BAB III METODE PENELITIAN
4.2. Penyajian Data dan Analisis Data
4.2.1. Identitas Responden
4.2.2.4. Keterbukaan dalam Komunikasi ke Bawah
Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah adalah kemudahan bagi anggota organisasi untuk memperoleh informasi yang berhubungan langsung dengan tugas mereka saat itu, yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengkoordinasikan pekerjaan mereka dengan orang-orang atau bagian-bagian lainnya, dan yang berhubungan luas dengan perusahaan, organisasinya, para pemimpin dan rencana-rencana. Indikator ini diukur melalui dua faktor yaitu:
1. Adanya keterbukaan dari pimpinan dalam memberikan
informasi mengenai kebijakan organisasi
Informasi antar bidang dalam suatu organisasi sangat diperlukan untuk menyelesaikan tugas, karena tidak ada bagian organisasi yang dapat berjalan sendiri tanpa bantuan dari bidang- bidang lain. Oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui apakah pimpinan organisasi mudah memberikan informasi mengenai kebijakan organisasi yang dapat menyebabkan meningkatnya kemampuan berkoordinasi di antara karyawan. Jawaban responden ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel 4.14.
Adanya Keterbukaan dar i Pimpinan dalam Memberikan Infor masi Mengenai Kebijakan Organisasi
(n=60)
No. Pendapat Responden F %
1. 2. Ya Tidak 53 7 88 % 12 % Jumlah 60 100 %
Sumber : Kuisioner No. 11
Pada tabel di atas diperlihatkan jawaban ‘Ya’ diberikan oleh 53 orang atau 88 % responden. Informasi dari pimpinan tersebut diperoleh melalui rapat koordinasi yang dilakukan sebelum ditetapkannya suatu peraturan/kebijakan baru. Dapat disimpulkan bahwa mayoritas karyawan RS Krian Husada merasakan adanya kemudahan dalam mendapatkan informasi dari pimpinan mengenai kebijakan organisasi. Hanya ada 7 orang atau 12 % responden yang menemui kendala dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan demi kelancaran koordinasi.
2. Kemudahan bagi anggota dalam memper oleh infor masi yang berhubungan dengan tugas
Tugas yang dijalankan setiap karyawan di RS Krian Husada berbeda-beda sesuai dengan bidang masing-masing. Untuk itu diperlukan informasi yang berguna dalam penyelesaian tugas, dan jawaban responden dapat diketahui pada tabel berikut:
Tabel 4.15.
Kemudahan bagi anggota dalam memperoleh informasi yang berhubungan dengan tugas
(n=60)
No. Pendapat Responden F %
1. 2. Ya Tidak 45 15 75 % 25 % Jumlah 60 100 %
Sumber : Kuesioner No. 12
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa terdapat 45 orang atau 75 % responden yang menyatakan menemui kemudahan dalam mendapatkan informasi yang berkaitan dengan tugasnya dengan memberikan jawaban ‘Ya’. Alasan yang diberikan dalam memilih jawababn tersebut adalah karena sewaktu-waktu para karyawan dapat menemui kepala unit kerjanya, dan juga adanya catatan tertulis dari atasn mengenai prosedur pekerjaan. Sementara terdapat 15 orang atau 25 % responden yang menjawab ‘Tidak’ karena tidak merasa mudah dalam memperoleh informasi sesuai tugas. Hal ini terjadi karena karyawan merasa tidak memahami dengan jelas tugas dan fungsi yang menjadi tanggung jawabnya, sehingga terjadi kesalahpahaman dalam penyelesaian pekerjaan. Perbandingan jawaban dari kedua faktor dalam indikator keterbukaan dalam komunikasi ke bawah ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel 4.16.
Keterbukaan dalam Komunikasi ke Bawah (n=60)
No. Pernyataan Responden Mengenai
Keterbukaan dalam Komunikasi ke Bawah
Ya Tidak J umlah
1. Adanya kemudahan dari pimpinan
dalam memberikan informasi
mengenai kebijakan organisasi
53 (88 %) 7 (12 %) 60 (100 %)
2. Kemudahan bagi anggota dalam
memperoleh informasi yang
berhubungan dengan tugas
45 (75 %) 15 (25 %) 60 (100 %)
Sumber : Kuesioner No. 11 dan 12
Berdasarkan tabel di atas dapat diperoleh data bahwa dalam lingkungan RS Krian Husada telah berkembang budaya pemberian informasi secara mudah baik dari pimpinan maupun dari kepala unit yang ada dalam struktur organisasi. Hal ini ditunjukkan dengan persentase yang tinggi sebesar 88 % pada kemudahan dari pimpinan dalam memberikan informasi mengenai kebijakan organisasi, dan juga adanya kemudahan bagi karyawan dalam memperoleh informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Meskipun terdapat karyawan yang merasakan kurangnya keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, namun persentasenya relatif kecil.
Penilaian dan Analisis untuk Nilai Iklim Keterbukaan Dalam Komunikasi Ke Bawah :
Nilai individu = 2 N4 Σ = 2 45 53+ = 49
Nilai Iklim Keterbukaan Dalam Komunikasi Ke Bawah Gabungan
= Responden Total Individu Nilai = 60 49 = 0,82
Berdasarkan perhitungan di atas di ketahui bahwa nilai iklim keterbukaan dalam komunikasi ke bawah gabungan adalah sebesar 0.82. Nilai tersebut menunjukkan bahwa komunikasi ke bawah di RS Krian Husada dikategorikan memuaskan. Kemudahan dalam perolehan informasi ini akan menunjang terselesainya tugas organisasi secara efektif dan tepat waktu.
4.2.2.5. Mendengar kan dalam Komunikasi ke Atas
Mendengarkan dalam komunikasi ke atas adalah upaya personel organisasi di setiap tingkatan dalam organisasi untuk mendengarkan saran-saran atau laporan-laporan masalah yang dikemukakan personel di setiap tingkat bawahan dalam organisasi, secara berkesinambungan dan dengan pikiran terbuka. Informasi dari bawahan harus dipandang cukup
penting untuk dilaksanakan kecuali ada petunjuk yang berlawanan. Indikator ini diukur melalui dua faktor, yaitu:
1. Atasan menganggap penting pendapat dan pemikiran anggota untuk dilaksanakan
Anggota organisasi akan merasakan kepuasan jika pendapat dan pemikiran mereka mendapat apresiasi memuaskan dari pimpinan maupun teman sejawat. Sebaliknya, jika inisiatif mereka seringkali mendapatkan tanggapan tidak memuaskan atau diabaikan maka dapat menyebabkan anggota organisasi bersikap tidak peduli pada kemajuan organisasi. Hasil penelitian disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.17.
Atasan menganggap Penting Pendapat dan Pemikiran Anggota untuk dilaksanakan
(n=60)
No. Pendapat Responden F %
1. 2. Ya Tidak 24 36 40 % 60 % Jumlah 60 100 %
Sumber : Kuesioner No. 13
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui sebanyak 24 orang atau 40 % responden menjawab ‘Ya’, yang menyatakan bahwa pimpinan menganggap pendapat dan pemikiran anggotanya cukup penting untuk dilaksanakan. Alasan para responden dalam memilih jawaban tersebut antara lain adalah karena suatu kebijakan
ditetapkan atas kesepakatan semua karyawan. Sementara responden yang menjawab ‘Tidak’ berjumlah lebih banyak yaitu 36 orang atau 60 %, berarti mereka masih ragu dengan anggapan pimpinan akan pentingnya pendapat mereka. Kondisi ini terjadi karena seringkali pendapat maupun saran karyawan tidak ditindaklanjuti oleh pimpinan organisasi, sehingga sebagian besar karyawan memandang hal tersebut yang menyebabkan RS Krian Husada tidak mengalami kemajuan yang berarti.
2. Atasan mendengar dan berpikiran luas atas saran dan laporan anggota
Saran dan laporan anggota organisasi harus didengar oleh pimpinan karena anggota lebih sering berinteraksi dengan masyarakat di lapangan. Pimpinan hendaknya selalu berpikiran luas terhadap anggotanya, sehingga setiap anggota merasa mempunyai ikatan kepada organisasi dan berusaha untuk memberikan kemampuan terbaiknya untuk kemajuan organisasi. Tabel berikut memuat hasil kuesioner mengenai sikap atasan terhadap saran dan laporan anggota:
Tabel 4.18.
Atasan mendengar dan berpikiran luas atas sar an dan laporan anggota (n=60)
No. Pendapat Responden F %
1. 2. Ya Tidak 24 36 40 % 60 % Jumlah 60 100 %
Sumber : Kuesioner No. 14
Berdasarkan data di atas, terdapat 24 orang atau 40 % responden yang menjawab ‘Ya’ karena merasa yakin bahwa atasan mendengar dan berpikiran luas terhadap saran dan laporan anggotanya. Karyawan RS Krian Husada yang memilih jawaban memuaskan ini menilai bahwa pimpinan selalu mendengarkan setiap pendapat karyawan. Namun sebagian besar responden menjawab ‘Tidak’, terdiri dari 36 orang atau 60 % responden. Berarti bahwa masih lebih banyak responden yang beranggapan pimpinan tidak mendengarkan serta tidak berpikiran luas terhadap saran dan pendapat anggotanya. Alasan yang dikemukakan oleh pemilih jawaban tidak memuaskan ini adalah karena pimpinan hanya peduli pada saran dan laporan orang-orang tertentu. Adapula anggapan bahwa pimpinan hanya mendengarkan laporan sepihak atas suatu masalah tanpa menyelidiki secara mendetail terhadap seluruh pihak yang terlibat.
Hasil jawaban responden dalam indikator Mendengarkan dalam Komunikasi ke Atas ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel 4.19.
Mendengar kan dalam Komunikasi ke Atas (n=60)
No. Pernyataan Responden
Mengenai Mendengar dalam Komunikasi ke Atas
Ya Tidak J umlah
1. Atasan menganggap penting
pendapat dan pemikiran anggota untuk dilaksanakan 24 (40 %) 36 (40 %) 60 (100 %)
2. Atasan mendengar dan
berpikiran luas atas saran dan laporan anggota 24 (40 %) 36 (60 %) 60 (100 %) Sumber : Kuesioner No. 13 dan 14
Berdasarkan tabel di atas diperoleh data bahwa kedua pernyataan mempunyai jawaban yang sama dari responden, yaitu sebanyak 24 karyawan atau 40 % responden menyatakan bahwa pimpinan menganggap penting pendapat dan masukan dari anggota. Persentase ini lebih kecil dibandingkan dengan responden yang merasakan atasan tidak menganggap penting pendapat mereka, yaitu sebanyak 36 orang atau 60 %. Perbedaan perlakuan pimpinan terhadap informasi yang disampaikan karyawan menjadi alasan mengapa jawaban tidak memuaskan ini dipilih.
Demikian pula pada kemauan atasan untuk berpikir luas terhadap usul dan laporan dari anggota, 40 % responden menjawab ‘Ya’ namun 60 % responden menjawab ‘Tidak’. Pimpinan RS Krian Husada dianggap seringkali mengabaikan laporan dari anggota di
bawahnya, sehingga saran mereka dianggap remeh. Untuk mengatasi kondisi ini diperlukan adanya kesadaran dari segenap jajaran pengurus terhadap pentingnya mendengarkan dalam komunikasi ke bawah.
Penilaian dan Analisis untuk Nilai Iklim Mendengarkan Dalam Komunikasi Ke Atas: Nilai individu = 2 N5 Σ = 2 24 24+ = 24
Nilai Iklim Mendengarkan Dalam Komunikasi Ke Atas Gabungan
= Responden Total Individu Nilai = 60 24 = 0,4
Berdasarkan perhitungan diatas dapat dilihat bahwa nilai mendengarkan dalam komunikasi ke atas gabungan diperoleh koefisien sebesar 0,4. Nilai ini menunjukkan bahwa iklim mendengarkan dalam komunikasi ke atas gabungan pada RS Krian Husada tergolong tidak memuaskan.
Informasi dari bawahan sebenarnya sangat membantu kelancaran pelaksanaan kerja dalam organisasi, namun seringkali atasan berpikir bahwa mereka lebih mengerti segala hal yang
berhubungan dengan organisasi, namun sebenarnya pusat informasi adalah berasal dari bawahan, sehingga bawahan yang seharusnya lebih tahu apa yang sebenarnya terjadi karena merekalah yang mengenai langsung aktifitas organisasi.
4.2.2.6. Perhatian pada Tujuan Berkinerja Tinggi
Semua anggota organisasi harus menunjukkan komitmen terhadap tujuan-tujuan dengan kinerja tinggi, artinya adalah personel di semua tingkatan dalam organisasi harus menunjukkan suatu komitmen terhadap tujuan-tujuan berkinerja tinggi-produktifitas tinggi, biaya rendah demikian pula menunjukkan perhatian besar pada anggota organisasi lainnya. Indikator ini diukur melalui dua hal dalam penelitian ini yaitu:
1. Pemimpin memberikan motivasi dan penghar gaan kepada
bawahan dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja dan loyalitas
Pemberian motivasi dan penghargaan atas kinerja yang telah ditunjukkan bawahan sangat penting untuk dilakukan oleh atasan karena dapat menyebabkan loyalitas bawahan kepada organisasi semakin tinggi. Hal ini akan membawa pengaruh yang baik dalam diri bawahan karena merasa kinerjanya tidak sia-sia. Jawaban reponden mengenai adanya pemberian motivasi dan penghargaan
atas kinerja karyawan Rumah Sakit Krian Husada disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.20.
Pemimpin memberikan Motivasi dan Penghar gaan kepada Bawahan dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja dan loyalitas
(n=60)
No. Pendapat Responden F %
1. 2. Ya Tidak 31 29 52 % 48 % Jumlah 60 100 %
Sumber : Kuesioner No. 15
Berdasarkan tabel 4.20. diperoleh sebanyak 31 responden atau 52 % menjawab ‘Ya’, berarti bahwa pimpinan selalu memberikan motivasi dan penghargaan kepada karyawan untuk membuat kinerja dan loyalitas terhadap RS Krian Husada meningkat. Responden yang memberikan jawaban memuaskan tersebut menyatakan pimpinen selalu memberikan semangat dan dukungan kepada karyawan yang berprestasi. Salah satu cara yang dilakukan pimpinan untuk memberikan motivasi kepada karyawan adalah dengan mengumumkan nama-nama karyawan yang memiliki tingkat kedisiplinan tinggi. Kriteria karyawan dengan disiplin tinggi tersebut diambil dari hasil absensi yang dilakukan melalui finger print. Sementara sebanyak 29 orang atau 48% menjawab ‘Tidak’, menunjukkan bahwa menurut mereka pimpinan belum memberikan motivasi terhadap bawahannya. Alasan responden memilih jawaban
tidak memuaskan adalah belum adanya penghargaan yang diberikan oleh pimpinan terhadap karyawan yang mempunyai prestasi.
2. Komitmen terhadap Tujuan Berkinerja Tinggi (Produktivitas Tinggi, Kualitas Tinggi, Biaya Rendah)
Komitmen pada tujuan berkinerja tinggi yang dimaksud adalah personel di semua tingkatan dalam organisasi harus menunjukkan bahwa dirinya berupaya keras untuk selalu berkinerja tinggi (menghasilkan produktifitas tinggi, kualitas tinggi, dan menggunakan biaya rendah) demi kemajuan organisasi. Seluruh personel tersebut juga harus menunjukkan perhatian besar pada anggota organisasi lainnya. Hasil penelitian ditunjukkan sebagai berikut:
Tabel 4.21.
Komitmen terhadap Tujuan Ber kinerja Tinggi (Produktivitas Tinggi, Kualitas Tinggi, Biaya Rendah)
(n=60)
No. Pendapat Responden F %
1. 2. Ya Tidak 31 29 52 % 48 % Jumlah 60 100 %
Sumber : Kuesioner No. 16
Berdasarkan data pada tabel 4.21, sebanyak 31 responden atau 52 % menjawab ‘Ya’, menyatakan bahwa pimpinan telah berkomitmen untuk melaksanakan tugas secara maksimal, yaitu
mempunyai produktifitas tinggi, berkualitas tinggi, dan berbiaya rendah. Sedangkan sebanyak 24 orang atau 32 % responden menyatakan bahwa menurut mereka tidak semua karywan menjalankan tugasnya secara maksimal karena belum memenuhi tujuan berkinerja tinggi. Kondisi ini terjadi akibat adanya karyawan yang bekerja di instansi lain selain RS Krian Husada, sehingga produktivitas mereka tidak maksimal.
Perbandingan dari kedua hal yang diukur dalam indikator ini dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 4.22.
Perhatian pada Tujuan Berkinerja Tinggi (n=60)
No. Pernyataan Responden Mengenai
Mendengar dalam Komunikasi ke Atas
Ya Tidak J umlah
1. Pemimpin memberikan motivasi dan penghargaan kepada bawahan dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja dan loyalitas 31 (52 %) 29 (48 %) 60 (100 %)
2. Komitmen terhadap Tujuan Berkinerja Tinggi (Produktivitas Tinggi, Kualitas Tinggi, Biaya Rendah)
31 (53 %) 29 (48 %) 60 (100 %)
Sumber : Kuesioner No. 15 dan 16
Tabel 4.22. menunjukkan terdapat 31 responden atau 52 % yang menyatakan pimpinan selalu memberi motivasi dan penghargaan kepada anggotanya sementara sisanya menyatakan pimpinan tidak memberikan motivasi kepada bawahannya. Tanpa adanya dorongan motivasi dari pimpinan, anggota organisasi akan
mengalami penurunan motivasi dalam bekerja, apalagi tidak ada penghargaan atas tugas yang berhasil diselesaikan.
Sementara untuk komitmen pada tujuan berkinerja tinggi juga memiliki nilai yang sama karena prosentase antara jawaban ‘Ya’ dan ‘Tidak’ hanya berbeda sedikit. Responden dengan jawaban ‘Ya’ berjumlah 52 %, menunjukkan bahwa separuh populasi menganggap seluruh karyawan RS Krian Husada telah bekerja dengan kinerja yang tinggi, yaitu dengan mempunyai produktifitas tinggi, hasil pekerjaan juga berkualitas tinggi, namun menggunakan sesedikit mungkin biaya.
Penilaian dan Analisis untuk Nilai Iklim Perhatian Pada Tujuan Berkinerja Tinggi: Nilai individu = 2 N6 Σ = 2 31 31+ = 31
Nilai Iklim Perhatian Pada Tujuan Berkinerja Tinggi Gabungan
= Responden Total Individu Nilai = 60 31 = 0,52
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diperoleh nilai iklim perhatian pada tujuan berkinerja tinggi gabungan sebesar 0,52. Hal
ini menunjukkan bahwa nilai perhatian pada tujuan berkinerja tinggi pada RS Krian Husada tergolong tidak memuaskan. Komitmen anggota terhadap organisasi harus lebih ditingkatkan demi tercapainya tujuan organisasi.
Demi tercapainya tujuan organisasi, maka harus diimbangi dengan perhatian dari pimpinan organisasi, sehingga seorang pemimpin harus memberikan perhatian yang serius kepada kenyamanan lingkungan organisasi bagi semua anggotanya. Karena adanya iklim komunikasi organisasi yang kondusif berupa perhatian pada tujuan berkinerja tinggi disebabkan oleh itikad baik seluruh personel untuk bersama-sama mencapai tujuan organisasi, maka organisasi harus dapat meningkatkan kinerja para anggota dan mampu menciptakan hubungan yang harmonis antar personal.