• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETENTUAN PIDANA

Dalam dokumen J.D.I.H. - Dewan Perwakilan Rakyat (Halaman 21-59)

Pasal 54

Barangsiapa mengoperasikan pesawat udara mel al ui kawasan udara t erl arang sebagaimana dimaksud dal am Pasal 6 ayat (2), dipidana dengan pidana penj ara pal ing l ama 6 (enam) t ahun dan denda set inggi-t ingginya Rp. 72. 000. 000, - (t uj uh pul uh dua j ut a rupiah).

Pasal 55

Barangsiapa mengoperasikan pesawat udara yang t idak mempunyai t anda pendaf t aran sebagaimana dimaksud dal am Pasal 9 ayat (1), dipidana dengan pidana kurungan pal ing l ama 1 (sat u) t ahun at au denda set inggi-t ingginya Rp. 36. 000. 000, - (t iga pul uh enam j ut a rupiah).

Pasal 56

Barangsiapa mengoperasikan pesawat t erbang dan hel ikopt er yang t idak mempunyai t anda kebangsaan sebagaimana dimaksud dal am Pasal 10 ayat (1), dipidana dengan pidana kurungan pal ing l ama 1 (sat u) t ahun at au denda set inggi-t ingginya Rp. 36. 000. 000, - (t iga pul uh enam j ut a rupiah).

Pasal 57

Barangsiapa memberi at au mengubah t anda-t anda pada pesawat udara sipil sedemikian rupa sehingga menyerupai pesawat udara negara sebagaimana dimaksud dal am Pasal 11 ayat (1), dipidana dengan pidana kurungan pal ing l ama 6 (enam) bul an at au denda set inggi-t ingginya Rp. 18. 000. 000, - (del apan bel as j ut a rupiah).

Pasal 58

Barangsiapa mengoperasikan pesawat udara asing dari, ke at au mel al ui wil ayah Republ ik Indonesia dengan mel anggar ket ent uan sebagaimana dimaksud dal am Pasal 13 ayat (2), dipidana dengan pidana penj ara pal ing l ama 5 (l ima) t ahun dan denda set inggi-t ingginya Rp. 60. 000. 000, - (enam pul uh j ut a rupiah).

Pasal 59

Barangsiapa mel akukan pendarat an at au t inggal l andas dengan menggunakan pesawat udara t idak di at au dari bandar udara yang dit et apkan unt uk it u sebagaimana dimaksud dal am Pasal 15 ayat (1), dipidana dengan pidana kurungan pal ing l ama 1 (sat u) t ahun at au denda set inggi-t ingginya Rp. 36. 000. 000, - (t iga pul uh enam j ut a rupiah).

Pasal 60

Barangsiapa menerbangkan pesawat udara yang dapat membahayakan kesel amat an pesawat udara, penumpang dan barang, dan/ at au penduduk, at au mengganggu keamanan dan ket ert iban umum at au merugikan hart a benda mil ik orang l ain sebagaimana dimaksud dal am Pasal 16, dipidana dengan pidana penj ara pal ing l ama 5 (l ima) t ahun dan denda set inggi-t ingginya Rp. 60. 000. 000, - (enam pul uh j ut a rupiah).

Pasal 61

Barangsiapa t anpa izin Pemerint ah mel akukan perekaman dari udara dengan menggunakan pesawat udara sebagaimana dimaksud dal am Pasal 17 ayat (1), dipidana dengan pidana penj ara pal ing l ama 5 (l ima ) t ahun dan denda set inggi-t ingginya Rp. 60. 000. 000, - (enam pul uh j ut a rupiah).

Pasal 62

Barangsiapa mel anggar ket ent uan sebagaimana dimaksud dal am Pasal 18 ayat (1), dipidana dengan pidana kurungan pal ing l ama 1 (sat u) t ahun at au denda set inggi-t ingginya Rp. 36. 000. 000, - (t iga pul uh enam j ut a rupiah).

Pasal 63

Barangsiapa mengoperasikan pesawat udara yang t idak memil iki sert if ikat kel aikan udara sebagaimana dimaksud dal am Pasal 19 ayat (1), dipidana dengan pidana kurungan pal ing l ama 1 (sat u) t ahun at au denda set inggi-t ingginya Rp. 36. 000. 000, - (t iga pul uh enam j ut a rupiah).

Pasal 64

Barangsiapa mengoperasikan f asil it as dan/ at au peral at an penunj ang penerbangan yang t idak memenuhi persyarat an keamanan dan kesel amat an penerbangan sebagaimana dimaksud dal am Pasal 20, dipidana dengan pidana kurungan pal ing l ama 6 (enam) bul an at au denda set inggi-t ingginya Rp. 18. 000. 000, - (del apan bel as j ut a rupiah).

Pasal 65

Barangsiapa membangun dan/ at au mengoperasikan bandar udara khusus t anpa izin sebagaimana dimaksud dal am Pasal 27 ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan pal ing l ama 1 (sat u) t ahun at au denda set inggi-t ingginya Rp. 100. 000. 000, - (serat us j ut a rupiah).

Pasal 66

Barangsiapa t anpa hak berada di t empat -t empat t ert ent u di bandar udara, mendirikan bangunan at au mel akukan kegiat an l ain di dal am at au di sekit ar bandar udara yang dapat membahayakan keamanan dan kesel amat an penerbangan sebagaimana dimaksud dal am Pasal 28, dipidana dengan pidana kurungan pal ing l ama 6 (enam) bul an at au denda set inggi-t ingginya Rp. 18. 000. 000, - (del apan bel as j ut a rupiah).

Pasal 67

Barangsiapa t idak membant u usaha pencarian dan pert ol ongan t erhadap pesawat udara yang mengal ami kecel akaan sebagaimana dimaksud dal am Pasal 33 ayat (1) wal aupun t el ah diberit ahukan secara pat ut ol eh pej abat yang berwenang, dipidana dengan pidana kurungan pal ing l ama 1 (sat u) t ahun at au denda set inggi-t ingginya Rp. 36. 000. 000, - (t iga pul uh enam j ut a rupiah).

Pasal 68

(1) Barangsiapa t anpa hak merusak at au menghil angkan bukt i-bukt i at au mengubah l et ak pesawat udara, at au mengambil bagian pesawat udara at au barang l ainnya yang t ersisa akibat dari kecel akaan pesawat udara, sebel um dil akukan penel it ian t erhadap penyebab kecel akaan t ersebut sebagaimana dimaksud dal am Pasal 34 ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan pal ing l ama 6 (enam) bul an at au denda set inggi-t ingginya Rp. 18. 000. 000, - (del apan bel as j ut a rupiah).

(2) Apabil a perbuat an sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) dil akukan dengan t uj uan unt uk menghil angkan bukt i-bukt i mengenai penyebab kecel akaan, di pidana dengan pidana penj ara pal ing l ama 5 (l ima) t ahun dan denda set inggi-t ingginya Rp. 60. 000. 000, - (enam pul uh j ut a rupiah).

Pasal 69

Barangsiapa mel akukan kegiat an angkut an udara niaga at au bukan niaga t anpa izin sebagaimana dimaksud dal am Pasal 36 ayat (1) dan ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan pal ing l ama 6 (enam) bul an at au denda set inggi-t ingginya Rp. 18. 000. 000. - (del apan bel as j ut a rupiah).

Pasal 70

Barangsiapa mengoperasikan pesawat udara dan t idak mengasuransikan t anggungj awabnya sebagaimana dimaksud dal am Pasal 47, dipidana dengan pidana kurungan pal ing l ama 1 (sat u) t ahun at au denda set inggi-t ingginya Rp. 36. 000. 000, - . (t iga pul uh enam j ut a rupiah).

Pasal 71

Barangsiapa t idak mengasuransikan awak pesawat udara yang dipekerj akannya sebagaimana dimaksud dal am Pasal 48 t erhadap resiko t erj adinya kecel akaan pesawat udara, dipidana dengan pidana kurungan pal ing l ama 1 (sat u) t ahun at au denda set inggi-t ingginya Rp. 36. 000. 000, - (t iga pul uh enam j ut a rupiah).

Pasal 72

Barangsiapa mengoperasikan pesawat udara yang t idak memenuhi persyarat an ambang bat as t ingkat kebisingan sebagaimana dimaksud dal am Pasal 50 ayat (1), dipidana dengan pidana kurungan pal ing l ama 1 (sat u) t ahun at au denda set inggi-t ingginya Rp. 36. 000. 000, - (t iga pul uh enam j ut a rupiah).

Pasal 73

(1) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dal am Pasal 54, Pasal 58, Pasal 60, Pasal 61, dan Pasal 68 ayat (2) adal ah kej ahat an.

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dal am Pasal 55, Pasal 56. Pasal 57, Pasal 59, Pasal 62, Pasal 63, Pasal 64, Pasal 65, Pasal 66, Pasal 67, Pasal 69 ayat (1). Pasal 69, Pasal 70, Pasal 71, dan Pasal 72 adal ah pel anggaran.

BAB XIV

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 74

Dengan berl akunya Undang-undang ini maka :

a. Ordonansi Pengangkut an Udara (Lucht vervoer Ordonnant ie St aat sbl ad Tahun, 1939 Nomor 100) dinyat akan t et ap berl aku sepanj ang t idak bert ent angan dengan Undang-undang ini at au bel um digant i dengan Undang-undang yang baru;

b. semua perat uran pel aksanaan Undang-undang Nomor 93 Tahun 1958 t ent ang Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1687) dinyat akan t et ap berl aku sepanj ang t idak bert ent angan at au bel um digant i dengan yang baru berdasarkan Undang-undang ini.

BAB XV PENUTUP

Pasal 75

Pada saat mul ai berl akunya Undang-undang ini, maka Undang-undang Nomor 83 Tahun 1958 t ent ang Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1687), dinyat akan t idak berl aku.

Pasal 76

Undang-undang ini mul ai berl aku pada t anggal 17 Sept ember 1992.

Agar set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempat annya dal am Lembaran Negara Republ ik Indonesia.

Disahkan di Jakart a pada t anggal 25 Mei 1992

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

t t d

SOEHARTO

Diundangkan di Jakart a pada t anggal 25 Mei 1992

MENTERI/ SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA

t t d

PENJELASAN ATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1992

TENTANG PENERBANGAN

UMUM

Bahwa berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa Negara Republ ik Indonesia t el ah dianugerahi sebagai negara kepul auan yang t erdiri dari beribu pul au, t erl et ak memanj ang di garis khat ul ist iwa, di ant ara dua benua dan dua samudera, ol eh karena it u mempunyai posisi dan peranan yang sangat pent ing dan st rat egis dal am hubungan ant ar bangsa.

Unt uk mencapai t uj uan pembangunan nasional sebagai pengamal an Pancasil a, t ransport asi memil iki posisi yang pent ing dan st rat egis dal am pembangunan bangsa yang berwawasan l ingkungan dan hal ini harus t ercermin pada kebut uhan mobil it as sel uruh sekt or dan wil ayah.

Transport asi merupakan sarana yang sangat pent ing dan st rat egis dal am memperl ancar roda perekonomian, memperkukuh persat uan dan kesat uan, mempengaruhi semua aspek kehidupan bangsa dan negara sert a mempererat hubungan ant ar bangsa.

Pent ingnya t ransport asi t ersebut t ercermin pada semakin meningkat nya kebut uhan j asa angkut an bagi mobil it as orang sert a barang dari dan ke sel uruh pel osok t anah air, bahkan dari dan ke l uar negeri.

Di samping it u, t ransport asi j uga berperan sebagai penunj ang, pendorong, dan penggerak bagi pert umbuhan daerah yang berpot ensi namun bel um berkembang, dal am upaya peningkat an dan pemerat aan pembangunan sert a hasil -hasil nya.

Menyadari peranan t ransport asi, maka penyel enggaraan penerbangan harus dit at a dal am sat u kesat uan sist em t ransport asi nasional secara t erpadu dan mampu mewuj udkan penyediaan j asa t ransport asi yang seimbang dengan t ingkat kebut uhan dan t ersedianya pel ayanan angkut an yang sel amat , aman, cepat , l ancar, t ert ib, t erat ur, nyaman, dan ef isien dengan biaya yang waj ar sert a t erj angkau ol eh daya bel i masyarakat .

Penerbangan yang mempunyai karakt erist ik dan keunggul an t ersendiri perl u dikembangkan dengan memperhat ikan sif at nya yang padat modal sehingga mampu meningkat kan pel ayanan yang l ebih l uas baik di dal am negeri maupun ke l uar negeri.

Pengembangan penerbangan yang dit at a dal am sat u kesat uan sist em, dil akukan dengan mengint egrasikan dan mendinamisasikan unsur-unsurnya yang t erdiri dari prasarana dan sarana penerbangan, perat uran-perat uran, prosedur dan met oda sedemikian rupa sehingga t erwuj ud suat u t ot al it as yang ut uh, berdayaguna, berhasil guna sert a dapat dit erapkan.

Mengingat pent ing dan st rat egisnya peranan penerbangan yang menguasai haj at hidup orang banyak, maka penerbangan dikuasai ol eh negara yang pembinaannya dil akukan ol eh Pemerint ah.

Penyel enggaraan penerbangan perl u disel enggarakan secara berkesinambungan dan t erus dit ingkat kan agar l ebih l uas daya j angkau dan pel ayanannya kepada masyarakat dengan memperhat ikan sebesar-besar kepent ingan umum dan kemampuan masyarakat , kel est arian l ingkungan, koordinasi ant ar wewenang pusat dan daerah sert a ant ar inst ansi, sekt or, dan ant ar unsur t erkait sert a pert ahanan dan keamanan negara, sekal igus dal am rangka mewuj udkan sist em t ransport asi nasional yang andal dan t erpadu.

Kesel uruhan hal t ersebut perl u dicerminkan dal am sat u Undang-undang yang ut uh.

Dal am Undang-undang ini j uga diat ur mengenai hak, kewaj iban sert a t anggung j awab para penyedia j asa dan para pengguna j asa, dan t anggung j awab penyedia j asa t erhadap kerugian pihak ket iga sebagai akibat dari penyel enggaraan penerbangan sert a pembebanan hipot ek t erhadap pesawat t erbang dan hel ikopt er yang t el ah memperol eh t anda pendaf t aran Indonesia.

Di samping it u dal am rangka pembangunan hukum nasional sert a unt uk l ebih memant apkan perwuj udan kepast ian hukum, Undang-undang Nomor 83 Tahun 1958 t ent ang Penerbangan, perl u digant i dengan Undang-undang ini, karena t idak sesuai l agi dengan perkembangan zaman, kemaj uan il mu penget ahuan dan t eknol ogi, dan bel um t ert at a dal am sat u kesat uan sist em yang merupakan bagian dari t ransport asi secara kesel uruhan.

Mengingat Indonesia sebagai sal ah sat u negara anggot a Organisasi Penerbangan Sipil Int ernasional (Int ernat ional Civil Aviat ion Organizat ion, disingkat ICAO), maka ket ent uan-ket ent uan penerbangan int ernasional sebagaimana t ercant um dal am Konvensi Chicago 1944 besert a Annexes dan dokumen-dokumen t eknis operasional nya sert a konvensi-konvensi int ernasional t erkait l ainnya, merupakan ket ent uan-ket ent uan yang harus dit aat i sesuai dengan kepent ingan nasional .

Dal am Undang-undang ini diat ur hal -hal yang bersif at pokok,

sedangkan yang bersif at t eknis dan operasional diat ur dal am Perat uran Pemerint ah dan perat uran pel aksanaan l ainnya.

Pasal 1 Angka 1 Cukup j el as Angka 2 Cukup j el as Angka 3

Tidak t ermasuk pengert ian pesawat udara adal ah al at -al at yang dapat t erbang bukan ol eh daya angkat dari reaksi udara, mel ainkan karena reaksi udara t erhadap permukaan bumi, misal nya roket .

Angka 4 Cukup j el as Angka 5 Cukup j el as Angka 6 Cukup j el as Angka 7 Cukup j el as Angka 8 Cukup j el as Angka 9 Cukup j el as Angka 10 Cukup j el as Angka 11

Yang dimaksud dengan l apangan t erbang dal am ket ent uan ini adal ah kawasan di darat an at au perairan yang dipergunakan unt uk l epas l andas dan/ at au pendarat an pesawat udara.

Angka 12 Cukup j el as Angka 13 Cukup j el as Angka 14 Cukup j el as Angka 15 Cukup j el as Pasal 2

Dal am ket ent uan pasal ini yang dimaksud dengan :

a. asas manf aat yait u, bahwa penerbangan harus dapat memberikan manf aat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan, peningkat an kesej aht eraan rakyat dan pengembangan perikehidupan yang berkeseimbangan bagi warga negara, sert a upaya peningkat an pert ahanan dan keamanan negara;

b. asas usaha bersama dan kekel uargaan yait u, bahwa penyel enggaraan usaha di bidang penerbangan dil aksanakan unt uk mencapai cit a-cit a dan aspirasi bangsa yang dal am kegiat annya dapat dil akukan ol eh sel uruh l apisan masyarakat dan dij iwai ol eh semangat kekel uargaan;

c. asas adil dan merat a yait u, bahwa penyel enggaraan penerbangan harus dapat memberikan pel ayanan yang adil dan merat a kepada segenap l apisan masyarakat dengan biaya yang t erj angkau ol eh masyarakat ;

d. asas keseimbangan yait u, bahwa penerbangan harus disel enggarakan sedemikian rupa sehingga t erdapat keseimbangan yang serasi ant ara sarana dan prasarana, ant ara kepent ingan pengguna dan penyedia j asa, ant ara kepent ingan individu dan masyarakat , sert a ant ara kepent ingan nasional dan int ernasional ;

e. asas kepent ingan umum yait u, bahwa penyel enggaraan penerbangan harus mengut amakan kepent ingan pel ayanan umum bagi masyarakat l uas;

f . asas ket erpaduan yait u, bahwa penerbangan harus merupakan kesat uan yang bul at dan ut uh, t erpadu, sal ing menunj ang, dan sal ing mengisi baik int ra maupun ant ar moda t ransport asi;

g. asas kesadaran hukum yait u, bahwa mewaj ibkan kepada pemerint ah unt uk menegakkan dan menj amin kepast ian hukum sert a mewaj ibkan kepada set iap warga negara Indonesia unt uk sel al u sadar dan t aat kepada hukum dal am penyel enggaraan penerbangan;

h. asas percaya pada diri sendiri yait u, bahwa penerbangan harus berl andaskan pada kepercayaan akan kemampuan dan kekuat an sendiri, sert a bersendikan kepada kepribadian bangsa.

Pasal 3

Cukup j el as

Pasal 4

Sebagai negara berdaul at , Republ ik Indonesia memil iki kedaul at an penuh dan ut uh di wil ayah udara Republ ik Indonesia, sesuai dengan ket ent uan Konvensi Chicago 1944 t ent ang Penerbangan Sipil Int ernasional .

kewenangan dan t anggung j awab negara Republ ik Indonesia unt uk mengat ur penggunaan wil ayah udara yang merupakan bagian dari wil ayah dirgant ara Indonesia, sedangkan mengenai kedaul at an at as wil ayah Republ ik Indonesia secara menyel uruh t et ap berl aku ket ent uan sebagaimana diat ur dal am Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 t ent ang Ket ent uan Pokok Pert ahanan Keamanan Negara Republ ik Indonesia.

Pasal 5

Wil ayah udara yang berupa ruang udara di at as wil ayah darat an dan perairan Republ ik Indonesia merupakan kekayaan nasional sehingga harus dimanf aat kan bagi sebesar-besar kepent ingan rakyat , bangsa, dan negara.

Pasal 6 Ayat (1)

Kewenangan menet apkan kawasan udara t erl arang merupakan kewenangan dari set iap negara berdaul at unt uk mengat ur penggunaan wil ayah udaranya, dal am rangka pert ahanan keamanan negara dan kesel amat an penerbangan.

Kawasan udara t erl arang dal am ket ent uan ini mengandung dua pengert ian yait u :

a. kawasan udara t erl arang yang l arangannya bersif at t et ap (prohibit ed area) karena pert imbangan pert ahanan dan keamanan negara sert a kesel amat an penerbangan;

b. kawasan udara t erl arang yang l arangannya bersif at t erbat as (rest rict ed area) karena pert imbangan pert ahanan dan keamanan at au kesel amat an penerbangan at au kepent ingan umum misal nya pembat asan ket inggian t erbang, pembat asan wakt u operasi, dan l ain-l ain.

Ayat (2)

Penegakan hukum t erhadap ket ent uan ini dil akukan dengan menggunakan pesawat udara Angkat an Bersenj at a Republ ik Indonesia ol eh inst ansi yang bert anggung j awab di bidang pert ahanan dan keamanan.

Ayat (3) Cukup j el as

Pasal 7 Ayat (1)

Pengert ian dikuasai ol eh negara adal ah bahwa negara mempunyai hak penguasaan at as penyel enggaraan penerbangan yang perwuj udannya mel iput i aspek-aspek pengat uran, pengendal ian, dan pengawasan.

Dal am aspek pengat uran, t ercakup perumusan dan penent uan kebij aksanaan umum maupun t eknis yang ant ara l ain berupa persyarat an kesel amat an dan perizinan.

Aspek pengendal ian dil akukan baik di bidang pembangunan maupun operasi berupa pengarahan dan bimbingan. Sedangkan aspek pengawasan dil akukan t erhadap penyel enggaraan penerbangan.

Ayat (2) Cukup j el as Ayat (3)

Dal am pengert ian memperhat ikan sel uruh aspek kehidupan masyarakat yang mel iput i aspek pol it ik, ekonomi, sosial budaya, pert ahanan dan keamanan, t ermasuk memperhat ikan l ingkungan hidup, t at a ruang, energi, perkembangan il mu penget ahuan dan t eknol ogi, hubungan int ernasional , sert a pengembangan pot ensi

yang ada dal am masyarakat dal am rangka meningkat kan kemampuan penerbangan nasional yang l ebih l uas.

Ayat (4) Cukup j el as

Pasal 8

Yang dimaksud dengan mempunyai keandal an adal ah kondisi prasarana yang siap pakai dan secara t eknis l aik unt uk dioperasikan sert a sarana yang l aik udara.

Pasal 9 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan t anda pendaf t aran dal am ket ent uan ini adal ah t anda pendaf t aran Indonesia at au asing.

Pengert ian dioperasikan dal am ayat ini adal ah dipakai unt uk t erbang.

Ayat (2) Huruf a

Cukup j el as Huruf b

Sepanj ang kebut uhan angkut an udara di Indonesia bel um t erpenuhi, pesawat udara yang dimil iki ol eh warga negara asing at au badan hukum asing, dapat didaf t arkan di Indonesia apabil a memenuhi ket ent uan dal am ayat ini.

Huruf c

Cukup j el as Huruf d

Yang dimaksud dengan l embaga t ert ent u ant ara l ain l embaga sosial , keagamaan, pendidikan, dan ol ah raga. Sedangkan yang dimaksud dengan izin Pemerint ah adal ah izin unt uk mel akukan kegiat an t ert ent u di Indonesia dan izin unt uk dapat menggunakan pesawat udara dal am rangka menunj ang kegiat annya.

Ayat (3)

Sesuai dengan kebut uhan dan perkembangan keadaan, dal am Perat uran Pemerint ah dapat diat ur mengenai bent uk-bent uk perj anj ian l ainnya yang dapat dipergunakan sebagai dasar unt uk mendaf t arkan di Indonesia, pesawat udara mil ik warga negara asing at au badan hukum asing, dengan t et ap memperhat ikan ket ent uan dal am Undang-undang ini.

Pasal 10 Ayat (1) Cukup j el as Ayat (2) Cukup j el as Ayat (3)

Yang dimaksud dengan j enis-j enis pesawat t erbang t ert ent u yang merupakan hasil pengembangan t eknol ogi ant ara l ain adal ah

Dalam dokumen J.D.I.H. - Dewan Perwakilan Rakyat (Halaman 21-59)

Dokumen terkait