• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teoretik

2. Keterampilan Generik Sains

pemodelan, inferensi logika.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah penggunaan LKS berbasis keterampilan generik sains berpengaruh terhadap hasil belajar siswa?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan LKS berbasis keterampilan generik sains terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep Archaebacteria dan Eubacteria

6

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti: memberikan informasi tentang perangkat pembelajaran yang dapat dikembangkan terutama pada pengajaran biologi dan memberikan informasi tentang pengaruh penggunaan LKS berbasis keterampilan generik sains terhadap hasil belajar biologi siswa.

2. Bagi dunia pendidikan : sebagai bahan pertimbangan bahwa kemampuan afektif, psikomotrik dan kognitif dapat dipadukan untuk mewujudkan pembelajaran aktif atau pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered)

7

BAB II

KAJIAN TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR

DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Kajian Teoretik

1. Hakikat Lembar Kerja Siswa

a. Pengertian Lembar Kerja Siswa (LKS)

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mendefinisikan Lembar Kegiatan Siswa, bahwa Lembar Kegiatan Siswa adalah suatu bentuk lembar kerja yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan terprogram.1 Pengertian lain menyebutkan bahwa lembar kegiatan siswa adalah lembaran-lembaran yang berisi tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa.2 LKS termasuk media cetak hasil perkembangan teknologi cetak yang berupa buku dan berisi materi visual, seperti yang diungkapkan oleh Azhar Arsyad.3

Lembar kegiatan siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk atau langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Dan, tugas tersebut haruslah jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya.4 Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa LKS merupakan satu alat belajar yang termasuk media cetak yang di dalamnya memuat pedoman bagi siswa untuk melaksanakan kegiatan yang terprogram. Kegiatan tersebut dapat berupa pemberian tugas baik tugas teoritis ataupun tugas praktis. Tugas teoritis misalnya berupa tugas membaca sebuah artikel tertentu, membuat ringkasan dan lain sebagainya, sedangkan tugas praktis dapat berupa kerja laboratorium atau kerja lapangan.

1

Trianto, Mengembangkan Model Pembalajaran Tematik, (Jakarta: Prestasi Pustaka,2010), h. 212

2

Poppy Kamalia Devi, dkk, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Untuk SMP, (Jakarta: PPPPTK IPA, 2009), h. 32.

3

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), h. 29

4

8

b. Jenis – jenis LKS

Setiap LKS disusun dengan materi-materi dan tugas tertentu yang dikemas sedemikian rupa untuk tujuan tertentu. Berdasarkan pada tujuan pembuatan LKS, LKS terbagi ke dalam beberapa bentuk. Hal ini dikemukakan oleh Muslim Ibrahim. Menurut Muslim Ibrahim Lembar Kerja LKS dibagi ke dalam dua macam:5

1) Lembar kegiatan yang berisi sarana untuk melatih, mengembangkan keterampilan dan menemukan konsep dalam suatu tema atau sering disebut dengan lembar kegiatan siswa yang tak berstruktur. LKS ini berperan sebagai alat bantu kegiatan peserta didik yang dipakai untuk menyampaikan pelajaran serta alat bantu mengajar yang dapat digunakan untuk mempercepat pelajaran, memberi dorongan belajar pada tiap individu, berisi sedikit petunjuk, tertulis atau lisa untuk mengarahkan kerja pada peserta didik.

2) Lembar kegiatan siswa yang dirancang untuk membimbing siswa dalam suatu proses belajar mengajar dengan tanpa bimbingan dari guru atau biasa disebut informasi dan tugas-tugas. Pada LKS ini telah disusun petunjuk dan pengarahannya, member semangat dan dapat mendorong belajar dan meberi bimbingan pada setiap siswa.

Terdapat lima jenis LKS yang umumnya digunakan oleh peserta didik.6 1) LKS yang membantu peserta didik menemukan suatu konsep

LKS jenis ini memuat apa yang harus diakukan peserta didik, meliputi melakukan, mengamati, dan menganalisis

2) LKS yang membantu peserta didik menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan

LKS ini memberikan tugas kepada peserta didik untuk melakukan diskusi, kemudian meminta mereka untuk berlatih memberikan kebebasan berpendapat

5

Trianto, op. cit., h. 212

6

Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Yogyakarta: DIVA Press,2011),h.209

9

3) LKS yang berfungsi sebagai penuntun belajar

LKS jenis ini berisi pertanyaan atau isian yang jawabannya terdapat di dalam buku. Fungsi utama LKS ini adalah membantu peserta didik mengahafal dan memahami materi pelajaran.

4) LKS yang berfungsi sebagai penguat

Materi pembelajaran yang dikemas didalam LKS ini lebih mengarah pada pendalaman dan penerapan materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku pelajaran. LKS ini cocok untuk pengayaan.

5) LKS yang berfungsi petunjuk praktikum

Salah satu isi dari LKS ini adalah petunjuk pelaksanaan praktikum.

c. Tujuan dan Fungsi LKS

Tujuan LKS diberikan yaitu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan oleh guru sehingga dapat mengefektifkan pelaksanaan belajar mengajar pada suatu konsep.7

Pendapat lain menyatakan tujuan penyusunan LKS dalam Kegiatan pembelajaran memiliki tujuan tertentu, yaitu :8

1) Menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan.

2) Menyajikan tugas-tugas yang mengingatkan pengusaan peseta didik terhadap materi yang diberikan.

3) Melatih kemandirian belajar peserta didik.

4) Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta didik.

Lembar Kerja Siswa juga akan memberikan manfaat bagi guru dan siswa. guru akan lebih terbantu karena memiliki bahan ajar yang sudah disiapkan. Sedangkan untuk siswa adalah alat bantu yang dapat memudahkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang didapat.9

7

Marno, op. cit., cet.2., h. 77

8

Andi Prastowo, op. cit., h. 206

9

10

d. Langkah-langkah Penyusunan LKS

Keberadaan LKS yang inovatif dan kreatif akan menciptakan proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Maka dari itu, sebuah keharusan bahwa setiap pendidik ataupun calon pendidik agar mampu menyiapkan dan membuat bahan ajar yang inovatif. Dalam menyiapkannya guru harus cermat dan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai, karena sebuah lembar kerja harus memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan dengan tercapai atau tidaknya sebuah kompetensi dasar yang dikuasai oleh peserta didik.

Untuk dapat membuat LKS sendiri, maka perlu memahami langkah-langkah penyusunannya. Berikut langkah-langkah penyusunan LKS :10

1) Tahap Persiapan

Menyiapkan lembar kerja siswa dapat dilakukan dengan langkah-langkah : a) Melakukan Analisis Kurikulum

Analisis kurikulum merupakan langkah pertama dalam menyusun LKS. Langkah ini dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang memerlukan bahan ajar LKS. Pada umumnya, dalam menentukan materi, langkah analisisnya dilakukan dengan cara melihat materi pokok, pengalaman belajar, serta materi yang diajarkan. Selanjutnya, kita juga harus mencermati kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik. Jika semua langkah tersebut telah dilakukan, maka kita harus bersiap untuk memasuki langkah berikutnya, yaitu menyusun peta kebutuhan lembar kerja siswa

b) Menyusun Peta Kebutuhan LKS

Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan untuk mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis serta melihat sekuensi atau urutan LKS-nya.

c) Menentukan judul-judul LKS

Perlu diketahui bahwa judul LKS ditentukan atas kompetensi-kompetensi dasar, materi-materi pokok, atau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum. Jika judul-judul LKS telah ditentukan, maka langkah selanjutnya yaitu mulai melakukan penulisan.

10

11

d) Penulisan LKS

Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: merukuskan kompetensi dasar, menentukan alat penilaian, menyusun materi, dan memperhatikan struktur LKS

2) Langkah – langkah Penulisan

Pertama, merumuskan kompetensi dasar. Untuk merumuskan kompetensi dasar, dapat kita lakukan dengan menurunkan rumusnya langsung dari kurikulum yang berlaku. Contohnya, kompetensi dasar yang diturunkan dari kurikulum 2013.

Kedua, menentukan alat penilaian, dimana penilaiannya didasarkan pada penguasaan kompetensi.

Ketiga, menyusun materi. Materi Lembar Kerja Siswa dapat berupa informasi pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari. Materi dapat diambi dari berbagai sumber, seperti buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian, dan sebagainya. Keempat, memperhatikan struktur LKS. Ini adalah langkah terakhir dalam penyusunan sebuah LKS. Ibarat akan membangun sebuah rumah, maka harus paham benar tentang struktur rumah. Ada fondasi dibagian dasarnya, kemudian diatasnya ada tembok dan beton, dan dibagian paling atas adalah atap. Jika sampai bagian-bagian itu salah satunya tidak ada atau terbalik penyusunannya, maka bangunan rumah tidak mungkin terbentuk.

Hal yang sama juga terjadi dalam penyusunan Lembar Kerja Siswa. Harus dipahami bahwa struktur LKS terdiri dari enam komponen, yaitu judul, petunjuk belajar (petunjuk siswa), kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas-tugas dan langkah-langkah kerja, serta penilaian. Ketika menulis LKS, maka paling tidak keenam komponen inti tersebut harus ada. Untuk lebih memperjelas mengenai langkah-langkah penyusunan LKS yang telah diuraikan sebelumnya, dapat dilihat dalam bentuk bagan alur sebagai berikut :11

11

12

Menulis LKS

Gambar 2.1. Diagram alur langkah-langkah penyusunan LKS 3) Langkah-langkah Mendesain LKS

Lembar Kerja Siswa didesain untuk digunakan peserta didik secara mandiri. Pendidik hanya berperan sebagai fasilitator; dan peserta didiklah yang diharapkan berperan secara aktif dalam mempelajari materi yang terdapat dalam LKS. Apabila desain yang dibuat terlalu rumit bagi peserta didik, maka peserta didik akan kesulitan dalam memahami materi. Berikut ini batasan umum yang dapat dijadikan pedoman pada saat menentukan desain LKS :12

a) Ukuran

Mengggunakan ukuran yang dapat mengakomodasi kebutuhan pembelajaran yang telah ditetapkan. Maka, ukuran LKS yang mampu mengakomodasi hal ini adalah A4 karena dengan A4 peserta didik akan mempunyai cukup ruang untuk membuat bagan. Apabila kita menentukan ukuran LKS adalah A5, peserta didik akan kesulitan membuat bagan, karena ruangan yang tersedia sangat terbatas.

12

Ibid., h. 217

Analisis Kurikulum

Menyusun Peta Kebutuhan LKS

Menentukan Judul-Judul LKS

Merumuskan KD

Menentukan Alat Penilaian Menyusun Materi

13

b) Kepadatan Halaman

Halaman tidak terlalu dipadati dengan tulisan. Halaman yang terlalu padat akan mengakibatkan siswa sulit memfokuskan perhatian.

c) Penomoran

Penomoran materi juga tidak boleh dilupakan dalam mendesain LKS. Sebab, dengan adanya penomoran, dapat membantu peserta didik, terutama bagi yang kesulitan untuk menentukan mana judul. Hal ini akan menimbulkan kesulitan bagi peserta didik untuk memahami materi secara keseluruhan. Karena itu, menggunakan huruf kapital atau penomoran.

d) Kejelasan

Memastikan bahwa materi dan instruksi yang diberikan dalam LKS dapat dengan jelas dibaca oleh peserta didik. Selengkap apa pun materi yang disiapkan, tetapi jika peserta didik tidak mampu membacanya dengan jelas, maka LKS tidak akan memberi hasil yang maksimal. Hal ini tentu saja mengganggu kenyamanan saat membacanya. Karena itu, pastikan bahwa cetakan di halaman yang satu tidak menembus ke halaman sebaliknya.

e. Pengembangan LKS

Mengembangkan LKS yang menarik dan dapat digunakan secara maksimal oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, ada 4 langkah yang ditempuh dalam mengembangkan LKS, yaitu penentuan tujuan pembelajaran, pengumpulan materi, penyusunan elemen, serta pemeriksaan dan penyempurnaan. Berikut ini rincian dari setiap langkah pengembangan LKS.13

1) Menentukan Tujuan Pembelajaran

Menentukan tujuan pembelajaranyang akan di-breakdown dalam LKS. Pada langkah pertama, menentukan desain menurut tujuan pembelajaran yang diacu. Perhatikan variabel ukuran, kepadatan halaman, penomoran halaman dan kejelasan.

13

14

2) Pengumpulan Materi

Menentukan materi dan tugas yang akan dimasukkan ke dalam LKS. Mengumpulkan bahan atau materi dan buat perincian tugas yang harus dilaksanakan oleh peserta didik. Bahan yang akan dimuat dalam LKS dapat dikembangkan sendiri atau memanfaatkan materi yang sudah ada. Dari materi tersebut, tentukan rincian tugas yang harus dilakukan siswa.

3) Penyusunan Elemen

Pada bagian inilah, saatnya mengintegrasikan desain (hasil dari langkah pertama) dengan materi dan tugas (sebagai hasil dari langkah kedua).

4) Pemeriksaan dan Penyempurnaan

Apabila telah berhasil menyelesaikan langkah ketiga, tidak berarti dapat langsung memberikan LKS tersebut kepada peserta didik. Sebelum memberikannya kepada peserta didik, perlu dilakukan pengecekan terhadap LKS yang sudah dikembangkan tersebut.

f. Penilain LKS

Pembuatan Lembar Kerja Siswa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Hal-hal yang perlu diperhatikan diantaranya, yaitu :14

1) Dari segi penyajian materi yaitu:

a. Judul LKS harus sesuai dengan materinya b. Materi sesuai dengan perkembangan anak c. Materi disajikan secara sistematis dan logis d. Materi disajikan secarasederhana dan jelas

e. Menunjungkan keterlibatan dan kemauan siswa untuk ikut aktif 2) Dari segi tampilan yaitu :

a. Penyajian sederhana, jelas dan mudah dipahami b. Gambar dan grafik sesuai dengan konsepnya c. Tata letak gambar, tabel dan pertanyaan harus tepat

14

15

d. Judul, keterangan, instruksi, pertanyaan harus jelas

e. Mengembangkan minat dan mengajak siswa untuk berpikir.

Apabila telah berhasil melakukan langkah-langkah dalam tahap pembuatan LKS, tidak berarti dapat langsung memberikan LKS tersebut kepada peserta ddik, perlu melalukan uji cobakan dengan menggunakan validasi pakar menilai LKS.

Skripsi Susanti Ratna Dewi menyatakan bahwa menilai suatu produk LKS dapat dilakukan dengan menilai empat aspek yaitu, segi desain, penyajian materi, penampilan dan pemilihan alat dan bahan. Masing-masing aspek memiliki indikator-indikator tertentu yang dinilai sehingga memiliki hasil presentase yang menunjukkan kriteria LKS tersebut. Untuk lebih mudah dipahami maka dapat di kategori penilaian dalam bentuk tabel 2.1

Tabel 2.1 kriteria Interpretasi Skor15

No. Interval skor Kategori

1. 81-100% Sangat baik

2. 61-80% Baik

3. 41-60% Cukup

4 21-40% Kurang

5 0-20% Sangat kurang

Hasil pendapat peneliti maka dapat disimpulkan, bahwa LKS dapat dikategorikan dengan baik atau tidaknya dapat dilihat melalui empat aspek, diantaranya : segi desain, konten, penyajian dan memenuhi kemampuan kerja ilmiah.

2. Keterampilan Generik Sains a. Pengertian Keterampilan Generik

Keterampilan Generik sebagai keterampilan yang dihasilkan dari kemampuan intelektual yang dipadukan dengan keterampilan psikomotorik sehingga menghasilkan sikap yang akan melekat sepanjang hayat.16

15

Susanti Ratna Dewi, Analisis dan Pengembangan LKS Eksperimen Berbasis Lingkungan Pada Konsep Laju Reaksi. Skripsi pada sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. (Jakarta,2012) hal. 43, tidak diterbitkan

16

Iwan Permana Suwarna, Mengembangkan Keterampilan Generik pada Matakuliah IPBA, (Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2011)., h. 3

16

In Australia and internationally, generic skill are known by a number of term including core skill, key skills, essensial skill, basic skill and workplace know-how.”17 Hal tersebut sesuai dengan tulisan Callan yang menyatakan “In their interviews, teachers used several phrases to define generic skills, including soft skills, people skills, transferable skills, work skills, core skills, mayer competencies and core competencies.18 Pada kutipan di atas menjelaskan bahwa dibeberapa Negara Keterampilan Generik dikenal dengan beberapa istilah. Salah satunya adalah keterampilan inti. Kemampuan Generik merupakan kemampuan yang dapat diterapkan pada berbagai bidang dan untuk memperolehnya diperlukan waktu yang lama.19 Kemampuan merupakan hasil interaksi kompleks antara pengetahuan dengan keterampilan sehingga untuk menguasainya diperlukan interaksi yang berulang kali dan waktu yang relatif lama.20

Generic Skills as those skills that students need to become successful learners and successful practitioners in their fields of study and work and in other aspects of their life and are an important outcome of university education.21 Dengan demikian, belajar seumur hidup dan kerja yang bergantung pada keterampilan generik berkembang dengan baik.

Kemampuan Generik Sains merupakan kemampuan yang dapat digunakan untuk mempelajari berbagai konsep dan menyelesaikan masalah dalam sains. Oleh karena itu kemampuan generik sains merupakan kemampuan yang digunakan secara umum dalam berbagai kerja ilmiah, dan dapat dijadikan sebagai landasan dalam melakukan kegiatan laboratorium.22

17

Jennifer Gibb, Generic skills in Vocation Eduacation and Training, Research Readings, (Australia National Centre for Vocational Education Research Ltd,2004), h. 8

18

Victor J Callan, Generic skill. Understanding Vocational Education and Training Teacher and Student Attitudes, (Australia :National Centre for Vocational Education Research Ltd, 2003), h. 17

19

Taufik Rahman, dkk, Program Pembelajaran Praktikum Berbasis Kemampuan Generik (P3BKG) dan Profil Pencapaiannya,(Studi Deskriptif pada Praktikum Fisiologi Tumbuhan Calon Guru Biologi), h. 194. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA vol, II No.2,Juli 2008

20

Ibid., h. 193

21

Reena George, Fostering Generik Skil Through Participatory Learning Strategis, IJFPSS, vol. 1,No.1, pp 14-15,sep 2011, h. 15

22

Ni Made Pujiani, Liliasari dan Dhani herdiwijaya, Pembekalan Keterampilan Laboratorium Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains, Prosiding Seminar Nasional. f-178

17

Pengembangan keterampilan generik sains siswa melalui kegiatan praktikum dapat dilakukan dengan melatih siswa untuk terampil dalam mengamati, mengukur, serta menarik kesimpulan terhadap suatu objek tertentu. Berbagai keterampilan yang dikembangkan selama praktikum akan membantu siswa dalam mempersiapkan diri di jenjang yang lebih tinggi.

Keterampilan Generik Sains adalah kemampuan dasar yang bersifat umum, fleksibel, dan berorientasi sebagai bekal mempelajari ilmu pengetahuan yang lebih tinggi atau melayani tugas-tugas bidang ilmu/ pekerjaan yang lebih luas, yaitu tidak hanya sesuai bidang keahliannya tetapi juga bidang lain.23 Dengan demikian definisi-definisi tersebut, walupun dinyatakan secara berbeda namun sama-sama memiliki unsur-unsur pokok yang menjadi ciri dari batasan keterampilan. Unsur-unsur itu adalah :

1) Di dalam keterampilan terdapat beberapa tujuan yang berhubungan dengan lingkungan yang diinginkan.

2) Di dalam keterampilan terkandung keharusan bahwa pelaksanaan tugas atau pemenuhan tujuan akhir tersebut dilaksanakan dengan kepastian yang maksimum.

Berdasarkan aspek-aspek yang telah disebutkan diatas, dapat disimpulkan bahwa “Generic Skill is a personal attributes and values which should be acquired by all graduates regardless of their discipline or field of study. In other words, they should represent the central achievements of higher education as a process”.

b. Keterampilan Generik Pada Materi Kimia dan Fisika

Keterampilan Generik yang dapat dikembangkan melalui pengajaran fisika ada Sembilan (9) :24 (1) pengamatan langsung; (2) pengamatan tak langsung; (3) kesadaran tentang skala besaran; (4) bahasa simbolik; (5) kerangka logika

23

Saptorini, Peningkatan Ketampilan Generik Sains Bagi Mahasiswa Melalui Perkuliahan Praktikum Kimia Analisis Instrumen Berbasis Inkuiri. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol. 2, No. 1, 2008, h. 190-191

24

Iwan Permana Suwarna, Mengembangkan Keterampilan Generik pada Matakuliah IPBA, (Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2011)., h. 4

18

asas; (6) inferensi logika, (7) hukum sebab akibat; (8) pemodelan matematika; (9) membangun konsep.

Makna dari setiap Keterampilan Generik Sains tersebut dijelaskan Brotosiswoyo, manusia memiliki alat indera, tetapi untuk ilmu fisika yang terutama pada benda mati, pengelihatan dan pendengaran merupakan dua indera yang paling banyak dipakai. Hal tersebut dikatakan mengamati objek secara langsung dan dinamanakan pengamatan langsung.25 Dalam melakukan pengamatan langsung, alat indera yang digunakan manusia memiliki keterabatasan. Untuk mengatasi keterbatasan tersebut manusia melengkapi diri dengan berbagai peralatan. Misalnya listrik adalah salah satu objek yang ada tetapi tidak dapat di lihat, di dengar atau di cium. Karena itu menggunakan alat Ampere-meter. Ini dikenal sebagai pengamatan tak langsung.

Kesadaran akan skala besaran, merupakan skala ruang ukuran, objek yang digarap terentang dari yang sangat besar Jagad Raya), sampai sangat kecil (elektron).26 Untuk memperjelas gejala alam yang dipelajari oleh setiap rumpun ilmu diperlukan bahasa simbolik yang merupakan alat untuk mengungkapkan sejumlah hukum atau perangai alam.27 Misalnya gerak benda secara mekanika hanya dapat diungkapkan dengan bentuk persamaan diferensial.

Pengamatan panjang tentang gejala alam yang dijelaskan melalui banyak hukum-hukum, orang akan menyadari keganjilan dari sifat taat assasnya secara logika. Untuk membuat hubungan hukum-hukum itu agar taat assas, maka perlu ditemukan teori baru yang menunjukkan kerangka logika taat assas.28 Logika sangat berperan dalam melahirkan hukum-hukum sains. Banyak fakta yang tak dapat diamati langsung dapat ditemukan melalui inferensia logika dari konsekuensi-konsekuensi logis yang dilahirkan semata-mata inferensi logika. Tanpa melihat bagaimana makna konkret sesunggunya.

25

B. Suparto Brotosiswoyo, Pekerti Mipa - Hakikat Pembelajaran Fisika. (Jakarta : PEKERTI bidang MIPA, 2000), h. 6

26 Ibid., h. 11 27 Ibid., h. 12 28 Ibid., h. 14

19

Rangkaian hubungan antara berbagai faktor dari gejala yang diamati diyakini sains selalu membentuk hubungan yang dikenal sebagai hukum sebab akibat. Untuk menjelaskan hubungan-hubungan yang diamati diperlukan bantuan

pemodelan matematik yaitu rumus-rumus yang melukiskan hukum- hukum alam.29 Dalam fisika misalnya model Newton, tetapi mekanika yang sama dapat diungkpakan dengan model Hamilton.

Tidak semua fenomena alam dapat difahami dengan bahasa sehari-hari, karena itu diperlukan bahasa khusus ini yang dapat disebut konsep. Jadi belajar sains memerlukan kemampuan untuk membangun konsep, agar bisa ditelaah lebih lanjut untuk memerlukan pemahaman yang lebih lanjut, konsep-konsep inilah diuji keterterapannya. Pengembangan keterampilan generik sains dapat dilakukan dengan adanya praktikum sehingga dapat melatih keterampilan siswa. Sehingga pada saat ini para ahli belum ada yang merumuskan secara rinci dan lengkap tentang kemampuan-kemapuan generik khususnya pada bidang biologi. Yang ada adalah pada bidang kimia dan fisika. Keterampilan generik yang dikembangkan oleh Taufik Rahman yang diadaptasi oleh Brotosiswoyo tahun 2001, berikut adalah keterampilan generik biologi.30

1) Pengamatan (Observasi)

Observasi adalah suatu teknik pembelajaran yang dapat berdampak pada pengembangan ilmu pengetahuan (Biologi). Proses pengamatan terjadi melalui panca indera (pengelihatan, penciuman, perabaan, pengecapan dan pendengaran). Pengamatan dalam keterampilan generik ini dibagi menjadi dua bagian yang diantaranya adalah pengamatan langsung dan tak langsung.

Pengamatan langsung yaitu dengan kegiatan mengamati objek dengan menggunakan panca indera baik menggunakan alat maupun dengan tidak menggunakan alat. Contohnya mengamati langsung sel xylem dengan menggunakan mikroskop.

29

Ibid., h. 16

30

Taufik Rahman, Pengembangan Program Pembelajaran Praktikum Unutk Meningkatkan Kemampuan Generik Calon Guru Biologi, Disertasi Pada Pasca Sarjana (S3) Pendidikan UPI Bandung, Bandung 2008,.h. 54, tidak dipublikasikan

20

Pengamatan tidak langsung adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk

Dokumen terkait