• Tidak ada hasil yang ditemukan

IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI RUMAH SAKIT HUSADA (Studi Deskriptif Iklim Komunikasi Organisasi di RS Krian Husada Sidoarjo).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI RUMAH SAKIT HUSADA (Studi Deskriptif Iklim Komunikasi Organisasi di RS Krian Husada Sidoarjo)."

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

FAJ AR ADIGUNA 0843010269

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA

TIMUR FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdullilahirobbil ‘Alamiin, sujud syukur pada Allah SWT yang tiada

hentinya memberikan segala rahmat, karunia, hidayah dan barokah-Nya yang

telah memberikan nikmat kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga

penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang telah

direncanakan.

Skripsi berjudul “Iklim Komunikasi Organisasi Rumah Sakit Husada”,

disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.

Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak

lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga

kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu penulis

menyampaikan ucapan terima kasih setinggi-tingginya dan tak terhingga kepada

yang terhormat :

1. Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

2. Juwito, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Negeri

“Veteran” Jawa Timur.

3. Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si, selaku Sekertaris Program Studi Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

(3)

4. Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si, selaku dosen pembimbing Program Studi

Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Pembangunan Negeri “Veteran” Jawa Timur.

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Negeri “Veteran” Jawa

Timur.

6. Seluruh civitas akademika Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur yang telah memberikan pengetahuan dan jasanya kepada

penulis selama mengikuti perkuliahan

7. Ayah dan ibu tercinta yang telah membesarkan dan mengorbankan

sebagian besar waktu dan tenaganya demi penulis, serta kakak-adik yang

selalu bersedia menampung keluh kesah penulis.

8. Untuk istriku tercinta yang selalu setia ketika aku sakit, sehat, sedih, dan

gembira. Banyak hal yang telah kita lalui bersama. Terima kasih atas doa

dan dukungan untuk selalu dapat menyeleseikan tugas ini.

9. Kakak–kakak iparku Mas Dadang-Mbak Tyas, Mas Tatang-Mbak

Moedah, Mas Roby-Mbak Winda, & Mas Icha – Kakak kandungku, Adisti

terima kasih atas perhatian dan doa yang sudah diberikan untuk selalu

mengingatkanku menyeleseikan tugas ini.

10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut

serta memberikan bantuan dan sumbangan pemikiran selama penulis

(4)

Akhirnya segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis semoga

dapat menjadi karunia yang tidak terhingga dalam hidupnya.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan wawasan yang

lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para

mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Penulis

telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi ini, namun penulis

menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, untuk itu penulis

mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi

sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dalam memperkaya

khasanah ilmu pendidikan.

Surabaya, 18 Oktober 2013

(5)

HALAMAN J UDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJ UAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK - ABTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJ IAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 11

(6)

2.2.4. Komunikasi Organisasi ... 20

2.2.5. Komunikasi Organisasi Suatu Perusahaan ... 24

2.2.6. Iklim Komunikasi Organisasi ... 26

2.2.7. Iklim Komunikasi Organisasi Suatu Perusahaan ... 34

2.2.8. Proses Komunikasi di Perusahaan ... 35

2.2.9. Komunikasi sebagai Hubungan yang Berinteraksi dalam Perusahaan ... 36

2.3. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 38

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 42

3.1.1. Iklim Komunikasi Organisasi ... 42

3.1.2. Pengukuran Variabel ... 43

3.2. Populasi dan Sampel ... 51

3.2.1. Populasi ... 52

3.2.2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 52

3.3. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ... 53

(7)

4.1.2. Struktur Organisasi Rumah Sakit Krian Husada ... 61

4.2. Penyajian Data dan Analisis Data ... 65

4.2.1. Identitas Responden ... 66

4.2.1.1. Jenis Kelamin ... 66

4.2.1.2. Usia ... 67

4.2.1.3. Pendidikan Terakhir ... 67

4.2.1.4. Pengalaman di Rumah Sakit Krian Husada . 69 4.2.2. Iklim Komunikasi Organisasi di Rumah Sakit Krian Husada ... 70

4.2.2.1. Kepercayaan ... 71

4.2.2.2. Pembuatan Keputusan Bersama ... 75

4.2.2.3. Kejujuran ... 80

4.2.2.4. Keterbukaan dalam Komunikasi ke Bawah . 85 4.2.2.5. Mendengarkan dalam Komunikasi ke Atas . 89 4.2.2.6. Perhatian pada Tujuan Berkinerja Tinggi .... 95

4.2.2.7. Nilai Iklim Komposit ... 100

(8)

DAFTAR PUSTAKA 111

(9)

4.1. Jenis Kelamin Responden ... 66

4.2. Usia Responden ... 67

4.3. Pendidikan Responden ... 68

4.4. Pengalaman di Rumah Sakit Krian Husada ... 69

4.5. Kepercayaan Atasan Terhadap Bawahan ... 71

4.6. Kepercayaan Bawahan Terhadap Atasan ... 73

4.7. Kepercayaan ... 74

4.8. Atasan melakukan Komunikasi dalam Pengambilan Keputusan dan Penetapan Tujuan Bersama ... 76

4.9. Anggota Dapat Berkomunikasi dan Berkonsultasi Mengenai Kebijakan Organisasi ... 77

4.10. Pembuatan Keputusan Bersama ... 78

4.11. Adanya Keterusterangan dan Kejujuran di antara Atasan terhadap Bawahan ... 81

4.12. Adanya Kebebasan bagi Anggota dalam Mengungkapkan Isi Hati ... 82

4.13. Kejujuran ... 83

(10)

4.17. Atasan menganggap Penting Pendapat dan Pemikiran

Anggota untuk dilaksanakan ... 90

4.18. Atasan mendengar dan berpikiran luas atas saran dan

laporan anggota ... 92

4.19. Mendengarkan dalam Komunikasi ke Atas ... 93

4.20. Pemimpin memberikan Motivasi dan Penghargaan kepada

Bawahan dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja dan

loyalitas ... 96

4.21. Komitmen terhadap Tujuan Berkinerja Tinggi

(Produktivitas Tinggi, Kualitas Tinggi, Biaya Rendah)... 97

(11)

2.1. Model Komunikasi Interpersonal 15

(12)

I Kuesioner ... 113

II Struktur Organisasi ... 119

III Daftar Pegawai Rumah Sakit Krian Husada ... 120

(13)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang iklim komunikasi organisasi yang ada di Rumah Sakit Krian Husada. Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Pace dan Faules mengenai iklim komunikasi organisasi.

Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan kuantitif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa kuesioner. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling, di mana sampel adalah keseluruhan jumlah populasi, yaitu sebanyak 60 orang. Analisis data dilakukan dengan menggunakan tabel frekuensi data yang telah diklasifikasikan dan dihitung untuk ditampilkan dalam persentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklim komunikasi di Rumah Sakit Krian Husada masuk dalam kategori negatif, menunjukkan bahwa komunikasi di antara karyawan Rumah Sakit Krian Husada belum berjalan secara terbuka, sehingga kurang mendukung dalam mewujudkan tujuan organisasi.

Kata Kunci: Iklim Komunikasi, Organisasi, Rumah Sakit, Krian Husada

ABSTRACT

Fajar Adiguna. Organizational Communication Climate in Husada Hospital (Deskriptive Study of Organizational Communication Climate in Krian Husada Hospital, Sidoar jo)

The purpose of this research is to know about organization communication climate in Rumah Sakit Krian Husada. Theoretical basis used in this research is the theory of Pace and Faules about organizational communication climate.

This study used survey method with quantitative approach. The data used in this study is primary data in the form of questionnaire. The sampling technique of the current research used total sampling, which is the sample including all population, 60 respondents. Data analysis was performed using frequency tables of data which classified and counted to be displayed as a percentage.

The results indicate that the organizational communication climate in Rumah Sakit Krian Husada.include in the negative category, conclude that communication between the board of Rumah Sakit Krian Husada.has not run smoothly, resulting in less support in realizing the organization’s goal.

(14)

1.1. Latar Belakang Masalah

Organisasi sebagai suatu wadah berkumpulnya banyak orang dari

berbagai latar belakang yang berbeda harus mampu menyatukan

anggotanya untuk mencapai tujuan. Organisasi menurut Kuswarno (2001)

dapat diartikan sebagai suatu sistem individu yang relatif stabil yang

bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama melalui struktur hierarki dan

pembagian kerja. Terpenuhinya tujuan organisasi menunjukkan bahwa

organisasi telah berkembang. Perkembangan suatu organisasi tidak dapat

dilepaskan dari interaksi antar anggota organisasi. Interaksi antar anggota

organisasi dilakukan dengan cara komunikasi, sehingga informasi dan

gagasan mengenai kemajuan organisasi dapat dipahami oleh seluruh

anggota organisasi. Komunikasi sebagai proses pemindahan makna

memerlukan pula pemahaman penerima pada makna yang disampaikan.

Komunikasi yang baik terjadi ketika pemikiran yang digambarkan oleh si

pengirim tersampaikan sedemikian rupa sehingga penerima mempunyai

gambaran mental yang sama. Jika penerima tidak mampu memahami

makna yang ingin disampaikan pengirim maka dapat terjadi salah

pengertian. Kesalahpahaman antar anggota karena adanya komunikasi

yang tidak lancar akan menimbulkan konflik dalam organisasi dan

(15)

Komunikasi merupakan proses yang menghubungkan antar

manusia dan antar kelompok dalam sebuah organisasi (Lubis, 2008).

Proses komunikasi dapat diartikan sebagai transfer informasi atau pesan

dari pengirim pesan sebagai komunikator dan kepada penerima sebagai

komunikan. Proses komunikasi bertujuan untuk mencapai saling

pengertian (mutual understanding) antara kedua pihak yang terlibat.

Dalam setiap organisasi yang diisi oleh sumber daya manusia, ada yang

berperan sebagai pemimpin, dan sebagian besar lainnya berperan sebagai

anggota/karyawan. Semua orang yang terlibat dalam organisasi tersebut

akan melakukan komunikasi. Komunikasi antar individu dan kelompok

dalam organisasi menciptakan harapan, yang kemudian akan

menghasilkan peran-peran tertentu yang harus diemban untuk mencapai

tujuan organisasi. Terpenuhinya harapan anggota/karyawan dalam

berorganisasi akan menyebabkan para karyawan berusaha untuk tetap

bekerja dengan baik karena karyawan merasa memiliki hubungan yang

erat terhadap organisasi, sehingga mampu menggerakkan karyawan untuk

menggunakan seluruh kemampuan terbaiknya demi kemajuan organisasi.

Komunikasi dapat dikatakan berjalan baik dan efektif apabila setiap

anggota memperoleh keterangan-keterangan yang jelas dalam

melaksanakan pekerjaannya. Melalui komunikasi rasa ingin tahu juga

dapat tersalurkan, sehingga mampu mendorong semangat kerja dan

(16)

Suasana komunikasi yang harmonis dan proses komunikasi yang

efektif dapat dipengaruhi oleh peran pemimpin organisasi. Pimpinan

dituntut tidak hanya mampu memberikan perintah kerja atau tugas kepada

bawahan, namun harus pula mau mendengarkan dan menerima gagasan

atau keluhan dari bawahan. Pimpinan organisasi juga harus turut serta

dalam memberikan solusi untuk memecahkan persoalan yang berkaitan

dengan pekerjaan anggota. Hambatan komunikasi seringkali menjadi

penyebab utama kurang harmonisnya hubungan antara bawahan dan

pimpinan. Peran pemimpin organisasi yang menghargai kinerja bawahan

akan menciptakan komunikasi yang efektif, karena kedua belah pihak

merasa puas dan nyaman dalam menjalani hubungan organisasi.

De Vito dalam Lubis (2008) menyebutkan jaringan komunikasi

sebagai saluran yang digunakan untuk meneruskan pesan dari satu orang

ke orang lain dalam organisasi. Jaringan organisasi ini berbeda besar dan

strukturnya pada masing-masing organisasi, disesuaikan dengan

kepentingan dan tujuan organisasi. Secara umum jaringan komunikasi

dalam organisasi dapat dibedakan atas dua bagian yaitu jaringan

komunikasi formal dan jaringan komunikasi informal. Komunikasi formal

adalah komunikasi yang terjadi menurut struktur organisasi, yakni

komunikasi ke bawah (downward communiction), komunikasi ke atas

(upward communication), dan komunikasi horizontal (horizontal

communication). Komunikasi ke bawah adalah pola komunikasi yang

(17)

proses komunikasi dari karyawan kepada pimpinan, sementara komunikasi

horizontal merupakan komunikasi antar rekan kerja yang selevel. Ketiga

pola komunikasi tersebut bersifat formal karena umumnya berorientasi

terhadap pekerjaan. Sedangkan komunikasi informal tidak tergantung pada

struktur organisasi, seperti contohnya komunikasi antar sejawat yang lebih

berorientasi kepada individu atau pribadi. Suasana yang tercipta dari

komunikasi yang dilakukan dalam organisasi mempengaruhi cara hidup

orang-orang di dalam organisasi tersebut. Jaringan komunikasi formal dan

informal dalam suatu organisasi bersifat saling melengkapi dan saling

mengisi. Apabila terdapat banyak hambatan dalam komunikasi formal,

maka komunikasi informal akan lebih berkembang. Wofford dalam

Suprapto (2009:114) mengemukakan bahwa komunikasi informal selalu

merupakan derajat kepentingan dalam suatu organisasi, walaupun

saluran-saluran formal tidak berfungsi secara memadai.

Komunikasi dalam organisasi menurut Robbins dan Jager (2008:5)

memiliki empat fungsi utama, yaitu sebagai kontrol, motivasi, ekspresi

emosional, dan informasi. Kontrol terhadap perilaku anggota organisasi

dilakukan komunikasi dengan cara mewajibkan karyawan untuk mematuhi

kebijakan perusahaan. Komunikasi menjaga motivasi karyawan dengan

memberikan penjelasan kepada karyawan mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan kinerja. Fungsi komunikasi sebagai ekspresi emosional tampak

dalam rasa frustasi dan rasa puas yang ditunjukkan oleh anggota organisasi

(18)

pemberi informasi berhubungan dengan perannya dalam menyampaikan

data untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi pilihan-pilihan alternatif

yang ada. Organisasi dapat berjalan efektif jika pemimpin dapat

melakukan kontrol atas para anggota, merangsang para anggota untuk

bekerja, menyediakan cara bagi anggota untuk meluapkan ekspresi

emosional, dan mengambil keputusan atas berbagai pilihan. Oleh sebab itu

komunikasi yang lancar mempunyai peran penting untuk meningkatkan

efektivitas kinerja organisasi, maka diperlukan perhatian khusus dalam

mengelola iklim komunikasi suatu organisasi agar dapat berjalan dengan

baik.

Terdapat berbagai macam aktivitas dalam organisasi sehingga

diperlukan iklim komunikasi yang sesuai dengan harapan anggota, karena

iklim komunikasi yang memuaskan dapat mendorong produktivitas kerja

sehingga tujuan organisasi lebih mudah tercapai. Pace dan Faules

(2006:149) menyatakan bahwa iklim komunikasi organisasi terdiri dari

persepsi atas unsur-unsur organisasi dan pengaruh unsur-unsur tersebut

terhadap komunikasi. Pengaruh ini didefinisikan, disepakati,

dikembangkan, dan dikokohkan secara berkesinambungan melalui

interaksi dengan anggota organisasi lainnya. Pengaruh ini menghasilkan

pedoman bagi keputusan dan tindakan-tindakan individu, dan

mempengaruhi pesan-pesan mengenai organisasi. Peran individu

diperlukan untuk membentuk iklim komunikasi yang memuaskan karena

(19)

dapat diterima dengan baik. Namun jika anggota organisasi merasa tidak

nyaman dengan lingkungan kerja, maka akan tercipta iklim komunikasi

yang tidak memuaskan, menyebabkan anggota tidak memiliki komitmen

terhadap organisasi.

Sebuah organisasi pasti memiliki hukum dan peraturan yang harus

ditaati, yang akan mempengaruhi iklim komunikasi organisasi. Iklim

komunikasi organisasi bergantung pada persepsi anggota organisasi

mengenai nilai hukum dan peraturan tersebut. Terbentuknya iklim

komunikasi organisasi yang baik, maka akan memberikan kinerja

organisasi yang baik pula.

Iklim komunikasi organisasi sangat penting karena berhubungan

dengan konteks organisasi dalam hal konsep, perasaan, dan harapan

anggota organisasi. Iklim organisasi tidak dapat dilepaskan dari sifat dan

ciri yang terdapat dalam suatu lingkungan kerja yang timbul terutama

karena kegiatan organisasi yang dilakukan secara sadar atau tidak sadar,

dan dianggap mempengaruhi perilaku. Persepsi dan perilaku individu

masing-masing anggota organisasi akan dipengaruhi oleh persepsi dan

perilaku anggota lain dalam sistem organisasi tersebut. Pace dan Faules

(2006) mengemukakan bahwa pengaruh komunikasi dalam organisasi

dapat diukur melalui Inventaris Iklim Komunikasi (IIK). IIK terdiri dari

enam aspek meliputi kepercayaan para anggota, pembuatan keputusan

bersama, kejujuran antara anggota, keterbukaan dalam komunikasi

(20)

tujuan berkinerja tinggi. Keenam aspek tersebut mampu menunjukkan

gambaran mengenai iklim komunikasi yang ada dalam suatu organisasi.

Rumah sakit sebagai sebuah organisasi memerlukan iklim

komunikasi yang memuaskan agar tujuan dalam melayani masyarakat

yang memerlukan bantuan di bidang kesehatan dapat berjalan dengan baik.

Rumah Sakit (RS) Krian Husada di Kabupaten Sidoarjo merupakan salah

satu rumah sakit swasta yang beroperasi sejak tahun 2000, didirikan oleh

delapan orang dokter yang bertindak sebagai pemilik saham sekaligus

pemimpin yang mengatur berbagai aktivitas organisasi. Pada awal

pendirian, seluruh pemilik saham bekerja sama untuk memberikan

pelayanan kesehatan yang lebih lengkap bagi seluruh masyarakat di

wilayah Krian dan sekitarnya. Pelayanan kesehatan bagi masyarakat di RS

Krian Husada selain ditangani oleh dokter umum juga menyediakan

pelayanan dokter spesialis di antaranya, spesialis bedah umum, kebidanan

dan kandungan, penyakit dalam, anak, THT (telinga hidung tenggorokan),

gigi dan mulut, anestesi, radiologi, dan mata. Kehadiran dokter spesialis

dalam melayani masyarakat diharapkan mampu meningkatkan

perkembangan RS Krian Husada.

Namun setelah berjalan selama tiga belas tahun, RS Krian Husada

belum mengalami perkembangan yang berarti. Hal ini dapat dilihat pada

semakin menurunnya jumlah kunjungan pasien serta kondisi fisik

bangunan yang kurang memadai. Dari pengamatan yang dilakukan,

(21)

Husada menimbulkan ketidaknyamanan bagi pengguna karena setiap

kamar hanya dibatasi dengan triplek. Berdasarkan keterangan yang

diperoleh, perbaikan fasilitas fisik RS Krian Husada tidak dapat dilakukan

dengan maksimal karena adanya perbedaan pendapat di antara pemilik

saham. Di satu pihak ada pemilik saham yang berkeinginan agar

pengembangan dilakukan dengan membangun sarana Unit Gawat Darurat

(UGD), namun di lain pihak ada pula yang berkeinginan agar fasilitas

yang telah ada seperti ruang rawat inap lebih ditingkatkan kualitasnya.

Direktur rumah sakit sebagai pelaksana tidak dapat membuat kebijakan

tegas dalam melaksanakan pembangunan fasilitas fisik karena pemilik

saham selalu berperan dalam pengambilan keputusan. Kondisi fasilitas

fisik yang kurang memadai tersebut membuat pengunjung memilih

mendapatkan pelayanan kesehatan di tempat lain, sehingga jumlah pasien

terus mengalami penurunan. Jumlah pasien yang terus menurun juga

disebabkan belum adanya kerjasama antara RS Krian Husada dengan

JAMSOSTEK (Jaminan Sosial Tenaga Kerja), sehingga pasien yang

menggunakan asuransi kesehatan tidak dapat dilayani.

Hubungan antara para karyawan RS Krian Husada juga tidak

terjalin dengan baik, karena ada yang merasa memberikan kontribusi lebih

bagi rumah sakit sehingga membuat karyawan di bagian lain merasa tidak

nyaman. Hal ini diketahui penulis dari wawancara dengan dokter yang

bekerja di rumah sakit tersebut. Pemasukan terbesar RS Krian Husada

(22)

karyawan di bagian tersebut merasa kedudukannya lebih tinggi. Kondisi

ini menyebabkan timbulnya kekurangharmonisan di antara karyawan,

yang mengakibatkan aktivitas pelayanan berjalan kurang lancar. Kualitas

pelayanan yang menurun dirasakan pula oleh masyarakat sehingga tidak

terjadi peningkatan yang signifikan dalam jumlah pasien.

Dengan adanya berbagai permasalahan tersebut, maka penulis

ingin mengetahui apakah iklim komunikasi di RS Krian Husada berjalan

dengan baik, berdasarkan enam aspek yang terdapat dalam Inventaris

Iklim Komunikasi (IIK). Untuk itu diperlukan adanya analisis yang

mendalam mengenai iklim organisasi yang ada di RS Krian Husada

Kabupaten Sidoarjo.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena di atas, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

“Bagaimana iklim komunikasi organisasi yang ada di RS Krian

Husada Kabupaten Sidoarjo?”

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dari skripsi ini adalah untuk mengetahui tentang

iklim komunikasi organisasi yang ada di RS Krian Husada Kabupaten

(23)

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1.4.1. Manfaat Teoritis

Bagi penulis, penelitian ini diharapkan sebagai tambahan

pengetahuan di bidang komunikasi, khususnya komunikasi dalam

organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan publik yang ada di

Indonesia.

1.4.2. Manfaat Praktis

1. Sebagai masukan bagi pemimpin maupun staf RS Krian Husada,

khususnya bagi para pemimpin dalam mengunakan pola komunikasi

yang tepat terhadap karyawan sehingga tercipta iklim yang memuaskan

untuk meningkatkan kinerja;

2. Sebagai referensi tambahan bagi mahasiswa lain yang akan mengambil

penelitian yang berhubungan dengan iklim komunikasi organisasi,

(24)

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini dilakukan berdasarkan beberapa penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya. Penelitian terdahulu yang pertama dilakukan oleh

Hidayat, Suryana, dan Wirakusumah (2012) berjudul “Iklim Komunikasi

pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Bandung”. Metode

yang digunakan adalah metode deskriptif, sementara analisis data

dilakukan dengan cara teknik analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa iklim komunikasi di BPPT Kota Bandung berjalan

cukup baik, terbukti dengan adanya koordinasi yang terpadu antara

berbagai divisi dalam organisasi maupun antara atasan dan bawahan

sehingga pelayanan terhadap masyarakat dapat berjalan dengan baik.

Penelitian kedua dengan judul “Iklim Komunikasi dan Kinerja

Pimpinan Biro Humas Provinsi Jawa Tengah” dilakukan oleh Sonef

Riyadi (2012). Fokus kajian pada penelitian ini adalah komunikasi

organisasi yang terimplementasi pada praktek pelaksanaan kerja dengan

memperhatikan suasana iklim komunikasi organisasi. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa antar bagian di kantor biro Humas Provinsi Jateng

memiliki spesifikasi iklim tersendiri, khususnya pada tingkatan jenjang

pekerjaan, baik yang ada pada level kepala biro, kepala bagian, maupun

(25)

Penelitian terdahulu ketiga dilakukan oleh Al-Fashli (2010)

dengan judul “Iklim Komunikasi di Perpustakaan Universitas Indonesia”

dalam bentuk skripsi. Penelitian ini membahas tentang iklim komunikasi

yang ada di Perpustakaan Universitas Indonesia dengan menggunakan

lima indikator dalam Inventaris Iklim Komunikasi. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa meskipun secara keseluruhan iklim komunikasi

berjalan secara kondusif, namun karena kurangnya kesempatan

menyebabkan kedekatan emosional antara kepala perpustakaan dan staf di

level bawah kurang terjalin dengan baik.

Penelitian terdahulu yang terakhir dalam bentuk skripsi dilakukan

oleh Hastari (2009) dengan judul “Iklim Komunikasi Organisasi dan

Semangat Kerja Para Personil Polri di Polwil Surakarta”. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui hubungan antara iklim komunikasi organisasi

dan semangat kerja di kalangan para personil POLRI (Kepolisian

Indonesia) di POLWIL (Kepolisian Wilayah) Surakarta dengan status

sosial ekonomi sebagai variabel kontrol. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa status sosial ekonomi bukan merupakan hal utama yang

mempengaruhi iklim komunikasi yang berlangsung dan semangat kerja

yang dimiliki para anggota POLRI di POLWIL Surakarta.

2.2. Landasan Teori

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai landasan teori

(26)

dan fungsi organisasi, komunikasi organisasi, komunikasi organisasi suatu

perusahaan, iklim komunikasi organisasi, iklim komunikasi organisasi

suatu perusahaan, proses komunikasi di perusahaan, dan komunikasi

sebagai hubungan yang berinteraksi dalam perusahaan.

2.2.1. Pengertian Komunikasi

Manusia sebagai makhluk sosial merupakan bagian dari suatu

komunitas, sehingga akan selalu terlibat dalam kegiatan komunikasi.

Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin communicatio yang berarti

pemberitahuan atau pertukaran pikiran (Suprapto, 2009:4). Dalam

berkomunikasi berlangsung proses menumbuhkan suatu kebersamaan

terhadap orang lain dengan cara berbagi informasi, ide, atau sikap. Proses

komunikasi memuat unsur-unsur kesamaan makna karena terjadi suatu

pertukaran pikiran dan pengertian antara komunikator (penyebar pesan)

dan komunikan (penerima pesan). Hal ini sesuai dengan definisi Nugroho

(2009:13) yang menyebut komunikasi sebagai kegiatan yang melibatkan

dua orang atau lebih guna membagi ide atau pikiran dengan memakai

lambang dan memiliki tujuan agar terjadi perubahan dalam diri orang lain.

Sementara Maulana (2009:93) mendefinisikan komunikasi sebagai

suatu hubungan seseorang dengan orang lain untuk mencapai pengertian

dan persamaan sikap. Komarudin (2001:76) menambahkan bahwa definisi

komunikasi merupakan sebuah proses yang dilakukan untuk

(27)

tertentu yang bertujuan agar penerimanya memahami pesan yang

diterimanya. Selanjutnya Barnard dalam Kuswarno (2001:56) menyatakan

komunikasi sebagai kekuatan utama dalam membentuk organisasi dan

komunikasi membuat dinamis suatu sistem kerjasama dalam organisasi

dan menghubungkan tujuan organisasi pada partisipasi orang di dalamnya.

Liliweri (2004:30) melengkapi bahwa hasil dari komunikasi merupakan

sebuah pemahaman yang sama antara pengirim informasi dengan para

penerima informasi, di mana informasi tersebut bisa dikirim dalam bentuk

simbol verbal maupun simbol nonverbal agar memperoleh kesamaan

makna. Dari berbagai definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

komunikasi merupakan suatu proses pemindahan informasi dari satu orang

ke orang lain dengan tujuan diperolehnya makna yang sama di antara

kedua orang tersebut.

Salah satu tipe dalam komunikasi adalah komunikasi antarpribadi

atau komunikasi interpersonal (Interpersonal Communication). Menurut

DeVito (2007:231), komunikasi interpersonal merupakan sebuah

komunikasi yang berlangsung antara dua orang yang mempunyai

hubungan yang mantap dan jelas. Dengan kata lain, komunikasi

antarpribadi merupakan sebuah proses dan penerimaan pesan antara dua

orang atau beberapa orang dalam sebuah kelompok yang akan

(28)

antarpribadi, situasi menjadi penting. Hal ini dikarenakan sifat komunikasi

antarpribadi berlangsung secara dialogis.

Dalam komunikasi antarpribadi, model komunikasi dapat dilihat

pada Gambar 2.1. berikut:

Gambar 2.1. Model Komunikasi Interpersonal Sumber: DeVito, 2007:12

Model komunikasi pada Gambar 2.1. merefleksikan sebuah siklus

natural komunikasi interpersonal. Hal tersebut menunjukkan adanya

komunikasi yang berlangsung dari orang pertama kepada orang kedua, lalu

orang kedua kepada orang pertama, dan seterusnya. Komunikasi

antarpribadi berfungsi untuk meningkatkan hubungan insani (human

relations), menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi,

mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagai pengetahuan dan

pengalaman dengan orang lain. Komunikasi antarpribadi dapat

meningkatkan hubungan kemanusiaan diantara pihak-pihak yang

berkomunikasi (DeVito, 2007:9).

Sumber/Penerima

Kompetensi

Sumber/Penerima

Kompetensi Gangguan

Umpan Balik

Umpan Balik

Pesan yang disampaikan lewat saluran

(29)

Komunikasi antarpribadi juga mempunyai beberapa tujuan yang

penting bagi komunikan dan komunikator. Menurut Widjaja (2000:16),

tujuan komunikasi antarpribadi antara lain:

1. Mengenal diri sendiri dan orang lain;

2. Mengetahui dunia luar;

3. Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna;

4. Mengubah sikap dan perilaku;

5. Bermain dan mencari hiburan; serta

6. Membantu orang lain.

2.2.2. Pengertian Organisasi

Kuswarno (2001) menyatakan bahwa organisasi dapat diartikan

sebagai suatu sistem individu yang relatif stabil yang bekerja sama untuk

mencapai tujuan bersama melalui struktur hierarki dan pembagian kerja.

Lubis (2008) menyebutkan bahwa organisasi dibentuk sebagai wadah yang

di dalamnya berkumpul sejumlah orang yang menjalankan serangkaian

aktivitas tertentu secara teratur guna tercapainya tujuan yang telah

disepakati bersama. Selanjutnya Wijatno (2000:223) mendefinisikan

organisasi sebagai kumpulan orang yang bekerja sama untuk mencapai

tujuan tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa organisasi

merupakan suatu kumpulan orang yang diikat oleh aturan tertentu untuk

(30)

Berdasarkan sifatnya, Wijatno (2000: 223) membedakan organisasi

menjadi dua macam, yaitu:

1. Organisasi Formal

Menggambarkan interaksi otoritas yang tegas dan hubungan struktural

dalam suatu organisasi. Hal ini digambarkan dalam struktur organisasi

yang mendeskripsikan posisi dan tanggung jawab pekerjaannya.

2. Organisasi Informal

Menggambarkan interaksi hubungan antar pekerja, yang membentuk

suatu pola tidak resmi.

2.2.3. Karakteristik dan Fungsi Organisasi

Karakteristik organisasi menurut Sujak (dalam Sudarsono, 2008)

merupakan suatu kondisi di mana setiap organisasi atau lingkungan kerja

mempunyai peraturan, kebijakan, sistem pemberian hadiah, dan misi

lainnya yang berpengaruh pada setiap karyawan. Wahab (2008:4)

menyebutkan bahwa karakteristik organisasi terdiri dari beberapa ciri

sebagai berikut:

1. Sebuah entitas sosial

Organisasi terdiri dari dua orang atau lebih yang berkoordinasi untuk

mencapai seperangkat tujuan bersama, sehingga merupakan entitas

(31)

2. Bertujuan atau diarahkan oleh tujuan (goal directed)

Organisasi dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu yang telah

disepakati oleh anggota, sehingga organisasi dapat terus mengalami

perkembangan yang memuaskan.

3. Memiliki sistem kegiatan terstruktur yang disengaja

Sistem kegiatan organisasi dapat dilihat dari berbagai sistem

fungsionalnya, di mana proses dan sub-proses kegiatannya dibatasi

dalam unit kerjanya sendiri, seperti mislnya divisi keuangan atau

SDM. Pembagian kerja di dalam organisasi biasanya dikelompokkan

atau dibedakan menurut fungsi tertentu.

4. Dengan batas-batas yang jelas

Setiap organisasi mempunyai aturan tata nilai yang dibuat demi

kepentingan organisasi, sehingga batasan tata nilai yang dianut oleh

masing-masing organisasi tidak sama.

Sementara Sudarsono (2008) menyebutkan bahwa inti dari

karakteristik organisasi adalah:

1. Perilaku Pemimpin

Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi orang

lain supaya mempunyai peran yang lebih besar dalam kehidupan

organisasi. Perilaku pemimpin adalah norma perilaku yang digunakan

oleh seseorang pada saat orang tersebut berusaha mempengaruhi orang

lain. Keberhasilan seorang pemimpin tergantung pada perilaku yang

(32)

mampu mengantisipasi perubahan dan memanfaatkan kesempatan

dengan sekuat tenaga, memotivasi pengikut untuk mencapai tingkat

produktivitas yang lebih tinggi, mengoreksi kinerja yang buruk, dan

mendorong organisasi ke arah sasaran-sasarannya.

2. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja merupakan kualitas lingkungan internal yang secara

relatif terus menerus meningkat yang dirasakan oleh

anggota-anggotanya, mempengaruhi perilaku mereka dan dapat digambarkan

menurut seperangkat nilai-nilai karakteristik tertentu dari organisasi.

Dalam setiap organisasi dibutuhkan kerja sama antara individu

untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan organisasi dapat dicapai jika individu

dalam organisasi dapat berkoordinasi untuk menjalankan fungsi-fungsinya

sesuai dengan manajemen organisasi. Secara umum menurut Wiyono

(2009: 57) fungsi-fungsi tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Planning (perencanaan)

Perencanaan mencakup kegiatan memilih misi, tujuan, dan cara untuk

mencapai tujuan. Setiap aktivitas ataupun kegiatan yang dilakukan oleh

individu maupun organisasi yang didasarkan atas perencanaan yang

matang atas seluruh input dan proses yang ada dalam organisasi

merupakan titik awal untuk meraih hasil yang optimal.

2. Organizing (pengaturan)

Pengaturan adalah proses penetapan struktur peran yang dibutuhkan

(33)

Berbagai sumber daya disediakan untuk mendukung aktivitas yang akan

dijalankan. Dalam organisasi, sumber daya dapat berupa sumber daya

manusia, sumber daya alam, sumber daya modal, sumber daya

teknologi, dan lain sebagainya.

3. Actuating (pelaksanaan)

Segala aktivitas atau tindakan harus dilaksanakan guna mencapai tujuan

atau sasaran yang telah direncanakan. Tujuan tidak mungkin tercapai

tanpa adanya pelaksanaan atau tindakan atau kegiatan.

4. Controlling (pengendalian)

Pengendalian dijalankan dengan cara mengawai, mengevaluasi, dan

memantau seluruh aktivitas yang telah dilakukan, apakah sudah sesuai

dengan rencana yang telah ditetapkan. Perbandingan antara hasil yang

dicapai dengan target yang diinginkan akan menunjukkan ada tidaknya

penyimpangan.

2.2.4. Komunikasi Or ganisasi

Menurut Pace dan Faules (2006:31), definisi komunikasi organisasi

dapat dibagi menjadi dua, yaitu definisi fungsional dan definisi interpretif.

Adapun secara fungsional, komunikasi organisasi didefinisikan sebagai

sebuah pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi

yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Hal ini dikarenakan

suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan

(34)

lingkungan. Katz dan Kahn (dalam Muhammad, 2004:110) menambahkan

tentang definisi komunikasi organisasi merupakan arus informasi,

pertukaran informasi, dan pemindahan arti dalam suatu organisasi.

Sementara John, Stephen, dan Foss (2009:364-365) mendefinisikan

komunikasi menurut terminologinya meliputi konteks komunikasi dan

organisasi. Teorinya yaitu bahwa sebuah organisasi bukanlah susunan

yang terbentuk oleh posisi dan peranan, melainkan oleh aktivitas

komunikasi. Dengan demikian, organisasi itu dapat dicapai seseorang

melalui sebuah proses komunikasi yang berkelanjutan. Oleh karenanya,

komunikasi dalam sebuah organisasi adalah wajib.

Dari beberapa pendapat tentang definisi komunikasi organisasi di

atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi organisasi mutlak selalu ada

dalam sebuah organisasi. Adapun tujuan dari dilakukannya komunikasi

dalam organisasi tersebut adalah untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan dalam visi sebuah organisasi. Oleh karenanya, masing-masing

individu dalam sebuah organisasi hendaknya memahami tentang peranan

komunikasi organisasi.

Dalam komunikasi organisasi, ada tiga dimensi dalam arus yang

terjadi. Menurut Effendy (2003:81), tiga dimensi tersebut antara lain:

1. Komunikasi vertikal

Merupakan sebuah komunikasi vital dalam melaksanakan

fungsi-fungsi manajemen. Komunikasi vertikal ini merupakan

(35)

bawah ke atas (upward communication). Dalam arus komunikasi

vertikal (dari atas ke bawah), dicontohkan dengan pemberian instruksi,

petunjuk, dan penugasan lain dari seorang pimpinan kepada ketua unit

dan bawahan. Sementara komunikasi yang dari bawah ke atas diterima

dalam bentuk bawahan memberikan laporan, pelaksanaan tugas, dan

saran yang diberikan pada pimpinannya.

2. Komunikasi horizontal

Komunikasi horizontal merupakan komunikasi satu level yang

terjadi antarkaryawan, antarpimpinan departeman, dan lainnya. Hal ini

bertujuan untuk mengoordinasikan pekerjaan agar menghasilkan

kinerja lebih baik. Dengan melakukan komunikasi horizontal, maka

akan ada koordinasi yang menghubungkan beberapa bagian yang

terpisah.

3. Komunikasi eksternal

Komunikasi ini terjadi antara dua pihak, yaitu organisasi yang

bersangkutan dengan pihak luar. Contoh komunikasi eksternal ini

antara lain: komunikasi organisasi dengan rekan bisnis, pelanggan,

pemasok, pejabat pemerintah, dan lainnya.

Redding dalam Lubis (2008) mengemukakan bahwa terdapat tiga

fungsi komunikasi dalam organisasi, yaitu untuk pelaksanaan tugas-tugas

dalam organisasi, untuk pemeliharaan, dan untuk kemanusiaan. Selanjutnya

komunikasi dalam organisasi menurut Robbins dan Jager (2008:5)

(36)

1. Kontrol

Komunikasi dengan cara-cara tertentu bertindak untuk mengontrol

perilaku anggota. Organisasi memiliki hierarki otoritas dan garis

panduan formal yang wajib ditaati oleh karyawan. Sebagai contoh,

ketika karyawan diwajibkan untuk mengomunikasikan segala keluhan

terkait pekerjaan kepada atasan langsung mereka, untuk mengikuti

deskripsi kerja mereka, atau untuk mematuhi segala kebiajkan

perusahaan, pada saat tersebut komunikasi sedang menjalankan fungsi

kontrol.

2. Motivasi

Komunikasi menjaga motivasi dengan cara menjelaskan kepada

karywan mengenai apa dapat dilakukan untuk memperbaiki kinerja

jika hasil yang diperoleh kurang baik. Penentuan tujuan yang spesifik,

umpan balik atas kemajuan demi tujuan tersebut, dan penegasan atas

perilaku yang diinginkan membutuhkan komunikasi secara tepat agar

dapat merangsang motivasi karyawan.

3. Ekspresi emosional

Kelompok kerja bagi karyawan adalah sumber utama interaksi sosial.

Komunikasi yang terjadi dalam kelompok merupakan sebuah

mekanisme fundamental bagi para anggota untuk menunjukkan rasa

frustasi dan rasa puas. Oleh sesbab itu komunikasi menyediakan jalan

keluar bagi ekspresi emosional dari perasaan-perasaan dan untuk

(37)

4. Informasi

Komunikasi memberikan informasi yang dibutuhkan oleh individu

dan kelompok untuk mengambil keputusan dengan cara

menyampaikan data untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi

pilihan-ilihan alternatif yang ada.

2.2.5. Komunikasi Or ganisasi Suatu Perusahaan

Perusahaan sebagai sebuah organisasi bertujuan memperoleh

keuntungan. Agar tujuan tersebut dapat dicapai maka diperlukan adanya

komunikasi yang baik antara sesama anggota perusahaan, baik pimpinan

perusahaan maupun karyawan yang bekerja di dalamnya. Tata hubungan

di antara anggota yang relatif stabil menunjukkan bahwa komunikasi

berlangsung dengan baik sehingga menjadikan organisasi berfungsi secara

efektif dalam mencapai tujuannya.

Namun seringkali ditemui permasalahan yang menyebabkan

komunikasi dalam organisasi tidak berjalan lancar. Kuswarno (2001)

menyatakan bahwa terdapat dua permasalahan utama dalam proses

komunikasi organisasional yang menentukan organisasi berjalan efektif,

yaitu:

1. Proses Pengolahan Pesan (Informasi)

Proses ini meliputi proses pemaknaan dan jumlah muatan

informasi. Proses pemaknaan adalah bagaimana suatu pesan yang

(38)

persepsinya. Pesan tidak memiliki arti jika orang yang terlibat

komunikasi tidak memberi makna yang sama terhadap pesan tersebut.

Suatu instruksi (atas-bawah) atau laporan (bawah-atas) akan bermakna

jelas jika orang yang menerima informasi memberi makna yang sama

seperti orang yang menyampaikan pesan tersebut. Permasalahan akan

timbul jika ada perbedaan pemaknaan antara pemberi dan penerima

pesan.

Selain pemaknaan pesan, jumlah pesan juga menentukan

perilaku orang yang terlibat dalam proses komunikasi. Informasi yang

berlebihan (information overload) akan dapat menimbulkan reaksi

tidak memuaskan dari peserta komunikasi. Terdapat tujuh reaksi

orang terhadap kelebihan informasi, yaitu gagal dalam

memperhitungkan informasi, banyak membuat kesalahan, menunda

atau menumpuk pekerjaan, penyaringan yang tidak tepat, menangkap

informasi secara garis besar, melemparkan tugas kepada orang lain,

dan menghindari informasi yang datang.

Oleh karena itu, dalam proses pengolahan pesan diharapkan

terjadi pemaknaan yang sama serta jumlah informasi yang tidak

berlebihan, sehingga komunikasi organisasi berjalan lancar.

2. Gaya Komunikasi Organisasional

Gaya komunikasi organisasi menentukan dinamika dan

efektivitas komunikasi organisasi. Perilaku sebuah organisasi

(39)

dua bentuk kesadaran manusia (human conciousness), yaitu

kesadaran manusia yang dipengaruhi kerja otak kiri dan kesadaran

manusia yang dipengaruhi kerja otak kanan. Gaya komunikasi

organisasi Tipe 1 merupakan dominasi hasil kerja otak kiri, yang

ditandai dengan ciri individual, tidak bergantung satu sama lain, dan

terarah secara mandiri (inner directed). Sementara gaya komunikasi

organisasi Tipe 2 yang merupakan dominasi hasil otak kanan bersifat

berkelompok, kolektif, bergantung satu sama lain, dan terarahkan

oleh orang lain (other directed).

Kedua proses tersebut seringkali ditemui dalam suatu organisasi,

yang kemudian berpengaruh dalam membentuk iklim komunikasi

organisasi.

2.2.6. Iklim Komunikasi Or ganisasi

Menurut Pace dan Faules (2006:147), definisi dari iklim

komunikasi organisasi merupakan gabungan dari persepsi-persepsi tentang

peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respon anggota organisasi,

harapan, konflik antarpersonal, dan kesempatan bagi pertumbuhan dalam

organisasi. Sementara Dennis (dalam Muhammad, 2009:86)

mendefinisikan iklim komunikasi organisasi sebagai kualitas pengalaman

yang bersifat obyektif tentang lingkungan internal organisasi yang

mencakup persepsi anggota organisasi terhadap pesan dan hubungan pesan

(40)

(2007:311) menambahkan tentang definisi iklim komunikasi organisasi

merupakan persepsi tentang seberapa jauh anggota organisasi merasa

bahwa organisasi dapat dipercaya, mendukung, terbuka, perhatian dengan

secara aktif meminta pendapat anggota organisasi, dan memberi

penghargaan atas standar kinerja yang baik. Dari beberapa definisi iklim

komunikasi organisasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa iklim

komunikasi organisasi merupakan sebuah persepsi yang ada pada beberapa

anggota organisasi tentang semua hal yang terjadi di dalam organisasi

tersebut.

Poole (dalam Pace dan Faules, 2006:154) mengatakan bahwa

unsur-unsur organisasi tidak secara langsung dapat menciptakan sebuah

iklim komunikasi organisasi. Hal ini dikarenakan sebuah organisasi pasti

memiliki hukum dan peraturan yang harus ditaati. Semua itu akan

mempengaruhi iklim komunikasi organisasi. Dengan demikian, iklim

komunikasi organisasi bergantung pada persepsi anggota organisasi

mengenai nilai hukum dan peraturan tersebut.

Pembentukan iklim komunikasi organisasi yang baik, maka akan

memberikan kinerja organisasi yang baik. Hal ini mendukung teori yang

dikemukakan oleh Redding (dalam Pace dan Faules, 2006:154) yang

menyebutkan bahwa iklim komunikasi organisasi memiliki fungsi yang

menunjukkan pada anggota organisasi bahwa organisasi mempercayai

anggota tersebut dan memberi kebebasan dalam mengambil risiko,

(41)

dimiliki. Selain itu, iklim komunikasi organisasi juga berfungsi untuk

menyediakan informasi yang terbuka dan cukup tentang organisasi,

mendengarkan dan memperoleh informasi yang dapat dipercaya, serta

secara aktif memberikan penyuluhan kepada anggota organisasi. Dengan

demikian, seluruh anggota organisasi akan merasa terlibat dan merasa

peranannya begitu penting dalam membuat keputusan organisasi.

Dari uraian tentang iklim komunikasi organisasi di atas, dapat

dibuktikan bahwa iklim komunikasi organisasi penting. Hal ini

dikarenakan iklim komunikasi organisasi dapat mempengaruhi cara hidup

orang-orang dalam sebuah organisasi, kepada siapa berbicara, siapa saja

yang disukai, bagaimana perasaan masing-masing orang, bagaimana

perkembangan individu dalam sebuah organisasi, dan lain sebagainya.

Oleh karenanya, diperlukan pengukuran pada sebuah iklim komunikasi

organisasi untuk menunjukkan kualitas dari iklim komunikasi organisasi

dalam sebuah organisasi. Adapun pengukuran iklim komunikasi organisasi

tersebut dilakukan dengan menggunakan beberapa indikator. Menurut

Pace dan Faules (2006:159-160), ada enam indikator yang dapat

digunakan untuk mengukur iklim komunikasi organisasi, antara lain:

1. Kepercayaan

Merupakan sebuah indikator tentang persepsi anggota

organisasi tentang seberapa jauh atasan, bawahan, dan sesama rekan

kerja dapat dipercaya. Hal ini menuntut para anggota di setiap tingkat

(42)

mempertahankan hubungan yang didalamnya harus memiliki unsur

kepercayaan, keyakinan, dan kredibilitas yang didukung oleh

pernyataan dan tindakan. Hal ini sesuai teori yang menyebutkan bahwa

semakin tinggi kepercayaan yang diberikan, maka ada kecenderungan

untuk meningkatkan motivasi kerja yang dimiliki. Dengan demikian,

kepercayaan harus senantiasa dijaga. Baik kepercayaan atasan terhadap

kemampuan kerja bawahannya, maupun kepercayaan dari bawahan

bahwa atasan mampu memimpin anggotanya. Dengan demikian,

kepercayaan akan mampu menunjukkan kondisi iklim komunikasi

organisasi pada sebuah organisasi tertentu.

2. Pembuatan keputusan bersama

Merupakan sebuah indikator tentang persepsi anggota

organisasi tentang keterlibatannya dalam proses pembuatan keputusan

bersama. Disini ditunjukkan dengan semua pegawai dalam semua

tingkat dalam organisasi harus diajak berkomunikasi dan berkonsultasi

tentang semua masalah dalam wilayah kebijaksanaan organisasi yang

relevan kedudukannya. Selain itu, pegawai juga diberi kesempatan

dalam berkomunikasi dan berkonsultasi dengan manajemen di atasnya

dengan tujuan agar pegawai tersebut dapat berperan dalam proses

pembuatan keputusan dan penentuan tujuan. Melalui cara demikian,

maka setiap anggota organisasi akan merasa dilibatkan, sehingga

(43)

3. Kejujuran

Suasana umum yang diliputi kejujuran dan keterusterangan

harus mewarnai hubungan-hubungan yang ada dalam sebuah

organisasi. Dengan kejujuran, anggota organisasi akan mampu

mengatakan apa yang ada dalam pikirannya tanpa mengindahkan

berbicara kepada rekan organisasi, bawahan, ataupun atasannya.

Sehingga setiap anggota memiliki kebebasan dalam mengungkapkan

isi hati mengenai keadaan organisasi.

4. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah

Menurut Wursanto (2003:162), komunikasi ke bawah

merupakan sebuah komunikasi yang berlangsung dari satuan

organisasi yang lebih tinggi kepada satuan-satuan organisasi yang ada

di bawahnya. Adapun komunikasi tersebut dapat berbentuk memo,

buku pedoman, perintah atau komando, teguran, dan pujian.

Anggota organisasi harus dipermudah dalam memperoleh

informasi yang berhubungan langsung dengan tugas yang menjadi

kewajibannya, kecuali informasi rahasia. Hal tersebut dikarenakan

akan mempengaruhi kemampuan anggota organisasi untuk

mengoordinasikan pekerjaan yang menjadi tugasnya dengan orang lain

maupun bagian lain yang berhubungan luas dengan organisasi, para

pimpinan, dan rencana-rencananya. Kemudahan dari pimpinan untuk

(44)

kemudahan anggota dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan

akan menunjukkan iklim yang ada dalam suatu organisasi.

5. Mendengarkan dalam komunikasi ke atas

Menurut Wursanto (2003:162), komunikasi ke atas merupakan

komunikasi yang berlangsung dari sebuah organisasi yang lebih rendah

dengan satuan organisasi yang lebih tinggi. Adapun komunikasi ke atas

tersebut dapat berupa laporan, keluhan, pendapat, dan saran.

Di setiap tingkatan dalam sebuah organisasi, anggota harus

mendengarkan saran atau laporan yang diberikan oleh anggota di

tingkat bawah dalam organisasi tersebut secara berkesinambungan dan

dengan pikiran terbuka. Hal ini dikarenakan informasi dari bawahan

harus dipandang cukup penting untuk dilaksanakan kecuali ada

petunjuk yang berlawanan. Atasan juga harus mampu berpikiran luas

atas saran dan laporan dari anggota, sehingga setiap anggota merasa

diperlakukan dengan adil.

6. Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi

Anggota di semua tingkatan dalam organisasi harus

menunjukkan sebuah komitmen terhadap tujuan-tujuan berkinerja

tinggi (produktivitas tinggi), kualitas tinggi, biaya rendah, dan

menunjukkan perhatian besar pada anggota organisasi lainnya. Di sisi

lain, tindakan atasan untuk selalu memberikan motivasi dan

penghargaan kepada anggota perlu selalu dilakukan untuk

(45)

Dengan adanya indikator yang digunakan untuk mengukur iklim

komunikasi dalam suatu organisasi, maka akan diketahui secara pasti

bagaimana iklim komunikasi suatu organisasi dijalankan terhadap

anggota-anggotanya. Iklim komunikasi organisasi dalam prakteknya dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Iklim Komunikasi Organisasi Memuaskan

Iklim komunikasi organisasi yang memuaskan adalah dapat

mempengaruhi kinerja anggota organisasi, karena unsur-unsur dalam

iklim yang memuaskan membantu tumbuhnya motivasi kerja pengurus.

Organisasi yang mempunyai iklim memuaskan akan membimbing

anggotanya untuk terlibat dalam proses-proses yang dapat

memperlancar pelaksanaan kerja. Salah satu dimensi yang dapat

digunakan dalam menilai apakah suatu organisasi mempunyai iklim

yang memuaskan adalah dengan adanya kepercayaan terhadap setiap

anggota dalam organisasi tersebut. Misalnya, dalam setiap pembuatan

keputusan bersama semua personel diajak berkomunikasi dan

berkonsultasi. Terciptanya suasana yang penuh dengan keterusterangan,

adanya saling keterbukaan dalam memperoleh informasi antara atasan

dan bawahan, serta personel di setiap tingkatan mau mendengarkan

dengan pikiran yang terbuka.

Pada iklim yang memuaskan, cenderung ditemukan respons

(tanggapan-tanggapan) memuaskan terhadap penyelia, sikap tanggap

(46)

perasaan pegawai, dan kesediaan untuk berbagi informasi. Seluruh

unsur-unsur tersebut adalah prasyarat terjadinya komunikasi ke atas dan

ke bawah yang efektif, sebagaimana dikemukakan oleh Pace & Faules

(2005 :203).

2. Iklim Komunikasi Organisasi Tidak Memuaskan

Iklim komunikasi organisasi tidak memuaskan dapat dipahami

sebagai iklim yang akan merusak keputusan yang dibuat anggota

organisasi mengenai bagaimana mereka akan bekerja dan berpartisipasi

untuk organisasi. Iklim komunikasi organisasi seperti ini sangat rentan,

karena tidak adanya kepercayaan terhadap masing-masing anggota.

Keputusan yang dibuat hanya mewakili salah satu pihak.

Dalam organisasi, manajemen konflik lebih dari sekedar

mencari kesepakatan. Jika yang ingin dihasilkan ialah kemajuan dan

minimalisasi konflik, maka agenda lebih luas menjadi suatu keharusan

kesepakatan atau perjanjian yang adil dan wajar adalah yang terbaik.

Perjanjian yang membuat satu pihak merasa dieksplotasi atau

dikalahkan cenderung akan menghasilkan kemarahan dan konflik

berikutnya (Robert, 2005 : 156-157).

Iklim komunikasi yang tidak memuaskan akan menyebabkan

terciptanya lingkungan kerja organisasi yang tidak sehat, sehingga

tujuan organisasi tidak dapat tercapai. Iklim komunikasi yang tidak

memuaskan juga dapat mengakibatkan para anggotanya menjadi tidak

(47)

belonging terhadap organisasi tempat mereka bekerja. Kondisi ini

mengakibatkan proses kerja organisasi tidak berjalan dengan lancar.

2.2.7. Iklim Komunikasi Organisasi Suatu Perusahaan

Iklim komunikasi di dalam organisasi memiliki peran yang cukup

penting, karena iklim komunikasi yang memuaskan akan menciptakan

komunikasi yang terbuka, kekeluargaan, dan rileks. Sementara jika iklim

komunikasi cenderung tidak memuaskan maka akan membuat para

karyawan tertutup dan komunikasi yang terbuka tidak dapat

dikembangkan. Pada suatu perusahaan, iklim komunikasi mempengaruhi

cara hidup para karyawan, seperti kepada siapa karyawan bicara, siapa

yang disukai, dan bagaimana karyawan tersebut menyesuaikan diri dengan

perusahaan.

Rumah sakit merupakan sebuah perusahaan yang selain bertujuan

menyediakan layanan kesehatan bagi masyarakat juga berusaha

memperoleh keuntungan. Sumber daya manusia (SDM) di rumah sakit

terdiri dari tenaga medis, paramedis maupun bagian umum. Terdapat

beberapa unit kerja di rumah sakit yang dalam setiap aktivitasnya

menuntut adanya kerja sama yang baik. Masing-masing SDM memiliki

tugas tersendiri dalam pekerjaannya, namun dalam menjalankan tugas

tersebut harus tetap berkomunikasi dengan orang lain. Sebagai contoh

dalam penyediaan makanan bagi pasien yang menjalani rawat inap, harus

(48)

makanan yang sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh dokter, karena

hal tersebut berkaitan dengan proses kesembuhan pasien. Iklim

komunikasi yang memuaskan akan membuat kinerja seluruh sumber daya

manusia yang ada di rumah sakit berjalan efektif sehingga tujuan yang

diinginkan dapat tercapai.

Kemampuan komunikasi yang baik berkaitan dengan iklim

komunikasi di rumah sakit. Nilai-nilai dalam iklim komunikasi akan

berjalan kondusif bila pemahaman mengenai nilai-nilai tersebut tertanam

dalam diri seluruh sumber daya manusia di rumah sakit. Berbekal

kemampuan komunikasi yang baik, maka pemahaman dan penerapan yang

dilakukan oleh anggota organisasi akan menciptakan iklim komunikasi

yang memuaskan.

2.2.8. Pr oses Komunikasi di Perusahaan

Menurut Kohler dalam Muhammad (2009), ada dua model

komunikasi dalam rangka meningkatkan kinerja dan mencapai tujuan

perusahaan, yaitu komunikasi koordinatif dan komunikasi interaktif.

Komunikasi koordinatif merupakan proses komunikasi yang berfungsi

untuk menyatukan bagian-bagian yang ada di perusahaan. Komunikasi

interaktif merupakan proses pertukaran informasi yang berjalan secara

berkesinambungan, dengan cara pertukaaran pendapat dan sikap yang

dipakai sebagai dasar penyesuaian di antara sub-sub bagian dalam

(49)

intensitas komunikasi yang dilakukan akan turut mempengaruhi hasil dari

proses komunkais tersebut.

2.2.9. Komunikasi sebagai Hubungan yang Berinteraksi dalam Perusahaan

Interaksi antar karyawan dalam perusahaan dilakukan dengan cara

berkomunikasi mengenai segala masalah yang terjadi di dalam perusahaan.

Pola komunikasi yang sering terjadi pada suatu perusahaan umumnya

merupakan komunikasi sehari-hari dalam pekerjaan seperti komunikasi

pimpinan dengan karyawan, komunikasi karyawan dengan pimpinan, dan

komunikasi antara sesama karyawan. Komunikasi pimpinan dengan

karyawan dalam suatu perusahaan diartikan dengan penyampaian

informasi dari jabatan dengan kewenangan tinggi kepada jabatan yang

lebih rendah. Terdapat lima jenis komunikasi yang umum dilakukan dari

pimpinan kepada karyawan yaitu informasi mengenai bagaimana

melakukan pekerjaan, informasi mengenai dasar pemikiran untuk

melakukan pekerjaan, informasi mengenai kebijakan dan praktik-pratik

perusahaan, informasi mengenai kinerja karyawan, dan informasi untuk

mengembangkan rasa memiliki tugas.

Komunikasi karyawan dengan pimpinan dalam perusahaan

diartikan sebagai penyampaian informasi dari jabatan dengan wewenang

rendah ke jabatan dengan tingkat yang lebih tinggi. Sebagai contoh adalah

penyampaian laporan atau saran atau gagasan dari karyawan untuk

(50)

amat sulit, dikarenakan adanya kecenderungan di kalangan karyawan

untuk menyembunyikan pemikiran mereka, perasaan bahwa penyelia dan

manajer tidak tertarik pada masalah pegawai, kurangnya penghargaan bagi

komunikasi ke atas yang dilakukan, dan perasaan karyawan bahwa

penyelia maupun manajer tidak dapat dihubungi dan tidak tanggap dengan

apa yang disampaikan pegawai.

Komunikasi antara sesama karyawan dalam perusahaan umumnya

berupa penyampaian informasi di antara teman kerja dalam unit atau

tingkat yang sama yang berguna dalam mengkoordinasikan pekerjaan yang

dilakukan. Terdapat enam alasan munculnya komunikasi horizontal

tersebut, yaitu untuk mengkoordinasikan penugasan kerja, berbagi

informasi mengenai rencana dan kegiatan, untuk memecahkan masalah,

untuk memperoleh pemahaman bersama, untuk mendamaikan atau

berunding dalam menengahi perbedaan, dan untuk menumbuhkan

dukungan di antara sesama karyawan.

Pola tersebut terdapat pada peristiwa-peristiwa komunikasi yang

menjadi bagian-bagian pembentuk iklim komunikasi dalam suatu

perusahaan.. Bagian-bagian tersebut berupa peristiwa sehari-hari yang

dirasakan anggota organisasi dalam mengkomunikasikan setiap pesan

yang dikirim maupun yang diterima. Kerjasama atau koordinasi yang baik

tercipta karena kelancaran komunikasi di dalamnya dan peran seluruh

(51)

koordinasi tersebut. Tentunya hal tersebut didukung dengan kemampuan

komunikasi yang dimiliki setiap karyawan maupun pimpinan perusahaan.

2.3. Kerangka Berpikir

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia yang memiliki

penting dalam sebuah organisasi. Komunikasi membuat sebuah organisasi

mampu mewujudkan visi yang telah ditetapkan, begitu juga sebaliknya.

Tanpa adanya sebuah komunikasi dalam organisasi, maka organisasi

tersebut akan mati karena tidak ada koordinasi di dalamnya. Adanya

komunikasi yang berlangsung dalam sebuah organisasi akan membentuk

sebuah iklim komunikasi organisasi akibat persepsi, respon, dan

kesempatan yang dimiliki masing-masing individu dalam organisasi

tersebut.

RS Krian Husada sebagai sebuah organisasi yang bergerak di

bidang pelayanan kesehatan masyarakat memerlukan komunikasi yang

lancar antara individu-individu yang ada di dalamnya, baik pimpinan

maupun karyawan. Melalui komunikasi yang dijalankan maka akan

terbentuk iklim komunikasi organisasi pada RS Krian Husada tersebut.

Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

karakteristik iklim organisasi yang ada di RS Krian Husada. Untuk

mengetahui iklim komunikasi organisasi di RS KRian Husada Kabupaten

Sidoarjo tersebut, peneliti menggunakan 6 indikator yang akan dapat

(52)

Adapun 6 indikator tersebut adalah:

1. Kepercayaan

Anggota organisasi di setiap tingkat harus berusaha untuk

mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang di dalamnya

ada sebuah kepercayaan. Terdapat dua faktor yang akan diteliti dalam

penelitian ini yaitu kepercayaan harus dimiliki baik oleh atasan

terhadap bawahan, maupun bawahan kepada atasan.

2. Pembuatan keputusan bersama

Setiap anggota harus diajak berkomunikasi dan berkonsultasi

tentang masalah dalam wilayah kebijaksanaan organisasi agar anggota

berperan dalam proses pembuatan keputusan dan penentuan tujuan.

Dua faktor yang dapat diukur adalah atasan harus melakukan

komunikasi dalam pengambilan keputusan dan penetapan tujuan

bersama, demikian pula anggota dapat berkomunikasi dan

berkonsultasi mengenai kebijakan perusahaan.

3. Kejujuran

Lingkungan organisasi diwarnai kejujuran dan keterusterangan

agar anggota organisasi mampu mengatakan apa yang ada di dalam

pikirannya tanpa mengindahkan berbicara pada teman sejawat,

bawahan atau atasan. Dengan demikian terdapat dua hal yang dapat

diukur, yaitu adanya keterusterangan dan kejujuran di antara atasan

terhadap bawahan, serta adanya kebebasan bagi anggota dalam

(53)

4. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah

Semua anggota organisasi harus relatif mudah untuk

memperoleh informasi yang berhubungan langsung dengan tugas yang

dimiliki untuk koordinasi, kecuali untuk informasi rahasia. Dua hal

yang akan diteliti adalah adanya kemudahan dari atasan dalam

memberikan informasi untuk meningkatkan kemampuan berkoordinasi

dan kemudahan bagi karyawan dalam memperoleh informasi yang

berhubungan dengan pekerjaan mereka.

5. Mendengarkan dalam komunikasi ke atas

Setiap anggota di tiap tingkatan organisasi harus mendengarkan

saran dari anggota di tingkat bawah organisasinya, secara

berkesinambungan dan dengan pikiran terbuka. Oleh karena itu

terdapat dua faktor yang akan diteliti, yaitu atasan menganggap penting

pendapat dan pemikiran anggota untuk dilaksanakan, dan atasan

mendengar dan berpikiran luas atas saran dan laporan anggota.

6. Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi

Semua anggota organisasi harus menunjukkan komitmen

terhadap tujuan-tujuan dengan kinerja tinggi, kualitas tinggi, dan

menunjukkan perhatian besar pada anggota organisasi lainnya. Dua hal

yang dapat diukur dalam indikator ini adalah atasan memberikan

motivasi dan penghargaan kepada anggota untuk meningkatkan kinerja

(54)

Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai

berikut:

Gambar 2.2. Kerangka Berpikir Penelitian

Rumah Sakit Krian Husada

Iklim Komunikasi Or ganisasi 1.Kepercayaan

• kepercayaan atasan terhadap bawahan,

• kepercayaan bawahan kepada atasan

2.Pembuatan keputusan bersama

• atasan melakukan komunikasi dalam

penetapan tujuan bersama

• anggota dapat berkonsultasi mengenai

kebijakan organisasi 3.Kejujuran

• adanya keterusterangan dan kejujuran di antara atasan dan bawahan

• ada kebebasan bagi anggota dalam

mengungkapkan isi hati.

4.Keterbukaan dalam komunikasi ke

bawah

• Kemudahan dari pimpinan dalam

memberikan informasi untuk

meningkatkan kemampuan berkoordinasi

• kemudahan bagi anggota dalam

memperoleh informasi yang

berhubungan dengan pekerjaan mereka.

5.Mendengarkan dalam komunikasi ke atas

• atasan menganggap penting pendapat dan

pemikiran anggota untuk dilaksanakan

• atasan mendengar dan berpikiran luas

atas saran dan laporan anggota. 6.Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja

tinggi.

• Atasan memberikan motivasi dan

penghargaan kepada bawahan

• Anggota berkomitmen terhadap tujuan

Gambar

Tabel
Gambar 2.1. Model Komunikasi Interpersonal Sumber: DeVito, 2007:12
Gambar 2.2. Kerangka Berpikir Penelitian
Tabel 4.1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil wawancara dengan Nia Faricha selaku manajer KSPS Minna Mandiri Pusat Juwana, dikutip pada hari selasa, 13 Desember 2016.. kepada calon anggota/anggota yang ingin

Dengan pengolahan tertentu yaitu proses aktivasi seperti perlakuan dengan tekanan dan suhu tinggi, dapat diperoleh karbon aktif yang memiliki permukaan dalam yang luas.

19 Suami saya kurang bersedia untuk bercerita mengenai berbagai macam permasalahan pekerjaan pada saat berlayar. 20 Saya merasa suami saya masih tertutup mengenai

Dari hasil uji t diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan secara sendiri-sendiri antara kesehatan kerja dan keselamatan kerja terhadap kinerja karyawan BPR IKABIMA

Simpulan dari penelitian ini adalah dengan pendekatan bermain dapat meningkatkan hasil belajar gerak dasar lari pada peserta didik kelas IV SD Negeri Sambi 3 Sambirejo

The purposes of the present study were to evaluate the extent to which individual rainbow trout consistently showed low or high responses in serum concentrations of cortisol,

[r]

4.6 Perbandingan Hasil Evaluasi dengan Mesin Penerjemah Statistik Bahasa Indonesia-Jawa Google Translate ……… 41. 4.7 Hasil