• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Pengertian Keterampilan Menulis

Menurut Tarigan dalam Munirah (2015:1), mengemukakan bahwa menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk mengkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan lain.

S. Takala dalam Munirah (2015:1), menyatakan bahwa menulis atau mengarang adalah suatu poses penyusun, mencatat dan berkomunikasikan makna ganda, berisfat interaktif dan diarahkan untuk

mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan suatu sistem tanda konvensional yang dapat dilihat (dibaca).

Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan suatu bentuk komunikasi yang tidak langsung untuk menampilkan gagasan penulis kepada pembaca dengan menggunakan media Bahasa yang dilengkapi dengan unsur suprasegmental. Oleh karena itu, penulis perlu dipelajari dan dilatih secara intensif.

Akhadiah, dkk (1998:1), menyatakan bahwa menulis merupakan suatu bentuk komunikasi. Menulis merupakan suatu proses pemikiran yang dimulai dengan pemikiran tentang gagasan yang disampaikan, menulis merupakan bentuk komunikasi yang berbeda dengan bercakap-cakap; dalam tulisan tidak terdapat intonasi, ekspresi wajah, gerakan fisik, serta yang tidak menyertai percakapan; menulis bentuk komunikasi yang perlu dilengkapi dengan tanda-tanda penjelas, aturan, ejaan serta tanda baca, dan menulis merupkan bentuk komunikasi untuk menyampaikan gagasan menulis kepada khalayak pembaca yang dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu.

Nurgiyantoro (2010:296), menjelaskan pula bahwa menulis merupakan kemampuan mengungkapkan gagasan kepada pihak lain secara tertulis tugas menulis yang diberikan, secara umum ada 2 macam yaitu : (1) menulis sebagai hasil tanggapan terhadap teks-teks kesastraan, dan (2) menulis kreatif.

b. Bentuk-bentuk Menulis

Berdasarkan sifat dan teknik penyajiannya dikenal 4 jenis menulis yaitu: (1) Eksposisi atau Paparan, (2) Deskripsi atau Lukisan, (3) Argumentasi atau Dalihan, dan (4) Narasi atau Kiasan.

1) Eksposisi (Paparan)

Syafi‟ie dalam Munirah (2015:2), menyatakan bahwa eksposisi adalah wacana berusaha atau menjelaskan pokok pikiran yang dapat memperluas pengetahuan pembaca. Wacana ini bertujuan menyampaikan fakta-fakta secara teratur, logis dan saling bertautan dengan maksud untuk menjelaskan sesuatu ide, istilah, masalah, proses, unsur-unsur sesuatu, hubungan sebab-akibat, dan sebagainnya. Wacana ini dapat menjelaskan dan memberikan keterangan, serta dapat mengembangkan gagasan agar menjadi luas dan mudah dimengerti.

Berdasarkan sifat dan teknik penyajiannya, jenis eksposisi terdiri dari atas 2 metode yaitu metode definisi dan metode analisis. Kedua metode ini akan dijelaskan secara singkat berikut ini:

(a) Metode Definisi

Definisi adalah jenis eksposisi yang paling alamiah karena definisi merupakan dasar dari semua jenis tulisan yang menerangkan sesuatu. Dengan demikian, eksposisi didefinisikan sebagai tulisan yang menghasilkan penjelasan. Syarat untuk mendefinisikan eksposisi ialah penulis harus menguasai betul yang hendak ditulisnya.

Definisi yang lazim diterapkan dalam karangan eksposisi adalah definisi kamus, definisi logika dan definisi luas.

- Definisi Kamus

Cenderung memberikan pengertian, baik arti sekarang maupun arti lama. Oleh karena itu, di dalam kamus terdapat entri makna yang cukup banyak. Kamus yang baik selalu memperlihatkan rangkaian arti lengkap dengan perubahan-perubahan arti yang dialami suatu kata yang sudah tidak dipakaipun masih turut dientrikan.

- Definisi Logika (Definisi Formal)

Berusaha mengungkapkan dengan jelas salah satu arti yang dikandung oleh suatu kata atau istilah dalam suatu formulasi kalimat.

- Definisi Luas

Diberikan dalam bentuk kalimat atau serangkaian kalimat bergantung pada tingkat kejelasan yang didefinisikan. Definisi luas dapat dikembangakan dengan jenis varian perbandingan, ilustrasi, pengulangan etimologi, atau jika perlu metode pengembangan variasi lain, ataupun kombinasi dari beberapa metode sehingga si pembaca dapat memahami istilah terebut secara tepat seperti penulisnya.

(b) Metode Analisis

Analisis adalah suatu proses memisah-misahkan suatu keseluruhan atas komponen-komponen. Bistok dalam Tolla (1991:6). Mungkin terjadi sifat umum bagi manusia normal dalam melihat sesuatu pertama-tama secara keseluruhan dari keselurhan itu timbul usaha untuk melihat dan mengenal bagian-bagiannya. Makin lama meengamati sesuatu semakin jelas bagian-bagian yang akan didefinisikan.

Metode analisis dibedakan atas analisis pemecahan dan analisis klasifikasi. Analisis pemecahan diterapkan jika objek dianggap sebagai suatu unit sehingga analisis ini lebih berkenaan dengan pemecahan sesuatu dari kesalahan. Analisis klasifikasi digunakan memisahkan kelompok-kelompok dan objek-objek yang biasanya dianggap terdiri atas beberapa bagian.

2) Deskripsi (Lukisan)

Menurut Syafi‟ie dalam Munirah (2015:4), deskripsi ialah tulisan yang melukiskan sesuatu dengan sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, dan merasakan) yang ditulis itu sesuai dengan citra penulisnya.

Wacana deskripsi ini ada 2 macam, yaitu wacana deskripsi yang faktawi (objektif) dan wacana deskripsi yang khayali (imajinatif), wacana deskripsi yang pertama, merupakan wacana yang berusaha memberikan bangun, ukuran, susun, warna, bahan sesuatu menurut

kenyataannya dengan tujuan menyamaikan atau memberi informasi saja. Wacana deskripsi yang berusaha menjelaskan ciri-ciri fisik, sikap seseorang, keadaan suatu tempat dan sebagainya. Menurut khayalan penulisnya, hal ini bertujuan membuat alur cerita dapat memberikan gambaran ke depan dan mampu menarik keingintahuan pembaca. Selanjutnya, Supriyadi (1992:242), menyatakan bahwa wacana deskripsi faktawi adalah wacana deskripsi khayalan ada penambahan daya akal.

Dalam karangan deskripi, agar menjadi hidup, perlu dilukiskan bagian-bagian yang penting. Jika melukiskan betapa ngerinya tersesat di hutan, maka situasi di hutan yang dapat menimbulkan kengerian itu harus dilakukan secara lengkap, sehingga pembaca dapat membayangkan (bagaimana jika) dia sendiri tersesat di hutan. Seorang penumpang pesawat udara yang mengalami kecelakan, untuk melukiskaan amat kecilnya kemungkinan dia dapat selamat dari musibah itu, harus mampu menceritakan detail yang penting, sehingga pembaca memperoleh kesan yang mendalam bahwa keselamatannya dalam musibah tersebut benar-benar merupakan takdir tuhan.

3) Argumentasi

Supriyadi (1992:244), menyatakan bahwa argumentasi adalah suatu jenis wacana atau tulisan yang memberikan alasan dengan contoh dan bukti yang kuat serta meyakinkan agar pembaca terpengaruh dan membenarkan pendapat, gagasaan sikap, dan

keyakinan penulis, sehingga mau berbuat sesuai dengan kemauan penulis.

Argumentasi merupakan dasar yang paling fundamental dalam ilmu pengetahuaan. Dalam ilmu pengetahuan komunikasi berwujud usaha untuk mengajukan bukti-bukti atau menentukan kemungkinan menyatakan sikap atau pendapat penulis mengenai hal yang dibahas.

Untuk meyakinkan orang lain agar terpengaruh dan bertindak sesuai keinginan penulis. Penulis argument harus berpikir keras dan logis serta mau menerima pendapat orang lain sebagai pertimbangan. Agar dapat mengajukan argumentasi, penulis argumentasi harus memiliki pengetahuan dan pandangan yang luas tentang hal dibicarakan. Kegiatan berpikir, keterbukan sikap dan keluasan pandangan memiliki peranan yang besar untuk mempengaruhi orang lain.

4) Narasi

Supriyadi (1992:242), menyatakan bahawa wacana narasi adalah rangkaian urutan yang menceritakan atau menyajikan suatu hal kejadian melalui tokoh atau pelaku dengan maksud memperluas pengetahuan, pendengar dan pembaca.

Wacana narasi berisi fakta (benar-benar terjadi), dapat pula berisi sesuatu yang khayali. Wacana narasi yang berupa fakta misalnya otobiografi atau biografi seorang tokoh terkenal sedangkan wacana narasi yang khayali seperti cerpen, novel, roman, hikayat,

drama, dongeng dan lain-lain. Dalam dialog, cerita memang terasa lebih hidup dan menarik sehingga mengasikan bagi pembaca, lukisan watak, pribadi, kecerdasan, sikap dan tingkat pendidikan tokoh dalam cerita yang disuguhkan lebih tepat dan mengenal apabila ditampilkan lewat dialog-dialog. Tokoh yang kejam, buta huruf atau lemah lembut dan sangat penyantun atan lebih hidup bila diceritakan dalam bentuk percakapan dibandingkan apabila diceritakan dengan uraian biasa.

c. Tujuan Menulis

Tujuan menulis dapat mewujudkan tujuan yang tidak sederhana. Menurut Tarigan (1994:23), tujuan menulis (the writer’s intention) adalah respons atau jawaban yang diharapkan oleh penulis dari pembaca. Berdasarkan batasan tersebut, maka tujuan menulis meliputi hal-hal berikut:

1) Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajarkan disebut wacana informasi (informative discourse);

2) Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif (persuasive discourse);

3) Tulisan yang bertujuan menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer (wacana kesusastraan atau literary discourse);

4) Tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat dan berapi-api disebut wacana ekspresif (ekspressive diacourse)”.

Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa tujuan seseorang menulis yaitu untuk memberitahukan, meyakinkan, menghibur, dan sebagai ungkapan perasaan melalui sebuah tulisan.

d. Menulis Sebagai Proses

Menurut Bars dalam Munirah (2015:14), Penekatan proses dalam menulis terutama bagi penulis pemula muda diikuti. Dia akan dapat memahami dengan cepat hal-hal yang harus dipersiapkan dalam menulis.

Dalman (2009:17), menjelaskan bahwa sebagai proses, menulis merupakan serangkaian aktivitas yang terjadi dan melibatkan beberapa fase/tahap yaitu:

1) Tahap prapenulisan (persiapan)

Tahap prapenulisan merupakan fase persiapan menulis seperti menentukan topik dan tujuan karangan, mengumpulkan informasi serta membuat kerangka karangan. Tahap prapenulisan mencakup tahap-tahap berikut diantaranya:

(a) Menentukan topik

Topik adalah pokok persoalan atau permasalahan yang menjiwai seluruh tulisan. Ada pertanyaan pemicu yang dapat digunakan untuk menentukan topik, misalnya: ”Saya mau menulis apa? Apa yang akan saya tulis?

Tulisan saya akan berbicara tentang apa?”. Nah, jawaban atas pertanyaan tersebut berisi topik tulisan.

Topik harus dibedakan dengan tema, karena tema mencakup hal yang lebih umum. Sementara topik sudah mengarah pada hal yang lebih khusus. Jadi, akan lebih tepat bila topik tulisan disejajarkan dengan sub tema.

Masalah yang dihadapi dalam memilih dan menentukan topik tulisan adalah:

- Sangat banyak topik yang harus dipilih, karena semua topik menarik. Untuk itu pilihlah yang paling dikuasai.

- Tidak memiliki ide sama sekali. Untuk itu, banyaklah membaca buku atau majalah/koran, berdiskusi dengan orang lain, melakukan pengamatan pada persoalan-persoalan yang terjadi di lingkungan sekitar.

- Terlalu ambisius sehingga jangkauan topik yang dipilih terlalu luas.

(b) Menetapkan Tujuan dan Sasaran

Tujuan dan sasaran penulisan harus diperhatikan agar tulisan dapat tersampaikan dengan baik. Tujuan dan sasaran penulisan akan mempengaruhi corak dan bentuk tulisan, gaya penyampaian dan tingkat kerincian isi tulisan. Agar tulisan kita dapat dipahami oleh pembaca, kita harus memperhatikan siapa yang akan membaca tulisan kita, bagaimana level pendidikannya, status sosialnya dan apa yang diperlukannya?.

(c) Mengumpulkan Bahan dan Informasi Pendukung

Ketika akan menulis, kita tidak selalu memiliki bahan atau informasi yag benar-benar siap dan lengkap. Untuk itulah sebabnya, sebelum menulis kita perlu mencari, mengumpulkan, dan memilih informasi yang dapat mendukung, memperluas, memperdalam dan memperkaya tulisan kita. Tanpa pengetahuan dan wawasan yang memadai. Maka, tulisan kita akan dangkal dan kurang bermaka. Karena itulah, penelusuran dan pengumpulan informasi sebagai bahan tulisan sangat diperlukan.

Mengumpulkan bahan dan informasi untuk mendukung tulisan dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti :

- Wawancara - Studi kepustakaan - Observasi

- Diskusi kelompok

- Mengorganisasikan Ide atau Gagasan

Mengorganisasikan ide atau gagasan penting dilakukan tulisan yang kita buat menjadi saling bertaut, runtut dan padu.

Untuk mempermudah mengorganisasikan ide atau gagasan, maka sebelum menulis kita perlu membuat kerangka tulisan. Kerangka tulisan ini memuat garis-garis besar tulisan yang akan kita buat. Secara umum, kerangka tulisan terdiri atas:

- Pendahuluan atau pengantar, yang berisi mengapa dan untuk apa menulis topik tertentu serta apa yang akan disajikan. - Isi, yang berisi butir-butir penting isi tulisan

(d) Penutup

Seorang penulis mulai dari penulis pemula sampai penulis yang sudah profesional pun, harus tetap mengunakan langkah-langkah pra penulisan, mungkin sebagian orang menganggap langkah-langkah ini sebagai hal yang sepele, namun di lain sisi tahap pra penulisan dapat membantu dan menuntun penulis agar pada saat tahap penulisan nantinya, tulisan yang dihasilkan dapat koheren dan kohesif. Tulisan atau karangan dapat dikatakan kohesif dan koheren apabila memenuhi syarat berikut, karangan tersebut mempunyai kalimat tesis yang dapat mewakili seluruh isi tulisan serta setiap paragraf mempunyai kalimat topik dan hubungan antara kalimat topik dengan kalimat penjelas saling berkaitan. Untuk kita sebagai seorang penulis pemula yang baru seumur jagung dalam dunia tulis menulis, mulailah menulis dari pengalaman yang terjadi sehari-hari. Cobalah dari pengalaman sehari-hari tersebut kita tuangkan semua pikiran, pengalaman dan ide-ide ke dalam bentuk karya tulis, supaya kegiatan menulis tidak hanya dijadikan sebuah pekerjaan untuk mencari uang, melainkan juga dapat dijadikan sebuah kesenangan agar kebiasan menulis tertanam dalam jiwa kita.

Dari uraian fase pasca prapenulisan di atas, dapat digaris bawahi bahwa tulisan yang baik adalah tulisan yang melewati proses penyuntingan dan revisi dari orang lain dan penulis sendiri.

2) Tahap penulisan

Tahap penulisan merupakan tahapa untuk mengembangkan ide atau informasi yang diperoleh pada tahap prapenulisan. Struktur karangan terdiri atas bagian awal, isi, dan akhir. Awal karangan berfungsi untuk memperkenalkan sekaligus menggiring pembaca terhadap pokok tulisan kita. Isi karangan menyajikan bahasan topik atau ide utama karangan, berikut hal-hal yang memperjelas atau mendukung ide tersebut seperti: contoh, ilustrasi, informasi, bukti atau alasan. Akhir karangan berfungsi untuk mengembalikan pembaca pada ide inti karangan melalui perangkuman atau penekanan ide-ide penting.

3) Tahap pascapenulisan

Tahap pascapenulisan merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan buram yang kita hasilka . Tahap ini merpakan tahap penghalusan dan penyempurnaan buram (konsep) yang kita hasilkan. Kegiatannya terdiri atas penyuntinganan perbaikan (revisi).

Penyuntingan pemeriksaan dan perbaikan unsur mekanik karangan, seperti ejaan, pungtuasi, diksi, pengkalimatan, pengaleniaan, gaya bahasa, pencatatan kepustakaan, dan konvensi penulisan lainnya. Revisi atas perbaikan lebih mengarahka pada

pemeriksaan dan perbaikan karangan. Langkah-langkah kegiatan penyuntingan dan perbaikan karangan:

(a) Membaca keseluruhan karangan;

(b) Menandai hal-hal yang perlu diperbaiki, atau memberikan catatan bila ada hal-hal yang harus diganti, ditambahkan, disempurnakan; sert;

(c) Melakukan perbaikan sesuai dengan temuan saat penyuntingan. Secara umum, kerangka karangan terdiri atas pendahuluan atau pengantar (berisi mengapa dan untuk apa menulis topik tertentu, serta apa yang akan disajikan), (bahas tentang topik), dan penutup (kesimpulan dan saran).

3. Hakikat Puisi a. Pengertian Puisi

Secara etimologi, puisi berasal dari Bahasa Yunani „‟Poima‟‟ yang berarti membuat atau „‟Poesis‟‟ yang berarati pembuatan. Dalam Bahasa inggris disebut dengan „‟Poem’’ atau „‟Poetry’’. Puisi berarti pembuatan karena menulis puisi menciptakan sebuah dunia. Menurut Hudson dalam Suwadah R. (2011:32), puisi adalah suatu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai medium penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya lukisan yang menggunakan garis dan warna dalam menggambarkan gagasan pelukisnya. Dengan demikin, sebenarnya, puisi merupakan ungkapan

batin dan pikiran penyair dalam melahirkan sebuah dunia berdasarkan batin yang digelutinya.

Menurut Suwadah R. (2011:31), puisi merupakan sebuah olahan pikiran seseorang, kehadiran puisi dalam menyampaikan pesan kepada orang lain untuk diberi makna sangat manjur. Ketika seseorang sedang sedih, sedang jatuh cinta dan lainnya. Dalam puisi tekadang mengandung beberapa unsur ekstrinsik yaitu aspek pendidikan, aspek politik, aspek ekonomi, aspek adat dan sebagainnya.

Ada beberapa hal penting yang tersirat dalam pengertian puisi itu, yakni:

1) Puisi merupakan ungkapan pemikiran, gagasan ide, dan ekspresi penyairnya.

2) Bahasa puisi bersifat konotatif, simbolis dan lambang karena itu penuh dengan imajinasi, metafora, khias, dengan Bahasa peguratif yang estetis.

3) Penyusunan larik-larik puisi memanfaatkan pertimbangan bunyi dan rima semaksimalnya.

4) Dalam penulisan puisi terjadi pemadatan kata dengan berbagai bentuk kekuatan Bahasa yang ada.

5) Sedangkan unsur pembangun puisi yang tercakup unsur batin dan lahir puisi membangun kekuatan yang padu.

6) Bahasa puisi tidak terikat oleh keadaan umumnya, karena itu, ia memiliki kebebasan untuk menyimpang kaidah kebebasan yang ada, biasanya disebut dengan lisencia poetic.

Keterangan di atas masih membutuhkan penjelasan-penjelasan yang lebih detail. Ralph Waldo Emerson dalam Suwadah R. (2011:33), memberi 33 penjelasan bahwa puisi merupakan upaya abadi untuk mengekspresikan jiwa sesuatu, untuk menggerakan tubuh yang kasar dan mencari kehidupan dengan alasan yang menyebabkannya ada, karena bukannya irama melainkan argumen yang membuat iramalah (yaitu ide atau gagasan) yang menjelmakan suatu puisi. Sang penyair membuat suatu pikiran baru untuk disingkapkan kepada pembaca, dia ingin mengatakan kepada semua orang betapa pengalaman bersatu dengan dia yang mempunyai pembendaharaan kata yang lebih kaya dengan pengalaman tersebut.

Selanjutnya ada juga pengarang terkenal yakni Edger Allan Poe memberi batasan puisi merupakan sebuah kata kreasi keindahan yang berirama (The Rhythmical Creation Of Beauty). Ukuran satu-satunya untuk itu ialah rasa dengan intelek atau dengan kesadaran, puisi itu hanyalah memiliki hubungan-hubungan sekunder-sekunder saja. Kalau tidaklah bersifat incidental, maka puisi itu tidaklah mempunyai hubungan apapun baik dengan kewajiban maupun dengan kebenaran.

Berdasarkan sumber-sumber tersebut dapat dinyatakan bahwa keduanya mempunyai pangan yang berbeda terhadap puisi. Adapula

pengarang yang menghubungkan puisi dengan musik. John Dryden dalam Suwadah R. (2011:33), mengatakan bahwa ‘’Poetry Is Articulate Music’’ dan Isaac Newton mengatakan bahwa puisi adalah nada yang penuh dengan keaslian dan keselarasan atau Poetry is ingenius Fiddle-Faddle, hubungan antara musik sangatlah erat. Puisi tidak bercerita namun dalam puisi intonasi dan irama suara sangat menjadi perhatian.

b. Puisi Baru

Puisi baru bentuknya lebih bebas dari pada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima. Ciri-ciri Puisi Baru: Bentuknya rapi, simetris; Mempunyai persajakan akhir (yang teratur); Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain; Sebagian besar puisi empat seuntai; Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis) Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata. Jenis-jenis puisi baru menurut isinya, puisi dibedakan atas :

1) Balada

Puisi berisi kisah/cerita. Balada jenis ini terdiri dari 3 (tiga) bait, masing-masing dengan 8 (delapan) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya. Contoh: Puisi karya WS Rendra „‟Balada Ibu yang dibunuh‟'.

Ibu musang di lindung pohon tua meliang Bayinya dua ditinggal mati lakinya. Bulan sabit terkait malam memberita datangnya

Waktu makan bayi-bayinya mungil sayang. Matanya berkata pamitan, bertolaklah ia

Dirasukinya dusun-dusun, semak-semak, taruhan harian atas nyawa. Burung kolik menyanyikan berita panas dendam warga desa

Menggetari ujung bulu-bulunya tapi dikibaskannya juga. Membubung juga nyanyi kolik sampai mati tiba-tiba Oleh lengking pekik yang lebih menggigitkan pucuk-pucuk daun

Tertangkap musang betina dibunuh esok harinya. Tiada pulang ia yang mesti rampas rejeki hariannya

Ibu yang baik, matinya baik, pada bangkainya gugur pula dedaun tua. Tiada tahu akan meraplah kolik meratap juga

Dan bayi-bayinya bertanya akan bunda pada angin tenggara Lalu satu ketika di pohon tua meliang

Matilah anak-anak musang, mati dua-duanya. Dan jalannya semua peristiwa

Tanpa dukungan satu dosa, tanpa. 2) Himne

Puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan. Ciri-cirinya adalah lagu pujian untuk menghormati seorang Dewa, Tuhan, seorang Pahlawan, Tanah Air, atau Almamater (Pemandu di Dunia Sastra).

Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (Guru, Pahlawan, Dewa, Tuhan) yang bernapaskan ketuhanan. Berikut ini adalah contoh Hymne

Ya Tuhan kami

Kami telah terpuruk dalam lautan dosa Detik menit jam kami terendam dalam dosa

Pikiran yang mendua Hati yang beku Ampunilah kami

Ya Tuhan kami Ya Tuhan

Telah kotor setiap inci daging ini Telah hina diri ini

Menyalahgunakan karunia-Mu Mengkufurkan nikmat-Mu Semoga Kau tuntun kami kembali

Ke jalan kebenaran-Mu Ke jalan lurus-Mu

Sebelum Kau panggil kami kembali Ke alam kekal-Mu

3) Ode

Puisi sanjungan untuk orang yang berjasa. Nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum. Berikut ini contoh ode:

Guruku…

Cahaya dalam kegelapanku Pengisi semua kekosonganku

Penyejuk kelayuan hatiku Kau sirnakan segala kebodohan

Kau terangi setiap sisi jiwa Kau terjang segala pandang negatif

Sungguh mulia hatimu Sungguh besar pengorbananmu Sungguh tak ternilai keikhlasanmu

Jasamu bagai emas mulia

Tak kan terganti sampai maut menjemput Tak kan tertutup oleh keburukan dunia

Guruku…

Terima kasihku dari dalam lubuk hatiku 4) Epigram

Puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup. Epigram berasal dari Bahasa Yunani „‟epigramma‟‟ yang berarti unsur pengajaran;

didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan. Berikut ini contoh epigram:

Hari itu tak ada tempat berlari Tak ada tempat bersembunyi Tak ada memohon belas kasih

Semua sudah menyatu Amal satu-satunya penolong

Amal satu-satunya cahaya Merintih tiada berarti Menyesal tiada berguna Barulah sadar dunia yang fana

Epigram diatas berisi tentang pengingat untuk beramal selagi masih hidup. 5) Romansa

Puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih. Berasal dari Bahasa Perancis Romantique yang berarti keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra. Berikut ini adalah contoh romansa:

Kisah ini hanya kau dan aku Tak ada ketiga, keempat, kelima

Aku adalah kau Kau adalah aku Senyummu adalah bahagiaku

Dokumen terkait