• Tidak ada hasil yang ditemukan

J.D.I.H. - Dewan Perwakilan Rakyat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "J.D.I.H. - Dewan Perwakilan Rakyat"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

NOMOR 1 5 TAHUN 1 9 9 2

TENTANG

PENERBANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa t ransport asi mempunyai peranan pent ing dan st rat egis unt uk memant apkan perwuj udan wawasan nusant ara, memperkukuh ket ahanan nasional , dan mempererat hubungan ant ar bangsa dal am usaha mencapai t uj uan nasional berdasarkan Pancasil a dan Undang-Undang Dasar 1945;

b. bahwa penerbangan sebagai sal ah sat u moda t ransport asi t idak dapat dipisahkan dari moda-moda t ransport asi l ain yang dit at a dal am sist em t ransport asi nasional , yang dinamis dan mampu mengadapt asi kemaj uan dimasa depan, mempunyai karakt erist ik mampu mencapai t uj uan dal am wakt u cepat , bert eknol ogi t inggi dan memerl ukan t ingkat kesel amat an t inggi, perl u l ebih dikembangkan pot ensinya dan dit ingkat kan peranannya sebagai penghubung wil ayah baik nasional maupun int ernasional , sebagai penunj ang, pendorong, dan penggerak pembangunan nasional demi peningkat an kesej aht eraan rakyat ;

c. bahwa perat uran perundang-undangan yang mengat ur penerbangan yang ada pada saat ini t idak sesuai l agi dengan kebut uhan dan perkembangan zaman, il mu penget ahuan dan t eknol ogi;

(2)

dipandang perl u menet apkan ket ent uan mengenai penerbangan dal am Undang-undang;

Mengingat : Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945;

Dengan perset uj uan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN :

Menet apkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PENERBANGAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dal am Undang-undang ini yang dimaksud dengan :

1. Penerbangan adal ah segal a sesuat u yang berkait an dengan penggunaan wil ayah udara, pesawat udara, bandar udara, angkut an udara, keamanan dan kesel amat an penerbangan, sert a kegiat an dan f asil it as penunj ang l ain yang t erkait ;

2. Wil ayah udara adal ah ruang udara di at as wil ayah darat an dan perairan Republ ik Indonesia;

3. Pesawat udara adal ah set iap al at yang dapat t erbang di at mosf er karena daya angkat dari reaksi udara;

4. Pesawat udara Indonesia adal ah pesawat udara yang didaf t arkan dan mempunyai t anda pendaf t aran Indonesia;

(3)

sendiri;

6. Hel ikopt er adal ah pesawat udara yang l ebih berat dari udara, dapat t erbang dengan sayap berput ar, dan bergerak dengan t enaganya sendiri;

7. Pesawat udara negara adal ah pesawat udara yang dipergunakan ol eh Angkat an Bersenj at a Republ ik Indonesia dan pesawat udara inst ansi Pemerint ah t ert ent u yang diberi f ungsi dan kewenangan unt uk menegakkan hukum sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berl aku;

8. Pesawat udara sipil adal ah pesawat udara sel ain pesawat udara negara;

9. Pesawat udara sipil asing adal ah pesawat udara yang didaf t arkan dan/ at au mempunyai t anda pendaf t aran negara bukan Indonesia; 10. Pesawat udara Angkat an Bersenj at a Republ ik Indonesia adal ah

pesawat udara negara yang dipergunakan dal am dinas Angkat an Bersenj at a Republ ik Indonesia;

11. Bandar udara adal ah l apangan t erbang yang dipergunakan unt uk mendarat dan l epas l andas pesawat udara, naik t urun penumpang, dan/ at au bongkar muat kargo dan/ at au pos, sert a dil engkapi dengan f asil it as kesel amat an penerbangan dan sebagai t empat perpindahan ant ar moda t ransport asi;

12. Pangkal an udara adal ah kawasan di darat an dan/ at au di perairan dal am wil ayah Republ ik Indonesia yang dipergunakan unt uk kegiat an penerbangan Angkat an Bersenj at a Republ ik Indonesia; 13. Angkut an udara adal ah set iap kegiat an dengan menggunakan

pesawat udara unt uk mengangkut penumpang, kargo, dan pos unt uk sat u perj al anan at au l ebih dari sat u bandar udara ke bandar udara yang l ain at au beberapa bandar udara;

(4)

15. Kel aikan udara adal ah t erpenuhinya persyarat an minimum kondisi pesawat udara dan/ at au komponen-komponennya unt uk menj amin kesel amat an penerbangan dan mencegah t erj adinya pencemaran l ingkungan.

BAB II ASAS DAN TUJUAN

Pasal 2

Penerbangan disel enggarakan berdasarkan asas manf aat , usaha bersama dan kekel uargaan, adil dan merat a, keseimbangan, kepent ingan umum, ket erpaduan, kesadaran hukum, dan percaya pada diri sendiri.

Pasal 3

Tuj uan penerbangan adal ah unt uk mewuj udkan penyel enggaraan penerbangan yang sel amat , aman, cepat , l ancar, t ert ib dan t erat ur, nyaman dan berdayaguna, dengan bi aya yang t erj angkau ol eh daya bel i masyarakat , dengan mengut amakan dan mel indungi penerbangan nasional , menunj ang pemerat aan, pert umbuhan dan st abil it as, sebagai pendorong, penggerak, dan penunj ang pembangunan nasional sert a mempererat hubungan ant ar bangsa.

BAB III

KEDAULATAN ATAS WILAYAH UDARA

Pasal 4

(5)

Pasal 5

Dal am rangka penyel enggaraan kedaul at an negara at as wil ayah udara Republ ik Indonesia, Pemerint ah mel aksanakan wewenang dan t anggung j awab pengat uran ruang udara unt uk kepent ingan pert ahanan dan keamanan negara, penerbangan, dan ekonomi nasional .

Pasal 6

(1) Unt uk kepent ingan pert ahanan dan keamanan negara sert a kesel amat an penerbangan, Pemerint ah menet apkan kawasan udara t erl arang.

(2) Pesawat udara Indonesia at au pesawat udara asing dil arang t erbang mel al ui kawasan udara t erl arang, dan t erhadap pesawat udara yang mel anggar l arangan dimaksud dapat dipaksa unt uk mendarat di pangkal an udara at au bandar udara di dal am wil ayah Republ ik Indonesia.

(3) Ket ent uan mengenai penet apan kawasan udara t erl arang dan t indakan pemaksaan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) dan ayat (2) diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

BAB IV PEMBINAAN

Pasal 7

(1) Penerbangan dikuasai ol eh negara dan pembinaannya dil akukan ol eh Pemerint ah.

(6)

(3) Pembinaan penerbangan diarahkan unt uk meningkat kan penyel enggaraan penerbangan dal am kesel uruhan moda t ransport asi secara t erpadu, t erwuj udnya sarana dan prasarana penerbangan yang andal , sumber daya manusia yang prof esional sert a didukung indust ri pesawat t erbang nasional yang t angguh, dengan memperhat ikan sel uruh aspek kehidupan masyarakat unt uk mewuj udkan t uj uan sebagaimana dimaksud dal am Pasal 3. (4) Pembinaan penerbangan sebagaimana dimaksud dal am ayat (3),

diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 8

Prasarana dan sarana penerbangan yang dioperasikan waj ib mempunyai keandal an dan memenuhi persyarat an keamanan dan kesel amat an penerbangan.

BAB V

PENDAFTARAN DAN KEBANGSAAN PESAWAT UDARA SERTA PENGGUNAANNYA SEBAGAI JAMINAN

Pasal 9

(1) Pesawat udara yang dioperasikan di Indonesia waj ib mempunyai t anda pendaf t aran.

(2) Pesawat udara sipil yang dapat memperol eh t anda pendaf t aran Indonesia adal ah pesawat udara yang t idak didaf t arkan di negara l ain dan memenuhi sal ah sat u ket ent uan sebagai berikut :

a. dimil iki ol eh warga negara Indonesia at au dimil iki ol eh badan hukum Indonesia;

(7)

Indonesia unt uk j angka wakt u pemakaiannya minimal dua t ahun secara t erus menerus berdasarkan suat u perj anj ian sewa bel i, sewa guna usaha at au bent uk perj anj ian l ainnya; c. dimil iki ol eh inst ansi Pemerint ah;

d. dimil iki ol eh l embaga t ert ent u yang diizinkan Pemerint ah.

(3) Ket ent uan mengenai pendaf t aran pesawat udara sipil sebagaimana dimaksud dal am ayat (2) dan pendaf t aran pesawat udara Angkat an Bersenj at a Republ ik Indonesia diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 10

(1) Sel ain t anda pendaf t aran sebagaimana dimaksud dal am Pasal 9 ayat (1), pesawat t erbang dan hel i kopt er yang dioperasikan di Indonesia waj ib mempunyai t anda kebangsaan.

(2) Tanda kebangsaan Indonesia hanya diberikan kepada pesawat t erbang dan hel ikopt er yang t el ah mempunyai t anda pendaf t aran Indonesia.

(3) Persyarat an dan t at a cara unt uk memperol eh dan mencabut t anda kebangsaan Indonesia sebagaimana dimaksud dal am ayat (2) dan j enis-j enis pesawat t erbang dan hel ikopt er t ert ent u yang dapat dibebaskan dari kewaj iban memil iki t anda kebangsaan, diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 11

(1) Dil arang memberi at au mengubah t anda-t anda pada pesawat udara sipil sedemikian rupa sehingga menyerupai pesawat udara negara.

(8)

Pasal 12

(1) Pesawat t erbang dan hel ikopt er yang t el ah mempunyai t anda pendaf t aran dan kebangsaan Indonesia dapat dibebani hipot ek. (2) Pembebanan hipot ek pada pesawat t erbang dan hel ikopt er

sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) harus didaf t arkan.

(3) Ket ent uan sebagaimana dimaksud dal am ayat (2) diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

BAB VI

PENGGUNAAN PESAWAT UDARA

Pasal 13

(1) Pesawat udara yang dapat digunakan di wil ayah Republ ik Indonesia hanya pesawat udara Indonesia.

(2) Penggunaan pesawat udara sipil asing dari dan ke at au mel al ui wil ayah Republ ik Indonesia, hanya dapat dil akukan berdasarkan perj anj ian bil at eral at au perj anj ian mul t il at eral at au izin khusus Pemerint ah.

(3) Penggunaan pesawat udara negara asing dari dan ke at au mel al ui wil ayah Republ ik Indonesia, hanya dapat dil akukan berdasarkan izin khusus Pemerint ah.

(9)

Pasal 14

Jenis dan penggunaan pesawat udar a sipil dan pesawat udara negara diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemernit ah.

Pasal 15

(1) Set iap pesawat udara sipil Indonesia at au asing yang t iba di at au berangkat dari Indonesia, hanya dapat mendarat di at au t inggal l andas dari bandar udara yang dit et apkan unt uk it u.

(2) Ket ent uan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) t idak berl aku dal am keadaan darurat .

(3) Ket ent uan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) dan ayat (2) diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 16

Dil arang menerbangkan pesawat udara yang dapat membahayakan kesel amat an pesawat udara, penumpang dan barang, dan/ at au penduduk at au mengganggu keamanan dan ket ert iban umum at au merugikan hart a benda mil ik orang l ain.

Pasal 17

(1) Dil arang mel akukan perekaman dari udara dengan menggunakan pesawat udara kecual i at as izin Pemerint ah.

(10)

BAB VII

KEAMANAN DAN KESELAMATAN PENERBANGAN

Pasal 18

(1) Set iap personil penerbangan waj ib memil iki sert if ikat kecakapan. (2) Sert if ikat kecakapan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1)

diperol eh mel al ui pendidikan dan pel at ihan.

(3) Persyarat an dan t at a cara unt uk memperol eh sert if ikat kecakapan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) dan ayat (2) diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 19

(1) Set iap pesawat udara yang dipergunakan unt uk t erbang waj ib memil iki sert if ikat kel aikan udara.

(2) Unt uk memperol eh sert if ikat kel aikan udara sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) dil akukan pemeriksaan dan penguj ian. (3) Persyarat an dan t at a cara unt uk memperol eh sert if ikat kel aikan

udara sert a ket ent uan mengenai pemeriksaan dan penguj ian sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) dan ayat (2) diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 20

Set iap f asil it as dan/ at au peral at an penunj ang penerbangan waj ib memenuhi persyarat an keamanan dan kesel amat an penerbangan.

Pasal 21

(11)

pesawat udara t ermasuk komponen-komponen, dan suku cadangnya dit et apkan ol eh Pemerint ah.

(2) Ket ent uan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) hanya berl aku t erhadap pesawat t erbang dan hel ikopt er.

Pasal 22

(1) Dal am rangka kesel amat an penerbangan, pesawat udara yang t erbang di wil ayah Republ ik Indonesia diberikan pel ayanan navigasi penerbangan.

(2) Pemberian pel ayanan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) dikenakan biaya.

(3) Persyarat an dan t at a cara pemberian pel ayanan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) dan ayat (2) diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 23

(1) Sel ama t erbang, kapt en penerbang pesawat udara yang bersangkut an mempunyai wewenang mengambil t indakan unt uk keamanan dan kesel amat an penerbangan.

(2) Jenis dan bent uk t indakan yang dapat diambil unt uk keamanan dan kesel amat an penerbangan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 24

(12)

BAB VIII BANDAR UDARA

Pasal 25

(1) Pemerint ah menet apkan bagian wil ayah darat dan/ at au perairan Republ ik Indonesia unt uk dipergunakan sebagai bandar udara. (2) Penent uan l okasi, pembuat an rancang bangun, perencanaan, dan

pembangunan bandar udara t ermasuk kawasan di sekel il ingnya waj ib memperhat ikan ket ent uan keamanan penerbangan, kesel amat an penerbangan, dan kel est arian l ingkungan kawasan bandar udara.

(3) Ket ent uan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) dan ayat (2) diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 26

(1) Penyel enggaraan bandar udara unt uk umum dan pel ayanan navigasi penerbangan dil akukan ol eh Pemerint ah dan pel aksanaannya dapat dil impahkan kepada badan usaha mil ik negara yang didirikan unt uk maksud t ersebut berdasarkan perat uran perundang-undangan yang berl aku.

(2) Badan hukum Indonesia dapat diikut sert akan dal am penyel enggaraan bandar udara unt uk umum sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) at as dasar kerj a sama dengan badan usaha mil ik negara yang mel aksanakan penyel enggaraan bandar udara unt uk umum.

(3) Pengadaan, pengoperasian, dan perawat an f asil it as penunj ang bandar udara unt uk umum dapat dil akukan ol eh Pemerint ah at au badan hukum Indonesia at au warga negara Indonesia.

(13)

ayat (3) diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 27

(1) Dal am rangka menunj ang kegiat an t ert ent u dapat disel enggarakan bandar udara khusus.

(2) Pembangunan dan/ at au pengoperasian bandar udara khusus sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) dil akukan berdasarkan izin Pemerint ah.

(3) Ket ent uan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) dan ayat (2), perawat an dan pengoperasian sert a pel ayanan navigasi penerbangan di bandar udara khusus diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 28

Dil arang berada di bandar udara, mendirikan bangunan at au mel akukan kegiat an-kegiat an l ain di dal am maupun di sekit ar bandar udara yang dapat membahayakan keamanan dan kesel amat an penerbangan.

Pasal 29

Ket ent uan mengenai st at us, kel as, dan penggunaan bandar udara unt uk keperl uan penerbangan int ernasional dan/ at au domest ik diat ur dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 30

(14)

pel ayanannya.

(2) Tanggung j awab t erhadap keamanan dan kesel amat an penerbangan sebagaimana dimaksud dal am ayal (1) yang waj ib diasuransikan diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 31

St rukt ur dan gol ongan t arif penggunaan f asil it as dan j asa yang diberikan di bandar udara dit et apkan ol eh Pemerint ah.

BAB IX

PENCARIAN DAN PERTOLONGAN KECELAKAAN SERTA PENELITIAN SEBAB-SEBAB KECELAKAAN

PESAWAT UDARA

Pasal 32

Pemerint ah waj ib mel akukan pencarian dan pert ol ongan t erhadap set iap pesawat udara yang mengal ami kecel akaan di wil ayah Republ ik Indonesia.

Pasal 33

(1) Set iap orang at au badan hukum yang mengoperasikan pesawat udara waj ib membant u usaha pencarian dan pert ol ongan t erhadap kecel akaan pesawat udara.

(15)

Pasal 34

(1) Pemerint ah mel akukan penel it ian mengenai penyebab set iap kecel akaan pesawat udara yang t erj adi di wil ayah Republ ik Indonesia.

(2) Set iap orang dil arang merusak at au menghil angkan bukt i-bukt i, mengubah l et ak pesawat udara, mengambil bagian pesawat udara at au barang l ainnya yang t ersisa akibat dari kecel akaan pesawat udara sebel um dil akukan penel it ian t erhadap penyebab kecel akaan t ersebut .

(3) Ket ent uan mengenai penel it ian sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 35

Dal am hal pesawat udara asing mengal ami kecel akaan di wil ayah Republ ik Indonesia, wakil pemerint ah t empat pesawat udara didaf t arkan, wakil perusahaan angkut an udara yang bersangkut an, dan wakil pabrik pesawat udara yang bersangkut an dapat disert akan sebagai peninj au dal am penel it ian.

BAB X

ANGKUTAN UDARA

Pasal 36

(1) Kegiat an angkut an udara niaga yang mel ayani angkut an di dal am negeri at au ke l uar negeri hanya dapat diusahakan ol eh badan hukum Indonesia yang t el ah mendapat izin.

(16)

(3) Persyarat an dan t at a cara unt uk memperol eh izin sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) dan ayat (2) diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 37

(1) Usaha angkut an udara niaga dil akukan secara berj adwal dan t idak berj adwal .

(2) Ket ent uan mengenai penet apan j aringan dan rut e penerbangan dal am negeri unt uk angkut an udara niaga berj adwal sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) dengan mempert imbangkan ket erpaduan ant ar moda angkut an diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

(3) Penet apan j aringan dan rut e penerbangan int ernat ional diat ur ol eh Pemerint ah berdasarkan perj anj ian ant ar negara.

Pasal 38

(1) Pemerint ah menyel enggarakan angkut an udara perint is unt uk mel ayani j aringan dan rut e penerbangan yang menghubungkan daerah-daerah t erpencil dan pedal aman at au yang sukar t erhubungi ol eh moda t ransport asi l ain.

(2) Penyel enggaraan angkut an udar a perint is sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 39

(17)

Pasal 40

St rukt ur dan gol ongan t arif angkut an udara niaga, dit et apkan ol eh Pemerint ah.

Pasal 41

(1) Perusahaan angkut an udara niaga, waj ib mengangkut orang dan/ at au barang, set el ah disepakat i perj anj ian pengangkut an. (2) Tiket penumpang at au t iket bagasi merupakan t anda bukt i t el ah

disepakat i perj anj ian pengangkut an dan pembayaran biaya angkut an.

(3) Ket ent uan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 42

(1) Penyandang cacat dan orang sakit berhak memperol eh pel ayanan berupa perl akuan khusus dal am angkut an udara niaga.

(2) Ket ent uan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1), diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 43

(1) Perusahaan angkut an udara yang mel akukan kegiat an angkut an udara niaga bert anggungj awab at as :

a. kemat ian at au l ukanya penumpang yang diangkut ; b. musnah, hil ang at au rusaknya barang yang diangkut ;

(18)

(2) Bat as j uml ah gant i rugi t erhadap t anggung j awab pengangkut sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 44

(1) Set iap orang at au badan hukum yang mengoperasikan pesawat udara bert anggungj awab t erhadap kerugian yang diderit a ol eh pihak ket iga yang diakibat kan ol eh pengoperasian pesawat udara at au kecel akaan pesawat udara at au j at uhnya benda-benda l ain dari pesawat udara yang dioperasikan.

(2) Persyarat an dan t at a cara unt uk memperol eh gant i rugi dan bat as j uml ah gant i rugi sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemernit ah.

Pasal 45

Pengangkut an udara yang dil akukan bert urut -t urut ol eh beberapa perusahaan angkut an udara, dianggap sebagai sat u pengangkut an udara, apabil a ol eh pihak-pihak yang bersangkut an diperj anj ikan sebagai sat u perj anj ian pengangkut an udara.

Pasal 46

Dal am pengangkut an campuran yang sebagian dil aksanakan mel al ui angkut an udara dan sebagian mel al ui moda angkut an l ainnya, ket ent uan dal am Undang-undang ini hanya berl aku unt uk t anggung j awab dal am rangka pengangkut an udara.

Pasal 47

(19)

dal am Pasal 43 dan Pasal 44 ayat (1).

Pasal 48

Set iap orang at au badan hukum yang mengoperasikan pesawat udara waj ib mengasuransikan awak pesawat udara yang dipekerj akannya.

Pasal 49

(1) Dal am keadaan t ert ent u pesawat udara Angkat an Bersenj at a Republ ik Indonesia dapat dipergunakan unt uk keperl uan angkut an udara sipil dan sebal iknya.

(2) Ket ent uan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

BAB XI

DAMPAK LINGKUNGAN

Pasal 50

(1) Unt uk mencegah t erganggunya kel est arian l ingkungan hidup, set iap pesawat udara waj ib memenuhi persyarat an ambang bat as t ingkat kebisingan.

(2) Set iap orang at au badan hukum yang mengoperasikan pesawat udara waj ib mencegah t erganggunya kel est arian l ingkungan hidup sebagaimana dimaksud dal am ayat (1).

(20)

Pasal 51

St andar mengenai t ingkat kebisingan pesawat udara di bandar udara dan sekit arnya diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

BAB XII PENYIDIKAN

Pasal 52

(1) Sel ain pej abat Pol isi Negara Republ ik Indonesia, pej abat Pegawai Negeri Sipil t ert ent u di l ingkungan depart emen yang l ingkup t ugas dan t anggung j awabnya di bidang penerbangan, dapat diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dal am Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 t ent ang Hukum Acara Pidana, unt uk mel akukan penyidikan t indak pidana di bidang penerbangan, kecual i t indak pidana yang diancam hukuman sebagaimana dimaksud dal am Pasal 54.

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) berwenang unt uk:

a. mel akukan, pemeriksaan at as kebenaran l aporan, pengaduan at au ket erangan t ent ang adanya t indak pidana;

b. memanggil dan memeriksa saksi dan/ at au t ersangka;

c. mel akukan penggel edahan, penyegel an dan/ at au penyit aan al at -al at yang digunakan unt uk mel akukan t indak pidana;

d. mel akukan pemeriksaan t empat yang diduga digunakan unt uk mel akukan t indak pidana;

(21)

f . membuat dan menandat angani berit a acara pemeriksaan; g. menghent ikan penyidikan apabil a t idak t erdapat cukup bukt i

t ent ang adanya t indak pidana.

(3) Pel aksanaan penyidikan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) dan ayat (2), dil akukan sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berl aku.

Pasal 53

Penyidikan t erhadap pel anggaran wil ayah udara t ermasuk kawasan udara t erl arang yang mengakibat kan t indakan pemaksaan mendarat ol eh pesawat udara Angkat an Bersenj at a Republ ik Indonesia/ Tent ara Nasional Indonesia Angkat an Udara, dan penyel esaian hukumnya dil akukan sesuai dengan ket ent uan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 t ent ang Hukum Acara Pidana.

BAB XIII KETENTUAN PIDANA

Pasal 54

Barangsiapa mengoperasikan pesawat udara mel al ui kawasan udara t erl arang sebagaimana dimaksud dal am Pasal 6 ayat (2), dipidana dengan pidana penj ara pal ing l ama 6 (enam) t ahun dan denda set inggi-t ingginya Rp. 72. 000. 000, - (t uj uh pul uh dua j ut a rupiah).

Pasal 55

(22)

Pasal 56

Barangsiapa mengoperasikan pesawat t erbang dan hel ikopt er yang t idak mempunyai t anda kebangsaan sebagaimana dimaksud dal am Pasal 10 ayat (1), dipidana dengan pidana kurungan pal ing l ama 1 (sat u) t ahun at au denda set inggi-t ingginya Rp. 36. 000. 000, - (t iga pul uh enam j ut a rupiah).

Pasal 57

Barangsiapa memberi at au mengubah t anda-t anda pada pesawat udara sipil sedemikian rupa sehingga menyerupai pesawat udara negara sebagaimana dimaksud dal am Pasal 11 ayat (1), dipidana dengan pidana kurungan pal ing l ama 6 (enam) bul an at au denda set inggi-t ingginya Rp. 18. 000. 000, - (del apan bel as j ut a rupiah).

Pasal 58

Barangsiapa mengoperasikan pesawat udara asing dari, ke at au mel al ui wil ayah Republ ik Indonesia dengan mel anggar ket ent uan sebagaimana dimaksud dal am Pasal 13 ayat (2), dipidana dengan pidana penj ara pal ing l ama 5 (l ima) t ahun dan denda set inggi-t ingginya Rp. 60. 000. 000, - (enam pul uh j ut a rupiah).

Pasal 59

(23)

Pasal 60

Barangsiapa menerbangkan pesawat udara yang dapat membahayakan kesel amat an pesawat udara, penumpang dan barang, dan/ at au penduduk, at au mengganggu keamanan dan ket ert iban umum at au merugikan hart a benda mil ik orang l ain sebagaimana dimaksud dal am Pasal 16, dipidana dengan pidana penj ara pal ing l ama 5 (l ima) t ahun dan denda set inggi-t ingginya Rp. 60. 000. 000, - (enam pul uh j ut a rupiah).

Pasal 61

Barangsiapa t anpa izin Pemerint ah mel akukan perekaman dari udara dengan menggunakan pesawat udara sebagaimana dimaksud dal am Pasal 17 ayat (1), dipidana dengan pidana penj ara pal ing l ama 5 (l ima ) t ahun dan denda set inggi-t ingginya Rp. 60. 000. 000, - (enam pul uh j ut a rupiah).

Pasal 62

Barangsiapa mel anggar ket ent uan sebagaimana dimaksud dal am Pasal 18 ayat (1), dipidana dengan pidana kurungan pal ing l ama 1 (sat u) t ahun at au denda set inggi-t ingginya Rp. 36. 000. 000, - (t iga pul uh enam j ut a rupiah).

Pasal 63

(24)

Pasal 64

Barangsiapa mengoperasikan f asil it as dan/ at au peral at an penunj ang penerbangan yang t idak memenuhi persyarat an keamanan dan kesel amat an penerbangan sebagaimana dimaksud dal am Pasal 20, dipidana dengan pidana kurungan pal ing l ama 6 (enam) bul an at au denda set inggi-t ingginya Rp. 18. 000. 000, - (del apan bel as j ut a rupiah).

Pasal 65

Barangsiapa membangun dan/ at au mengoperasikan bandar udara khusus t anpa izin sebagaimana dimaksud dal am Pasal 27 ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan pal ing l ama 1 (sat u) t ahun at au denda set inggi-t ingginya Rp. 100. 000. 000, - (serat us j ut a rupiah).

Pasal 66

Barangsiapa t anpa hak berada di t empat -t empat t ert ent u di bandar udara, mendirikan bangunan at au mel akukan kegiat an l ain di dal am at au di sekit ar bandar udara yang dapat membahayakan keamanan dan kesel amat an penerbangan sebagaimana dimaksud dal am Pasal 28, dipidana dengan pidana kurungan pal ing l ama 6 (enam) bul an at au denda set inggi-t ingginya Rp. 18. 000. 000, - (del apan bel as j ut a rupiah).

Pasal 67

(25)

Pasal 68

(1) Barangsiapa t anpa hak merusak at au menghil angkan bukt i-bukt i at au mengubah l et ak pesawat udara, at au mengambil bagian pesawat udara at au barang l ainnya yang t ersisa akibat dari kecel akaan pesawat udara, sebel um dil akukan penel it ian t erhadap penyebab kecel akaan t ersebut sebagaimana dimaksud dal am Pasal 34 ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan pal ing l ama 6 (enam) bul an at au denda set inggi-t ingginya Rp. 18. 000. 000, - (del apan bel as j ut a rupiah).

(2) Apabil a perbuat an sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) dil akukan dengan t uj uan unt uk menghil angkan bukt i-bukt i mengenai penyebab kecel akaan, di pidana dengan pidana penj ara pal ing l ama 5 (l ima) t ahun dan denda set inggi-t ingginya Rp. 60. 000. 000, - (enam pul uh j ut a rupiah).

Pasal 69

Barangsiapa mel akukan kegiat an angkut an udara niaga at au bukan niaga t anpa izin sebagaimana dimaksud dal am Pasal 36 ayat (1) dan ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan pal ing l ama 6 (enam) bul an at au denda set inggi-t ingginya Rp. 18. 000. 000. - (del apan bel as j ut a rupiah).

Pasal 70

(26)

Pasal 71

Barangsiapa t idak mengasuransikan awak pesawat udara yang dipekerj akannya sebagaimana dimaksud dal am Pasal 48 t erhadap resiko t erj adinya kecel akaan pesawat udara, dipidana dengan pidana kurungan pal ing l ama 1 (sat u) t ahun at au denda set inggi-t ingginya Rp. 36. 000. 000, - (t iga pul uh enam j ut a rupiah).

Pasal 72

Barangsiapa mengoperasikan pesawat udara yang t idak memenuhi persyarat an ambang bat as t ingkat kebisingan sebagaimana dimaksud dal am Pasal 50 ayat (1), dipidana dengan pidana kurungan pal ing l ama 1 (sat u) t ahun at au denda set inggi-t ingginya Rp. 36. 000. 000, - (t iga pul uh enam j ut a rupiah).

Pasal 73

(1) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dal am Pasal 54, Pasal 58, Pasal 60, Pasal 61, dan Pasal 68 ayat (2) adal ah kej ahat an.

(27)

BAB XIV

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 74

Dengan berl akunya Undang-undang ini maka :

a. Ordonansi Pengangkut an Udara (Lucht vervoer Ordonnant ie St aat sbl ad Tahun, 1939 Nomor 100) dinyat akan t et ap berl aku sepanj ang t idak bert ent angan dengan Undang-undang ini at au bel um digant i dengan Undang-undang yang baru;

b. semua perat uran pel aksanaan Undang-undang Nomor 93 Tahun 1958 t ent ang Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1687) dinyat akan t et ap berl aku sepanj ang t idak bert ent angan at au bel um digant i dengan yang baru berdasarkan Undang-undang ini.

BAB XV PENUTUP

Pasal 75

Pada saat mul ai berl akunya Undang-undang ini, maka Undang-undang Nomor 83 Tahun 1958 t ent ang Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1687), dinyat akan t idak berl aku.

Pasal 76

Undang-undang ini mul ai berl aku pada t anggal 17 Sept ember 1992.

(28)

Disahkan di Jakart a pada t anggal 25 Mei 1992

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

t t d

SOEHARTO

Diundangkan di Jakart a pada t anggal 25 Mei 1992

MENTERI/ SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA

t t d

(29)

PENJELASAN ATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1992

TENTANG PENERBANGAN

UMUM

Bahwa berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa Negara Republ ik Indonesia t el ah dianugerahi sebagai negara kepul auan yang t erdiri dari beribu pul au, t erl et ak memanj ang di garis khat ul ist iwa, di ant ara dua benua dan dua samudera, ol eh karena it u mempunyai posisi dan peranan yang sangat pent ing dan st rat egis dal am hubungan ant ar bangsa.

Unt uk mencapai t uj uan pembangunan nasional sebagai pengamal an Pancasil a, t ransport asi memil iki posisi yang pent ing dan st rat egis dal am pembangunan bangsa yang berwawasan l ingkungan dan hal ini harus t ercermin pada kebut uhan mobil it as sel uruh sekt or dan wil ayah.

Transport asi merupakan sarana yang sangat pent ing dan st rat egis dal am memperl ancar roda perekonomian, memperkukuh persat uan dan kesat uan, mempengaruhi semua aspek kehidupan bangsa dan negara sert a mempererat hubungan ant ar bangsa.

Pent ingnya t ransport asi t ersebut t ercermin pada semakin meningkat nya kebut uhan j asa angkut an bagi mobil it as orang sert a barang dari dan ke sel uruh pel osok t anah air, bahkan dari dan ke l uar negeri.

(30)

Menyadari peranan t ransport asi, maka penyel enggaraan penerbangan harus dit at a dal am sat u kesat uan sist em t ransport asi nasional secara t erpadu dan mampu mewuj udkan penyediaan j asa t ransport asi yang seimbang dengan t ingkat kebut uhan dan t ersedianya pel ayanan angkut an yang sel amat , aman, cepat , l ancar, t ert ib, t erat ur, nyaman, dan ef isien dengan biaya yang waj ar sert a t erj angkau ol eh daya bel i masyarakat .

Penerbangan yang mempunyai karakt erist ik dan keunggul an t ersendiri perl u dikembangkan dengan memperhat ikan sif at nya yang padat modal sehingga mampu meningkat kan pel ayanan yang l ebih l uas baik di dal am negeri maupun ke l uar negeri.

Pengembangan penerbangan yang dit at a dal am sat u kesat uan sist em, dil akukan dengan mengint egrasikan dan mendinamisasikan unsur-unsurnya yang t erdiri dari prasarana dan sarana penerbangan, perat uran-perat uran, prosedur dan met oda sedemikian rupa sehingga t erwuj ud suat u t ot al it as yang ut uh, berdayaguna, berhasil guna sert a dapat dit erapkan.

Mengingat pent ing dan st rat egisnya peranan penerbangan yang menguasai haj at hidup orang banyak, maka penerbangan dikuasai ol eh negara yang pembinaannya dil akukan ol eh Pemerint ah.

(31)

Kesel uruhan hal t ersebut perl u dicerminkan dal am sat u Undang-undang yang ut uh.

Dal am Undang-undang ini j uga diat ur mengenai hak, kewaj iban sert a t anggung j awab para penyedia j asa dan para pengguna j asa, dan t anggung j awab penyedia j asa t erhadap kerugian pihak ket iga sebagai akibat dari penyel enggaraan penerbangan sert a pembebanan hipot ek t erhadap pesawat t erbang dan hel ikopt er yang t el ah memperol eh t anda pendaf t aran Indonesia.

Di samping it u dal am rangka pembangunan hukum nasional sert a unt uk l ebih memant apkan perwuj udan kepast ian hukum, Undang-undang Nomor 83 Tahun 1958 t ent ang Penerbangan, perl u digant i dengan Undang-undang ini, karena t idak sesuai l agi dengan perkembangan zaman, kemaj uan il mu penget ahuan dan t eknol ogi, dan bel um t ert at a dal am sat u kesat uan sist em yang merupakan bagian dari t ransport asi secara kesel uruhan.

Mengingat Indonesia sebagai sal ah sat u negara anggot a Organisasi Penerbangan Sipil Int ernasional (Int ernat ional Civil Aviat ion Organizat ion, disingkat ICAO), maka ket ent uan-ket ent uan penerbangan int ernasional sebagaimana t ercant um dal am Konvensi Chicago 1944 besert a Annexes dan dokumen-dokumen t eknis operasional nya sert a konvensi-konvensi int ernasional t erkait l ainnya, merupakan ket ent uan-ket ent uan yang harus dit aat i sesuai dengan kepent ingan nasional .

Dal am Undang-undang ini diat ur hal -hal yang bersif at pokok,

sedangkan yang bersif at t eknis dan operasional diat ur dal am Perat uran Pemerint ah dan perat uran pel aksanaan l ainnya.

(32)

Pasal 1 Angka 1

Cukup j el as Angka 2

Cukup j el as Angka 3

Tidak t ermasuk pengert ian pesawat udara adal ah al at -al at yang dapat t erbang bukan ol eh daya angkat dari reaksi udara, mel ainkan karena reaksi udara t erhadap permukaan bumi, misal nya roket .

Angka 4 Cukup j el as Angka 5

Cukup j el as Angka 6

Cukup j el as Angka 7

Cukup j el as Angka 8

Cukup j el as Angka 9

Cukup j el as Angka 10

(33)

Yang dimaksud dengan l apangan t erbang dal am ket ent uan ini adal ah kawasan di darat an at au perairan yang dipergunakan unt uk l epas l andas dan/ at au pendarat an pesawat udara.

Angka 12 Cukup j el as Angka 13

Cukup j el as Angka 14

Cukup j el as Angka 15

Cukup j el as

Pasal 2

Dal am ket ent uan pasal ini yang dimaksud dengan :

a. asas manf aat yait u, bahwa penerbangan harus dapat memberikan manf aat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan, peningkat an kesej aht eraan rakyat dan pengembangan perikehidupan yang berkeseimbangan bagi warga negara, sert a upaya peningkat an pert ahanan dan keamanan negara;

b. asas usaha bersama dan kekel uargaan yait u, bahwa penyel enggaraan usaha di bidang penerbangan dil aksanakan unt uk mencapai cit a-cit a dan aspirasi bangsa yang dal am kegiat annya dapat dil akukan ol eh sel uruh l apisan masyarakat dan dij iwai ol eh semangat kekel uargaan;

(34)

d. asas keseimbangan yait u, bahwa penerbangan harus disel enggarakan sedemikian rupa sehingga t erdapat keseimbangan yang serasi ant ara sarana dan prasarana, ant ara kepent ingan pengguna dan penyedia j asa, ant ara kepent ingan individu dan masyarakat , sert a ant ara kepent ingan nasional dan int ernasional ;

e. asas kepent ingan umum yait u, bahwa penyel enggaraan penerbangan harus mengut amakan kepent ingan pel ayanan umum bagi masyarakat l uas;

f . asas ket erpaduan yait u, bahwa penerbangan harus merupakan kesat uan yang bul at dan ut uh, t erpadu, sal ing menunj ang, dan sal ing mengisi baik int ra maupun ant ar moda t ransport asi;

g. asas kesadaran hukum yait u, bahwa mewaj ibkan kepada pemerint ah unt uk menegakkan dan menj amin kepast ian hukum sert a mewaj ibkan kepada set iap warga negara Indonesia unt uk sel al u sadar dan t aat kepada hukum dal am penyel enggaraan penerbangan;

h. asas percaya pada diri sendiri yait u, bahwa penerbangan harus berl andaskan pada kepercayaan akan kemampuan dan kekuat an sendiri, sert a bersendikan kepada kepribadian bangsa.

Pasal 3

Cukup j el as

Pasal 4

Sebagai negara berdaul at , Republ ik Indonesia memil iki kedaul at an penuh dan ut uh di wil ayah udara Republ ik Indonesia, sesuai dengan ket ent uan Konvensi Chicago 1944 t ent ang Penerbangan Sipil Int ernasional .

(35)

kewenangan dan t anggung j awab negara Republ ik Indonesia unt uk mengat ur penggunaan wil ayah udara yang merupakan bagian dari wil ayah dirgant ara Indonesia, sedangkan mengenai kedaul at an at as wil ayah Republ ik Indonesia secara menyel uruh t et ap berl aku ket ent uan sebagaimana diat ur dal am Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 t ent ang Ket ent uan Pokok Pert ahanan Keamanan Negara Republ ik Indonesia.

Pasal 5

Wil ayah udara yang berupa ruang udara di at as wil ayah darat an dan perairan Republ ik Indonesia merupakan kekayaan nasional sehingga harus dimanf aat kan bagi sebesar-besar kepent ingan rakyat , bangsa, dan negara.

Pasal 6 Ayat (1)

Kewenangan menet apkan kawasan udara t erl arang merupakan kewenangan dari set iap negara berdaul at unt uk mengat ur penggunaan wil ayah udaranya, dal am rangka pert ahanan keamanan negara dan kesel amat an penerbangan.

Kawasan udara t erl arang dal am ket ent uan ini mengandung dua pengert ian yait u :

a. kawasan udara t erl arang yang l arangannya bersif at t et ap (prohibit ed area) karena pert imbangan pert ahanan dan keamanan negara sert a kesel amat an penerbangan;

(36)

Ayat (2)

Penegakan hukum t erhadap ket ent uan ini dil akukan dengan menggunakan pesawat udara Angkat an Bersenj at a Republ ik Indonesia ol eh inst ansi yang bert anggung j awab di bidang pert ahanan dan keamanan.

Ayat (3) Cukup j el as

Pasal 7 Ayat (1)

Pengert ian dikuasai ol eh negara adal ah bahwa negara mempunyai hak penguasaan at as penyel enggaraan penerbangan yang perwuj udannya mel iput i aspek-aspek pengat uran, pengendal ian, dan pengawasan.

Dal am aspek pengat uran, t ercakup perumusan dan penent uan kebij aksanaan umum maupun t eknis yang ant ara l ain berupa persyarat an kesel amat an dan perizinan.

Aspek pengendal ian dil akukan baik di bidang pembangunan maupun operasi berupa pengarahan dan bimbingan. Sedangkan aspek pengawasan dil akukan t erhadap penyel enggaraan penerbangan.

Ayat (2) Cukup j el as Ayat (3)

(37)

yang ada dal am masyarakat dal am rangka meningkat kan kemampuan penerbangan nasional yang l ebih l uas.

Ayat (4) Cukup j el as

Pasal 8

Yang dimaksud dengan mempunyai keandal an adal ah kondisi prasarana yang siap pakai dan secara t eknis l aik unt uk dioperasikan sert a sarana yang l aik udara.

Pasal 9 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan t anda pendaf t aran dal am ket ent uan ini adal ah t anda pendaf t aran Indonesia at au asing.

Pengert ian dioperasikan dal am ayat ini adal ah dipakai unt uk t erbang.

Ayat (2) Huruf a

Cukup j el as Huruf b

Sepanj ang kebut uhan angkut an udara di Indonesia bel um t erpenuhi, pesawat udara yang dimil iki ol eh warga negara asing at au badan hukum asing, dapat didaf t arkan di Indonesia apabil a memenuhi ket ent uan dal am ayat ini.

Huruf c

(38)

Yang dimaksud dengan l embaga t ert ent u ant ara l ain l embaga sosial , keagamaan, pendidikan, dan ol ah raga. Sedangkan yang dimaksud dengan izin Pemerint ah adal ah izin unt uk mel akukan kegiat an t ert ent u di Indonesia dan izin unt uk dapat menggunakan pesawat udara dal am rangka menunj ang kegiat annya.

Ayat (3)

Sesuai dengan kebut uhan dan perkembangan keadaan, dal am Perat uran Pemerint ah dapat diat ur mengenai bent uk-bent uk perj anj ian l ainnya yang dapat dipergunakan sebagai dasar unt uk mendaf t arkan di Indonesia, pesawat udara mil ik warga negara asing at au badan hukum asing, dengan t et ap memperhat ikan ket ent uan dal am Undang-undang ini.

Pasal 10 Ayat (1)

Cukup j el as Ayat (2)

Cukup j el as Ayat (3)

Yang dimaksud dengan j enis-j enis pesawat t erbang t ert ent u yang merupakan hasil pengembangan t eknol ogi ant ara l ain adal ah pesawat t erbang sangat ringan (ul t ra l ight ).

Mengingat pengoperasian ul t ra l ight sangat t erbat as dan t erhadap ul t ra l ight t idak berl aku ket ent uan Konvensi Chicago 1944, maka t idak diwaj ibkan unt uk memil iki t anda kebangsaan.

(39)

Ayat (1) Cukup j el as Ayat (2)

Berdasarkan pert imbangan keamanan dan ket ert iban, ket ent uan dal am pasal ini diberl akukan pul a t erhadap j enis-j enis pesawat udara t ert ent u yang dit et apkan ol eh Pemerint ah.

Pasal 12 Ayat (1)

Terhadap hipot ek pesawat t erbang dan hel ikopt er sebagaimana dimaksud dal am ket ent uan ini berl aku ket ent uan-ket ent uan hipot ek dal am Kit ab Undang-undang Hukum Perdat a Indonesia. Ket ent uan dal am pasal ini t idak menut up pembebanan pesawat

t erbang dan hel ikopt er dengan hak j aminan l ain sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berl aku.

Ayat (2) Cukup j el as Ayat (3)

Cukup j el as

Pasal 13 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan kat a digunakan dal am ket ent uan ini adal ah dioperasikan.

(40)

Ayat (3) Cukup j el as Ayat (4)

Cukup j el as

Pasal 14

Ket ent uan ini dimaksudkan unt uk mencapai opt imal isasi dal am pengoperasian pesawat udara, mel al ui pengat uran j enis dan penggunaan pesawat udara pada rut e at au daerah operasi t ert ent u, dengan memperhat ikan perkembangan indust ri pesawat udara dal am negeri dan perkembangan angkut an udara nasional .

Dal am Perat uran Pemerint ah diat ur j enis dan penggunaan pesawat udara sipil unt uk angkut an udara niaga dan bukan niaga, sert a j enis dan penggunaan pesawat udara negara unt uk Angkat an Bersenj at a Republ ik Indonesia, Bea dan Cukai, dan l ain-l ain inst ansi.

Pasal 15 Ayat (1)

Cukup j el as Ayat (2)

Yang dimaksud dal am keadaan darurat adal ah suat u keadaan yang memaksa, sehingga harus dil akukan pendarat an di l uar bandar udara yang t el ah dit et apkan, misal nya karena t erj adi kerusakan mesin at au kehabisan bahan bakar at au cuaca buruk yang dapat membahayakan kesel amat an penerbangan apabil a penerbangan t et ap dil anj ut kan.

(41)

Pasal 16

Kegiat an yang membahayakan t ersebut ant ara l ain t erbang di l uar j al ur yang dit ent ukan, t erbang t idak membawa peral at an kesel amat an, t erbang di at as kawasan udara t erl arang, dan j uga dapat membahayakan kel est arian l ingkungan hidup.

Pasal 17 Ayat (1)

Ket ent uan ini dimaksudkan unt uk mencegah dil akukannya kegiat an perekaman dengan menggunakan pesawat udara yang dil engkapi dengan al at -al at perekam dal am bent uk apapun,

sehingga dapat membahayakan kepent ingan pert ahanan dan keamanan negara.

Ayat (2) Cukup j el as

Pasal 18 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan personil penerbangan adal ah orang yang mempunyai kecakapan t ert ent u yang t ugasnya secara l angsung mempengaruhi kesel amat an penerbangan.

Ayat (2)

(42)

Ayat (3) Cukup j el as

Pasal 19 Ayat (1)

Cukup j el as Ayat (2)

Cukup j el as Ayat (3)

Cukup j el as

Pasal 20

Fasil it as penerbangan ial ah peral at an-peral at an yang dibut uhkan l angsung unt uk navigasi penerbangan ant ara l ain peral at an sist em pendarat an, sist em komunikasi, met eorol ogi sedangkan peral at an penunj ang berupa peral at an yang t idak secara l angsung mempengaruhi keamanan dan kesel amat an penerbangan ant ara l ain peral at an perbengkel an.

Pasal 21 Ayat (1)

Ket ent uan ini merupakan persyarat an yang harus diperhat ikan dal am rangka kesel amat an penerbangan.

(43)

Pasal 22 Ayat (1)

Pel ayanan navigasi penerbangan (air navigat ion) dal am ket ent uan ini ant ara l ain t erdiri dari pel ayanan l al u l int as udara, met eorol ogi, komunikasi penerbangan, dan f asil it as bant u navigasi penerbangan.

Ayat (2)

Pendapat an yang diperol eh sebagai hasil pemberian pel ayanan navigasi penerbangan sebagaimana dimaksud dal am ket ent uan ini, dikel ol a sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berl aku.

Ayat (3) Cukup j el as

Pasal 23 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan sel ama t erbang dal am ket ent uan ini adal ah sej ak saat semua pint u l uar pesawat udara dit ut up set el ah naiknya penumpang (embarkasi) sampai saat pint u dibuka unt uk penurunan penumpang (debarkasi).

Kewenangan yang diat ur dal am Undang-undang ini unt uk memberi l andasan hukum bagi t indakan yang diambil ol eh kapt en penerbang dal am rangka keamanan dan kesel amat an penerbangan.

Ayat (2) Cukup j el as

(44)

Cukup j el as

Pasal 25 Ayat (1)

Cukup j el as Ayat (2)

Cukup j el as Ayat (3)

Cukup j el as

Pasal 26 Ayat (1)

Penyel enggaraan bandar udara sebagaimana dimaksud dal am ket ent uan ini mel iput i kegiat an perencanaan, pembangunan, pengoperasian, perawat an, dan pengawasan sert a pengendal ian. Ayat (2)

Cukup j el as Ayat (3)

Fasil it as penunj ang bandar udara adal ah f asil it as yang diperl ukan unt uk memperl ancar arus l al u l int as penumpang, kargo, dan pos di bandar udara, ant ara l ain hot el , j asaboga, t oko, gudang, hanggar, parkir, dan j asa perawat an pada umumnya.

Ayat (4)

(45)

Pasal 27 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan bandar udara khusus adal ah bandar udara yang penggunaannya hanya unt uk menunj ang kegiat an t ert ent u dan t idak dipergunakan unt uk umum.

Ayat (2)

Pengawasan dan pengendal ian t erhadap. bandar udara khusus t et ap dil aksanakan ol eh Pemerint ah.

Ayat (3)

Dal am Perat uran Pemerint ah diat ur pul a ket ent uan mengenai kemungkinan penggunaan bandar udara khusus unt uk umum.

Pasal 28

Pengert ian berada di bandar udara dal am ket ent uan ini adal ah berada t anpa izin di daerah-daerah t ert ent u di bandar udara yang dapat membahayakan keamanan dan kesel amat an penerbangan. Yang dimaksud dengan bangunan ant ara l ain adal ah bangunan yang

secara pisik membahayakan operasi l al u l int as udara, yang dapat berupa gedung, t umpukan t anah, t umpukan bahan bangunan, at au benda-benda gal ian baik bersif at sement ara at aupun bersif at t et ap. Ket ent uan ini j uga berl aku t erhadap bangunan yang sebel umnya

t el ah didirikan at au t anaman yang kemudian t ernyat a dapat membahayakan keamanan dan kesel amat an penerbangan.

(46)

Pasal 29

Cukup j el as

Pasal 30 Ayat (1)

Tanggung j awab t erhadap keamanan dan kesel amat an penerbangan sert a kel ancaran pel ayanan t ermasuk keamanan dan kesel amat an cal on penumpang dan penumpang sel ama berada di sisi udara dari bandar udara yang bersangkut an.

Ayat (2) Cukup j el as

Pasal 31

Dengan berpedoman pada st rukt ur dan gol ongan t arif yang dit et apkan ol eh Pemerint ah. penyel enggara bandar udara menet apkan t arif dengan memperhat ikan kel angsungan dan pengembangan usaha penyel enggara bandar udara dal am rangka meningkat kan mut u pel ayanan.

Pasal 32

Pengert ian pencarian dan pert ol ongan (search and rescue) dal am ket ent uan ini adal ah pencarian t erhadap pesawat udara dan manusia yang menj adi korban, sedangkan pert ol ongan hanya t erhadap manusia.

(47)

Cukup j el as Ayat (2)

Cukup j el as

Pasal 34 Ayat (1)

Penel it ian mengenai penyebab kecel akaan sebagaimana dimaksud dal am ket ent uan ini, dil akukan ol eh suat u panit ia yang anggot anya t erdiri dari para ahl i di bidang penerbangan dan bidang-bidang l ain sesuai kebut uhan.

Semua ket erangan at au dat a yang dit emukan dari kegiat an penel it ian t idak dimaksudkan unt uk mempert anggungj awabkan kesal ahan pada pihak-pihak yang t erkait , mel ainkan unt uk mencegah j angan sampai t erj adi l agi kecel akaan pesawat udara dengan penyebab yang sama.

Ayat (2)

Unt uk keperl uan penyel amat an para korban dan kesel amat an penerbangan sert a kesel amat an umum yang disebabkan ol eh kecel akaan dimaksud para pet ugas yang berwenang dapat mel akukan t indakan merusak, mengubah l et ak pesawat udara at au mengambil bagian pesawat udara dan l ain-l ain sebel um dil akukan penel it ian penyebab kecel akaan pesawat udara t ersebut .

Ayat (3) Cukup j el as

Pasal 35

(48)

pengert ian bahwa bukan merupakan suat u kewaj iban unt uk mengikut sert akan wakil pemerint ah t empat pesawat udara didaf t arkan dan/ at au wakil perusahaan angkut an udara dan/ at au wakil pabrik pesawat udara yang bersangkut an sebagai peninj au dal am penel it ian.

Pengert ian peninj au dal am ket ent uan ini adal ah pengamat (observer) dal am pel aksanaan penel it ian.

Pasal 36 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan badan hukum Indonesia adal ah badan usaha mil ik negara, badan usaha mil ik swast a, dan koperasi.

Ayat (2)

Kegiat an angkut an udara bukan niaga yang dil aksanakan ol eh badan hukum Indonesia at au perorangan adal ah yang kegiat an pokoknya bukan usaha angkut an udara dan hanya unt uk mendukung kegiat an pokok t ersebut , misal nya perusahaan perkebunan, perusahaan minyak, dan l ain sebagainya.

Ayat (3) Cukup j el as

Pasal 37 Ayat (1)

(49)

Ayat (2)

Penet apan j aringan dan rut e penerbangan bert uj uan di samping unt uk kepent ingan kel angsungan hidup perusahaan angkut an udara j uga unt uk menj amin t ersedianya j asa angkut an udara yang diperl ukan ol eh pengguna j asa ke sel uruh pel osok wil ayah Republ ik Indonesia, t ermasuk j aringan dan rut e angkut an udara perint is.

Ayat (3)

Penent uan j aringan dan rut e penerbangan int ernasional dibicarakan dal am negosiasi perj anj ian ant ar negara dengan memanf aat kan wil ayah udara nasional bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat .

Del egasi Indonesia dal am negosiasi t erdiri dari inst ansi pemerint ah yang t erkait dan perusahaan angkut an udara yang akan mel ayani rut e t ersebut .

Pasal 38 Ayat (1)

Guna membuka isol asi dan mengembangkan semua daerah dan pul au t erpencil , angkut an udara perint is disel enggarakan ol eh pemerint ah dengan mengikut sert akan angkut an udara niaga nasional yang dapat diberi kemudahan t ert ent u.

Ayat (2) Cukup j el as

Pasal 39

(50)

Pasal 40

Dal am penet apan st rukt ur dan gol ongan t arif angkut an udara niaga domest ik, Pemerint ah memperhat ikan kepent ingan masyarakat dan kepent ingan penyel enggara angkut an udara niaga.

Pemerint ah menet apkan t arif yang berorient asi kepada kepent ingan dan kemampuan masyarakat l uas, t ermasuk t arif unt uk angkut an udara perint is.

Dengan berpedoman pada st rukt ur dan gol ongan t arif t ersebut penyel enggara angkut an udara niaga menet apkan t arif yang berorient asi kepada kel angsungan dan pengembangan usaha angkut an udara niaga dal am rangka meningkat kan mut u pel ayanan. Tarif angkut an udara niaga int ernasional dit et apkan berdasarkan

perj anj ian int ernasional .

Pasal 41 Ayat (1)

Ket ent uan waj ib angkut ini dimaksudkan agar perusahaan angkut an udara niaga t idak mel akukan perbedaan perl akuan t erhadap pengguna j asa angkut an, sepanj ang yang bersangkut an t el ah memenuhi persyarat an sesuai perj anj ian pengangkut an yang disepakat i.

Ayat (2) Cukup j el as Ayat (3)

Cukup j el as

(51)

Pel ayanan khusus bagi penumpang yang menyandang cacat at au orang sakit dimaksudkan agar mereka j uga dapat menikmat i pel ayanan angkut an udara dengan baik.

Yang dimaksud pel ayanan khusus dal am ket ent uan ini dapat berupa pembuat an j al an khusus di bandar udara dan sarana khusus unt uk naik ke at au t urun dari pesawat udara, at au penyediaan ruang yang disediakan khusus bagi penempat an kursi roda at au sarana bant u bagi or ang sakit yang pengangkut annya mengharuskan dal am posisi t idur.

Yang dimaksud dengan cacat dal am ket ent uan ini misal nya penumpang yang menggunakan kursi roda karena l umpuh, cacat kaki, t una net ra, dan sebagainya.

Tidak t ermasuk dal am pengert ian orang sakit dal am ket ent uan ini adal ah orang yang menderit a penyakit menul ar sesuai perat uran perundang-undangan yang berl aku.

Ayat (2) Cukup j el as

Pasal 43 Ayat (1)

Huruf a

Tanggung j awab perusahaan angkut an udara sebagaimana dimaksud dal am ket ent uan ini adal ah apabil a kemat ian at au l ukanya penumpang diakibat kan karena kecel akaan sel ama dal am pengangkut an udara dan t erj adi di dal am pesawat udara at au kecel akaan pada saat naik ke at au t urun dari pesawat udara.

(52)

Huruf b

Cukup j el as Huruf c

Cukup j el as Ayat (2)

Ket ent uan ini dimaksudkan unt uk menyempurnakan bal as gant i rugi sebagaimana diat ur dal am Pasal 30 Ordonansi Pengangkut an Udara (Lucht vervoer Ordonnant ie St aat sbl ad 1939 No. 100).

Besarnya gant i rugi harus sel al u disesuaikan dengan perkembangan nil ai mat a uang.

Pasal 44 Ayat (1)

Yang dimaksud pihak ket iga adal ah orang at au badan hukum yang t idak ada kait annya dengan pengoperasian pesawat udara t et api meninggal at au l uka at au menderit a kerugian akibat pengoperasian pesawat udara.

Ayat (2)

Penet apan bat as gant i rugi harus sel al u disesuaikan dengan perkembangan nil ai mat a uang.

Pasal 45

(53)

angkut an udara.

Ket ent uan ini dimaksudkan unt uk mel indungi kepent ingan pengguna j asa angkut an udara.

Pasal 46

Ket ent uan ini dimaksudkan unt uk memberikan penegasan bahwa dal am hal pengangkut an campuran, Undang-undang ini hanya mengat ur ket ent uan mengenai t anggung j awab pengangkut udara, apabil a kegiat an angkut an t ersebut dil akukan dal am sat u dokumen angkut an udara, sedangkan ket ent uan mengenai t anggung j awab yang menyangkut moda angkut an l ainnya diat ur berdasarkan ket ent uan mengenai t anggungj awab sesuai perat uran perundang-undangan yang berl aku.

Pasal 47

Cukup j el as

Pasal 48

Cukup j el as

Pasal 49 Ayat (1)

(54)

Begit u j uga sebal iknya apabil a Pemerint ah memerl ukan pesawat udara unt uk t ransport asi angkut an udara Angkat an Bersenj at a Republ ik Indonesia, sedangkan yang t ersedia hanya pesawat udara sipil maka pesawat udara sipil dapat diubah menj adi pesawat udara Angkat an Bersenj at a Republ ik Indonesia sesuai dengan persyarat an pesawat udara Angkat an Bersenj at a Republ ik Indonesia.

Sedangkan yang dimaksudkan dengan angkut an udara sipil adal ah angkut an udara niaga at au bukan niaga.

Ayat (2) Cukup j el as

Pasal 50 Ayat (1)

Cukup j el as Ayat (2)

Cukup j el as Ayat (3)

Cukup j el as

Pasal 51

Ket ent uan ini bert uj uan unt uk mencegah at au set idak-t idaknya mengurangi sej auh mungkin gangguan yang diderit a ol eh masyarakat yang dit imbul kan ol eh kebisingan bunyi mesin pesawat udara, baik pada wakt u t erbang, mendarat , t inggal l andas maupun pada saat menghidupkan mesinnya di bandar udara.

(55)

Ayat (1)

Penyidikan pel anggaran t erhadap Undang-undang Penerbangan memerl ukan keahl ian dal am bidang penerbangan sehingga perl u adanya pet ugas khusus unt uk mel akukan penyidikan di samping pegawai yang biasa bert ugas menyidik t indak pidana.

Ayat (2) Cukup j el as Ayat (3)

Cukup j el as

Pasal 53

Cukup j el as

Pasal 54

Cukup j el as

Pasal 55

Cukup j el as

Pasal 56

Cukup j el as

Pasal 57

(56)

Pasal 58

Cukup j el as

Pasal 59

Cukup j el as

Pasal 60

Cukup j el as

Pasal 61

Cukup j el as

Pasal 62

Cukup j el as

Pasal 63

Cukup j el as

Pasal 64

Cukup j el as

Pasal 65

(57)

Pasal 66

Cukup j el as

Pasal 67

Cukup j el as

Pasal 68 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan merusak at au menghil angkan bukt i-bukt i, mengubah l et ak pesawat udara, mengambil bagian pesawat udara at au barang l ainnya yang t ersisa akibat kecel akaan pesawat udara adal ah set iap t indakan yang mengakibat kan sul it nya penel it ian t erhadap penyebab kecel akaan pesawat udara.

Ayat (2) Cukup j el as

Pasal 69

Cukup j el as

Pasal 70

Cukup j el as

Pasal 71

(58)

Pasal 72

Cukup j el as

Pasal 73 Ayat (1)

Cukup j el as Ayat (2)

Cukup j el as

Pasal 74 Huruf a

Ket ent uan ini dimaksudkan unt uk menegaskan bahwa ordonansi Pengangkut an Udara (Lucht vervoer Ordonnant ie St aat sbl ad 1939 No. 100) t et ap berl aku.

Dal am Undang-undang ini t el ah dil akukan penyempurnaan t erhadap Pasal 3, Pasal 30, dan Pasal 38 Ordonansi Pengangkut an Udara (Lucht vervoer Ordonnant ie St aat sbl ad 1939 No. 100) yang mat erinya t el ah dit uangkan di dal am Pasal 43, Pasal 45, dan Pasal 46.

Dal am rangka mengant isipasi perkembangan angkut an udara yang semakin meningkat , baik di dal am negeri maupun int ernasional , perl u segera diambil l angkah-l angkah perubahan dan penyempurnaan t erhadap Ordonansi Pengangkut an Udara (Lucht vervoer Ordonnant ie St aat sbl ad 1939 No. 100) dal am bent uk Undang-undang t ersendiri.

(59)

Pasal 75

Cukup j el as

Pasal 76

Referensi

Dokumen terkait

Abstract: Study on ethnobotany, nutritional composition and DPPH radical scavenging of leafy vegetables of wild Paederia foetida and Erechtites hieracifolia in

Adapun contoh grafik column yang akan kita pelajari adalah seperti yang tertera dibawah ini. Sebelum membuat suatu grafik, terlebih dahulu harus membuat sebuah tabel. Atau klik

[1] M.Junius Effendi, Sistem Informasi Geografis Objek Wisata Pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pagaralam Berbasis Web, 2015. [2] I Wayan Eka

This presentation may contain statements regarding the business of PT Selamat Sempurna Tbk and its subsidiaries that are of a forward-looking nature and are therefore based

Tujuan peninjauan itu antara lain untuk (1) Upaya sosialisasi HFA dan kebijakan turunannya baik dalam sistem maupun dalam Renas PB dan RAN PRB; (2) Untuk

Alor Tahun Anggaran 2016 melalui Surat Penetapan Pemenang Pelelangan Umum Nomor: 318.ULP/POKJA KONST/VI/2015 tanggal 06 Juni 2016 telah menetapkan Pemenang Pelelangan Umum

Thanks to the wide range of scripts and free blogging sites such as blogger.com and wordpress.com anyone can get a blog and they are very easy to use, some people also use blogs as

Uji aktivitas antimikroba dilakukan memakai disc diffusion method (metode Kirby-Bauer) dengan mengukur diameter zona hambat seperti yang dijelaskan dalam Fischbach dan