• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketentuan Umum

Dalam dokumen Peraturan Daerah Tentang Pelarangan Pere (Halaman 44-52)

Pasal 1

Dalam Undang-undang yang dimaksud dengan :

1. Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, bentuk, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang dapat ditampilkan secara grafis dan memiliki daya pembedaserta digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan atau jasa.

2. Hak atas merek adalahhak khusus yang diberikan negara kepada pemilik merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu, menggunakan sendiri merek tersebut atau memberi izin kepada seseorang atau beberapa orang secara bersama- sama atau badan hukum untuk menggunakannya.

3. Barang palsu adalah barang yang diproduksi dan/atau diperdagangkan dengan menggunakan merek yang sama pada keseluruhannya dengan merek terdaftar milik pihak lain

4. Mode adalah adalah gaya berpakaian yang populer dalam suatu budaya.

5. Peredaran adalah perputaran mengelilingi suatu tempat.

6. Penjualan adalah pembelian sesuatu (barang atau jasa) dari suatu pihak kepada pihak lainnya dengan mendapatkan ganti uang dari pihak tersebut.

7. Distributor adalah perantara yang menyalurkan produk dari pabrikan

(manufacturer) ke pengecer (retailer).

8. Produsen adalah orang atau kelompok yang menghasilkan jasa & barang.

9. Penjual adalah penghubung langsung antara perusahaan dan konsumen, dimana menurut pandangan mayoritas konsumen.

10. Pembeli adalah setiap orang yang menggunakan barang atau jasa.

11. Kejahatan pemalsuan adalah kejahatan yang di dalamnya mengandung sistem ketidak benaran atau palsu atas suatu hal (objek) yang sesuatunya itu nampak dari luar seolah-olah benar adanya, padahal sesungguhnya bertentangan dengan yang sebenarnya.

12. Penadahan adalah suatu perbuatan melawan hukum yang dapat dijerat dengan KUHP.

BAB II

Lingkup Barang Palsu Bagian Pertama

Umum PASAL 2

1. Barang palsu sebagaimana diatur dalam rancangan peraturan daerah ini hanya meliputi barang palsu dibidang mode.

2. Barang palsu sebagaimana dimaksud padaayat (1) merupakan barang hasil kejahatan.

PASAL 3

Setiap tindakan untuk membuat, memproduksi, mengedarkan, dan/atau menjual barang palsu merupakan kejahatan pemalsuan atas hak merek.

Bagian Kedua

Peredaran dan Penjualan Barang Palsu PASAL 4

1. Produsen yang dengan sengaja membuat dan/atau memproduksi barang palsu, sehingga merugikan hak orang lain dihukum atas kejahatan pemalsuan hak atas merek.

2. Distributor yang dengan sengaja membantu dan/atau mempermudah peredaran dan penjualan barang palsu dihukum sebagai orang yang membantu melakukan kejahatan pemalsuan.

3. Penjual yang dengan sengaja menjual barang palsu, sehingga menyebarluaskan peredaran barang palsu dihukum sebagai orang yang membantu melakukan kejahatan pemalsuan.

4. Pembeli yang dengan sengaja membeli barang palsu, dihukum sebagai orang yang melakukan kejahatan penadahan.

BAB III Pasal 5 Ketentuan Sanksi

Ketentuan sanksi mencakup beberapa hal, yaitu: 1. Sanksi Administratif, dapat berupa :

a. Peringatan tertulis b. Pencabutan izin usaha 2. Sanksi perdata, dapat berupa:

a. Ganti rugi terhadap korban atas kerugian yang telah ditimbulkan oleh pelaku kejahatan pemalsuan.

3. Sanksi Pidana

Memuat ketentuan pidana pelanggaran ketentuan-ketentuan pasal tertentu Peraturan Daerah ini, diancam pidana kurungan dan denda disetorkan ke kas daerah.

BAB IV

Peraturan-peraturan pelaksanaan dan peraturan lainnya yang telah ada sebelum berlakunya Perautan Daerah ini sepanjang materinya tidak bertentangan, dinyatakan masih tetap berlaku.

BAB V

Ketentuan Penutup

Ketentuan ini merupakan peraturan yang mengatur mengenai peraturan pelaksanaan dari peraturan daerah ini dan menyatakan hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan daerah ini akan diatur dalam Keputusan Kepala Daerah.

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian sebagaimana telah diuraikan pada bab-bab terdahulu, dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut :

1. Rancangan Peraturan Daerah tentang pelarangan dan Peredaran Barang Palsu Dalam Bidang Mode di Kabupaten Bondowoso harus memenuhi ketentuan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

2. Peredaran dan penjualan barang palsu dalam bidang mode Di Kabupaten Bondowoso yang semakin meningkat, berdasarkan hasil studi MIAP dengan LPEM FEUI terdapat 12 sektor industri pada periode 2002-2005, tindakan pemalsuan di industri sepatu, tekstil, pakaian jadi, rokok, dan pestisida selama periode tersebut menimbulkan kerugian mencapai Rp 4,4 triliun. Sehingga dengan demikian, masyarakat Bondowoso merasa perlu untuk dibentuk suatu peraturan daerah guna menanggulangi peredaran dan penjualan barang palsu.

3. Adapun teori-teori yang menjadi dasar sehingga disusunnya naskah akademik ini, antara lain reward theory, pemilik merek yang telah mengeluarkan waktu, biaya, dan tenaga dalam menghasilkan karya intelektualnya harus memperoleh kembali sesuai dengan apa yang telah dikeluarkannya tersebut. Selanjutnya, teori Robert M. Sherwood dalam

teorinya risk theory, bahwa resiko yang mungkin timbul dari penggunaan secara illegal, sehingga menimbulkan kerugian secara ekonomis maupun moral bagi pencipta dapat dihindari, jika terdapat landasan hukum yang kuat maka dapat melindungi hak kekayaan intelektual tersebut. Berdasarkan teori-teori tersebut, maka naskah akademik ini disusun sebagai upaya untuk melindungi hak intelektual yang dimiliki para pemilik hak merek, sehingga hasil karya intelektual yang dihasilkannya melalui kerja keras dan pengorbanan mendapatkan perlindungan hukum guna mencegah bentuk eksploitasi secara komersial oleh pihak lain tanpa adanya kompensasi kepada pihak yang menghasilkan karya-karya intelektualnya.

4. Dalam suatu peraturan, asas-asas merupakan hal yang sangat penting. Norma-norma merupakan pengejawantahan dari asas yang ada dalam peraturan hukum.Dalam naskah akademik ini, asas yang digunakan adalah asas kepribadian, asas persekutuan, asas kesamaan, asas pemisahan antara baik dan buruk, asas perlindugan terhadap merek terdaftar, asas persamaan dan ketidaksamaan.

5. Sasaran yang akan diwujudkan dalam pembentukan rancangan peraturan daerah ini adalah :

a. Untuk lebih menigkatkan keadilan dan kepastian hukum dibidang hak merek guna memperlancar dan merealisasikan penegakan hukum.

B. Untuk menciptakan persaingan usaha yang sehat antara para pelaku usaha.

C. Untuk meningkatkan kreativitas masyarakat Bondowoso dalam hal menghasilkan karya-karya melalui intelektualnya guna memenuhi kebutuhan maupun kepentingan masyarakat.

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Pengajuan Raperda Pelarangan Peredaran dan Penjualan Barang Palsu dalam Bidang Mode di Kabupaten Bondowoso dalam Prolegda prioritas Tahun 2012 sebaiknya ditinjau ulang dan dirundingkan kembali antar instansi pemerintah, antara lain melibatkan Baleg DPRD, Ditjen HKI, Ditjen PP.

2. Agar Peraturan Daerah tentang Pelarangan Peredaran dan Penjualan barang palsu dalam bidang Mode di Kabupaten Bondowoso dapat mencapai tujuan, maka dalam penyusunannya harus memberdayakan masyarakat Bondowoso, agar semua aspirasi masyarakat setempat dapat tertampung semua dalam substansi raperda ini, sehingga ketika disahkan tidak akan mengalami penolakan dari masyarakat.

3. Pelaksanaan penerapan perda ini disarankan dilaksanakan oleh semua pihak, dan diberi fasilitas oleh pemerintah daerah setempat, yakni berupa koordinasi, pembinaan teknis, memantau pelaksanaan perda.

Dalam dokumen Peraturan Daerah Tentang Pelarangan Pere (Halaman 44-52)

Dokumen terkait