• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterampilan Berbicara (

Dalam dokumen Memahami konsep dasar pembelajaran Bahasa Arab (Halaman 100-107)

B. Al kalam)

Ketrampilan berbicara adalah keterampilan yang paling penting dalam berbahasa. Sebab berbicara adalah bagian dari keterampilan yang dipelajari oleh para pebelajar, sehingga keterampilan berbicara dianggap sebagai bagian yang sangat mendasar dalam mempelajari bahasa asing.

Berbicara merupakan kegiatan berbahasa yang aktif dari seorang pemakai bahasa yang menuntut prakasa nyata dalam penggunaan bahasa untuk mengungkapkan diri secara lisan. Dalam pengertian ini berbicara merupakan bagian dari ke-mampuan berbahasa yang aktif dan produktif, keke-mampuan berbicara menuntut penguasaan terhadap beberapa aspek dan kaidah penggunaan bahasa.

Secara kebahasaan, pesan lisan yang disampaikan de ngan berbicara merupakan penggunaan kata-kata yang dipilih se-suai dengan maksud yang perlu diungkapkan. Kata-kata itu dirangkai dalam susunan tertentu menurut kaidah tata bahasa, dan dilafalkan sesuai dengan kaidah pelafalan yang sesuai pula. Semua itu merupakan aspek kebahasaan bagian dari kegiatan berbicara sebagai bentuk penggunaan bahasa lisan yang harus diperhatikan dalam mengupayakan pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti seperti yang dimaksudkan oleh seorang pembicara.

Dalam pembelajaran keterampilan berbicara yang me-mentingkan isi dan makna dalam penyampaian pesan secara lisan, berbagai bentuk dan cara dapat digunakan. Sesuai de-ngan tingkat penguasaan kemampuan berbahasa yang telah dimiliki oleh siswa. Bentuk pengajaran berbicara dapat meli-puti kegiatan penggunaan bahasa lisan dengan tingkat kesuli-tan yang beragam. Hal itu seharusnya tercermin dalam penye-lenggaraan pengajaran bahasa. Berikut penjelasan beberapa hal terkait dengan pembelajaran keterampilan berbicara.

1. Definisi Kalam

Yang dimaksud dengan kalam adalah pengucapan

bunyi-bunyi berbahasa Arabdengan baik dan benar sesuai dengan

bunyi-bunyi yang berasal dari makhraj yang dikenal oleh para linguistik. Sedangkan maharah kalam adalah berbicara secara terus menerus tanpa henti tanpa mengulang kosakata yang sama dengan menggunakan pengungkapan bunyi (Penny Ur, 1996: 54).

2. Tujuan Pembelajaran Keterampilan Kalam

Tujuan Pembelajaran Kalam adalah sarana berinteraksi dengan orang lain dan memahami apa yang diinginkan penu-tur. Pembelajaran ini dimulai setelah siswa mengetahui bunyi huruf-huruf bahasa Arab, mengetahui perbedaan antara bunyi huruf satu dengan lainnya yang berbeda, dsb.

3. Prinsip-prinsip Pengajaran Keterampilan Kalam

Agar pebelajar kalam baik bagi non Arab, maka perlu diperhatikan hal­hal berikut:

a) Hendaknya guru memiliki kemampuan yang tinggi ten-tang keterampilan ini.

b) Memulai dengan suara-suara yang serupa antara dua ba-hasa (baba-hasa pebelajar dan baba-hasa Arab).

c) Hendaknya pengarang dan pengajar memperhatikan ta-hapan dalam pengajaran kalam, seperti memulai dengan lafadz-lafadz mudah yang terdiri dari satu kalimat, dua ka-limat dan seterusnya.

d) Memulai dengan kosakata yang mudah.

e) Memfokuskan pada bagian keterampilan bagi keterampi-lan berbicara, yaitu:

▪ Cara mengucapkan bunyi dari makhrajnya dengan baik dan benar.

▪ Membedakan pengucapan harakat panjang dan pe­ ndek.

▪ Mengungkapkan ide­ide dengan cara yang benar de­ ngan memperhatikan kaidah tata bahasa yang ada.

▪ Melatih siswa bagaimana cara memulai dan mengakhiri pembicaraan dengan benar.

f) Memperbanyak latihan-latihan, seperti latihan membeda-kan pengucapan bunyi, latihan mengungkapmembeda-kan ide-ide, dsb (1996: 54­56).

4. Macam-macam Keterampilan Kalam

Adapun macam­macam maharah kalam antara lain: a) Percakapan (muhadatsah).

b) Ungkapan secara lisan (ta’bir al-syafahi).

5. Ciri-ciri Aktivitas Keterampilan Kalam yang Berhasil

Diantara ciri­ciri aktifitas berbicara yang berhasil adalah sebagai berikut:

a) Siswa berbicara banyak b) Partisipasi aktif dari siswa c) Memiliki motivasi tinggi

d) Bahasa yang dipakai adalah bahasa yang diterima (Penny Ur, 1996: 120).

6. Masalah dalam Aktivitas Keterampilan Kalam

Beberapa masalah dalam aktivitas keterampilan kalam antara lain (1996: 121):

a) Siswa grogi berbicara karena: ▪ Khawatir melakukan kesalahan ▪ Takut dikritik

▪ Khawatir kehilangan muka ▪ Sedikit malu

b) Tidak ada bahan untuk dibicarakan

▪ Tidak bisa berfikir tentang apa yang mau dikatakan ▪ Tidak ada motivasi untuk mengungkapkan apa yang

dirasakan

c) Kurang atau tidak ada partisipasi dari siswa lainnya, hal ini dipengaruhi oleh beberapa siswa yang cenderung men-dominasi, yang lain sedikit berbicara

d) Penggunaan bahasa ibu, merasa tidak biasa berbicara ba-merasa tidak biasa berbicara ba-hasa asing

Penny Ur (1996: 121­122) memberikan alternatif solusi bagi guru dalam menghadapi permasalahan atau problema-tika tersebut di atas, yaitu:

a) Bentuk kelompok. Dengan membentuk kelompok akan mengurangi rasa grogi pada siswa yang tidak ingin maju di depan kelas.

b) Pembelajaran yang diberikan didasarkan pada aktivi-tas yang menggunakan bahasa yang mudah dengan menyesuaikan level bahasa yang digunakan oleh siswa. c) Guru harus memilih topik dan tugas yang menarik atau

membuat tertarik.

d) Guru memberikan instruksi.

e) Guru tetap mengusahakan siswa untuk menggunakan ba-hasa target yang dipelajari

▪ Guru berada diantara mereka ▪ Guru selalu memonitor

▪ Guru selalu mengingatkan ▪ Modelling

7. Langkah-langkah Proses Pembelajaran Keterampilan Kalam

Ada beberapa langkah yang bisa digunakan oleh seorang guru ketika mengajarkan keterampilan berbicara antara lain; a) Untuk pembelajar pemula (mubtadi’)

▪ Guru mulai melatih bicara dengan memberi perta­ nyaan­pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa. ▪ Pada saat yang bersamaan siswa diminta untuk belajar

mengucapkan kata, menyusun kalimat dan mengung-kapkan pikiran.

▪ Guru mengurutkan pertanyaan­perrtanyaan yang dija-wab oleh siswa sehingga berakhir membentuk sebuah tema yang sempurna.

▪ Guru menyuruh siswa menjawab latihan­latihan sya-fawiyah, menghafal percakapan atau menjawab per-tanyaan yang berhubungan dengan isi teks yang telah siswa baca.

b) bagi pembelajar lanjut (mutawassith) ▪ Belajar berbicara dengan bermain peran ▪ Berdiskusi tentang tema tersebut

▪ Bercerita tentang peristiwa yang dialami oleh siswa ▪ Bercerita tentang informasi yang telah didengar dari

te-levisi, radio atau lainnya

c) bagi pembelajar tingkat lanjut (mutaqaddim) ▪ Guru memilihkan tema untuk berlatih kalam

▪ Tema yang dipilih hendaknya menarik berhubungan dengan kehidupan siswa

▪ Tema harus jelas dan terbatas

▪ Mempersilahkan siswa memilih dua tema atau lebih sampai akhirnya siswa bebas memilih tema yang dibic-arakan tentang apa yang mereka ketahui (Abd. Hamid dkk, 2008: 42­43).

8. Petunjuk Umum Pembelajaran Keterampilan Kalam

a) Belajar kalam yakni berlatih berbicara

b) Hendaknya siswa mengungkapkan tentang pengalaman mereka

c) Melatih siswa memusatkan perhatian

d) Hendaknya guru tidak memutus percakapan dan sering membenarkan

e) Bertahap

f) Kebermaknaan tema, siswa akan lebih termotivasi untuk berbicara jika temanya berhubungan dengan hal yang ber-nilai dalam kehidupan mereka (2008: 43).

9. Tahapan dalam Pembelajaran Keterampilan Kalam:

a) Dimulai dengan ungkapan pendek. Hendaknya dilakukan dalam kondisi yang senyata mungkin setelah itu ungka-pannya ditingkatkan menjadi lebih panjang

b) Harus dimotivasi untuk berkomunikasi dengan temannya dalam bahasa keseharian yang pendek saja, kemudian se-cara perlahan ditingkatkan

c) Siswa diminta sering melihat dan mendengar percakapan melalui media elektronik sehingga mereka terbiasa dengan lahjah dan dialek penutur aslinya

Dalam dokumen Memahami konsep dasar pembelajaran Bahasa Arab (Halaman 100-107)