• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN

5.2 Saran

Berdasarkan rangkaian data yang telah dijelaskan sebelumnya dapat disampaikan beberapa saran terhadap Keterampilan Interpersonal Pustakawan ditinjau dari Persepsi Pengguna di Kantor Kearsipan Perpustakaan dan Kearsipan Kabanjahe sebagai berikut:

1. Keterampilan interpersonal sebaiknya dipertahankan bahkan bila perlu lebih ditingkatkan lagi agar perpustakaan mendapat citra yang baik dimata para pemustakanya.

2. Pihak Kantor Kearsipan Perpustakaan dan Kearsipan Kabanjahe diharapkan dapat memberikan perhatian lebih untuk meningkatkan keterampilan interpersonal para pustakawannya.

BAB II

KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Perpustakaan Umum

Perpustakaan umum sebagai sarana pendidikan untuk mendidik diri sendiri dengan kata lain tempat mendapatkan pendidikan nonformal, mempunyai tugas untuk menghimpun, memelihara dan mendayagunakan bahan perpustakaaan untuk kepentingan masyarakat Indonesia. Salah satu jenis perpustakaan yang dapat dimanfaatkan dan menyediakan beragam sumber daya informasi yang disesuaikan dengan keberagaman penggunanya adalah perpustakaan umum.

Menurut Sutarno (2006, 43) :

Perpustakaan umum adalah lembaga pendidikan yang dinyatakan sangat demokratis karena menyediakan sumber belajar sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan melayaninya tanpa membedakan suku bangsa, agama yang dianut, jenis kelamin, latar belakang, dan tingkat sosial, umur, pendidikan serta perbedaan lainnya.

Sedangkan Sjahrial-Pamuntjak (2000 : 3) menyatakan bahwa : Perpustakaan umum ialah perpustakaan yang menghimpun koleksi buku, bahan cetakan serta rekaman lain untuk kepentingan masyarakat umum. Perpustakaan umum berdiri sebagai lembaga yang diadakan untuk dan oleh masyarakat. Setiap warga dapat menggunakan perpustakaan tanpa dibedakan pekerjaan, kedudukan, kebudayaan dan agama. Meminjam buku dan bahan lain dari koleksi perpustakaan dapat dengan cuma-cuma atau dengan membayar iuran sekedarnya sebagai tanda keanggotaan dari perpustakaan tersebut.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa perpustakaan umum merupakan wadah pengetahuan yang mendukung kepentingan masyarakat umum sebagai pusat informasi. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan umum adalah perpustakaan yang berfungsi untuk memberikan pelayanan kepada

masyarakat umum tanpa membedakan penggunanya. Dan perpustakaan milik pemerintah daerah yang berasal dari dana masyarakat dan diperuntukkan untuk melayani masyarakat sehingga memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan. 2.1.1 Tugas Perpustakaan Umum

Setiap perpustakaan mempunyai tugas-tugas untuk mencapai maksud dan tujuan dari perpustakaan tersebut. Dalam Buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (2000, 5) tugas pokok perpustakaan umum adalah menyediakan, mengolah, memelihara dan mendayagunakan koleksi bahan pustaka, menyediakan sarana pemanfaatannya dan melayani masyarakat pengguna yang membutuhkan informasi dan bahan bacaan.

Sedangkan menurut Sutarno (2006, 37) “Tugas perpustakaan umum

memberikan layanan kepada seluruh lapisan masyarakat sebagai pusat informasi, pusat sumber belajar, tempat rekreasi penelitian dan sebagai pelestarian koleksi bahan pustaka yang dimiliki”.

Selain itu, Badan Standardisasi Nasional (SNI 7495, 2009), menyatakan tugas perpustakaan umum adalah:

a. Menyediakan sarana pengembangan kebiasaan membaca sejak usia dini;

b. Menyediakan sarana pendidikan seumur hidup;

c. Menunjang sistem pendidikan formal, non formal dan informal; d. Menyediakan sarana pengembangan kreativitas diri anggota masyarakat;

e. Menunjang terselenggaranya pusat budaya masyarakat setempat sehingga aspirasi budaya lokal dapat terpelihara dan berkembang dengan baik;

f. Mendayagunakan koleksi termasuk akses informasi koleksi perpustakaan lain serta berbagai situs Web;

g. Menyelenggarakan kerja sama dan membentuk jaringan Informasi;

h. Menyediakan fasilitas belajar dan membaca;

j. Menyelenggarakan perluasan layanan antara lain melalui perpustakaan keliling .

Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa sebagai penyedia pelayanan informasi, perpustakaan umum bertugas untuk mengolah, memelihara, dan mendayagunakan koleksi bahan pustaka sehingga koleksi dapat bermanfaat dengan baik bagi masyarakat. Selain itu, perpustakaan umum mempunyai tugas untuk melayani masyarakat pengguna yang membutuhkan informasi sehingga dapat mencerdaskan kehidupan masyarakat pengguna.

2.1.2 Fungsi Perpustakaan

Bermacam fungsi yang diemban oleh sebuah perpustakaan. Secara khusus, setiap jenis perpustakaan mempunyai fungsi yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Hal ini dikarenakan tujuan yang akan dicapai oleh setiap perpustakaan tersebut berbeda. Untuk mencapai tujuannya, perpustakaan umum mempunyai beberapa fungsi yang harus dilaksanakan dengan baik.

Dalam buku Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (2006, 6) fungsi perpustakaan umum adalah:

a. Pengkajian kebutuhan pemakai dalam hal informasi dan bahan bacaan;

b. Penyediaan bahan pustaka yang diperkirakan diperlukan, melalui pembelian, langganan, tukar-menukar, dan lain-lain;

c. Pengolahan dan penyiapan setiap bahan pustaka; d. Penyimpanan dan pemeliharaan koleksi;

e. Pendayagunaan koleksi;

f. Pemberian layanan kepada warga masyarakat baik yang datang langsung di perpustakaan maupun yang menggunakan telpon, faximili dan lain-lain;

g. Pemasyarakatan perpustakaan;

h. Pengkajian dan pengembangan semua aspek kepustakawanan; i. Pelaksanaan koordinasi dengan pihak Pemerintah, tokoh-tokoh

masyarakat dan mitra kerja lainnya;

j. Menjalin kerjasama dengan perpustakaan lain dalam rangka pemanfaatan bersama koleksi dan sarana/prasa.

Menurut Yusuf (1996, 23), fungsi perpustakaan umum adalah : 1. Fungsi Informatif

Segala informasi yang dimiliki perpustakaan umum sanggup menjawab segala pertanyaan yang diajukan oleh segenap anggota masyarakat. Sumber informasinya berpotensi memberitahukan atau memberikan informasi kepada segenap anggota masyarakat yang membutuhkannya;

2. Fungsi Edukatif

Segala informasi yang dimiliki perpustakaan umum dimaksudkan untuk mendidik segenap anggota masyarakat yang memanfaatkannya, termasuk anggota masyarakat yang belum sempat menggunakannya;

3. Fungsi Rekreatif

Koleksi yang disediakan perpustakaan umum banyak yang berisi informasi ringan, artinya tidak mendalam seperti halnya pada perpustakaan-perpustakaan perguruan tinggi, apalagi perpustakaan khusus. Hal ini disebabkan kondisi masyarakat yang dilayani sangat beragam, baik pada tingkat pengetahuan, pendidikan, maupun usianya sehingga sumber informasi yang disediakan pun harus disesuaikan dengan keragaman kondisi masyarakat tersebut.

Berdasarkan uraian di atas mengenai fungsi perpustakaan umum, dapat diketahui bahwa perpustakaan umum berfungsi menyimpan, merawat, mengembangkan dan mendayagunakan koleksi bahan pustaka serta menjalin kerjasama dengan perpustakaan lain dalam rangka pemanfaatan bersama koleksi dan sarana/prasarana untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna. Fungsi perpustakaan umum akan terlaksana dengan baik jika perpustakaan umum telah melakukan tugasnya dengan baik.

2.2 Persepsi

Persepsi bisa diartikan juga dengan anggapan, pemikiran ataupun penilaian terhadap sesuatu yang dilihat dan dirasakan. Membahas istilah persepsi akan dijumpai banyak batasan atau definisi tentang persepsi yang dikemukakan, antara lain:

Pengertian persepsi yang dinyatakan dalam buku Depdiknas (2003), yaitu: Persepsi dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang terhadap suatu objek dan situasi lingkunganya. Dengan kata lain, tingkah laku seseorang terhadap suatu objek dipengaruhi oleh persepsinya. “Persepsi adalah kesan seseorang terhadap objek persepsi tertentu yang dipengaruhi faktor internal, yakni perilaku yang berada di bawah kendali pribadi dan faktor eksternal, yakni perilaku yang dipengaruhi oleh situasi di luarnya.

Menurut Walgito (2002, 69) pengertian persepsi adalah:

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera namun proses itu tidak berhenti begitu saja melainkanstimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi.

Hal senada juga disampaikan oleh Suwarno (2009, 52) persepsi dapat didefenisikan, sebagai suatu proses membuat penilaian atau membangun kesan mengenai berbagai macam hal yang terdapat di dalam lapangan penginderaan seseorang. Sedangkan Rakhmat (2003, 51) menyatakan bahwa persepsi adalah pengamatan tentang objek periwisata atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi juga memberikan makna pada sensori stimuli.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui persepsi merupakan suatu penilaian atau kesan seseorang terhadap suatu objek yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yang dapat menentukan tindakan dari orang yang bersangkutan. Penilaian atau kesan seseorang terhadap suatu objek ataupun informasi yang diterima melalui panca inderanya.

2.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi seseorang tidak timbul begitu saja. Tentu ada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor itulah yang menyebabkan mengapa dua orang

yang melihat sesuatu mungkin memberikan interprestasi yang berbeda tentang yang dilihatnya. Perbedaan ini ditentukan bukan hanya pada stimulusnya sendiri, tetapi juga pada latar belakang keadaan stimulus itu (Mahmud 1990, 41).

Latar belakang yang dimaksud mencakup pengalaman-pengalaman sensoris, perasaan saat terjadinya suatu peristiwa, prasangka, keinginan, sikap, dan tujuan. Menurut Pareek seperti dikutip oleh Arisandy (2004, 26) terdapat empat faktor utama yang menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi, antara lain:

1. Perhatian

Terjadinya persepsi pertama kali diawali oleh adanya perhatian. Tidak semua stimulus yang ada di sekitar kita dapat kita

tangkap semuanya secara bersamaan. Perhatian kita hanya tertuju pada satu atau dua objek yang menarik bagi kita; 2. Kebutuhan

Setiap orang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi, baik itu kebutuhan menetap maupun kebutuhan sesaat;

3. Kesediaan

Adalah harapan seseorang terhadap suatu stimulus yang muncul, agar memberikan reaksi terhadap stimulus yang diterima lebih efisien sehingga akan lebih baik apabila orang tersebut telah siap terlebih dulu;

4. Sistem nilai

Sistem nilai yang berlaku dalam diri seseorang atau masyarakat akan berpengaruh terhadap persepsi seseorang.

Menurut Miftah Toha (2004, 154) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai berikut :

a. Faktor internal: perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka,

keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi;

b. Faktor eksternal: latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh,

pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar atau ketidakasingan satu objek.

Sedangkan menurut Arikunto (2002, 19), menyatakan bahwa persepsi dipengaruhi faktor-faktor yaitu :

a. Ciri khas objek stimulus yang memberikan nilai bagi orang yang mempersiapkannya dan seberapa jauh objek tertentu dapat menyenangkan bagi seseorang;

b. Faktor-faktor pribadi termasuk di dalamnya ciri khas individu, seperti taraf kecerdasan, minat, emosional dan lain sebagainya; c. Faktor pengaruh kelompok, artinya respon orang lain di

lingkungannya dapat memberikan arah kesuatu tingkah laku; d. Faktor perbedaan latar belakang tingkah laku kultural

(kebiasaan)

e. Faktor eksternal dan internal.

Sementara Menurut Walgito (2004, 70) faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan beberapa faktor, yaitu:

a. Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang

mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor;

b. Alat indera, syaraf dan susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respons diperlukan motoris yang dapat membentuk persepsi seseorang;

c. Perhatian

Untuk menyadari atau dalam mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah utama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian

merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu sekumpulan objek.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi seseorang dipengaruhioleh banyak faktor dan faktor-faktor tersebut yang membuat persepsi setiap individu berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Yang mampu

mempengaruhi persepsi seseorang yaitu faktor internal yang berasal dari diri sendiri dan faktor eksternal yang berasal dari objek yang diperhatikan. Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama. Perbedaan persepsi dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan individu, perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap atau perbedaan dalam motivasi.

2.2.2 Syarat Terjadinya Persepsi

Menurut Sunaryo (2004, 98) yang dikutip oleh Walgito syarat-syarat terjadinya persepsi adalah (a) adanya objek yang dipersepsi; (b) adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi; (c) Adanya alat indera/reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus; (d) Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak, yang kemudian sebagai alat untuk mengadakan respon.

2.2.3 Proses Persepsi

Adapun proses pembentukan persepsi menurut Walgito (2002, 71) diuraikan sebagai berikut:

Objek menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor, perlu dikemukakan antara objek dan stimulus itu menjadi satu misalnya dalam hal tekanan. Benda sebagai objek langsung mengenai kulit sehingga akan terasa tekanan tersebut. Proses stimulus mengenai alat indera ditreuskan oleh syaraf sensoris ke otak proses ini disebut sebagai proses psiologis. Kemudian terjadilah proses diotak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat dan apa yang didengar atau apa yang diraba. Proses yang terjadi diotak atau dalam pusat kesadaran ini yang disebut proses psikologis. Dengan demikian dapat dikemukakan terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang misalnya : apa yang dilihat, apa yang didengardan apa yang diraba yaitu stimulus yang ditrima oleh alat

indera, proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk.

Hal yang senada juga disampaikan oleh Widyatun (2004, 111) “bahwa proses terjadinya persepsi adalah karena objek/stimulus yang merangsang untuk ditangkap oleh panca indera objek tersebut menjadi panca indera, kemudian objek stimulus tadi dibawa ke otak terjadi adanya respon atau stimulus berupak kesan atu respon dibalikan lagi ke indera menjadi berupa tanggapan atau persepsi atau hasil kerja indera berupa pengalaman dari hasil kerja otak”.

Menurut Toha (2004, 145), proses terbentuknya persepsi didasari pada beberapa tahapan, yaitu:

a. Stimulus atau Rangsangan

Terjadinya persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan pada suatu stimulus/rangsangan yang hadir dari lingkungannya; b. Registrasi

Dalam proses registrasi, suatu gejala yang nampak adalah mekanisme fisik yang berupa penginderaan dan syarat seseorang berpengaruh melalui alat indera yang dimilikinya. Seseorang dapat mendengarkanatau melihat informasi yang terkirim kepadanya, kemudian mendaftar semua informasi yang terkirim kepadanya tersebut;

c. Interpretasi

Interpretasi merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang sangatpenting yaitu proses memberikan arti kepada stimulus yang diterimanya. Proses interpretasi tersebut bergantung pada cara pendalaman, motivasi,dan kepribadian seseorang.

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa proses pembentukan suatu persepsi melewati beberapa proses seperti penglihatan, pendengaran dan perabaan melalui alat indera terhadap objek yang dijadikan perhatian. Suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya dalam beberapa

tahapan, yaitu stimulus atau rangsangan, registrasi, dan interpretasi. Proses suatu persepsi dibutuhkan suatu rangsangan yang diterima oleh indera dan kemudian akan diterjemahkan oleh otak dan akan menghasilkan suatu persepi bergantung pada cara pendalaman dan kepribadian seseorang.

2.3 Pemustaka

Istilah pemustaka baru digunakan dan dipakai setelah disahkannya UU No. 43 tahun 2007. Menurut undang-undang, yang dimaksud dengan pemustaka adalah pengguna perpustakaan, yaitu perseorangan, kelompok orang, masyarakat, atau lembaga yang memanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan. Jadi, dapat disimpulkan, bahwa pengertian dari pemustaka adalah, orang yang memanfaatkan jasa layanan yang telah disediakan di perpustakaan.

Pemustaka adalah orang atau badan yang menggunakan perpustakaan. Hermawan dan Zulfikar (2006) membagi pemustaka Perpustakaan menjadi lima kelompok, yaitu:

a. Anggota. Pemustaka adalah mereka yang telah menjadi anggota perpustakaan;

b. Pembaca. Orang yang membaca berbagai jenis bahan pustaka yang tersedia di perpustakaan;

c. Pelanggan. Dalam hal ini, perpustakaan menganggap pemustaka sebagai pelanggan yang ahrus dilayani;

d. Klien. Dalam hal ini, hubungan perpustakaan dengan pemustaka sudah seperti hubungan pengacara (ahli hukum) dengan orang yang dibelanya. Posisi pustakawan sudah sebagai penasehat; e. Patron. Pada dasarnya patron ini lebih kepada orang-orang yang

peduli dan ikut menyeponsori perpustakaan.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian pemustaka adalah pengguna perpustakaan yaitu perseorangan, kelompok orang, masyarakat atau lembaga yang memanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan.

2.3.1 Jenis Pemustaka

Pengunjung, anggota dan pemakai perpustakaan berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Menurut Suwarno (2009, 80) kriteria pemustaka dapat dibagi menjadi dua kriteria yaitu (a) kriteria objektif seperti kategori sosio-profesional, bidang spesialisasi, sifat kegiatan yang menyebabkan perlunya informasi, dan alasan menggunakan system informasi; (b) kriteria sosial dan psikologis seperti sikap dan nilai menyangkut informasi pada umumnya dan hubungannya dengan unit informal pada khususnya; sebab dan alasan yang berkaitan dengan prilaku mencari informasi dan komunikasi, prilaku sosial serta profesional pemustaka.

Bedasarkan kriteria yang telah dibahas sebelumnya, maka pemustaka dapat dibagai atas beberapa jenis seperti (a) pemustaka yang belum terlibat dalam kehidupan aktif seperti pelajar dan mahasiswa; (b) pemustaka yang mempunyai pekerjaan, informasi yang diinginkan merupakan informasi yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Perpustakaan perlu mengetahui beberapa karakteristik Pemustaka terutama dalam menunjang aktivitasnya. Penna (1988) mengungkapkan karakteristik tersebut adalah :

a. Individual or group yaitu apakah Pemustaka datang ke perpustakaan sebagai individu atau sebagai suatu kelompok; b. Place of learning, yaitu tempat yang biasa digunakan

oleh Pemustaka untuk membaca buku atau belajar; c. Social situation, yaitu aspek sosial dari Pemustaka;

d. Leisure or necessity factor, yaitu apakah Pemustaka berkunjung ke perpustakaan untuk sekedar mengisi waktu luang atau karena dia membutuhkan buku atau informasi tertentu;

e. Subject of study, yaitu bidang apa yang sedang didalami Pemustaka. Apakah dia sedang menulis mengenai suatu subjek tertentu yang sangat khusus, atau sedikit lebih luas;

f. Level of study, yaitu tingkat pendidikan Pemustaka. Kebutuhan mahasiswa S1 tentu berbeda dengan kebutuhan mahasiswa tingkat S2 atau S3;

g. Motivation, yaitu sejauh mana keinginan dan antusiasme Pemustaka dalam memanfaatkan layanan perpustakaan.

Sulistyo - Basuki (2004, 399) mengkategorikan pengguna informasiilmiah menjadi tiga kelompok, yaitu:

a. Ilmuwan (peneliti), yang bergerak dalam penelitian dasar dan eksperimental dalam ilmu - ilmu dasar;

b.Insinyur (engineers, rekayasawan, spesialis praktis), bergerak dalam bidang disain eksperimental, proyeksi dan aktivitas operasional dalam berbagai bidang teknologi dan industri;

c. Manajer dalam ruang lingkup sains, teknologi dan ekonomi nasional.

Menurut Ajick (2010) ada berbagai sifat dan karakter Pemustaka yang perlu dipahami agar pustakawan dapat menghadapinya dengan baik. Berikut ini beberapa karakter dan cara menghadapi Pemustaka:

a. Pendiam dapat dihadapi dengan penyambutan secara ramah untuk menarik perhatiannya;

b. Tidak sabar, dapat mengemukakan bantuan kita secara maksimal dan secepat mungkin;

c. Banyak bicara dengan menawarkan bantuan dan mengalihkan perhatian pada hal-hal yang ditawarkan dengan penjelasannya; d. Banyak permintaan, dengarkan dan segera penuhi permintaannya

serta minta maaf dan memberi alternative lain apabila permintaan tidak tersedia;

e. Peragu, dengan memberi kepercayaan, tenang, dan tidak memberikan banyak pilihan namun mengikuti seleranya;

f. Senang membantah harus dihadapi dengan tenang, dan jangan pernah terpancing untuk berdebat;

g. Lugu dihadapi dengan menerima apa adanya, menanyakan keperluannya dan melayani berdasarkan permintaan;

h. Siap mental, dihadapi dengan membiarkannya memilih yang dikehendaki, tanpa banyak bertanya, memuji pemakai dan ucapkan terima kasih atas kunjungannya;

i. Yang curiga dihadapi dengan memberikan jaminan yang baik dan jangan tunjukkan sikap seolah-olah petugas lebih unggul; j. Yang sombong dihadapi dengan tenang, sabar menghadapi

sikapnya dan tidak terlalu serius, serta berikan kesan bahwa pengguna tersebut perlu dihormati.

Kepuasan Pemustaka, (user satufi cation) adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dengan harapannya. Menurut Lasa (2009, 155) kepuasan pemustaka dipengaruhi oleh (a) kinerja pelayanan; (b) respon terhadap keinginan pemustaka; (c) kompetensi petugas; (d) pengaksesan mudah, murah, tepat dan cepat; (e) kualitas koleksi; (f) kesediaan alat temu kembali; (g) waktu layanan.

Dari defenisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan pemustaka adalah penilaian orang/kelompok/lembaga yang menggunakan atau memanfaatkan perpustakaan, tentang pustaka/informasi atau jasa sebagai hasil perbandingan antara prestasi yang dirasakan dan diharapkan melalui pernyataan emosional terhadap evaluasi pada pengalaman konsumsi.

2.4 Pustakawan

Pustakawan dapat diartikan sebagai orang yang pekerjaannya atau profesinya terkait erat dengan dunia pustaka atau bahan pustaka. Pelayanan dalam perpustakaan adalah merupakan ujung tombak suksesnya sebuah perpustakaan. Oleh sebab itu, perpustakaan harus dapat memberikan layanan yang baik bagi penggunanya. Agar dapat memberikan layanan yang baik sesuai dengan fungsinya, perpustakaan memerlukan tenaga yang memadai baik dari jumlah dan kualitas yang harus dimilikinya. Jumlah dan kualitas dari tenaga pustakawan yang bekerja di lingkungan perpustakaan sangat bergantung dari jenis perpustakaan.

Menurut pendapat Hermawan (2006: 45) menyatakan bahwa, ”pustakawan adalah seorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga

induknya berdasarkan ilmu pengetahuan, dokumentasi dan informasi yang dimilikinya melalui pendidikan”.

Sedangkan dalam Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan, dinyatakan bahwa ”Pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan”.

Selain pendapat di atas, Soeatminah (1992, 161) menyatakan bahwa: Pustakawan adalah pegawai negeri sipil yang berijazah di bidang perpustakaan, dokumentasi, dan informasi, yang diberi tugas secara penuh oleh penjabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan perpustakaan dan dokumentasi pada unit – unit perpustakaan instansi pemerintah dan atau unit tertentu lainnya.

Dalam Undang-undang R.I No.43 tahun 2007 tentang perpustakaan pasal 1 ayat 8 menjelaskan bahwa pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa seorang pustakawan harus memiliki kompetensi dan pengetahuan dalam melaksanakan tugasnya. Seorang pustakawan juga harus memenuhi persyaratan sebagai pustakawan yang ideal.

Uraian di atas menyatakan bahwa pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan mempunyai tugas untuk

Dokumen terkait