• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterbukaan proses dan putusan arbitrase menarik partisipasi pihak ketiga Di awali dengan fondasi yang berdasarkan hukum internasional publik dan

Skema 5 : Langkah Penyelesaian Sengketa Melalui ICSID

N. Alasan Perlunya Keterbukaan Putusan Arbitrase ICSID

5. Keterbukaan proses dan putusan arbitrase menarik partisipasi pihak ketiga Di awali dengan fondasi yang berdasarkan hukum internasional publik dan

perjanjian yang kuat, arbitrase internasional ICSID menyediakan kerangka kerja tunggal yang solid bagi investor untuk mencari kompensasi melawan perilaku yang

455Demokrasi modern memiliki prinsip nilai hukum sebagai berikut : “

(1) Moral rights for the

individual, (2) Equality before the law, (3) Control of government by the people, (4) rule of law.” Lihat dalam W. Friedmann, Legal Theory, op.cit., hlm. 366.

456

Cindy B. Guys., op.cit., hlm. 136-137.

457 Delaney & Magraw, “Procedural Transparenc

y, The Oxford Handbook of International Investment Law, 2008, hlm. 762.

458

Variasi tema keterbukaan telah diakui tidak hanya oleh pemikiran Barat termasuk Kant, Rousseau, Smith, Bentham, Hume, Foucault dan penerusnya ajarannya, tetapi juga oleh pemikiran klasik dalam confusianisme dan tradisi Yunani, lihat dalam Christopher Hood, David Heald, “Transparency, The Key To Better Governance?” Proceedings of The British Academy 135, (Oxford : Oxford University Press, 2006).

salah dari suatu host state. Sebelum tahun 2006, meskipun tidak ada diatur mengenai kewajiban kerahasiaan, namun masih terdapat beberapa investor dan negara terkait yang membuat perjanjian mengenai kerahasiaan dalam Bilateral Investment Treaty

(BIT) sebelum sengketa timbul. Kemudian pada tahun 2006 ICSID melakukan amandemen regulasinya mengenai : 459

(1) the ability of non-parties to intervene in arbitration proceedings and attend hearings; (2) the public disclosure of ICSID awards; (3) the independence of arbiters and the fees arbiters can charge; and (4) the ability to use fast-track procedures to obtain interim relief and have groundless claims dismissed.

(Terjemahan : (1) kemungkinan pihak lain untuk ikut serta dalam proses arbitrase dan menghadiri pemeriksaan; (2) terbukanya untuk umum putusan ICSID ; (3) kemandirian arbiter dan biaya arbiter yang diberikan; dan (4) kemungkinan untuk menggunakan prosedur jalur cepat untuk mendapatkan tindakan sementara dan menghentikan klaim yang tidak berdasar).

Sesuai amandemen Konvensi ICSID pada tahun 2006 maka ICSID memiliki kewenangan lain dalam hal ikut sertanya pihak lain dalam proses arbitrase suatu sengketa yaitu Aturan 37 Arbitration Rules yang menetapkan 3 (tiga) syarat yang harus dilakukan oleh pihak di luar sengketa untuk ikut serta dalam suatu sengketa.

Pertama, ikut sertanya pihak luar dapat membantu majelis arbitrase untuk memutuskan fakta atau isu hukum yang berkaitan dengan proses arbitrase yang dilakukan dengan memberikan pandangan, pengetahuan tertentu atau wawasan yang berbeda dengan pihak yang bersengketa. Kedua, ikut sertanya pihak ketiga disesuaikan dengan ruang lingkup sengketa. Ketiga, pihak yang ingin ikut serta harus memiliki kepentingan dalam proses arbitrase tersebut. Hal tersebut serupa dengan

459 Andrew De Lotbiniere McDougall, “ICSID Amends Its Arbitration Rules.” Westlaw Int. A.L.R. 9(4), 2006, hlm. 119-122.

syarat-syarat masuknya pihak ketiga (intervensi) dalam suatu gugatan yang sedang berjalan yang diatur dalam Hukum Acara Perdata di Indonesia.

Diterimanya partisipasi pihak ketiga sebagai “amicus curiae”460 ke dalam suatu sengketa arbitrase investasi menurut Buckley & Blyschak461 sebagai bentuk keseriusan ICSID menuju keterbukaan bahwa ICSID menunjukkan betapa seriusnya ICSID sekarang memberlakukan keterbukaan dan partisipasi pihak lain dan ICSID bertanggung jawab tidak hanya untuk anggotanya, tetapi juga untuk perwakilan ICSID (“because it indicates how seriously ICSID now treats transparency and public participation. ICSID acknowledges it is accountable not only to its members,

but also to their constituencies”). Jadi sengketa investasi tidak hanya berdampak pada para pihak yang bersengketa namun juga berdampak kepada pihak lain baik langsung maupun tidak langsung. Amandemen tersebut sejalan dengan

Corresponding Provisions” dalam Pasal 53 ayat (3) ICSID Additional Facility Rules.

Dimungkinkannya pihak yang bukan merupakan para pihak untuk ikut serta dalam proses arbitrase dan menghadiri proses hearing telah menjadi perdebatan yang panjang berkaitan dengan kepentingan non-pihak tersebut dalam suatu sengketa investasi. Hasil amandemen Aturan 37 ICSID Arbitration Rules mendukung ikut

460

Amicus curiae or “friend of the court” means a “person who is not a party to a lawsuit but who petitions the court or is requested by the court to file a brief in the action because that person has a strong interest in the subject matter”, dalam Black's Law Dictionary, 7th edn, (Paul Minn : Thomson West, 2004), hlm.93.

461 Ross P. Buckley & Paul Blyschak, “Guarding the Open Door : Non

-Party Participation Before the International Centre fo Settlement of Investment Disputes, Banking & Finance Law Review, Juni 2007, 22, 3, hlm. 365

sertanya “amicus curiae”dalam arbitrase ICSID untuk kondisi tertentu, dengan cara mengajukan permohonan secara tertulis kepada majelis arbitrase dengan memberitahukan alasan dan kepentingannya untuk ikut serta dalam proses arbitrase di mana selanjutnya majelis akan memutuskan diterima atau tidak keikutsertaannya tersebut. yang menyatakan bahwa :

(1)If the Tribunal considers it necessary to visit any place connected with the dispute or to conduct an inquiry there, it shall make an order to this effect. The order shall define the scope of the visit or the subject of the inquiry, the time limit, the procedure to be followed and other particulars. The parties may participate in any visit or inquiry (Jika Pengadilan menganggap perlu untuk mengunjungi tempat yang terhubung dengan sengketa atau untuk melakukan penyelidikan di sana, itu akan mengakibatkan perintah untuk itu. Perintah juga harus menentukan ruang lingkup kunjungan atau subjek penyelidikan, batas waktunya, prosedur yang harus diikuti dan keterangan lainnya. Para pihak dapat berpartisipasi dalam setiap kunjungan atau penyelidikan).

(2)After consulting both parties, the Tribunal may allow a person or entity that is

not a party to the dispute (in this Rule called the “non-disputing party”) to file a written submission with the Tribunal regarding a matter within the scope of the dispute. In determining whether to allow such a filing, the Tribunal shall consider, among other things, the extent to which: (Setelah berkonsultasi pada kedua belah pihak, majelis dapat memungkinkan orang atau badan yang bukan merupakan pihak yang bersengketa (dalam Peraturan ini disebut "non- disputing party") untuk mengajukan pengajuan tertulis kepada majelis mengenai masalah dalam lingkup sengketa. Dalam menentukan apakah akan mengizinkan pengajuan tersebut, majelis harus mempertimbangkan, antara lain, sejauh mana):

(a) the non-disputing party submission would assist the Tribunal in the determination of a factual or legal issue related to the proceeding by bringing a perspective, particular knowledge or insight that is different from that of the disputing parties (pengajuan pihak lain itu akan membantu Majelis dalam penentuan isu faktual atau hukum yang terkait dengan persidangan dengan membawa perspektif, pengetahuan atau wawasan tertentu yang berbeda dari para pihak yang bersengketa);

(b) the non-disputing party submission would address a matter within the scope of the dispute (pengajuan pihak lain itu akan mengatasi masalah dalam lingkup sengketa);

(c) the non-disputing party has a significant interest in the proceeding (pihak lain itu memiliki kepentingan yang signifikan dalam proses persidangan).

The Tribunal shall ensure that the non-disputing party submission does not disrupt the proceeding or unduly burden or unfairly prejudice either party, and that both parties are given an opportunity to present their observations on the non-disputing party submission (Majelis harus memastikan bahwa pengajuan pihak lain tidak mengganggu persidangan atau membebani atau tidak adil yang merugikan salah satu pihak, dan bahwa kedua belah pihak diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya atas ikut sertanya pihak lain itu).

Selanjutnya, dengan tujuan yang sama dilakukan amandemen terhadap Aturan 32 ayat (2) ICSID Arbitration Rules462 yang berbunyi bahwa “unless either party objects,” majelis arbitrase setelah melakukan konsultasi dengan Sekretaris-Jenderal ICSID, mengizinkan ikut sertanya pihak selain para pihak untuk hadir dan mengamati seluruh proses dengar pendapat arbitrase. Sementara persetujuan secara eksplisit tidak diperlukan karena masing-masing pihak mempertahankan hak veto dengan cara keberatan terhadap pihak ketiga yang diizinkan untuk hadir. Berkaitan dengan aturan tersebut, sengketa Methanex463 menggarisbawahi pentingnya masyarakat untuk mengomentari isu-isu yang mempengaruhi secara langsung atau tidak langsung. Perkara ini adalah majelis pertama yang menarik para pihak atau pihak lain sebagai

amicus curiae464 untuk berpartisipasi dalam proses persidangan arbitrase.

462

Amandemen Aturan 32 ayat (2) ICSIDArbitration Rule 2006 : The Oral Procedure: “Unless either party objects, the Tribunal, after consultation with the Secretary-General, may allow other persons, besides the parties, their agents, counsel and advocates, witnesses and experts during their testimony, and officers of the Tribunal, to attend or observe all or part of the hearings, subject to appropriate logistical arrangements. The Tribunal shall for such cases establish procedures for the

protection of proprietary or privileged information.”

463

Sengketa Methanex Corp. v. United States, Putusan Mahkamah Arbitrase terhadap permohonan pihak ketiga untuk ikut serta sebagai Amicus Curiae (NAFTA Chapter 11 Arbitration Tribunal 15 Januari 2001), lihat juga dalam Methanex Corp. v. United States, Putusan Akhir (NAFTA Chapter 11 Arbitration Tribunal 3 Agustus 2005), lihat juga Marie-Claire Cordonier, et.al. (eds),

Sustainable Development in World Investment Law, (London : Kluwer, 2011), hlm. 195.

464“Amicus curiae” adalah pihak ketiga yang bukan sebagai salah satu pihakdalam perkara dan

Selanjutnya perkara lain yang menerima masuknya pihak ketiga dalam proses arbitrase yaitu European Commission sebagai Amicus Curiae adalah dalam sengketa

AES v. Hungary.465 Diterimanya partisipasi pihak ketiga juga terdapat pada sengketa

Pac Rim Cayman LLC v. Republic of El Salvador.466 Demikian juga segketa The Rompetrol Group N.V. v. Romania.467

Terbukanya masalah untuk menjadi bahan komentar publik, bahkan jika hal itu secara terbatas, majelis memastikan bahwa isu-isu tersebut didengar dan diketahui oleh investor. Peluang partisipasi pihak ketiga ini dimungkinkan karena adanya beberapa sengketa yang dianggap menyentuh kepentingan publik sehingga tidak dapat diselesaikan oleh hanya para pihak saja, misalnya sengketa di mana investor menentang kepatutan terhadap undang-undang atau kebijakan suatu negara yang berkaitan dengan krisis ekonomi atau investor melakukan monopoli sehingga sengketanya harus diperhitungkan. Demikian juga dengan aturan NAFTA yang membuka proses arbitrase yang menjadi perhatian publik dan memiliki pengaruh terhadap publik serta membolehkan hadirnya pihak ketiga sebagai “amicus curiae.” Hal tersebut akan mengakhiri sifat kerahasiaan arbitrase di masa mendatang dan

465

Lihat sengketa AES v. Hungary, Putusan Akhir, (ICSID Case No. ARB/07/22), paragraph 7.6.6.

466

Lihat sengketa Pac Rim Cayman LLC v. Republic of El Salvador (ICSID Case No. ARB/09/12), di mana terdapat undangan bagi pihak ketiga sebagai amicus curiae tanggal 02 Februari 2011, yang selanjutnya terbit aplikasi untuk izin masuknya amicus curiae pada tanggal 02 Maret 2011 sehingga terdapat ikut sertanya Amerika Serikat pada tanggal 20 Mei 2011 dan ikut sertanya Costa Rica pada tanggal 20 Mei 2011.

467 Lihat sengketa The Rompetrol Group N.V. v. Romania (ICSID Case No. ARB/06/3), putusan

menjadi trend arbitrase investasi internasional terbuka untuk umum demi tujuan pengawasan publik.

Investor, negara dan khalayak umum memiliki kepentingan yang seimbang untuk mengetahui bagaimana majelis arbitrase bertindak dan proses arbitrase investor-negara serta bagaimana majelis menginterpretasikan penerapan hukum investasi internasional secara tekstual dalam praktek, di sinilah letak perspektif rule of law, akses terhadap keadilan dan pertanggungjawaban publik. Salah satu Majelis Arbitrase ICSID yang telah mengakui adanya kepentingan publik adalah sengketa

Aguas Argentinas S.A., Suez, Sociedad General de Aguas de Barcelona SA and Vivendi Unibersal SA., v. The Argentina Republic468 yang dalam pertimbangannya merespon petisi untuk transparansi dan mengizinkan partisipasi pihak ketiga sebagai

Amicus Curiae.”

Namun demikian dengan diaturnya partisipasi pihak ketiga, maka majelis arbitrase harus memilah bahwa ikut sertanya pihak ketiga tersebut akan membantu dalam memutuskan fakta atau isu hukum sesuai lingkup sengketa, pihak ketiga itu memiliki kepentingan yang signifikan dalam sengketa dan pihak ketiga itu tidak akan mengganggu proses atau menyebabkan ketidakadilan bagi pihak lain, sehingga majelis arbitrase mampu melakukan seleksi dengan baik untuk membatasi jumlah partisipasi yang tidak betul-betul berkepentingan. Perubahan serupa juga dibuat

468

Sengketa Aguas Argentinas S.A., Suez, Sociedad General de Aguas de Barcelona SA and Vivendi Unibersal SA., v. The Argentina Republic (ICSID Case No. ARB/03/19) , tanggal 19 Mei

2005, paragraph 19-23, diakses dari

https://icsid.worldbank.org/ICSID/FrontServlet?requestType=GenCaseDtlsRH&actionVal=ListConclu ded

untuk “corresponding provisions” sesuai Pasal 41 ayat (3) ICSID Arbitration Additional Facility Rules yang bunyinya sama dengan Aturan 37 ICSID Arbitration Rules tersebut di atas.

Kemudian terkadang informasi tentang proses arbitrase menyebabkan hal tersebut menjadi milik publik (public domain) meskipun tidak ada syarat formal untuk transparansi. Hal mana disebabkan karena salah satu pihak yang terlibat sengketa dapat secara sepihak membuka putusan arbitrase untuk mengumumkan haknya atau mengumumkan putusan arbitrasenya karena disyaratkan secara hukum, seperti kewajiban pelaporan atas anggaran pemerintah yang dikeluarkan dan harus dipublikasi sesuai aturan hukum domestik termasuk tuntutan pembayaran yang dijatuhkan melalui putusan atau berkaitan dengan pelaksanaan putusan arbitrase tersebut terhadap host state. Dalam perkembangan terbaru, terdapat sengketa yang tunduk pada ICSIDArbitration Additional Facility Rules maupun ICSIDConciliation Additional Facility Rules, di mana dalam aturan tersebut tidak ada diperintahkan dan juga tidak melarang dipublikasinya pembelaan para pihak, oleh karena sengketa tersebut menarik perhatian warga sipil secara luas, maka kemudian Majelis Arbitrase ICSID dalam sengketa Piero Foresti v. South Africa469 memerintahkan para pihak untuk mengumumkan pembelaan para pihak secara tertulis kepada 5 (lima) pihak ketiga dari non-pemerintah yang terlibat sebagai “amicus curiae”meskipun pemohon

469

Putusan sengketa Piero Foresti and others v. The Republic of South Africa (ICSID Case No. ARB (AF)/07/01) tanggal 4 Agustus 2010, paragraf. 27-29, yang mencatat bahwa : “however, that the

disclosures never actually occurred, because the claimant opted to discontinue the claim befoe (or

arbitrase keberatan. Dengan peluang ikut sertanya pihak ketiga tersebut ke dalam sengketa para pihak, membuktikan bekerjanya fungsi hukum melalui Konvensi ICSID.

Keterbukaan dalam hukum investasi internasional telah muncul ke permukaan dalam waktu singkat. W. Friedmann470 mengatakan bahwa kebebasan berkontrak dan melakukan investasi dalam masyarakat demokrasi yang modern adalah salah satu variasi metode alternatif dari aktifitas ekonomi dan di manapun akan menjadi hal yang memiliki variasi kontrol publik. Lincoln471 menyatakan bahwa dalam demokrasi modern idealnya terdapat hak warga negara untuk berpartisipasi dalam pemerintahnya guna memperoleh pertanggung jawaban pemerintah. Dalam era sebelum adanya NAFTA, tampaknya keadilan adalah hal yang diimpikan dan keterbukaan dikesampingkan, namun saat ini dalam perjanjian investasi cenderung diperjanjikan tentang hal keterbukaan. Tentunya masyarakat internasional patut menghargai reformasi yang dilakukan oleh NAFTA dan ICSID karena saat ini putusan arbitrase investasi antara investor dengan negara menjadi lebih terbuka. ICSID telah merespon persepsi pemangku kepentingan (stakeholder) yang ada di dalamnya melalui legitimasinya dan menunjukkan respon kepada arbiter yang melakukan inovasi keterbukaan di masa yang lalu.

470 W. Friedmann, Legal Theory, op.cit., hlm. 380. 471Ibid.

6. Keterbukaan putusan membantu pengembangan ilmu pengetahuan dan