubungan linier dan pengaruh yang signifikan

antara kompensasi dengan kinerja karyawan.

b.2 Hubungan antara pengawasan dengan kinerja karyawan

Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara pengawasan dengan kinerja karyawan kita dapat

melakukan dengan uji hipotesis.

Hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H0: Tidak ada hubungan linier antara pengawasan dengan kinerja karyawan.

H1: Ada hubungan linier antara pengawasan dengan kinerja karyawan.

Pengujian dilakukan dengan membandingkan besarnya angka t penelitian dengan angka t tabel,

dengan kriteria uji hipotesis sebagai berikut:

Jika t penelitian > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Jika t penelitian < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Untuk menunjukkan pengaruh signifikan atau tidak kriterianya sebagai berikut:

Jika sig. penelitian < 0.05 maka pengaruh signifikan.

(36)

Berdasarkan Tabel 6.8 didapat angka t penelitian 0.158 < t tabel 1.98 dan nilai sig. penelitian 0.875 >

0.05. Dengan demikian keputusannya adalah tidak ada hubungan linier dan pengaruh yang signifikan

antara pengawasan dengan kinerja karyawan.

b.3 Hubungan antara kepemimpinan dengan kinerja karyawan

Untuk melihat apakah ada hubungan linear antara kepemimpinan dengan kinerja karyawan kita dapat

melakukan dengan uji hipotesis.

Hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H0: Tidak ada hubungan linier antara kepemimpinan dengan kinerja karyawan.

H1: Ada hubungan linier antara kepemimpinan dengan kinerja karyawan.

Pengujian dilakukan dengan membandingkan besarnya angka t penelitian dengan angka t tabel,

dengan kriteria uji hipotesis sebagai berikut:

Jika t penelitian > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Jika t penelitian < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Untuk menunjukkan pengaruh signifikan atau tidak kriterianya sebagai berikut:

Jika sig. penelitian < 0.05 maka pengaruh signifikan.

Jika sig. penelitian > 0.05 maka pengaruh tidak signifikan.

Berdasarkan Tabel 6.8 didapat angka t penelitian 3.838 > t tabel 1.98 dan nilai sig. penelitian 0.000 <

0.05. Dengan demikian keputusannya adalah ada hubungan linier dan pengaruh yang signifikan antara

kepemimpinan dengan kinerja karyawan.

b.4 Hubungan antara motivasi dengan kinerja karyawan

Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara motivasi dengan kinerja karyawan kita dapat

melakukan dengan uji hipotesis.

Hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H0: Tidak ada hubungan linier antara motivasi dengan kinerja karyawan.

(37)

Pengujian dilakukan dengan membandingkan besarnya angka t penelitian dengan

angka t tabel, dengan kriteria uji hipotesis sebagai berikut:

Jika t penelitian > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Jika t penelitian < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Untuk menunjukkan pengaruh signifikan atau tidak kriterianya sebagai berikut:

Jika sig. penelitian < 0.05 maka pengaruh signifikan.

Jika sig. penelitian > 0.05 maka pengaruh tidak signifikan.

Berdasarkan Tabel 6.8 didapat angka t penelitian 3.236 > t tabel 1.98 dan nilai sig. penelitian 0.002 <

0.05. Dengan demikian keputusannya adalah ada hubungan linier dan pengaruh yang signifikan antara

motivasi dengan kinerja karyawan.

6.2 Perhitungan Pengaruh

6.2.1 Pengaruh Langsung (Direct Effect atau DE)

1. Pengaruh kompensasi terhadap motivasi kerja

X1 ke Y1 = 0.096

2. Pengaruh pengawasan terhadap motivasi kerja

X2 ke Y1 = 0.296

3. Pengaruh kepemimpinan terhadap motivasi kerja

X3 ke Y1 = 0.564

4. Pengaruh kompensasi terhadap kinerja karyawan

X1 ke Y2 = 0.059

5. Pengaruh pengawasan terhadap kinerja karyawan

X2 ke Y2 = 0.014 (tidak terlihat dalam diagram jalur)

6. Pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja karyawan

X3 ke Y2 = 0.407

7. Pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan

(38)

6.2.2 Pengaruh Tidak Langsung (Indirect Effect atau IE)

1. Pengaruh kompensasi terhadap kinerja karyawan melalui motivasi

PY1X1 x PY2Y1 = (0.096 x 0.323) = 0.031

2. Pengaruh pengawasan terhadap kinerja karyawan melalui motivasi

PY1X2 x PY2Y1 = (0.296 x 0.323) = 0.095

3. Pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja karyawan melalui motivasi

PY1X3 x PY2Y1 = (0.564 x 0.323) = 0.182

6.2.3 Pengaruh Total (Total Effect)

1. Pengaruh kompensasi terhadap kinerja karyawan melalui motivasi

PY1X1 + PY2Y1 = (0.096 + 0.323) = 0.419

2. Pengaruh pengawasan terhadap kinerja karyawan melalui motivasi

PY1X2 + PY2Y1 = (0.296 + 0.323) = 0.619

3. Pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja karyawan melalui motivasi

PY1X3 + PY2Y1 = (0.564 + 0.323) = 0.887

6.2.4 Diagram Jalur

Setelah mengetahui besaran pengaruh masing-masing variabel berdasarkan uji hipotesis dan

perhitungan untuk semua jalur, maka digambarkan diagram jalur dari persamaan struktur 1 dan 2

(39)

Gambar 6.1. Model Diagram Jalur Penelitian

6.3

Pembahasan

Secara garis besar hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan dapat

diterima. Hipotesis yang dimaksud adalah ada pengaruh pengawasan dan kepemimpinan terhadap

motivasi kerja, ada pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja karyawan, dan ada pengaruh

motivasi kerja sebagai variabel perantara terhadap kinerja karyawan. Berikut pembahasan dari

(40)

6.3.1

Pengaruh kompensasi terhadap motivasi dan kinerja karyawan

(41)

prestasi/progresif) dapat meningkatkan kompensasi serta lebih memotivasi seluruh karyawan

pemanen PT Perkebunan Nusantara IV untuk mendapatkan kapasitas yang lebih tinggi.

Menurut Zainal, dkk.( 2014), p

ada dasarnya motivasi dapat memacu karyawan untuk bekerja

keras sehingga dapat mencapai tujuan mereka. Hal ini akan meningkatkan produktivitas kerja

karyawan sehingga berpengaruh pada pencapaian tujuan perusahaan.

Hasil penelitian

Gardjito, dkk. (2014) menyatakan bahwa motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap

kinerja karyawan. Dengan tidak berpengaruhnya kompensasi terhadap motivasi maka akan

berdampak kepada tidak berpengaruhnya kompensasi terhadap kinerja karyawan.

6.3.2 Pengaruh pengawasan terhadap motivasi dan kinerja karyawan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengawasan memiliki pengaruh yang

signifikan dan hubungan linier terhadap motivasi. Sistem pengawasan yang diterapkan

terhadap kegiatan panen dilakukan secara berlapis mulai dari pelaksana sampai pimpinan

yaitu:

1.

Petugas pemeriksa buah

2.

Mandor panen

3.

Mandor 1

4.

Asisten afdeling

5.

Asisten kepala

6.

Manajer unit

7.

Grup unit usaha

(42)

10. Menghentikan atau mencegah terulangnya kembali kesalahan, penyimpangan, penyelewengan,

pemborosan, hambatan, dan ketidakadilan.

11. Mendapatkan cara-cara yang lebih baik atau membina yang lebih baik.

12. Menciptakan suasana keterbukaan, kejujuran, partisipasi, dan akuntabilitas organisasi.

13. Meningkatkan kinerja organisasi

14. Mengarahkan manajemen untuk melakukan koreksi atas masalah-masalah pencapaian kinerja

yang ada.

Berdasarkan tujuan pengawasan di atas, pengawasan yang dilakukan seharusnya dapat meningkatkan

kinerja karyawan pemanen. Namun tidak berpengaruhnya pengawasan terhadap kinerja karyawan

dapat saja diakibatkan tidak semua peraturan pemeriksaan dapat dilaksanakan oleh aparatur

pengawasan panen dikarenakan pada saat-saat tertentu adanya kepentingan dalam penyelesaiaan

pekerjaan-pekerjaan lain yang didasarkan atas tingkat kepentingan pekerjaan (skala prioritas

pekerjaan).

6.3.3

Pengaruh kepemimpinan terhadap motivasi dan kinerja karyawan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemimpinan memiliki pengaruh yang signifikan dan

hubungan linier terhadap motivasi dan kinerja karyawan. Hal ini berarti kepemimpinan Asisten,

Asisten Kepala dan Manajer Unit Adolina adalah sangat baik. Dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar responden setuju dengan kepemimpinan Asisten, Kepala Dinas Tanaman dan Manajer Unit. PT

Perkebunan Nusantara IV aktif dalam program pelatihan serta memiliki sistem yang baik. Untuk

setingkat asisten diberikan pelatihan dasar yaitu Kursus Manajemen Perkebunan Dasar (KMPD) yang

biasa dilaksanakan di Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) Medan. Setingkat Asisten Kepala

maupun Kepala Urusan diberikan pelatihan madya yaitu Kursus Manajemen Perkebunan Madya

(KMPM) yang juga dilaksanakan di Lembaga Pendidikan perkebunan (LPP) Medan. Setingkat

Manajer Unit dan Kepala Bagian diberi pelatihan lanjutan yaitu Kursus Manajemen Perkebunan

(KMP) dan Kursus Manajemen Perkebunan Lanjutan (KMPL) yang dilaksanakan di Lembaga

Pendidikan Perkebunan (LPP) Medan maupun Yogyakarta. Walaupun dalam pelatihan-pelatihan

tersebut telah dibahas mengenai cara-cara berkomunikasi, teori-teori mengenai kepemimpinan dan

motivasi namun PT Perkebunan Nusantara IV secara khusus memberi pelatihan kembali mengenai

cara berkomunikasi, kepemimpinan dan motivasi melalui lembaga “Dale Carnegie”. Menurut

Gitosudarmo dan Sudita dalam Sunyoto (2012) terdapat beberapa variabel-variabel kepemimpinan,

yaitu:

1. Cara berkomunikasi

2. Pemberian motivasi

3. Kemampuan memimpin

(43)

5. Memberikan rasa aman kepada karyawan

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Prasastono, N. (2012) tentang Pengaruh Gaya

Kepemimpinan dan Kompensasi Terhadap Motivasi Kerja Karyawan Hotel Muria Semarang. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan memiliki pengaruh positif dan signifikan

terhadap motivasi kerja. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan I Nyoman Sudita dalam Sunyoto (2012),

kepemimpinan adalah kemampuan individu untuk memotivasi serta mempengaruhi individu atau

kelompok untuk memberikan kontribusinya dalam mencapai tujuan organisasi. Hasil penelitian ini

mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahayu, V. T., dkk (2013) yang menyatakan bahwa

kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.

6.3.4 Pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan

Menurut (Sedarmayanti, 2014), motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang

mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu. Sikap dan

nilai tersebut merupakan suatu alasan yang kuat yang memberikan kekuatan untuk mendorong

individu bertingkah laku dalam mencapai tujuan. Dorongan tersebut terdiri dari arah perilaku (kerja

untuk mencapai tujuan) dan kekuatan perilaku (seberapa kuat usaha individu dalam bekerja). Apabila

individu termotivasi, mereka akan membuat pilihan yang positif untuk melakukan sesuatu, karena

dapat memuaskan keinginan mereka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi memiliki

pengaruh yang signifikan dan hubungan linier terhadap kinerja karyawan.Hasil penelitian ini sejalan

dengan hasil penelitian Gardjito, H.G., M.A. Musadieq., G.E., Nurtjahjono (2014) tentang Pengaruh

Motivasi Kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan. Hasil penelitiannya menunjukkan

(44)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1.

Kompensasi, pengawasan dan kepemimpinan secara simultan berpengaruh signifikan

terhadap motivasi kerja karyawan pemanen.

2.

Motivasi, secara parsial lebih dipengaruhi oleh variabel pengawasan dan kepemimpinan.

3.

Kompensasi, pengawasan, kepemimpinan dan motivasi secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap kinerja karyawan pemanen.

4.

Kinerja, secara parsial lebih dipengaruhi oleh variabel kepemimpinan.

7.2

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang didapat dari penelitian ini, maka peneliti memberi

saran bahwa

1.

Kepemimpinan yang terjadi saat ini masih lebih bersifat transaksional yaitu sebuah

proses pertukaran yang dapat menghasilkan kepatuhan pengikut akan permintaan

pemimpin tetapi tidak mungkin menghasilkan antusiasme dan komitmen terhadap

sasaran tugas. Oleh karena itu perlu juga kiranya untuk menitikberatkan kepada sifat

kepemimpinan transformasional yaitu pemimpin yang mampu membuat para pengikut

merasakan kepercayaan, kekaguman, kesetiaan dan penghormatan terhadap pemimpin,

dan mereka termotivasi untuk melakukan lebih daripada yang awalnya diharapkan dari

mereka. Pemimpin transformasional fokus pada peningkatan motivasi dan kinerja dengan

cara (1) membuat mereka lebih menyadari pentingnya hasil tugas; (2) membujuk mereka

untuk mementingkan kepentingan tim/organisasi mereka dibandingkan dengan

kepentingan pribadi, dan (3) mengaktifkan kebutuhan mereka yang lebih tinggi.

Pemimpin yang efektif menggunakan kombinasi dari kedua jenis kepemimpinan

tersebut.

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual
Tabel 4.1 Kegiatan penelitian
Tabel 4.2. Skala Pengukuran
Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa variabel kompensasi, kepemimpinan, dan lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.. Hal ini

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kinerja mandor sadap sudah baik, 2) pengetahuan, keterampilan, motivasi dan kompensasi berpengaruh terhadap kinerja mandor secara

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa budaya organisasi tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan Carrefour, sedangkan kepemimpinan, kompensasi, motivasi kerja, dan

2.1.2.4 Hubungan variabel antara kompensasi dan motivasi terhadap kinerja karyawan .... Kerangka

Variabel kompensasi (X1) mempunyai pengaruh langsung yang signifikan terhadap kinerja karyawan (Y) dengan nilai sebesar 0,432.. Variabel motivasi

kompensasi terhadap kinerja karyawan menunjukkan bahwa kompensasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Hasil pengujian ini memberikan arti bahwa

296 kompensansi non finansial tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan hal tersebut tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa

Menunjukan apabila kompensasi berdampak positif signifikan kepada Motivasi, job characteristics berdampak positif signifikan kepada Motivasi Karyawan, tidak ada