BAB I. PENDAHULUAN
C. Keterampilan Proses Sains
Menurut Nuryani Rustaman (1998: 29) keterampilan proses sains
adalah keterampilan yang diperolah dari latihan kemampuan-kemampuan
mental, fisik, dan sosial untuk memperoleh, mengembangkan dan menerapkan
konsep, prinsip, dan hukum sains. Berdasarkan pengertian tersebut maka
keterampilan proses sains merupakan keterampilan yang melibatkan
kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik baik kemampuan mental, fisik
maupun social untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman mengenai
hakikat ilmu sains.
Keterampilan proses sains perlu dikembangkan untuk menanamkan
sikap ilmiah pada anak. Conny R. Semiawan (1992: 14-15) berpendapat
bahwa terdapat empat alasan mengapa pendekatan keterampilan proses sains
diterapkan dalam proses belajar mengajar sehari-hari, yaitu :
1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berlangsung semakin cepat
sehingga tidak mungkin lagi guru mengajarkan semua konsep dan fakta
pada anak,
2. Adanya kecenderungan bahwa anak lebih memahami konsep-konsep yang
rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh yang konkret. Beberapa
contoh konsep yang abstrak dalam biologi adalah proses fotosintesis dan
transpor elektron, sedangkan konsep konkret adalah ciri makhluk hidup
dan lingkungan biotik.
3. Penemuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak
bersifat mutlak seratus persen (100 %), tapi bersifat relatif,
4. Dalam proses belajar mengajar, pengembangan konsep tidak terlepas dari
pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik.
Rezba, et. al (2010:4-5) mengemukakan keterampilan proses sains
dibedakan menjadi dua macam yaitu keterampilan proses sains dasar (basic
science process skills) dan keterampilan proses sains terintegrasi (integrated
science process skills). Keterampilan proses sains dasar meliputi:
1. Pengamatan (Observing)
Kegiatan pengamatan meliputi identifikasi dan deskripsi ciri-ciri
dari objek. Kegiatan mengamati ini dilakukan dengan memanfaatkan
indera manusia yang dapat mempersepsikan karakteristik objek dengan
cara melihat, mendengar, menyentuh, merasakan atau membaui objek
tersebut. Kegiatan mengamati terdiri dari dua macam, yaitu qualitative
observation dan quantitative observation. Berikut ini adalah keterangan
untuk masing-masing jenis kegiatan mengamati:
a. Qualitative observation merupakan kegiatan untuk mendeskripsikan
sifat dari objek, bahan, atau peristiwa seperti warna, bentuk, dan
tekstur.
b. Quantitative observation merupakan kegiatan untuk menentukan
jumlah (mengukur) atau mendeskripsikan kualitas objek, seperti
panjang, volume, massa, berat dan waktu.
2.Mengkomunikasi (Communicating)
Kegiatan mengkomunikasikan hasil penelitian atau hasil
pengamatan kepada orang lain akan lebih efektif apabila menggunakan
perantara seperti symbol, peta, uraian secara langsung, angka, table data,
gambar, diagram peta konsep, model dan grafik. Mengkomunikasikan
hasil penelitian/pengamatan dapat melalui kegiatan persentasi dengan
uraian secara langsung maupun uraian tertulis dalam bentuk laporan,
karya tulis ilmiah dan artikel/jurnal ilmiah.
3. Mengklasifikasi (Classifying)
Mengklasifikasi merupakan kegiatan untuk mengelompokkan dan
mencari hubungan tentang segala sesuatu sesuai dengan lingkungan kita.
System dalam klasifikasi didasarkan pada apa yang dimiliki dan tidak
dimiliki oleh objek. Klasifikasi tersusun dari grup dan sub-grup, kelompok
dan sub-kelompok.
Pengukuran terhadap sifat, bahan, dan peristiwa yang berkaitan
dengan objek dapat dilakukan dengan menyampaikan informasi yang
berkaitan seperti panjang, volume, suhu, masa berat, gaya, waktu dan
lain-lain. Keakuratan dalam pengukuran berperan penting dalam pengumpulan
data dan fakta.
5. Menyimpulkan (Inferring)
Kesimpulan merupakan hasil dari penjelasan atau interpretasi dari
pengamatan. Setiap kesimpulan dibuat berdasarkan satu atau lebih hasil
pengamatan. Kesimpulan bukan sebuah dugaan, karena dugaan sering
didasarkan tanpa atau sedikit fakta. Kegiatan menyimpulkan digunakan
untuk menemukan penjelasan guna menjawab tujuan
penelitian/pengamatan yang telah dilakukan.
6. Memprediksi (Predicting)
Prediksi merupakan pernyataan alasan yang tidak hanya
didasarkan pada pengamatan tetapi juga bentuk nyata hasil pemikiran
yang disusun untuk menjelaskan tentang pengamatan yang dilakukan.
Selanjutnya, keterampilan proses sains terpadu menurut Rezba
(2007:27) meliputi:
1. Identifikasi variable (Identifying of variables)
Identifikasi variable merupakan keterampilan proses sains terpadu
pertama yang dapat membimbing siswa untuk melakukan percobaan
mereka sendiri. Variable adalah fakor dalam suatu percobaan yang
berubah atau memiliki potensi untuk berubah. Variable yang sengaja
diubah oleh peneliti disebut variable independen (variable bebas),
sedangkan variable yang berubah karena merespon perubahan dari
variable independen disebut variable dependen (variable terikat).
2. Membuat table data (Constructing a table of data)
Table data disajikan untuk mengatur dan mengkomunikasikan
informasi berupa angka-angka. Langkah untuk menyusun data dalam table
adalah sebagai berikut:
a. Menentukan label pada kolom dan memasukkan data
b. Mengubah table data menjadi pencatatan pemeriksaan berulang
c. Memindahkan data dari table ke grafik
d. Membuat grafik (Constructing a graph)
Tiga keterampilan untuk membuat grafik dari data yaitu:
a. Membuat label pada sumbu X dan Y
b. Menentukan skala interval untuk masing-masing sumbu
c. Meletakkan data yang berpasangan sebagai titik-titik dalam grafik
3. Mendeskripsikan hubungan antar variable (Describing relationship
between variables)
Interpretasi grafik diawali dengan mencari pola atau arah petunjuk
titik-titik dalam data. Pernyataan tentang hubungan antar variable
merupakan ringkasan dari hubungan antara variable independen dan
dependen. Penjelasan secara ilmiah harus konsisten dengan fakta-fakta.
4. Mengumpulkan dan mengolah data (Acquiring dan Processing your own
data)
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan saat pengumpulan dan
pengolahan data, yaitu:
a. Memulai penelitian dengan kata Tanya “Apa”
b. Memulai penelitian disertai dengan suatu kegiatan dan sebuat
pertanyaan
c. Menyusun pertanyaan dan kegiatan untuk menjawab permasalahan
yang ada
5. Menganalisis hasil penelitian (Analyzing investigation)
Data yang didapatkan dari penelitian ilmiah dapat tidak akurat jika
berbeda kondisinya. Sebuah factor dapat mempengaruhi hasil suatu
penelitian, kecuali factor tersebut dalam keadaan konstan.
6. Menyusun hipotesis (Constructing hypothesis)
Variable merupakan factor yang menghubungkan antara individu
dengan lingkungan yang dapat berubah. Hipotesis untuk pengujian harus
mengarah pada suatu cara untuk mendesain suatu penelitian. Dalam
penyusunan sebuah hipotesis, pengubahan suatu variable dengan sengaja
dapat mempengaruhi hasil. Perkiraan dalam pembuatan hipotesis
didasarkan pada pengetahuan, pengalaman dan firasat.
7. Menetapkan variable operasional (Defining variable operationally)
Menetapkan variable secara operasional berarti menggambarkan
secara khusus bagaimana variable tersebut dapat digunakan untuk
mengukur. Suatu variable dikatakan operasional tergantung pada:
a. Apa yang diteliti
b. Bagaimana cara mengukurnya
8. Menyusun percobaan (Designing experiments)
Suatu penelitian dapat dijabarkan secara rinci dalam prosedur yang
disusun untuk menguji hipotesis, prosedur disusun untuk mendapatkan
data yang dapat mendukung atau menolak hipotesis tersebut. Jika suatu
metode yang variabelnya dapat diubah-ubah dan bentuk hasil yang
diinginkan telah tergambar dalam hipotesis, berarti sebagian besar
kegiatan untuk perencanaan pengumpulan data telah selesai. Setelah
permasalahan lebih spesifik, kegiatan pengumpulan data dapat dilakukan.
9. Melakukan percobaan (Experimenting)
Dalam melaksanakan percobaan, hal yang perlu dilakukan adalah
menentukan permasalahan, menyusun hipotesis, dan menentukan desain
penelitian. Penyelidikan ilmiah dapat mempermudah dalam memahami
mengapa sesuatu dapat terjadi. Cara berpikir ilmiah tergantung pada
pengukuran dan verifikasi data dari penelitian dan penyelidikan.
Tabel 1. Indikator Kompetensi Keterampilan Proses Sains
No. Jenis
Keterampilan
Indikator
Kompetensi
1. Mengobservasi a. Menggunakan sebanyak mungkin indera
b. Mengumpulkan dan menggunakan fakta yang
relevan
2. Menggelompokkan a. Mencatat setiap pengamatan secara terpisah
b. Mencari perbedaan secara terpisah
c. Mengontraskan ciri-ciri
d. Membandingkan berbagai jenis objek
e. Mencari dasar pengelompokan atau
penggolongan
f. Menghubungkan hasil-hasil pengamatan
3. Menafsirkan hasil
pengamatan
a. Menghubungkan hasil-hasil pengamatan
b. Menemukan pola dalam suatu seri pengamatan
c. Menyimpulkan
4. Memperkirakan a. Menggunakan pola-pola hasil pengamatan
b. Mengemukakan apa yang mungkin terjadi
5. Berkomunikasi a. Mengubah bentuk penyajian
b. Memberikan/ menggambarkan data empiris hasil
percobaan atau pengamatan dengan grafil, tabel,
atau diagram
c. Menyusun dan menyampaikan laporan secara
sistematis
d. Menjelaskan hasil percobaan atau penelitian
e. Membaca grafik atau tabel atau diagram
f. Mendiskusikan hasil kegiatan suatu masalah atau
peristiwa
6. Berhipotesis a. Mengetahui bahwa ada lebih dari satu
kemungkinan penjelasan dari suatu kejadian
b. Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji
kebenarannya dengan memperoleh bukti lebih
banyak atau melakukan cara pemecahan masalah
7. Merencanakan
percobaan
a. Menetukan alat/ bahan/ sumber yang digunakan
b. Menentukan variabel/ faktor penentu
c. Menetukan objek yang diukur diamati dan dicatat
d. Menentukan langkah kerja
8. Menerapkan
konsep atau prinsip
a. Menjelaskan peristiwa baru misalnya banjir
dengan konsep yang telah dimiliki
b. Menerpakan konsep dalam situasi baru
9. Mengajukan
pertanyaan
a. Bertanya apa, bagaimana dan mengapa
keaadaan yang belum diamati
Keterampilan-keterampilan proses sains harus dilatih dan
dikembangkan pada peserta sesuai dengan jenjang pendidikannya seperti yang
tercantum dalam standar isi Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006.
Keterampilan proses sains dasar diharapkan dapat dikuasai oleh peserta didik
pada jenjang sekolah dasar. Pada peserta didik jenjang SMP diharapkan untuk
melanjutkan penguasaan keterampilan prosesnya sampai pada keterampilan
mengolah/memroses. Selanjutnya di SMA peserta didik harus menguasai
keterampilan proses yang lebih lanjut yaitu keterampilan menginvestigasi.
Keterampilan proses melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif
atau intelektual, manual dan sosial. Keterampilan kognitif atau intelektual
terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses peserta didik
menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat dalam
keterampilan proses karena mungkin mereka melibatkan penggunaan alat dan
bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat. Dengan keterampilan
sosial dimaksudkan bahwa mereka berinteraksi dengan sesamanya dalam
melaksanakan kegiatan belajar-mengajar (Nuryani Rustaman, 1995:15).
Rangkaian keterampilan proses menurut Nuryani Rustaman (2003: 191)
antara lain mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan,
menerapkan, merencanakan penelitian, dan mengkomunikasikan.
Pembelajaran berbasis keterampilan proses sains menekankan pada
kemampuan peserta didik dalam menemukan sendiri (discover) pengetahuan
yang didasarkan atas pengalaman belajar, hukum-hukum, prinsip-prinsip dan
generalisasi, sehingga lebih memberikan kesempatan bagi berkembangnya
keterampilan berpikir tingkat tinggi (Houston 1988:208). Keterampilan proses
sains pada hakikatnya adalah kemampuan dasar untuk belajar (basic learning
tool) yaitu kemampuan yang berfungsi untuk membentuk landasan pada setiap
individu dalam mengembangkan diri (Chain dan Evans 1990:5).
Dalam dokumen
KEBERADAAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DALAM RPP BIOLOGI SMA KELAS X BERDASARKAN KURIKULUM 2013 DI KOTA YOGYAKARTA.
(Halaman 35-44)