• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETENTUAN PIDANA

Dalam dokumen Persandingan Satu NaskahUndang-Undang KUP (Halaman 103-113)

Pasal 38

Seiap orang yang karena kealpaannya :

a. idak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau

b. menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya idak benar atau idak lengkap, atau

melampirkan keterangan yang isinya idak benar,

sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan atau denda paling inggi 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang idak atau kurang dibayar.

Penjelasan

Pelanggaran terhadap kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh Wajib Pajak, sepanjang menyangkut indakan administrasi perpajakan dikenakan sanksi administrasi, sedangkan yang menyangkut indak pidana di bidang perpajakan, dikenakan sanksi pidana. Perbuatan atau indakan sebagaimana dimaksud dalam pasal ini bukan merupakan pelanggaran administrasi tetapi merupakan indak pidana.

Dengan adanya sanksi pidana tersebut, diharapkan tumbuhnya kesadaran Wajib Pajak untuk mematuhi kewajiban perpajakan seperi yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.

Kealpaan yang dimaksud dalam Pasal ini berari idak sengaja, lalai, idak hai- hai, atau kurang mengindahkan kewajibannya, sehingga perbuatan tersebut menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.

Pasal 39

(1) Seiap orang yang dengan sengaja :

a. idak mendatarkan diri, atau menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2; atau

b. idak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau

BAB VIII

KETENTUAN PIDANA

Pasal 38

Seiap orang yang karena kealpaannya:

a. idak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau

b. menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya idak benar atau idak lengkap, atau

melampirkan keterangan yang isinya idak benar

sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dan perbuatan tersebut merupakan perbuatan setelah perbuatan yang pertama kali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A, didenda paling sedikit 1 (satu) kali jumlah pajak terutang yang idak atau kurang dibayar dan paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang idak atau kurang dibayar, atau dipidana kurungan paling singkat 3 (iga) bulan atau paling lama 1 (satu) tahun.

Penjelasan

Pelanggaran terhadap kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh Wajib Pajak, sepanjang menyangkut indakan administrasi perpajakan, dikenai sanksi administrasi dengan menerbitkan surat ketetapan pajak atau Surat Tagihan Pajak, sedangkan yang menyangkut indak pidana di bidang perpajakan dikenai sanksi pidana.

Perbuatan atau indakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini bukan merupakan pelanggaran administrasi melainkan merupakan indak pidana di bidang perpajakan.

Dengan adanya sanksi pidana tersebut, diharapkan tumbuhnya kesadaran Wajib Pajak untuk mematuhi kewajiban perpajakan seperi yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.

Kealpaan yang dimaksud dalam Pasal ini berari idak sengaja, lalai, idak hai- hai, atau kurang mengindahkan kewajibannya sehingga perbuatan tersebut dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.

Pasal 39

(1) Seiap orang yang dengan sengaja:

a. idak mendatarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak atau idak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak; b. menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak

c. menyampaikan Surat Pemberitahuan dan atau keterangan yang isinya idak benar atau idak lengkap; atau

d. menolak untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29; atau

e. memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar; atau

f. idak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, idak memperlihatkan atau idak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lainnya; atau

g. idak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut,

sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling inggi 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang idak atau kurang dibayar.

Penjelasan Ayat (1)

Perbuatan atau indakan sebagaimana dimaksud dalam ayat ini yang dilakukan dengan sengaja dikenakan sanksi yang berat mengingat peningnya peranan penerimaan pajak dalam penerimaan negara.

(2) Pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilipatkan 2 (dua) apabila seseorang melakukan lagi indak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara yang dijatuhkan.

Penjelasan Ayat (2)

Untuk mencegah terjadinya pengulangan indak pidana di bidang perpajakan, maka bagi mereka yang melakukan lagi indak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun sejak selesainya menjalani sebagian atau seluruh pidana penjara yang dijatuhkan, dikenakan pidana lebih berat, ialah dilipatkan 2 (dua) dari ancaman pidana yang diatur dalam ayat (1).

(3) Seiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan indak pidana menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau

c. idak menyampaikan Surat Pemberitahuan;

d. menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya idak benar atau idak lengkap;

e. menolak untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29; f. memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu

atau dipalsukan seolah-olah benar, atau idak menggambarkan keadaan yang sebenarnya;

g. idak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia, idak memperlihatkan atau idak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lain; h. idak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi dasar

pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau diselenggarakan secara program aplikasi on-line di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (11); atau

i. idak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut

sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang idak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang idak atau kurang dibayar.

Penjelasan Ayat (1)

Perbuatan atau indakan sebagaimana dimaksud pada ayat ini yang dilakukan dengan sengaja dikenai sanksi yang berat mengingat peningnya peranan penerimaan pajak dalam penerimaan negara.

Dalam perbuatan atau indakan ini termasuk pula seiap orang yang dengan sengaja idak mendatarkan diri, menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak, atau menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

(2) Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambahkan 1 (satu) kali menjadi 2 (dua) kali sanksi pidana apabila seseorang melakukan lagi indak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara yang dijatuhkan.

Penjelasan Ayat (2)

Untuk mencegah terjadinya pengulangan indak pidana di bidang perpajakan, bagi mereka yang melakukan lagi indak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun sejak selesainya menjalani sebagian atau seluruh pidana penjara yang dijatuhkan, dikenai sanksi pidana lebih berat, yaitu ditambahkan 1 (satu) kali menjadi 2 (dua) kali sanksi pidana yang diatur pada ayat (1).

(3) Seiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan indak pidana menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau

Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, atau menyampaikan Surat Pemberitahuan dan atau keterangan yang isinya idak benar atau idak lengkap sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c dalam rangka mengajukan permohonan resitusi atau melakukan kompensasi pajak, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling inggi 4 (empat) kali jumlah resitusi yang dimohon dan atau kompensasi yang dilakukan oleh Wajib Pajak.

Penjelasan Ayat (3)

Penyalahgunaan atau penggunaan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, atau penyampaian Surat Pemberitahuan yang isinya idak benar atau idak lengkap dalam rangka mengajukan permohonan resitusi pajak dan atau kompensasi pajak yang idak benar, sangat merugikan negara. Oleh karena itu percobaan melakukan indak pidana tersebut merupakan delik tersendiri.

Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, atau menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya idak benar atau idak lengkap, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, dalam rangka mengajukan permohonan resitusi atau melakukan kompensasi pajak atau pengkreditan pajak, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah resitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah resitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan.

Penjelasan Ayat (3)

Penyalahgunaan atau penggunaan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, atau penyampaian Surat Pemberitahuan yang isinya idak benar atau idak lengkap dalam rangka mengajukan permohonan resitusi pajak dan/atau kompensasi pajak atau pengkreditan pajak yang idak benar sangat merugikan negara. Oleh karena itu, percobaan melakukan indak pidana tersebut merupakan delik tersendiri.

Pasal 39A

Seiap orang yang dengan sengaja:

a. menerbitkan dan/atau menggunakan faktur pajak, buki pemungutan pajak, buki pemotongan pajak, dan/atau buki setoran pajak yang idak berdasarkan transaksi yang sebenarnya; atau

b. menerbitkan faktur pajak tetapi belum dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak

dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 6 (enam) tahun serta denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak dalam faktur pajak, buki pemungutan pajak, buki pemotongan pajak, dan/atau buki setoran pajak dan paling banyak 6 (enam) kali jumlah pajak dalam faktur pajak, buki pemungutan pajak, buki pemotongan pajak, dan/atau buki setoran pajak. Penjelasan

Faktur pajak sebagai buki pungutan pajak merupakan sarana administrasi yang sangat pening dalam pelaksanaan ketentuan Pajak Pertambahan Nilai. Demikian juga buki pemotongan pajak dan buki pemungutan pajak merupakan sarana untuk pengkreditan atau pengurangan pajak terutang sehingga seiap penyalahgunaan faktur pajak, buki pemotongan pajak, buki pemungutan pajak, dan/atau buki setoran pajak dapat mengakibatkan dampak negaif dalam keberhasilan pemungutan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penghasilan. Oleh karena itu, penyalahgunaan tersebut berupa penerbitan dan/atau penggunaan faktur pajak, buki pemotongan pajak, buki pemungutan pajak, dan/atau buki setoran pajak yang idak berdasarkan transaksi yang sebenarnya dikenai sanksi pidana.

Pasal 40

Tindak pidana di bidang perpajakan idak dapat dituntut setelah lampau waktu sepuluh tahun sejak saat terhutangnya pajak, berakhirnya Masa Pajak, berakhirnya Bagian Tahun Pajak, atau berakhirnya Tahun Pajak yang bersangkutan.

Penjelasan

Tindak pidana di bidang perpajakan daluwarsa sepuluh tahun, dari sejak saat terhutangnya pajak, berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak yang bersangkutan. Hal tersebut dimaksudkan guna memberikan suatu kepasian hukum bagi Wajib Pajak, Penuntut Umum dan Hakim.

Jangka waktu sepuluh tahun tersebut adalah untuk menyesuaikan dengan daluwarsa penyimpanan dokumen-dokumen perpajakan yang dijadikan dasar penghitungan jumlah pajak yang terhutang, selama sepuluh tahun.

Pasal 41

(1) Pejabat yang karena kealpaannya idak memenuhi kewajiban merahasiakan hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp 4.000.000,00 (empat juta rupiah).

Penjelasan Ayat (1)

Untuk menjamin bahwa kerahasiaan mengenai perpajakan idak akan diberitahukan kepada pihak lain dan supaya Wajib Pajak dalam memberikan data dan keterangan idak ragu-ragu, dalam rangka pelaksanaan undang-undang perpajakan, maka perlu adanya sanksi pidana bagi pejabat yang bersangkutan yang menyebabkan terjadinya pengungkapan kerahasiaan tersebut.

Pengungkapan kerahasiaan menurut ayat ini adalah dilakukan karena kealpaan dalam ari lalai, idak hai-hai, atau kurang mengindahkan, sehingga kewajiban untuk merahasiakan, keterangan atau buki-buki yang ada pada Wajib Pajak yang dilindungi oleh undang-undang perpajakan dilanggar. Atas kealpaan tersebut dihukum dengan hukuman yang seimpal.

(2) Pejabat yang dengan sengaja idak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang menyebabkan idak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

Penjelasan Ayat (2)

Perbuatan atau indakan sebagaimana dimaksud dalam ayat ini yang dilakukan dengan sengaja dikenakan sanksi yang lebih berat dibanding dengan perbuatan atau

Pasal 40

Tindak pidana di bidang perpajakan idak dapat dituntut setelah lampau waktu sepuluh tahun sejak saat terhutangnya pajak, berakhirnya Masa Pajak, berakhirnya Bagian Tahun Pajak, atau berakhirnya Tahun Pajak yang bersangkutan.

Penjelasan

Tindak pidana di bidang perpajakan daluwarsa sepuluh tahun, dari sejak saat terhutangnya pajak, berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak yang bersangkutan. Hal tersebut dimaksudkan guna memberikan suatu kepasian hukum bagi Wajib Pajak, Penuntut Umum dan Hakim.

Jangka waktu sepuluh tahun tersebut adalah untuk menyesuaikan dengan daluwarsa penyimpanan dokumen-dokumen perpajakan yang dijadikan dasar penghitungan jumlah pajak yang terhutang, selama sepuluh tahun.

Pasal 41

(1) Pejabat yang karena kealpaanya idak memenuhi kewajiban merahasiakan hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).

Penjelasan Ayat (1)

Untuk menjamin bahwa kerahasiaan mengenai perpajakan idak akan diberitahukan kepada pihak lain dan supaya Wajib Pajak dalam memberikan data dan keterangan idak ragu-ragu, dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang Perpajakan, perlu adanya sanksi pidana bagi pejabat yang bersangkutan yang menyebabkan terjadinya pengungkapan kerahasiaan tersebut.

Pengungkapan kerahasiaan sebagaimana dimaksud pada ayat ini dilakukan karena kealpaan dalam ari lalai, idak hai-hai, atau kurang mengindahkan sehingga kewajiban untuk merahasiakan keterangan atau buki-buki yang ada pada Wajib Pajak yang dilindungi oleh Undang-Undang Perpajakan dilanggar. Atas kealpaan tersebut, pelaku dihukum dengan hukuman yang seimpal.

(2) Pejabat yang dengan sengaja idak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang menyebabkan idak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

Penjelasan Ayat (2)

Perbuatan atau indakan sebagaimana dimaksud pada ayat ini yang dilakukan dengan sengaja dikenai sanksi yang lebih berat dibandingkan dengan perbuatan

indakan yang dilakukan karena kealpaan, agar pejabat yang bersangkutan lebih berhai-hai untuk idak melakukan perbuatan membocorkan rahasia Wajib Pajak. (3) Penuntutan terhadap indak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan

ayat (2) hanya dilakukan atas pengaduan orang yang kerahasiaannya dilanggar. Penjelasan

Ayat (3)

Tuntutan pidana terhadap pelanggaran kerahasiaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) sesuai dengan sifatnya adalah menyangkut kepeningan pribadi seseorang atau badan selaku Wajib Pajak, karena itu dijadikan indak pidana pengaduan.

Pasal 41A

Seiap orang yang menurut Pasal 35 Undang-undang ini wajib memberi keterangan atau buki yang diminta tetapi dengan sengaja idak memberi keterangan atau buki, atau memberi keterangan atau buki yang idak benar, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

Penjelasan

Agar pihak keiga memenuhi permintaan Direktur Jenderal Pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 35 maka perlu adanya sanksi bagi pihak keiga yang melakukan perbuatan atau indakan sebagaimana dimaksud dalam pasal ini.

Pasal 41B

Seiap orang yang dengan sengaja menghalangi atau mempersulit penyidikan indak pidana di bidang perpajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (iga) tahun dan denda paling banyak Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

Penjelasan

Seseorang yang melakukan perbuatan menghalangi atau mempersulit penyidikan indak pidana di bidang perpajakan misalnya menghalangi Penyidik melakukan penggeledahan, menyembunyikan bahan buki dan sebagainya sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini, dikenakan sanksi pidana.

atau indakan yang dilakukan karena kealpaan agar pejabat yang bersangkutan lebih berhai-hai untuk idak melakukan perbuatan membocorkan rahasia Wajib Pajak. (3) Penuntutan terhadap indak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

ayat (2) hanya dilakukan atas pengaduan orang yang kerahasiaannya dilanggar. Penjelasan

Ayat (3)

Tuntutan pidana terhadap pelanggaran kerahasiaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sesuai dengan sifatnya adalah menyangkut kepeningan pribadi seseorang atau badan selaku Wajib Pajak.

Pasal 41A

Seiap orang yang wajib memberikan keterangan atau buki yang diminta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 tetapi dengan sengaja idak memberi keterangan atau buki, atau memberi keterangan atau buki yang idak benar dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah). Penjelasan

Agar pihak keiga memenuhi permintaan Direktur Jenderal Pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 35 maka perlu adanya sanksi bagi pihak keiga yang melakukan perbuatan atau indakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini.

Pasal 41B

Seiap orang yang dengan sengaja menghalangi atau mempersulit penyidikan indak pidana di bidang perpajakan dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (iga) tahun dan denda paling banyak Rp 75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah).

Penjelasan

Seseorang yang melakukan perbuatan menghalangi atau mempersulit penyidikan indak pidana di bidang perpajakan, misalnya menghalangi penyidik melakukan penggeledahan dan/atau menyembunyikan bahan buki sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini dikenai sanksi pidana.

Pasal 41C

(1) Seiap orang yang dengan sengaja idak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35A ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Penjelasan

Ayat (1)

Pasal 42

Dihapus. Penjelasan

Cukup jelas.

Pasal 43

(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 dan Pasal 39, berlaku juga bagi wakil, kuasa, atau pegawai dari Wajib Pajak, yang menyuruh melakukan, yang turut serta melakukan, yang menganjurkan, atau yang membantu melakukan indak pidana di bidang perpajakan.

Penjelasan Ayat (1)

Yang dipidana karena melakukan perbuatan indak pidana di bidang perpajakan idak terbatas pada Wajib Pajak, wakil Wajib Pajak, kuasa Wajib Pajak, atau pegawai Wajib Pajak, namun juga terhadap mereka yang menyuruh melakukan, yang turut serta melakukan, yang menganjurkan, atau yang membantu melakukan indak pidana di bidang perpajakan.

(2) Seiap orang yang dengan sengaja menyebabkan idak terpenuhinya kewajiban pejabat dan pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35A ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 10 (sepuluh) bulan atau denda paling banyak Rp 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).

Penjelasan Ayat (2)

Cukup jelas.

(3) Seiap orang yang dengan sengaja idak memberikan data dan informasi yang diminta oleh Direktur Jenderal Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35A ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 10 (sepuluh) bulan atau denda paling banyak Rp 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).

Penjelasan Ayat (3)

Cukup jelas.

(4) Seiap orang yang dengan sengaja menyalahgunakan data dan informasi perpajakan sehingga menimbulkan kerugian kepada negara dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Penjelasan Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 42 Dihapus. Penjelasan Cukup jelas. Pasal 43

(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 dan Pasal 39A, berlaku juga bagi wakil, kuasa, pegawai dari Wajib Pajak, atau pihak lain yang menyuruh melakukan, yang turut serta melakukan, yang menganjurkan, atau yang membantu melakukan indak pidana di bidang perpajakan.

Penjelasan Ayat (1)

Yang dipidana karena melakukan perbuatan indak pidana di bidang perpajakan idak terbatas pada Wajib Pajak, wakil Wajib Pajak, kuasa Wajib Pajak, pegawai Wajib Pajak, Akuntan Publik, Konsultan Pajak, atau pihak lain, tetapi juga terhadap mereka yang menyuruh melakukan, yang turut serta melakukan, yang menganjurkan, atau yang membantu melakukan indak pidana di bidang perpajakan.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41A dan Pasal 41B berlaku juga bagi yang menyuruh melakukan, yang menganjurkan, atau yang membantu melakukan indak pidana di bidang perpajakan.

Penjelasan Ayat (2)

Cukup jelas.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41A dan Pasal 41B berlaku juga bagi yang menyuruh melakukan, yang menganjurkan, atau yang membantu melakukan indak pidana di bidang perpajakan.

Penjelasan Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 43A

(1) Direktur Jenderal Pajak berdasarkan informasi, data, laporan, dan pengaduan berwenang melakukan pemeriksaan buki permulaan sebelum dilakukan penyidikan indak pidana di bidang perpajakan.

Penjelasan Ayat (1)

Informasi, data, laporan, dan pengaduan yang diterima oleh Direktorat Jenderal Pajak akan dikembangkan dan dianalisis melalui kegiatan intelijen atau pengamatan yang hasilnya dapat diindaklanjui dengan Pemeriksaan, Pemeriksaan Buki Permulaan, atau idak diindaklanjui.

(2) Dalam hal terdapat indikasi indak pidana di bidang perpajakan yang menyangkut petugas Direktorat Jenderal Pajak, Menteri Keuangan dapat menugasi unit pemeriksa internal di lingkungan Departemen Keuangan untuk melakukan pemeriksaan buki permulaan.

Penjelasan Ayat (2)

Cukup jelas.

(3) Apabila dari buki permulaan ditemukan unsur indak pidana korupsi, pegawai Direktorat Jenderal Pajak yang tersangkut wajib diproses menurut ketentuan hukum Tindak Pidana Korupsi.

Penjelasan Ayat (3)

Cukup jelas.

(4) Tata cara pemeriksaan buki permulaan indak pidana di bidang perpajakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Penjelasan Ayat (4)

BAB IX

PENYIDIKAN

Pasal 44

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan indak pidana di bidang perpajakan, sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.

Penjelasan Ayat (1)

Penyidik di bidang perpajakan adalah pejabat pegawai negeri tertentu di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penyidikan indak pidana di bidang perpajakan dilaksanakan menurut ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.

(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah :

a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan menelii keterangan atau laporan berkenaan dengan indak pidana di bidang perpajakan agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;

b. menelii, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan indak pidana di bidang perpajakan;

c. meminta keterangan dan bahan buki dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan indak pidana di bidang perpajakan;

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan indak pidana di bidang perpajakan;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan buki pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan buki tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan indak pidana di bidang perpajakan;

g. menyuruh berheni dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa idenitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan indak pidana di bidang

perpajakan;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai

Dalam dokumen Persandingan Satu NaskahUndang-Undang KUP (Halaman 103-113)