• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teoritik

2. Keterampilan Memecahkan Masalah (Problem-Solving Skills)

Problem-solving berhasil dikembangkan oleh Jhon Dewey pada tahun 1916-1938. Kontribusi terbesar Jhon Dewey adalah mendukung adanya kurikulum yang berdasarkan dari masalah. Dewey dalam Orlich menyatakan bahwa problem as

anything that gives rise to doubt and uncertainy.22 Jadi menurut Dewey bahwa

masalah merupakan segala sesuatu yang dapat memunculkan sebuah keraguan dan ketidakpastian sehingga terdapat beberapa cara pandang untuk menyelesaikannya. Problem solving refers to an inquiry learning procces in which students seek answer to a question relevant to themselves and their

culture.23 Sehingga dalam problem-solving dibutuhkan sebuah keterampilan dari

siswa untuk bisa mencari tahu lebih lanjut mengenai sebuah permasalahan, dari proses pencari tahuan ini diharapkan siswa dapat menentukan sebuah solusi dari permasalahan.

a. Pengertian Keterampilan Memecahan Masalah

Manusia dalam kesehariannya akan selalu dihadapkan pada sebuah permasalahan yang harus dipecahkan atau diselesaikan sehingga manusia membutuhkan sebuah keterampilan dalam memecahkan permasalahan tersebut. Dunia pendidikan memberikan sebuah keterampilan yang dapat diperoleh oleh siswa seperti keterampilan memecahkan masalah yang dapat dipergunakan oleh

21

Wina Sanjaya,Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

(Jakarta: Kencana Prenada, 2012), h.221

22

Donald C. Orlich et.all, Teaching Strategies A Guide to Effective Instruction, (USA: Wadsworth Cenange Learning), h.302

23

siswa dalam menyelesaikan sebuah permasalahan karena pemecahan masalah menuntut siswa untuk berfikir.

Memecahkan masalah adalah satu strategi yang mendorong siswa mengawasi langkah-langkah yang digunakan siswa dalam memecahkan suatu masalah. Mereka akan menunjukan dan menjelaskan bagaimana mereka menyelesaikan masalah itu.24 Dengan menganalisis langkah-langkah yang rinci, guru dapat memperoleh informasi yang berharga tentang kecakapan pemecahan masalah yang dimiliki oleh siswa-siswa. Untuk menjadi pemecah masalah, siswa perlu belajar berbuat daripada hanya mengoreksi jawaban-jawaban masalah yang ada didalam buku teks.

Memecahkan masalah dipandang sebagai suatu proses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situaasi yang baru. Hakikat masalah dalam pembelajaran berbasis masalah adalah adanya gap atau kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang diharapkan.25 Memecahkan masalah juga didefinisikan sebagai satu usaha mencari jalan keluar dari satu kesulitan guna mencapai satu tujuan yang tidak begitu mudah dicapai.26 Pemecahan masalah juga dipandang sebagai suatu proses penghilangan perbedaan atau ketidaksesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil yang diinginkan. Salah satu bagian dari proses pemecahan masalah adalah pengambilan keputusan (decision making), yang didefinisikan sebagai memilih solusi terbaik dari sejumlah alternatif yang tersedia.27 Kemampuan problem solving termasuk keterampilan berpikir dan menalar (thinking and reasoning skill) yang didalamnya juga tercakup kemampuan metakognitif dan berpikir kritis. 28 Keterampilan berpikir (thinking) adalah proses mental seorang yang lebih dari

24

Agus N.Cahyo, Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar, (Jogjakarta: Diva Press,2013), h.264

25

Made Wena, Op. Cit., h.52

26

Polya, Teori Pemecahan Masalah Polya Dalam Pembelajaran Matematika, Tersedia pada (http://free.webs/2010/modul-matematika-teori-belajar-polya.pdf)

27

Paidi, Model Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Biologi di SMA, Artikel Seminar Nasional FMIPA Jurusan Pendidikan Biologi Universitas Negeri Yogyakarta, 2010

28

sekedar mengingat dan memahami.29 Jadi dengan adanya proses keterampilan pemecahan masalah siswa membutuhkan proses mental (berpikir) yang tinggi dan proses mental ini harus dilatih agar siswa mampu menghadapi permasalahan yang ada di sekitarnya.

b. Indikator Keterampilan Memecahkan Masalah

Indikator-indikator dalam memecahkan masalah dikemukakan oleh beberapa ahli. Indikator memecahkan masalah yaitu merumuskan masalah, mengembangkan jawaban, menguji jawaban sementara, mengambil kesimpulan, dan menerapkan kesimpulan. Kelima indikator tersebut dijelaskan sebagai berikut:30

Indikator keterampilan memecahkan yang pertama yaitu merumuskan masalah. Dalam merumuskan masalah atau soal meliputi: menyadari adanya masalah, melihat maknanya dan mengusahakan agar masalah itu dapat dikendalikan.

Indikator keterampilan memecahkan yang kedua yaitu mengembangkan jawaban sementara (hipotesis). Dalam mengembangkan jawaban sementara meliputi: meneliti dan mengklarifikasi data yang ada, mencari hubungan tafsiran yang logis dan merumuskan hipotesis.

Indikator keterampilan memecahkan yang ketiga, yaitu menguji jawaban sementara yang meliputi: a) Mengumpulkan data atau bukti meliputi: mengidentifikasi bukti yang diperlukan, mengeevaluasi data atau bukti yang diperlukan. b) Menyusun data atau bukti yang, meliputi: menerjemahkan, menerapkan bukti, menafsirkannya dan mengklasifikasinnya. c) Menganalisis data yang meliputi: memperhatikan persamaan dan perbedaan, mengidentifikasi adanya keteraturan urutan, dan mencari hubungan dengan hipotesis.

Indikator keterampilan memecahkan yang keempat, yaitu mengembangkan dan mengambil kesimpulan yang meliputi: mengevaluasi hubungan antara bukti dan hipotesis dan merumuskan kesimpulan.

29

Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana Prenada, 2005)

30

Indikator keterampilan memecahkan yang kelima adalah menerapkan kesimpulan pada data atau pengalaman baru yang meliputi mengujinya dengan bukti baru dan membuat generalisasinya.

Indikator keterampilan memecahkan masalah yang dipaparkan sebelumnya, juga memiliki pendapat lainnya. Indikator keterampilan memecahkan masalah tersebut, terdiri dari empat indikator, yaitu merumuskan dan menegaskan masalah; mencari fakta pendukung dan merumuskan hipotesis; mengevaluasi pemecahan yang dikembangkan; dan mengadakan pengujian atau verifikasi. Adapun keempat aspek tersebut dijelaskan sebagai berikut:31

Indikator keterampilan memecahkan yang pertama yaitu merumuskan dan menegaskan masalah. Pada indikator ini, individu melokalisasi letak sumber kesulitan untuk memungkinkan mencari jalan pemecahanya. Ia menandai aspek mana yang mungkin dipecahkan menggunakan prinsip atau dalilserta kaidah yang diketahuinya.

Indikator keterampilan memecahkan yang kedua adalah mencari fakta pendukung dan merumuskan hipotesis. Indikator ini meminta individu menghimpun berbagai informasi yang relevan termasuk pengalaman orang lain dalam menghadapi pemecahan masalah yang serupa kemudian mengidentifikasi berbagai alternative kemungkinan pemecahannya yang dapat dirumuskan sebagai pernyataan jawaban sementara yang memerlukan pembuktian (hipotesis).

Indikator keterampilan memecahkan yang ketiga adalah mengevaluasi alternatif pemecahan yang dikembangkan. Setiap alternatif pemecahan masalah ditimbang dari segi untung ruginya. Selanjutnya dilakukan pengambilan keputusan memilih alternatif yang dipandang paling mungkin dan menguntungkan.

Indikator keterampilan memecahkan yang keempat adalah mengadakan pengujian atau verifikasi. Mengadakan pengujian atau verifikasi secara eksperimental alternatif pemecahan yang dipilih, dipraktikan, atau dilaksanakan.

31

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar Cet-3, (Jakarta: Rineka Cipta,2006), h. 18

Dari hasil pelaksanaan itu diperoleh informasi untuk membuktikan benar atau tidaknya yang telah dirumuskan.

Indikator keterampilan memecahkan memiliki kriteria skoring. Indikator dan kriteria skoring dapat dilihat pada Tabel 2.3, sebagai berikut:

Tabel 2.3 Indikator Memecahkan Masalah Brillian Rossy32

No.

Aspek yang Dinilai dalam Keterampilan Memecahkan

Masalah

Skor Deskripsi Pencapaian

1. Identifikasi masalah

(menunjukan fenomena yang ada dalam permasalahan dan merangkumnya dalam rumusan masalah)

1

2

3

Siswa tidak dapat mengidentifikasi masalah yang diberikan.

Siswa dapat mengidentifikasi masalah, tetapi tidak tepat.

Siswa dapat mengidentifikasi masalah, dengan tepat

2. Merumuskan masalah (memformulasikan dalam bentuk perntanyaan yang memberi arah untuk memperoleh jawabannya)

1 2

3

Siswa tidak dapat merumuskan masalah Siswa merumuskan masalah, tetapi tidak tepat

Siswa merumuskan masalah dengan tepat

3. Menganalisis masalah

(menganalisis setiap data yang didapatkan dan kesesuaiannya dengan masalah yang dikaji)

1

2

3

Siswa tidak dapat memahami dan menganalisis masalah

Siswa dapat memahami dan

menganalisis masalah, tetapi tidak logis Siswa dapat memahami dan

menganalisis masalah dengan logis 4. Menarik kesimpulan

(menyimpulkan berdasarkan pembahasan yang telah dibuat)

1

2

3

Siswa tidak dapat menarik kesimpulan dari masalah yang telah dianalisis Siswa dapat menarik kesimpulan dari masalah yang telah dianalisis, tetapi tidak tepat

Siswa dapat menarik kesimpulan dari masalah yang telah dianalisis dengan tepat

5. Mencari solusi (mengajukan pemecahan masalah dan

1 Siswa tidak dapat memberikan alternatif solusi yang mudah

32

Brillian Rosy & Triesnida, Penerapan PBL untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Keterampilan Memecahkan Masalah”,Prosiding Seminar Nasional Universitas Negeri Surabaya, 2015, h.

No.

Aspek yang Dinilai dalam Keterampilan Memecahkan

Masalah

Skor Deskripsi Pencapaian

merencanakan penyelesaian masalah)

2

3

dilaksanakan dan tidak dilandasi dengan teori yang sesuai.

Siswa dapat memberikan alternatif solusi yang mudah dilaksanakan tetapi tidak dilandasi dengan teori yang sesuai.

Siswa dapat memberikan alternatif solusi yang mudah dilaksanakan dan dilandasi dengan teori yang sesuai. 6. Melakukan evaluasi (evaluasi

berdasarkan fakta, prinsip, atau pedoman, serta memilih

alternatif solusi atau pemecahan masalah yang paling tepat)

1 2

3

Siswa tidak melakukan evaluasi Siswa memberikan evaluasi

berdasarkan fakta, berdasarkan prinsip atau pedoman serta memberikan alternative tetapi kurang tepat Siswa memberikan evaluasi

berdasarkan fakta, berdasarkan prinsip atau pedoman serta memberikan alternative dengan tepat

7. Memecahkan dan menyelesaikan masalah (memilih kemungkinan solusi, dan menentukan kemungkinan solusi, serta menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana)

1

2

3

Siswa dapat menyelesaikan masalah dengan tepat dan tidak sesuai dengan rencana.

Siswa dapat menyelesaikan masalah tetapi tidak tepat dan tidak sesuai dengan rencana

Siswa dapat menyelesaikan masalah dengan tepat dan sesuai dengan rencana

Indikator ketermpilan memecahkan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, indikator yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur keterampilan memecahkan masalah pada siswa menggunakan indikator yang dikemukakan oleh Nasution, yaitu menyadari adanya masalah dengan memberikan rumusan masalah, mengembangkan hipotesis, menguji hipotesis, mengembangkan dan mengambil kesimpulan, dan menerapkan kesimpulan.

3. Konsep Keanekaragaman Hayati

a. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Konsep Keanekaragaman Hayati

Biologi sebagai salah satu bidang yang tercakup dalam lingkup IPA memberikan kesempatan siswa untuk mengenal dan memahami fenomena yang terjadi di alam sekitar. Dalam kaitannya dengan bidang IPA-Biologi memiliki kompetensi inti dan kompetensi dasar yang berlaku secara nasional sebagai standarisasi untuk dijadikan acuan.

Konsep keanekaragaman hayati yang dipelajari di tingkat SMA/MA memiliki Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan Indikator Pembelajaran yang dapat dilihat pada Tabel 2.4, sebagai berikut:

Tabel 2.4 Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator Pembelajaran

1) Standar Kompetensi (SK)

3. Memahami manfaat keanekaragaman hayati 2) Kompetensi Dasar (KD)

3.1. Mendeskripsikan konsep keanekaragaman gen, jenis, dan ekosistem 3.2. Mengkomunikasikan keanekaragaman hayati Indonesia, dan usaha

pelestarian serta pemanfaatan sumber daya alam. 3) Indikator Pembelajaran

1. Menjelaskan pengertian keanekaragaman hayati

2. Membandingkan ciri keanekaragaman hayati pada tingkat gen, spesies, dan ekosistem

3. Mengidentifikasi keanekaragaman hayati di Indonesia berdasarkan keragaman pada tingkat gen, spesies, dan ekosistem berdasarkan karakteristik wilayahnya.

4. Memerinci tumbuhan dan hewan khas Indonesia yang memiliki nilai tertentu

5. Menganalisis peran keanekaragaman hayati bagi kehidupan manusia. 6. Mengidentifikasi peran dan aktivitas manusia terhadap

keanekaragaman hayati

7. Menganalisis usaha-usaha pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia.

b. Kajian Materi Konsep Keanekaragaman Hayati

Konsep keanekaragaman hayati ini terbagi atas beberapa sub konsep, yaitu: 1) Berbagai Tingkat Keanekaragaman Hayati, 2) Keanekaragaman hayati di Indonesia, 3) Manfaat dan nilai keanekaragaman hayati, 4) Pengaruh kegiatan manusia terhadap keanekaragaman hayati, 5) Usaha perlindungan alam dan 6) Klasifikasi keanekaragaman hayati. Dari sub konsep ini akan diberikan materi ajar yang relevan dan berkaitan dengan kondisi yang sedang berkembag sehingga siswa dapat memahami perkembangan yang terjadi.

Dokumen terkait