• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 WANGI -WANGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 WANGI -WANGI"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VII

SMP NEGERI 1 WANGI -WANGI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

Putri Salistyandari 105331112516

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Motto

Akan sia-sia ilmu yang kau tuntun hingga ke Negeri China jika outputnya untuk merendahkan sesama manusia

Persembahan

Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda H. Salim dan Ibunda Hj. Waode Maifah kini anakmu mempersembahkan yang terbaik untukmu. Betapa diri ini ingin melihat kalian bangga padaku. Betapa tak ternilai kasih sayang dan pengorbanan kalian padaku.Terimakasih atas dukungan moril maupun materil untukku selama

ini.

(7)

ABSTRAK

Putri Salistyandari. 2012. Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi engan Media Audio Visual Pada Siswa Kelas VII Smp Negeri 1 Wangi-Wangi. Skripsi, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Dr. Muhammad Akhir, M.Pd. dan Pembimbing II Anin Asnidar, S.Pd., M.Pd.

Permasalahan dalam penelitian ini ada 2 yaitu, Bagaimanakah penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menulis puisi pada siswa kelas VII E SMP Negeri 1 Wangi-Wangi dan bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis puisi melalui penggunaan media audio visual siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Wangi-Wangi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menulis puisi pada siswa kelas VII E SMP Negeri 1 Wangi-Wangi dan mengetahui peningkatan kemampuan menulis puisi melalui penggunaan media audio visual siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Wangi-Wangi.

Penelitian ini laksanakan dalam dua tahap dengan PTK, yaitu tahap siklus I dan tahap siklus II. Subjek penelitian ini adalah Kemampuan Menulis Puisi menggunakan teknik objek langsung. Pengumpulaan data pada penelitian ini menggunakan teknik tes dan non tes. Teknik tes berupa hasil Kemampuan Menulis Puisi dan teknik nontes berupa data perilaku siswa dari hasil observasi. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kuantitatif. Teknik tersebut dianalis dengan membandingkan hasil tes dan nontes siklus I dan siklus II.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan Kemampuan Menulis Puisi menggunakan media audio visual. Nilai rata-rata pada siklus I sebesar 48%. Nilai rata-rata siswa pada siklus II sebesar 90,8% Selanjutnnya pada siklus I dan siklus II mengalami peningkat sebanyak 42,2. Perubahan tingkah laku siswa juga menjadi lebih baik. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis menyarankan agar guru menggunakan berbagai macam media untuk kemajuan pembelajaran nantinya.

Kata Kunci : menulis puisi, penggunaan media audio visual.

(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahi Rabbil‘alamin, penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis masih diberi kesehatan yang tidak ternilai harganya. Berkat rahmat-Nya pula, penulis masih diberi kesempatan untuk menyusun skripsi ini hingga selesai.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan Kepada Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wasallam beserta keluarga dan para sahabatnya. Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wasallam telah menuntun umat Islam dari zaman kebodohan menuju zaman ilmu pengetahuan. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan pengetahuan-pengetahuan yang ada.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat guna mengikuti ujian skripsi pendidikan pada program studi Pedidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar agar meraih gelar Strata Satu (S1).

Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda H. Salim dan Ibunda Hj. Waode Maifah, yang telah memberikan pendidikan kedisiplinan dan material sehingga penulis dapat melanjutkan pendidikan hingga saat ini. Penulis juga berterima kasih kepada bapak Dr. Muhammad Akhir, M.Pd, selaku pembimbing I dan ibu Anin Asnidar, S.Pd., M.Pd, selaku pembimbing II. Karena, beliau tidak pernah bosan untuk mengarahkan penulis agar lebih baik lagi. Skripsi ini tentu mempunyai banyak

(9)

hambatan dari yang terkecil sampai yang terbesar. Namun, berkat bantuan, dorongan dan bimbingan dari orang tua penulis yang selalu memberikan sumbangsih material dan doa, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi bisa terseleaikan.

Terimakasih kepada teman-teman dan sahabat atas partisipasinya yang telah mendedikasikan pikiran, tenaga, waktu, dan materialnya dalam proses penyusunan skripsi ini. Skripsi ini disusun dengan penuh kesabaran dan rintangan, baik yang datang dari diri penulis maupun dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan pertolongan dari Allah akhirnya skripsi ini terselesikan.

Semoga skripsi ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca akhusunya mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini, masih banyak terdapat kekuragan. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini dimasa yang akan datang. Wabillahi Taufiq Wal Hidayah Fastabiqul Khaerat, Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, Agustus 2020

Putri Salistyandari

(10)

DAFTAR ISI

Halaman Sampul ...i

Halaman Judul ...ii

Kartu Kontrol Pembimbing I ...iii

Kartu Kontrol Pembimbing II ...iv

Persetujuan Pembimbing ...v

Surat Perjanjian ...vi

Surat Pernyataan...vii

Motto ...viii

Abstrak ...ix

Kata Pengantar ...x

Daftar Isi...xi

Daftar Tabel ...xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...4

C. Tujuan Penelitian ...4

D. Manfaat Penelitin ...5

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka ...6

1. Penelitian yang Relevan ...6

2. Keterampilan Menulis ...7

3. Hakikat Puisi ...21

(11)

4. Media Audio Visual ...34

5. Pembelajaran Menulis Puisi Melalui Media Audio Visual ...40

B. Kerangka Pikir ...42

C. Hipotesis ...44

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian...45

B. Lokasi Penelitian ...45

C. Fokus Penelitian ...46

D. Prosedur dan Desain Penelitian ...56

E. Instrumen Penelitian ...51

F. Teknik Pengumpulan Data ...51

G. Teknik Analisi Data ...52

H. Indikator Keberhasilan ...53

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(12)

DAFTAR TABEL

3.1 Kriteria Penilaian Menulis Puisi Dengan Mengunakan Media Audio Visual.33

4.1 Skor Mentah ... 58

4.2 Rata-Rata Aktivitas Guru Siklus I... 62

4.3 Diskusi Frekuensi Perilaku Siswa ... 65

4.4 Hasil Menulis Puisi ... 67

4.5 Skor Mentah ... 70

4.6 Rata-Rata Aktivitas Guru Siklus II ... 76

4.7 Diskusi Frekuensi Perilaku Siswa ... 78

4.8 Hasil Menulis Puisi ... 80

4.9 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Wangi-Wangi .... 89

(13)

DAFTAR GAMBAR

1.1 Upacara Bendera ... 101

1.2 Awal Pertemuan ... 102

1.3 Aktivitas Kelompok ... 103

1.4 Puisi Pengalaman ... 104

1.5 Pengamatan Puisi Menggunakan Media Audio Visual dalam Ruangan Lab Komputer ... 105

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 RPP Siklus I Pertemuan 1 ... 106

Lampiran 2 RPP Siklus I Pertemuan 2 ... 107

Lampiran 3 RPP Siklus I Pertemuan 3 ... 108

Lampiran 4 RPP Siklus I Pertemuan 1 ... 109

Lampiran 5 RPP Siklus I Pertemuan 2 ... 110

Lampiran 6 RPP Siklus I Pertemuan 3 ... 111

Lampiran 7 Daftar Hadir Siswa Siklus I ... 112

Lampiran 8 Daftar Hadir Siswa Siklus ... 113

Lampiran 9 Daftar Nilai Prapenelitian Menulis Puisi ... 114

Lampiran 10 Daftar Nilai Hasil Menulis Puisi Siklus I ... 115

Lampiran 11 Daftar Nilai Hasil Menulis Puisi Siklus II ... 116

Lampiran 12 Soal Penelitian Siklus I dan II ... 117

Lampiran 13 Lembaran Konsultasi Bimbingan ... 118

Lampiran 14 Lembar Observasi Aktivitas Guru ... 119

Lampiran 15 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 120

Lampiran 16 Surat Izin Selesai Penelitian ... 121

(15)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Di dalam dunia pendidikan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong usaha-usaha pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar-mengajar. Guru dituntut agar mampu menggunakan media pembelajaran, seperti; media audio, media visual, dan media audio visual.

Pelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan dalam rangka meningkatkan kemampuan berbahasa murid. Pembelajaran Bahasa Indonesia menyangkut kemampuan keterampilan berbahasa meliputi 4 aspek, yaitu aspek menyimak, aspek berbicara, aspek membaca, dan aspek menulis. Menulis merupakan bagian dari keterampilan berbahasa, tulisan seseorang secara tidak langsung akan mencerminkan bahasanya, dengan kata lain tulisan seseorang akan mencerminkan pikirannya.

Pembelajaran Bahasa Indonesia sangat penting diberikan kepada murid, karena bahasa merupakan salah satu kemampuan terpenting manusia yang memungkinkan ia unggul atas makhluk-makhluk lain ciptaan Tuhan dimuka bumi. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting sebagai alat komunikasi yang digunakan seseorang dalam pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain, baik dalam lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat maupun lingkungan sekolah. Kemampuan berbahasa sangat menentukan perkembangan

(16)

anak pada aspek-aspek lainnya, seperti perkembangan emosi, tingkah laku dan sosial.

Menurut Tarigan (2008:9), Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatapmuka dengan orang lain. Selain itu, kegiatan menulis membuat seseorang secara tidak langsung akan membiarkan ide-idenya mengalir, menulis juga sebagai sarana melepaskan beban dan menyampaikan gagasan ke dalam bentuk tulisan.

Menurut Aminuddin (2009:134), kata puisi berasal dari Bahasa Yunani pocima „‟membuat‟‟ atau poesis „‟pembuatan. Puisi di artikan „‟membuat‟‟ dan „‟pembuatan‟‟ karena lewat puisi pada dasarnya seseorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri, yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah.

Sejalan dengan itu Hudson dalam Aminuddin (2009:134), mengungkapkan bahwa „‟Puisi adalah salah satu cabang sastra yang mengungkapkan kata-kata sebagai media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya lukisan yang menggunakan garis dan warna yang menggambarkan gagasan pelukisnya‟'.

Media pembelajaran merupakan perantara untuk menyampaikan pesan atau informasi yang sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran, agar memudahkan guru dalam penyampaian materi pembelajaran. Asyar (2011:45), mendefinisikan bahwa media audio visual adalah jenis media yang digunakan

(17)

dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengar dan pengelihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan.

Adanya unsur audio memungkinkan peserta didik untuk dapat menerima pesan pembelajaran melalui pendengaran, sedangkan unsur visual memungkinkan penciptakan pesan belajar melalui bentuk visualisasi.

Menurut Ronald Anderson (1994:99), media video adalah merupakan rangkaian gambar elektronis yang disertai oleh unsur suara audio juga mempunyai unsur gambar yang dituangkan melalui pita video (video tape).

Pembelajaran menulis puisi diberikan di sekolah-sekolah, baik di SMA maupun di SMP. Menulis puisi di kalangan siswa biasanya dianggap sebagai suatu hal yang rumit dan membingungkan. Puisi berbeda dengan novel, drama, maupun cerita pendek.

Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya kemampuan berbahasa Indonesia yang masih rendah atau dibawah rata-rata pada siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Wangi-Wangi, khususnya kemampuan menulis puisi. Berdasarkan hasil pembelajaran yang dilakukan guru, lebih dari 85% siswa mendapat nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yakni 75. Selain itu, siswa menganggap menulis masih menjadi sesuatu yang rumit dan membingungkan sehingga sulit menentukan objek tulisan

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berkaitan dengan peningkatkan keterampilan menulis puisi. Peneliti menggunakan media audio visual, khususnya lagu dalam bentuk instrumental sebagai salah satu cara untuk membangkitkan motivasi siswa

(18)

agar menyukai pembelajaran menulis puisi sehingga dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis puisi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagaimanakah penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menulis puisi pada siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Wangi-Wangi?

2. Bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis puisi melalui penggunaan media audio visual siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Wangi-Wangi?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ini. 1. Untuk mengetahui penggunaan media audio visual dalam pembelajaran

menulis puisi pada siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Wangi-Wangi?

2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan menulis puisi melalui penggunaan media audio visual siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Wangi-Wangi?

(19)

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Manfaat teoritis

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan ilmu yang baru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya tentang pembelajaran menulis puisi dengan menggunakaan media audio visual. 2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peserta didik, guru, dan sekolah.

a. Memotivasi peserta didik untuk aktif dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia, menciptakan pengalaman belajar peserta didik yang menyenangkan, menanamkan nilai-nilai karakter dalam diri peserta didik, dan melatih peserta didik untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi.

b. Penelitian ini bermanfaat bagi guru sebagai sarana untuk mengevaluasi dan memperbaiki pembelajaran yang sudah berlangsung, membantu guru untuk menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran, menambah wawasan dalam memilih metode dan media pembelajaran.

c. Penelitian ini bagi sekolah digunakan sebagai dokumen bagi sekolah, digunakan untuk memotivasi guru lain dalam hal perbaikan pembelajaran, dan menumbuhkan kerja sama antar guru untuk memperbaiki mutu pendidikan secara berkelanjutan

(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR , DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Relevan

Penelitian relevan yang dilakukan oleh Ferdianto (2016), yaitu „‟media audio visual pada kemampuan komunikasi matematis siswa kelas IX‟‟. Pada penelitian Ferdianto melakukan penelitian komunikasi. Sedangkan dalam penelitian ini yaitu keterampilan menulis puisi.

Hasil dari penelitian terjadi peningkatan kemampuan komunikasi matematis pada setiap pertemuannya dan presentase aktivitas siswa setiap pertemuan pun ikut mengalami peningkatan sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media audio visual dalam pelajaran pokok bahasa tabung terbukti dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dan meningkatkan aktivitas siswa selama proses pembelajarn berlangsung.

Persamaan penelitian yang penulis lakukan dengan Ferdianto yaitu sama-sama menggunakan media audio visual sebagai alat pembelajaran siswa. Sedangkan, perbedaanya yaitu penelitian Ferdianto menggunakan media audio visual pada kemampuan komunikasi matematis siswa dan peneliti menggunakan media audio visual untuk menulis puisi.

Penelitian relevan yang dilakukan oleh Rahmat (2014), yaitu „‟Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas VII SMP Al-Bayan

(21)

Makassar melalui Teknik Peta Pasang‟‟. Pada penelitian Rahmat melakukan penelitian keterampilan menulis puisi melalui teknik peta pasang.

Hasil dari penelitian terjadi peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas VII SMP Al-Bayan Makassar pada setiap pertemuannya dan presentase aktivitas siswa setiap pertemuan pun ikut mengalami peningkatan perolehan siswa pada siklus I dengan rata-rata 69, sedangkan pada siklus II adalah 83,5. Selisi pada perolehan nilai pada siklus I dan silus II adalah 13. Pencapaian kemampuan pada siklus II mengalami penngkatan dari pada siklus I.

Persamaan penelitian yang penulis lakukan dengan Rahmat yaitu sama-sama meningkatkan keterampilan menulis puisi. Sedangkan, perbedaannya yaitu penelitian Rahmat melalui teknik peta pasang dan peneliti menggunakan media audio visual.

2. Keterampilan Menulis

a. Pengertian Keterampilan Menulis

Menurut Tarigan dalam Munirah (2015:1), mengemukakan bahwa menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk mengkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan lain.

S. Takala dalam Munirah (2015:1), menyatakan bahwa menulis atau mengarang adalah suatu poses penyusun, mencatat dan berkomunikasikan makna ganda, berisfat interaktif dan diarahkan untuk

(22)

mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan suatu sistem tanda konvensional yang dapat dilihat (dibaca).

Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan suatu bentuk komunikasi yang tidak langsung untuk menampilkan gagasan penulis kepada pembaca dengan menggunakan media Bahasa yang dilengkapi dengan unsur suprasegmental. Oleh karena itu, penulis perlu dipelajari dan dilatih secara intensif.

Akhadiah, dkk (1998:1), menyatakan bahwa menulis merupakan suatu bentuk komunikasi. Menulis merupakan suatu proses pemikiran yang dimulai dengan pemikiran tentang gagasan yang disampaikan, menulis merupakan bentuk komunikasi yang berbeda dengan bercakap-cakap; dalam tulisan tidak terdapat intonasi, ekspresi wajah, gerakan fisik, serta yang tidak menyertai percakapan; menulis bentuk komunikasi yang perlu dilengkapi dengan tanda-tanda penjelas, aturan, ejaan serta tanda baca, dan menulis merupkan bentuk komunikasi untuk menyampaikan gagasan menulis kepada khalayak pembaca yang dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu.

Nurgiyantoro (2010:296), menjelaskan pula bahwa menulis merupakan kemampuan mengungkapkan gagasan kepada pihak lain secara tertulis tugas menulis yang diberikan, secara umum ada 2 macam yaitu : (1) menulis sebagai hasil tanggapan terhadap teks-teks kesastraan, dan (2) menulis kreatif.

(23)

b. Bentuk-bentuk Menulis

Berdasarkan sifat dan teknik penyajiannya dikenal 4 jenis menulis yaitu: (1) Eksposisi atau Paparan, (2) Deskripsi atau Lukisan, (3) Argumentasi atau Dalihan, dan (4) Narasi atau Kiasan.

1) Eksposisi (Paparan)

Syafi‟ie dalam Munirah (2015:2), menyatakan bahwa eksposisi adalah wacana berusaha atau menjelaskan pokok pikiran yang dapat memperluas pengetahuan pembaca. Wacana ini bertujuan menyampaikan fakta-fakta secara teratur, logis dan saling bertautan dengan maksud untuk menjelaskan sesuatu ide, istilah, masalah, proses, unsur-unsur sesuatu, hubungan sebab-akibat, dan sebagainnya. Wacana ini dapat menjelaskan dan memberikan keterangan, serta dapat mengembangkan gagasan agar menjadi luas dan mudah dimengerti.

Berdasarkan sifat dan teknik penyajiannya, jenis eksposisi terdiri dari atas 2 metode yaitu metode definisi dan metode analisis. Kedua metode ini akan dijelaskan secara singkat berikut ini:

(a) Metode Definisi

Definisi adalah jenis eksposisi yang paling alamiah karena definisi merupakan dasar dari semua jenis tulisan yang menerangkan sesuatu. Dengan demikian, eksposisi didefinisikan sebagai tulisan yang menghasilkan penjelasan. Syarat untuk mendefinisikan eksposisi ialah penulis harus menguasai betul yang hendak ditulisnya.

(24)

Definisi yang lazim diterapkan dalam karangan eksposisi adalah definisi kamus, definisi logika dan definisi luas.

- Definisi Kamus

Cenderung memberikan pengertian, baik arti sekarang maupun arti lama. Oleh karena itu, di dalam kamus terdapat entri makna yang cukup banyak. Kamus yang baik selalu memperlihatkan rangkaian arti lengkap dengan perubahan-perubahan arti yang dialami suatu kata yang sudah tidak dipakaipun masih turut dientrikan.

- Definisi Logika (Definisi Formal)

Berusaha mengungkapkan dengan jelas salah satu arti yang dikandung oleh suatu kata atau istilah dalam suatu formulasi kalimat.

- Definisi Luas

Diberikan dalam bentuk kalimat atau serangkaian kalimat bergantung pada tingkat kejelasan yang didefinisikan. Definisi luas dapat dikembangakan dengan jenis varian perbandingan, ilustrasi, pengulangan etimologi, atau jika perlu metode pengembangan variasi lain, ataupun kombinasi dari beberapa metode sehingga si pembaca dapat memahami istilah terebut secara tepat seperti penulisnya.

(25)

(b) Metode Analisis

Analisis adalah suatu proses memisah-misahkan suatu keseluruhan atas komponen-komponen. Bistok dalam Tolla (1991:6). Mungkin terjadi sifat umum bagi manusia normal dalam melihat sesuatu pertama-tama secara keseluruhan dari keselurhan itu timbul usaha untuk melihat dan mengenal bagian-bagiannya. Makin lama meengamati sesuatu semakin jelas bagian-bagian yang akan didefinisikan.

Metode analisis dibedakan atas analisis pemecahan dan analisis klasifikasi. Analisis pemecahan diterapkan jika objek dianggap sebagai suatu unit sehingga analisis ini lebih berkenaan dengan pemecahan sesuatu dari kesalahan. Analisis klasifikasi digunakan memisahkan kelompok-kelompok dan objek-objek yang biasanya dianggap terdiri atas beberapa bagian.

2) Deskripsi (Lukisan)

Menurut Syafi‟ie dalam Munirah (2015:4), deskripsi ialah tulisan yang melukiskan sesuatu dengan sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, dan merasakan) yang ditulis itu sesuai dengan citra penulisnya.

Wacana deskripsi ini ada 2 macam, yaitu wacana deskripsi yang faktawi (objektif) dan wacana deskripsi yang khayali (imajinatif), wacana deskripsi yang pertama, merupakan wacana yang berusaha memberikan bangun, ukuran, susun, warna, bahan sesuatu menurut

(26)

kenyataannya dengan tujuan menyamaikan atau memberi informasi saja. Wacana deskripsi yang berusaha menjelaskan ciri-ciri fisik, sikap seseorang, keadaan suatu tempat dan sebagainya. Menurut khayalan penulisnya, hal ini bertujuan membuat alur cerita dapat memberikan gambaran ke depan dan mampu menarik keingintahuan pembaca. Selanjutnya, Supriyadi (1992:242), menyatakan bahwa wacana deskripsi faktawi adalah wacana deskripsi khayalan ada penambahan daya akal.

Dalam karangan deskripi, agar menjadi hidup, perlu dilukiskan bagian-bagian yang penting. Jika melukiskan betapa ngerinya tersesat di hutan, maka situasi di hutan yang dapat menimbulkan kengerian itu harus dilakukan secara lengkap, sehingga pembaca dapat membayangkan (bagaimana jika) dia sendiri tersesat di hutan. Seorang penumpang pesawat udara yang mengalami kecelakan, untuk melukiskaan amat kecilnya kemungkinan dia dapat selamat dari musibah itu, harus mampu menceritakan detail yang penting, sehingga pembaca memperoleh kesan yang mendalam bahwa keselamatannya dalam musibah tersebut benar-benar merupakan takdir tuhan.

3) Argumentasi

Supriyadi (1992:244), menyatakan bahwa argumentasi adalah suatu jenis wacana atau tulisan yang memberikan alasan dengan contoh dan bukti yang kuat serta meyakinkan agar pembaca terpengaruh dan membenarkan pendapat, gagasaan sikap, dan

(27)

keyakinan penulis, sehingga mau berbuat sesuai dengan kemauan penulis.

Argumentasi merupakan dasar yang paling fundamental dalam ilmu pengetahuaan. Dalam ilmu pengetahuan komunikasi berwujud usaha untuk mengajukan bukti-bukti atau menentukan kemungkinan menyatakan sikap atau pendapat penulis mengenai hal yang dibahas.

Untuk meyakinkan orang lain agar terpengaruh dan bertindak sesuai keinginan penulis. Penulis argument harus berpikir keras dan logis serta mau menerima pendapat orang lain sebagai pertimbangan. Agar dapat mengajukan argumentasi, penulis argumentasi harus memiliki pengetahuan dan pandangan yang luas tentang hal dibicarakan. Kegiatan berpikir, keterbukan sikap dan keluasan pandangan memiliki peranan yang besar untuk mempengaruhi orang lain.

4) Narasi

Supriyadi (1992:242), menyatakan bahawa wacana narasi adalah rangkaian urutan yang menceritakan atau menyajikan suatu hal kejadian melalui tokoh atau pelaku dengan maksud memperluas pengetahuan, pendengar dan pembaca.

Wacana narasi berisi fakta (benar-benar terjadi), dapat pula berisi sesuatu yang khayali. Wacana narasi yang berupa fakta misalnya otobiografi atau biografi seorang tokoh terkenal sedangkan wacana narasi yang khayali seperti cerpen, novel, roman, hikayat,

(28)

drama, dongeng dan lain-lain. Dalam dialog, cerita memang terasa lebih hidup dan menarik sehingga mengasikan bagi pembaca, lukisan watak, pribadi, kecerdasan, sikap dan tingkat pendidikan tokoh dalam cerita yang disuguhkan lebih tepat dan mengenal apabila ditampilkan lewat dialog-dialog. Tokoh yang kejam, buta huruf atau lemah lembut dan sangat penyantun atan lebih hidup bila diceritakan dalam bentuk percakapan dibandingkan apabila diceritakan dengan uraian biasa.

c. Tujuan Menulis

Tujuan menulis dapat mewujudkan tujuan yang tidak sederhana. Menurut Tarigan (1994:23), tujuan menulis (the writer’s intention) adalah respons atau jawaban yang diharapkan oleh penulis dari pembaca. Berdasarkan batasan tersebut, maka tujuan menulis meliputi hal-hal berikut:

1) Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajarkan disebut wacana informasi (informative discourse);

2) Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif (persuasive discourse);

3) Tulisan yang bertujuan menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer (wacana kesusastraan atau literary discourse);

4) Tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat dan berapi-api disebut wacana ekspresif (ekspressive diacourse)”.

(29)

Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa tujuan seseorang menulis yaitu untuk memberitahukan, meyakinkan, menghibur, dan sebagai ungkapan perasaan melalui sebuah tulisan.

d. Menulis Sebagai Proses

Menurut Bars dalam Munirah (2015:14), Penekatan proses dalam menulis terutama bagi penulis pemula muda diikuti. Dia akan dapat memahami dengan cepat hal-hal yang harus dipersiapkan dalam menulis.

Dalman (2009:17), menjelaskan bahwa sebagai proses, menulis merupakan serangkaian aktivitas yang terjadi dan melibatkan beberapa fase/tahap yaitu:

1) Tahap prapenulisan (persiapan)

Tahap prapenulisan merupakan fase persiapan menulis seperti menentukan topik dan tujuan karangan, mengumpulkan informasi serta membuat kerangka karangan. Tahap prapenulisan mencakup tahap-tahap berikut diantaranya:

(a) Menentukan topik

Topik adalah pokok persoalan atau permasalahan yang menjiwai seluruh tulisan. Ada pertanyaan pemicu yang dapat digunakan untuk menentukan topik, misalnya: ”Saya mau menulis apa? Apa yang akan saya tulis?

Tulisan saya akan berbicara tentang apa?”. Nah, jawaban atas pertanyaan tersebut berisi topik tulisan.

(30)

Topik harus dibedakan dengan tema, karena tema mencakup hal yang lebih umum. Sementara topik sudah mengarah pada hal yang lebih khusus. Jadi, akan lebih tepat bila topik tulisan disejajarkan dengan sub tema.

Masalah yang dihadapi dalam memilih dan menentukan topik tulisan adalah:

- Sangat banyak topik yang harus dipilih, karena semua topik menarik. Untuk itu pilihlah yang paling dikuasai.

- Tidak memiliki ide sama sekali. Untuk itu, banyaklah membaca buku atau majalah/koran, berdiskusi dengan orang lain, melakukan pengamatan pada persoalan-persoalan yang terjadi di lingkungan sekitar.

- Terlalu ambisius sehingga jangkauan topik yang dipilih terlalu luas.

(b) Menetapkan Tujuan dan Sasaran

Tujuan dan sasaran penulisan harus diperhatikan agar tulisan dapat tersampaikan dengan baik. Tujuan dan sasaran penulisan akan mempengaruhi corak dan bentuk tulisan, gaya penyampaian dan tingkat kerincian isi tulisan. Agar tulisan kita dapat dipahami oleh pembaca, kita harus memperhatikan siapa yang akan membaca tulisan kita, bagaimana level pendidikannya, status sosialnya dan apa yang diperlukannya?.

(31)

(c) Mengumpulkan Bahan dan Informasi Pendukung

Ketika akan menulis, kita tidak selalu memiliki bahan atau informasi yag benar-benar siap dan lengkap. Untuk itulah sebabnya, sebelum menulis kita perlu mencari, mengumpulkan, dan memilih informasi yang dapat mendukung, memperluas, memperdalam dan memperkaya tulisan kita. Tanpa pengetahuan dan wawasan yang memadai. Maka, tulisan kita akan dangkal dan kurang bermaka. Karena itulah, penelusuran dan pengumpulan informasi sebagai bahan tulisan sangat diperlukan.

Mengumpulkan bahan dan informasi untuk mendukung tulisan dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti :

- Wawancara - Studi kepustakaan - Observasi

- Diskusi kelompok

- Mengorganisasikan Ide atau Gagasan

Mengorganisasikan ide atau gagasan penting dilakukan tulisan yang kita buat menjadi saling bertaut, runtut dan padu.

Untuk mempermudah mengorganisasikan ide atau gagasan, maka sebelum menulis kita perlu membuat kerangka tulisan. Kerangka tulisan ini memuat garis-garis besar tulisan yang akan kita buat. Secara umum, kerangka tulisan terdiri atas:

(32)

- Pendahuluan atau pengantar, yang berisi mengapa dan untuk apa menulis topik tertentu serta apa yang akan disajikan. - Isi, yang berisi butir-butir penting isi tulisan

(d) Penutup

Seorang penulis mulai dari penulis pemula sampai penulis yang sudah profesional pun, harus tetap mengunakan langkah-langkah pra penulisan, mungkin sebagian orang menganggap langkah-langkah ini sebagai hal yang sepele, namun di lain sisi tahap pra penulisan dapat membantu dan menuntun penulis agar pada saat tahap penulisan nantinya, tulisan yang dihasilkan dapat koheren dan kohesif. Tulisan atau karangan dapat dikatakan kohesif dan koheren apabila memenuhi syarat berikut, karangan tersebut mempunyai kalimat tesis yang dapat mewakili seluruh isi tulisan serta setiap paragraf mempunyai kalimat topik dan hubungan antara kalimat topik dengan kalimat penjelas saling berkaitan. Untuk kita sebagai seorang penulis pemula yang baru seumur jagung dalam dunia tulis menulis, mulailah menulis dari pengalaman yang terjadi sehari-hari. Cobalah dari pengalaman sehari-hari tersebut kita tuangkan semua pikiran, pengalaman dan ide-ide ke dalam bentuk karya tulis, supaya kegiatan menulis tidak hanya dijadikan sebuah pekerjaan untuk mencari uang, melainkan juga dapat dijadikan sebuah kesenangan agar kebiasan menulis tertanam dalam jiwa kita.

(33)

Dari uraian fase pasca prapenulisan di atas, dapat digaris bawahi bahwa tulisan yang baik adalah tulisan yang melewati proses penyuntingan dan revisi dari orang lain dan penulis sendiri.

2) Tahap penulisan

Tahap penulisan merupakan tahapa untuk mengembangkan ide atau informasi yang diperoleh pada tahap prapenulisan. Struktur karangan terdiri atas bagian awal, isi, dan akhir. Awal karangan berfungsi untuk memperkenalkan sekaligus menggiring pembaca terhadap pokok tulisan kita. Isi karangan menyajikan bahasan topik atau ide utama karangan, berikut hal-hal yang memperjelas atau mendukung ide tersebut seperti: contoh, ilustrasi, informasi, bukti atau alasan. Akhir karangan berfungsi untuk mengembalikan pembaca pada ide inti karangan melalui perangkuman atau penekanan ide-ide penting.

3) Tahap pascapenulisan

Tahap pascapenulisan merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan buram yang kita hasilka . Tahap ini merpakan tahap penghalusan dan penyempurnaan buram (konsep) yang kita hasilkan. Kegiatannya terdiri atas penyuntinganan perbaikan (revisi).

Penyuntingan pemeriksaan dan perbaikan unsur mekanik karangan, seperti ejaan, pungtuasi, diksi, pengkalimatan, pengaleniaan, gaya bahasa, pencatatan kepustakaan, dan konvensi penulisan lainnya. Revisi atas perbaikan lebih mengarahka pada

(34)

pemeriksaan dan perbaikan karangan. Langkah-langkah kegiatan penyuntingan dan perbaikan karangan:

(a) Membaca keseluruhan karangan;

(b) Menandai hal-hal yang perlu diperbaiki, atau memberikan catatan bila ada hal-hal yang harus diganti, ditambahkan, disempurnakan; sert;

(c) Melakukan perbaikan sesuai dengan temuan saat penyuntingan. Secara umum, kerangka karangan terdiri atas pendahuluan atau pengantar (berisi mengapa dan untuk apa menulis topik tertentu, serta apa yang akan disajikan), (bahas tentang topik), dan penutup (kesimpulan dan saran).

3. Hakikat Puisi a. Pengertian Puisi

Secara etimologi, puisi berasal dari Bahasa Yunani „‟Poima‟‟ yang berarti membuat atau „‟Poesis‟‟ yang berarati pembuatan. Dalam Bahasa inggris disebut dengan „‟Poem’’ atau „‟Poetry’’. Puisi berarti pembuatan karena menulis puisi menciptakan sebuah dunia. Menurut Hudson dalam Suwadah R. (2011:32), puisi adalah suatu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai medium penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya lukisan yang menggunakan garis dan warna dalam menggambarkan gagasan pelukisnya. Dengan demikin, sebenarnya, puisi merupakan ungkapan

(35)

batin dan pikiran penyair dalam melahirkan sebuah dunia berdasarkan batin yang digelutinya.

Menurut Suwadah R. (2011:31), puisi merupakan sebuah olahan pikiran seseorang, kehadiran puisi dalam menyampaikan pesan kepada orang lain untuk diberi makna sangat manjur. Ketika seseorang sedang sedih, sedang jatuh cinta dan lainnya. Dalam puisi tekadang mengandung beberapa unsur ekstrinsik yaitu aspek pendidikan, aspek politik, aspek ekonomi, aspek adat dan sebagainnya.

Ada beberapa hal penting yang tersirat dalam pengertian puisi itu, yakni:

1) Puisi merupakan ungkapan pemikiran, gagasan ide, dan ekspresi penyairnya.

2) Bahasa puisi bersifat konotatif, simbolis dan lambang karena itu penuh dengan imajinasi, metafora, khias, dengan Bahasa peguratif yang estetis.

3) Penyusunan larik-larik puisi memanfaatkan pertimbangan bunyi dan rima semaksimalnya.

4) Dalam penulisan puisi terjadi pemadatan kata dengan berbagai bentuk kekuatan Bahasa yang ada.

5) Sedangkan unsur pembangun puisi yang tercakup unsur batin dan lahir puisi membangun kekuatan yang padu.

(36)

6) Bahasa puisi tidak terikat oleh keadaan umumnya, karena itu, ia memiliki kebebasan untuk menyimpang kaidah kebebasan yang ada, biasanya disebut dengan lisencia poetic.

Keterangan di atas masih membutuhkan penjelasan-penjelasan yang lebih detail. Ralph Waldo Emerson dalam Suwadah R. (2011:33), memberi 33 penjelasan bahwa puisi merupakan upaya abadi untuk mengekspresikan jiwa sesuatu, untuk menggerakan tubuh yang kasar dan mencari kehidupan dengan alasan yang menyebabkannya ada, karena bukannya irama melainkan argumen yang membuat iramalah (yaitu ide atau gagasan) yang menjelmakan suatu puisi. Sang penyair membuat suatu pikiran baru untuk disingkapkan kepada pembaca, dia ingin mengatakan kepada semua orang betapa pengalaman bersatu dengan dia yang mempunyai pembendaharaan kata yang lebih kaya dengan pengalaman tersebut.

Selanjutnya ada juga pengarang terkenal yakni Edger Allan Poe memberi batasan puisi merupakan sebuah kata kreasi keindahan yang berirama (The Rhythmical Creation Of Beauty). Ukuran satu-satunya untuk itu ialah rasa dengan intelek atau dengan kesadaran, puisi itu hanyalah memiliki hubungan-hubungan sekunder-sekunder saja. Kalau tidaklah bersifat incidental, maka puisi itu tidaklah mempunyai hubungan apapun baik dengan kewajiban maupun dengan kebenaran.

Berdasarkan sumber-sumber tersebut dapat dinyatakan bahwa keduanya mempunyai pangan yang berbeda terhadap puisi. Adapula

(37)

pengarang yang menghubungkan puisi dengan musik. John Dryden dalam Suwadah R. (2011:33), mengatakan bahwa ‘’Poetry Is Articulate Music’’ dan Isaac Newton mengatakan bahwa puisi adalah nada yang penuh dengan keaslian dan keselarasan atau Poetry is ingenius Fiddle-Faddle, hubungan antara musik sangatlah erat. Puisi tidak bercerita namun dalam puisi intonasi dan irama suara sangat menjadi perhatian.

b. Puisi Baru

Puisi baru bentuknya lebih bebas dari pada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima. Ciri-ciri Puisi Baru: Bentuknya rapi, simetris; Mempunyai persajakan akhir (yang teratur); Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain; Sebagian besar puisi empat seuntai; Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis) Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata. Jenis-jenis puisi baru menurut isinya, puisi dibedakan atas :

1) Balada

Puisi berisi kisah/cerita. Balada jenis ini terdiri dari 3 (tiga) bait, masing-masing dengan 8 (delapan) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya. Contoh: Puisi karya WS Rendra „‟Balada Ibu yang dibunuh‟'.

(38)

Ibu musang di lindung pohon tua meliang Bayinya dua ditinggal mati lakinya. Bulan sabit terkait malam memberita datangnya

Waktu makan bayi-bayinya mungil sayang. Matanya berkata pamitan, bertolaklah ia

Dirasukinya dusun-dusun, semak-semak, taruhan harian atas nyawa. Burung kolik menyanyikan berita panas dendam warga desa

Menggetari ujung bulu-bulunya tapi dikibaskannya juga. Membubung juga nyanyi kolik sampai mati tiba-tiba Oleh lengking pekik yang lebih menggigitkan pucuk-pucuk daun

Tertangkap musang betina dibunuh esok harinya. Tiada pulang ia yang mesti rampas rejeki hariannya

Ibu yang baik, matinya baik, pada bangkainya gugur pula dedaun tua. Tiada tahu akan meraplah kolik meratap juga

Dan bayi-bayinya bertanya akan bunda pada angin tenggara Lalu satu ketika di pohon tua meliang

Matilah anak-anak musang, mati dua-duanya. Dan jalannya semua peristiwa

Tanpa dukungan satu dosa, tanpa. 2) Himne

Puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan. Ciri-cirinya adalah lagu pujian untuk menghormati seorang Dewa, Tuhan, seorang Pahlawan, Tanah Air, atau Almamater (Pemandu di Dunia Sastra).

(39)

Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (Guru, Pahlawan, Dewa, Tuhan) yang bernapaskan ketuhanan. Berikut ini adalah contoh Hymne

Ya Tuhan kami

Kami telah terpuruk dalam lautan dosa Detik menit jam kami terendam dalam dosa

Pikiran yang mendua Hati yang beku Ampunilah kami

Ya Tuhan kami Ya Tuhan

Telah kotor setiap inci daging ini Telah hina diri ini

Menyalahgunakan karunia-Mu Mengkufurkan nikmat-Mu Semoga Kau tuntun kami kembali

Ke jalan kebenaran-Mu Ke jalan lurus-Mu

Sebelum Kau panggil kami kembali Ke alam kekal-Mu

(40)

3) Ode

Puisi sanjungan untuk orang yang berjasa. Nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum. Berikut ini contoh ode:

Guruku…

Cahaya dalam kegelapanku Pengisi semua kekosonganku

Penyejuk kelayuan hatiku Kau sirnakan segala kebodohan

Kau terangi setiap sisi jiwa Kau terjang segala pandang negatif

Sungguh mulia hatimu Sungguh besar pengorbananmu Sungguh tak ternilai keikhlasanmu

Jasamu bagai emas mulia

Tak kan terganti sampai maut menjemput Tak kan tertutup oleh keburukan dunia

Guruku…

Terima kasihku dari dalam lubuk hatiku 4) Epigram

Puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup. Epigram berasal dari Bahasa Yunani „‟epigramma‟‟ yang berarti unsur pengajaran;

(41)

didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan. Berikut ini contoh epigram:

Hari itu tak ada tempat berlari Tak ada tempat bersembunyi Tak ada memohon belas kasih

Semua sudah menyatu Amal satu-satunya penolong

Amal satu-satunya cahaya Merintih tiada berarti Menyesal tiada berguna Barulah sadar dunia yang fana

Epigram diatas berisi tentang pengingat untuk beramal selagi masih hidup. 5) Romansa

Puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih. Berasal dari Bahasa Perancis Romantique yang berarti keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra. Berikut ini adalah contoh romansa:

Kisah ini hanya kau dan aku Tak ada ketiga, keempat, kelima

Aku adalah kau Kau adalah aku Senyummu adalah bahagiaku

(42)

Citamu adalah wajibku Karena kau… Adalah tulang rusukku 6) Elegi

Puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan. Berisi sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian seseorang. Berikut ini contoh elegi:

Dalam erangan jiwa Aku menangis mengingat-Mu

Dalam pilunya hati Aku bersujud kepada-Mu

Dalam ratap tangisku Aku berserah kepada-Mu Renungi semua dosa dan khilaf

Takutku dan sesalku Merangkai doa selalu kupanjatkan

Ya Tuhan… Ampunilah dosaku Ampunilah khilafku 7) Satire

Puisi yang berisi sindiran/kritik. Berasal dari Bahasa Latin Satura yang berarti sindiran; kecaman tajam terhadap sesuatu

(43)

fenomena; tidak puas hati satu golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim, dsb.).

Sedangkan macam-macam puisi baru dilihat dari bentuknya antara lain:

(a) Distikon, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi dua seuntai).

(b) Terzina, puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai).

(c) Uatrain, puisi yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi empat seuntai).

(d) Kuint, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima seuntai).

(e) Sektet, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris (puisi enam seuntai).

(f) Septime, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh seuntai).

(g) Oktaf/Stanz, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan baris (double kutrain atau puisi delapan seuntai).

8) Soneta

Soneta adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua, dua bait pertama masing-masing empat baris dan dua bait kedua masing-masing tiga baris. Soneta berasal dari kata sonneto (Bahasa Italia) perubahan dari kata sono yang berarti suara.

(44)

Jadi soneta adalah puisi yang bersuara. Di Indonesia, soneta masuk dari negeri Belanda diperkenalkan oleh Muhammad Yamin dan Roestam Effendi, karena itulah mereka berdualah yang dianggap sebagai ”Pelopor/Bapak Soneta Indonesia”. Bentuk soneta Indonesia tidak lagi tunduk pada syarat-syarat soneta Italia atau Inggris, tetapi lebih mempunyai kebebasan dalam segi isi maupun rimanya. Yang menjadi pegangan adalah jumlah barisnya (empat belas baris). Berikut ini contoh Satire :

Lihatlah kami

Peluh dan keringat adalah kawan kami Banting tulang adalah kesetiaan kami

Kekurangan adalah kelebihan kami Penderitaan adalah keseharian kami

Tapi lihatlah dirimu

Tertawa di atas peluh keringat kami Bersantai di atas remuknya tulang kami

Berfoya di atas kekurangan kami Kau curi semua hak kami Kau curi sesuap nasi kami Kau berlimpah harta atas nama kami

Kau berjanji atas nama kami Kami hanya cukup diam

(45)

Di atas sajadah kami

Semoga Tuhan membalas kezhaliman ini

c. Ciri-Ciri Puisi

1) Ciri-Ciri Puisi Lama Yaitu antara lain :

(a) Berupa puisi rakyat yang tidak diketahui nama pengarangnya. (b) Terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris dalam setiap

baitnya, sajak dan jumlah suku kata dalam setiap barisnya.

(c) Disampaikan dari mulut ke mulut sehingga sering disebut juga dengan sastra lisan / kesusastraan lisan.

(d) Menggunakan majas/gaya Bahasa tetap (statis) & klise (e) Berisikan tentang kerajaan, fantastis & istanasentris. 2) Ciri-Ciri Puisi Baru

Yaitu antara lain :

(a) Diketahui nama pengarangnya

(b) Perkembangannya secara lisan dan tertulis

(c) Tidak terikat oleh aturan seperti jumlah baris, jumlah suku kata dan rima.

(d) Menggunakan majas / gaya Bahasa yang berubah-ubah (dinamis). (e) Pada umumnya berisikan tentang kehidupan

(f) Biasanya lebih banyak menggunakan sajak pantun & syair (g) Bentuknya lebih rapi dan simetris

(46)

(i) Pada tiap-tiap baris berupa kesatuan sintaksis

d. Kriteria Penilaian Menulis Puisi

Menurut Nurgiyantoro (2012:6), penilaian merupakan suatu proses untuk mengukur kadar pencapaian tujuan. Penilaian dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pada setiap kompetensi dasar yang disampaikan oleh guru, memiliki beberapa aspek atau kriteria yang dijadikan indikator dalam penilaian.

Dalam penilaian pembelajaran menulis puisi menurut Nurgiyantoro (2012:487), ada beberapa aspek yang digunakan dalam penilaian, diantaranya adalah kebaruan tema dan makna, keaslian pengucapan, kekuatan imajinasi, ketepatan diksi, pendayaan pemajasan dan citraan, serta respon afektif guru. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penilaian proses meliputi perilaku peserta didik selama mengikuti pembelajaran, sedangkan penilaian hasil diperoleh dari hasil menulis peserta didik.

Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Menulis Puisi dengan Menggunakan Media Audio Visual (Nurgiyantoro, 2012:7).

Kriteria Penilaian puisi Kriteria Skor

Kelengkapan aspek formal puisi

Memuat 1) Judul 2) Pengarang

3) Tipografi (bait dan lirik)

(47)

4) Titimangsa penulisan

Keselarasan unsur Puisi Struktur disusun dengan

memadukan unsure 1) Citraan

2) Majas

3) Rima dan irama

4) Diksi dann idiom (ketepatan pemilihan dan

pengungkapan kata)

25

Kejelasan Hakikat puisi Memuat

1) Pengenmbangan tema/isi puisi yang disesuaikan dengan judul puisi 2) Amanat (baik trsirat

maaupun tersurat)

3) Sikap penulis (baik terhadap tema puisi maupun kepada pembaca yang dituju)

20

15

10

(48)

4. Media Audio Visual

a. Pengertian Media Audio Visual

Media audio visual dilihat dari etimologi kata media berasal dari Bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar, maksudnya sebagai perantara atau alat menyampaikan sesuatu”. Sejalan dengan pendapat di

atas, AECT (Association For Education Communication

Technology) dalam Musfiqon (2012:72), mendefinisikan bahwa media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk menyalurkan pesan informasi. Audio visual adalah media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, meliputi media yang dapat dilihat dan didengar.

Media audio visual adalah merupakan media perantara atau penggunaan materi dan penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran sehingga membangun kondisi yang dapat membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.

b. Bentuk-Bentuk Media Audio Visual

Berbicara mengenai bentuk media, disini media memiliki bentuk yang bervariasi sebagaimana dikemukakan oleh tokoh pendidikan, baik dari segi penggunaan, sifat bendanya, pengalaman belajar siswa, dan daya jangkauannya, maupun dilihat dari segi bentuk dan jenisnya. Dalam pemBahasan ini akan dipaparkan sebagian dari bentuk media audio

(49)

visual yang dapat diklasifikasikan menjadi delapan kelas yaitu. (Sadiman, 2010:175).

Media Audio Visual gerak contoh, televisi, video tape, film dan media audio pada umumnaya seperti kaset program, piringan, dan sebagainya.

1) Media audio visual diam contoh, filmastip bersuara, slide bersuara, komik dengan suara.

2) Media audio semi gerak contoh, telewriter, mose, dan media board. 3) Media visual gerak contoh, film bisu

4) Media visual diam contoh microfon, gambar, dan grafis, peta globe, bagan, dan sebagainya

5) Media seni gerak

6) Media audio contoh, radio, telepon, tape, disk dan sebagainya 7) Media cetak contoh, televisi

Hal tersebut di atas adalah merupakan gambaran media sebagai sumber belajar, memberikan suatu alternatif dalam memilih dan mengguanakan media pengajar sesuai dengan karakteristik siswa. Media sebagai alat bantu mengajar diakui sebagai alat bantu auditif, visual dan audio visual. Ketiga jenis sumber belajar ini tidak sembarangan, tetapi harus disesuaikan dengan rumusan tujuan instruksional dan tentu saja dengan guru itu sendiri.

(50)

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Media Audio Visual

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kriteria pemilihan media pengajaran antara lain “tujuan pengajaran yang diingin dicapai, ketepatgunaan, kondisi siswa, ketersediaan perangkat keras dan perangkat lunak, mutu teknis, dan biaya”. Oleh sebab itu, beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan sesuai dengan pendapat lain yang mengemukakan bahwa pertimbangan pemilihan media pengajaran sebagai berikut:

1) Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Tujuan ini dapat digambarkan dalam bentuk tugas yang harus dikerjakan atau dipertunjukkan oleh siswa seperti menghafal, melakukan kegiatan yang melibatkan kegiatan fisik dan pemikiran prinsip-prinsip seperti sebab akibat, melakukan tugas yang melibatkan pemahaman konsep-konsep atau hubungan-hubungan perubahan dan mengerjakan tugas-tugas yang melibatkan pemikiran tingkat yang lebih tinggi.

2) Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip yang generalisasi agar dapat membantu porses pengajaran secara efektif, media harus selaras dan menunjang tujuan pengajaran

(51)

yangt telah ditetapkan serta sesuai dengan kebutuhan tugas pengajaran dan kemampuan mental siswa

3) Aspek materi yang menjadi pertimbangan dianggap penting dalam memilih media sesuai atau tidaknya antara materi dengan media yang digunakan atau berdampak pada hasil pengajaran siswa. 4) Ketersediaan media disekolah atau memungkinkan bagi guru

mendesain sendiri media yang akan digunakan merupakan hal yang perlu menjadi pertimbangan seorang guru.

5) Pengelompokan sasaran, media yang efektif untuk kerlompok besar belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan. Ada media yang tepat untuk kelompoik besar, kelompok sedang, kelompok kecil, dan perorangan.

6) Mutu teknis pengembangan visual, baik gambar maupun fotografi harus memenuhi persyaratan teknis tertentu misalnya visual pada slide harus jelas dan informasi pesan yang ditonjolkan dan ingin disampaikan tidak boleh terganggu oleh elemen yang berupa latar belakang.

Sadiman (2010:84), adanya gambaran di atas, kriteria pemilihan media audio visual memiliki kriteria yang merupakan sifat-sifat yang harus dipraktekan oleh pemakai media, kriteria tersebut antara lain:

Ketersediaan sumber setempat. Artinya bila media yang bersangkutan tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada, maka harus dibeli atau dibuat sendiri.

(52)

1) Efektifitas biaya, tujuan serta suatu teknis media pengajaran.

2) Harus luwes, keperaktisan, dan ketahan laman media yang bersangkutan untuk waktu yang lama, artinya bisa digunakan dimanapun dengan peralatan yang ada disekitarnya dan kapanpun serta mudah dijinjing dan dipindahkan.

Berbagai dasar pemilihan tersebut di atas, maka dapat dipahami bahwa pemilihan media harus sesuai dengan kemampuan dan karakteristik anak didik,pemilihan media audio visual dapat membantu siswa dalam menyerap isi pelajaran, media yang dipilih harus mampu memberikan motivasi dan minat siswa untuk lebih berprestasi dan termotivasi lebih giat belajar.

Sistem pendidikan yang baru menuntut faktor dan kondisi yang baru pula baik yang berkenaan dengan sarana fisik maupun non fisik. Untuk itu, diperlukan tenaga pengajar yang memiliki kemampuan dan kecakapan yang memadai, kinerja, dan sikap yang baru serta memiliki peralatan yang lebih lengkap dan administrasi yang lebih teratur.

d. Kelebihan dan Kelemahan Media Audio Visual

Kelebihan atau kegunaan media audio visual pembelajaran sama dengan pengajaran audio dan visual yaitu, memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata, tertulis atau lisan belaka). Musfiqon (2012:81).

(53)

1) Mengatasi perbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti:

(a) Objek yang terlalu besar digantikan dengan realitas, gambar, filmbingkai, film atau model;

(b) Obyek yang kecil dibantu dengan proyektor micro, film bingkai, film atau gambar;

(c) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan tame lapse atau high speed photografi;

(d) Kejadian atau peristiwa yang terjadi masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film,video, film bingkai, foto maupun secara verbal;

(e) Obyek yang terlalu kompleks (mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dll;

(f) Konsep yang terlalu luas (gunung ber api, gempa bumi, iklim dll) dapat di visualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dll; (g) Media Audio Visual bisa berperan dalam pembelajaran tutorial.

Kelemahan Media Audio-Visual:

(a) Terlalu menekankan pentingnya materi ketimbang proses pengembangannya dan tetap memandang dan materi audio-visual sebagai alat bantu guru dalam mengajar;

(b) Terlalu menekankan pada penguasaan materi dari pada proses pengembangannya dan tetap memandang materi Audio Visual sebagai alat Bantu guru dalam proses pembelajaran. Media yang beoriantsi pada guru sebernarnya;

(54)

(c) Media Audio Visual cenderung menggunakan model komunikasi satu arah;

(d) Media Audio Visual tidak dapat digunakan dimana saja dan kapan saja, karna media audio-visual cenderung tetap di tempat.

e. Langkah-Langkah Penggunaan Media Audio Visual

Langkah pertama, yakinkan bahwa semua peralatan sudah lengkap

dan siap untuk disiapkan. Jelaskan pada peserta didik bahwa kita akan

menyaksikan program video. Jelaskan lebih dahulu tentang tujuan yang

ingin dicapai. Jelaskan lebih dahulu kata-kata atau istilah yang dianggap

sulit dan harus diketahui oleh peserta didik sebelum menyaksikan

program video yang akan disajikan. Jelaskan pula apa yang harus

dilakukan peserta didik selama menyaksikan program video. Apabila

peralatan, program, pendidik dan peserta didik siap penyajian program

video dapat segera dimulai. Apabila dipandang perlu untuk memberi

penjelasan tambahan sewaktu program sedang disajikan, maka program

tersebut dapat dihentikan untuk sementara. dalam menghentikan program

harus dipilih saat yang paling tepat yaitu pada bagian apa pada program

tersebut dapat dihentikan sehingga tidak mengganggu keseimbangan

penyajian program.

5. Pembelajaran Menulis Puisi Melalui Media Audio Visual

Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidak jelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara.

(55)

Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media. Dengan demikian, anak didik lebih mudah mencerna bahan dari pada tanpa bantuan media.

Media pengajaran yang dipilih itu tepat, disamping memenuhi prinsip-prinsip pemilihan, juga terdapat beberapa faktor dan kriteria yang perlu diperhatikan sebagaimana diuraikan berikut:

a. Objektivitas b. Program Pengajaran c. Sasaran Program d. Situasi dan Kondisi e. Kualitas Teknik

Siswa cepat merasa bosan dan lelah tidak dapat mereka hindari, dikarenakan penjelasan guru yang sulit dicerna dan dipahami. Guru yang bijaksana tentu sadar bahwa kebosanan dan kelelahan anak didik adalah berpangkal dari penjelasan dari guru, tidak ada fokus masalah. Hal ini tentu saja dicarikan solusinya. Jika guru tidak memiliki kemampuan untuk menjelaskan suatu bahan dengan baik, apa salahnya jika menghadirkan media sebagai alat bantu pengajaran guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelum pelaksanaan pengajaran.

(56)

Alat bantu, media mempunyai fungsi melancarkan tercapainya tujuan pengajaran. Hal ini dilandasi dengan keyakinan bahwa proses belajar mengajar dengan bantuan media audio visual kegiatan belajar siswa akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik dari pada tanpa bantuan media.

Penggunaan media sebagai alat bantu tidak bisa dipergunakan sesuka hati. Tetapi harus mempertimbangkan dan memperhatikan tujuan. Media yang dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran tentu lebih diperhatikan. Sedangkan media yang tidak menunjang tentu saja harus disingkirkan jauh-jauh untuk sementara. Djamarah (2006:122), mengungkapkan bahwa kompetensi guru sendiri patut dijadikan perhitungan. Apakah mampu atau tidak untuk mempergunakan media tersebut. Hal itu akan sia-sia, bisa mengacaukan jalannya proses belajar mengajar.

B. Kerangka Pikir

Dalam penelitian ini penulis menggunakan kurikulum 2013 (K13) sesuai dengan Kurikulum pembelajaran yang berlaku di sekolah. Dalam keterampilan berbahasa terdapat empat jenis keterampilan yaitu: menyimak, berbicara, membaca dan menulis, yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah keterampilan menulis yang menjadikan puisi sebagai objeknya. Penelitian menggunakan media audio visual sebagai alat penelitian guna mengembangkan pembelajaran yang ada di SMP Negeri 1 Wangi-Wangi. Setelah melakukan

(57)

penelitian maka peneliti melakukan analisis terhadap nilai yang dihasilkan oleh siswa sehingga peneliti bisa menghasilkan temuan dari hasil peningkatan keterampilan menulis dengan menggunakan media audio visual.

Jika hasil dari penelitian mendapatkan nilai diatas rata-rata (75) sesuai dengan KKM yang dipergunakan oleh sekolah maka penelitian keterampilan menulis puisi dengan media audio visual dinyatakan berhasil.

(58)

...

Bagan 2.1 : Kerangka Pikir

Keterampilan Berbahasa

Menyimak Berbicara Membaca Menulis

Temuan Analisis Audio Visual Menulis Puisi Pengajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013

(59)

C. Hipotesis Berpikir

Hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah menulis puisi siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Wangi-Wangi, dapat meningkat setelah siswa mengikuti pembelajaran menulis pusi melalui penerapan media audio visual. Pembelajaran ini juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa di dalam proses pembelajaran.

(60)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas VII B SMP Negeri 1 Wangi-Wangi.

Penelitian ini merupakan salah satu upaya guru dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. Pelaksanaan penelitian ini melalui proses pengkajian bersama yang terdiri dari 4 tahap yaitu, perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

Melalui Penelitian Tindak Kelas (PTK) guru dapat mengembangkan model-model mengajar yang bervariasi, pengelolaan kelas yang dinamis dan kondusif, serta penggunaan media dan sumber belajar yang tepat dan memadai. Sehingga diharapkan proses pembelajaran di kelas tidak membosankan dan menyenangkan bagi siswa.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di SMP Negeri 1 Wangi-Wangi dengan mempertimbangkan adanya : 1) diberi izin oleh pihak sekolah, 2) masalah rendahnya hasil belajar siswa, 3) di sekolah ini belum pernah dilakukan pembelajaran dengan menerapkan metode audio visual.

(61)

Subjek dalam usulan penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Wangi-Wangi tahun pelajaran 2020. Jumlah siswa kelas VII B 32 orang. Terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 14 perempuan.

C. Fokus Penelitian

Pelaksanaan penelitian mencermati atau fokus pada hasil belajar siswa. Kedua fokus tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Fokus pada proses pembelajaran, yaitu melihat bagaimana keaktifas siswa dalam proses belajar mengajar media audio visual

2. Fokus pada hasil belajar, yaitu setelah melakukan tahap demi tahap tentang pelaksanaan media audiovisual hasil pembelajaran tentang keterampilan menulis puisi kelas VII B SMP Negeri 1 Wangi-Wangi

D. Prosedur dan Desain Penelitian

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini direncanakan hanya dengan 2 siklus, adapun skema tindakan yang direncanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tahap penelitian tindakan kelas (PTK) dapat di gambarkan dalam bagan dibawah ini.

(62)

Siklus I

Siklus II

1. Objek Masalah

Pada tahap awal ini yang harus dilakukan yaitu:

a. Mengidentifikasih masalah sebelum tindakan penelitian dilakukan. Dimulai dari melakukan konsultasi dengan kepala sekolah SMP Negeri 1 Wangi-Wangi tentang penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti; b. Melakukan diskusi dengan guru tentang kesulitan-kesulitan yang dialami

oleh siswa.

c. Mengadakan pengamatan untuk mengambil data awal.

2. Siklus I

a) Perencanaan

1) Guru dan peneliti melakukan diskusi tentang pokok Bahasan menulis puisi dalam penelitian dan penggunaan media audio visual dalam PBM;

Temuan Analisis

Objek Masalah

Observasi Pelaksanaan Perencanaan Refleksi

observasi Pelaksanaan

(63)

2) Mebuat RPP, Silabus dan bahan ajar atau materi;

3) Membuat format hasil observasi guru dan siswa, untuk memantau perkembangandalam kelas;

4) Membuat alat peraga sesuai dengan materi; 5) Membuat lembar kerja kelompok;

6) Menyiapkan tes akhir siklus sebagai evaluasi; 7) Menyiapkan kamera sebagai alat dokumentasi. b) Tindakan

Pada tahap ini peneliti mulai melaksanakan tindakan yakni melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan tindakan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Kegiatan pembelajaran ini bermaksud untuk membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman menulis puisi berdasarkan pengalaman. Kegiatan tindakan pembelajaran dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh guru ditetapkan dalam memahami menulis puisi berdasarkan pengalaman dengan menerapkan media audiovisual.

c) Observasi

Adapun yang menjadi fokus observasi adalah aktivitas guru dan siswa. Dalam tahap ini peneliti dibantu oleh guru untuk mengamati (bertindak sebagai guru) yang secara langsung menerapkan pembelajaran media audio visual sambil mengisi lembar observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya serta melakukan observasi terhadap perilaku dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

(64)

d) Refleksi

Hasil analisis yang dikumpulkan dalam tahap ini akan dipergunakan sebagai acuan untuk melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Tahap refleksi meliputi kegiatan memahami dan menyimpulkan data. Refleksi terbagi atas 2, berikut penjelasannya.

1) Refleksi Proses

Guru dan peneliti berdiskusi tentang tindakan peneliti saat proses pembelajaran di kelas nantinya. Sebagai pertimbangan apakah proses yang dilakukan bisa dikatakan baik apabila 85% dari keseluruhan langkah-langkah pembelajaran media audio visual.

2) Refleksi Hasil

Guru dan peneliti melakukan penilaian terhadap siswa. Jika hasilnya telah tercapai maka siklus penelitian berakhir sesuai dengan indikator atau Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang diinginkan yakni 85% .

3. Sikuls II

a. Perencanaan

1) Guru dan peneliti melakukan kegiatan diskusi untuk menyamakan persepsi tentang pokok Bahasan menulis puisi yang akan di bahas dalam penelitian dan penggunaan media audio visual.

2) Mambuat RPP, bahan ajar atau materi.

3) Membuat format guru dan siswa untuk melihat bagaimana suasana belajar mengajar dikelas.

(65)

4) Membuat alat peraga sesuai dengan materi 5) Membuat lembar kerja kelompok

6) Menyiapkan tes akhir dari penelitian dan evaluasi 7) dokumentasi

b. Pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti mulai melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan tindakan yang telah di susun pada tahap pembelajaran kegiatan pembelajaran ini bermaksud untuk membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman menulis puisi.

Kegiatan tindakan pembelajaran dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh guru, kegiatan ini dilakukan 2 siklus. Kegiatan akan berakhir ketika siswa yang menjadi subjek penelitian mencapai indikator keberhasilan.

c. Observasi

Fokus dari observasi ini adalah aktivitas guru dan siswa. Dalam tahap ini peneliti dibantu oleh guru untuk mengamati (bertindak sebagai guru) secara langsung penggunaan media audio visual sambil mengisi lembar observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya serta melakukan observasi terhadap perilaku dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

d. Refleksi

Hasil observasi dikomunikasikan dengan guru mata pelajaran Bahasa indonesia dan observer untuk memperoleh tanggapan tentang

Gambar

Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Menulis Puisi dengan Menggunakan  Media Audio Visual (Nurgiyantoro, 2012:7)
Tabel 4.1 Skor Mentah Pratindakan
Tabel 4.2 Rata-Rata Aktivitas Guru Pada Siklus I
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Perilaku Siswa Pada Siklus I
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dimana informasi ini diperuntukan agar pengguna dapat mengenal lebih dalam dan jauh akan cerita , karakter dalam serial tersebut dan juga perkembangan berita yang ada tentang

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Magister Humaniora di bidang linguistik. © Lusi Setiyanti 2014 Universitas Pendidikan

merumuskan fokus penelitian adalah “Men ganalisa Program Customer Engagement “In Or Out” Merek Marlboro dan Kepercayaan Merek Pada Konsumen .”. 1.3

[r]

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya ruang terbuka publik yang berada di kampus UPI karena keberadaan ruang publik pada perguruan tinggi sangat penting

mengubgkapkan bahwa Amanat Agung adalah proses penginjilan dan pemuridan yang bersifat berkelanjutan untuk mengajar mereka orang yang belum mengenal maupun yang sudah

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah mencurahkan berkat dan rahmat-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi dengan

Berdasarkan hasil penilaian resiko diperoleh program yang memiliki potensi dampak yang tinggi ada 3 (Penanganan sisa bahan bakar minyak, pelumas, serta bahan kimia Pemulihan tanah