Nomor ruas jalan
IV.8.1 Ketercapaian Tujuan Penelitian
Seperti yang telah disampaikan pada Bab 1 Pendahuluan tentang tujuan penelitian pengembangan metode perencanaan dalam kajian ini adalah suatu upaya perumusan metode perencanaan transportasi di era otonomi daerah. Isu strategis dalam menjalankan pemerintahan di era otonomi daerah adalah pelaksanaan pemerintahan yang baik (good governance). Operasionalnya adalah pemerintahan yang bersifat: akuntabel, transparan, partisipatif, penguatan potensi daerah, pemerataan/berkeadilan, pembangunan yang tepat sasaran, dinamis dan bertahap.
Untuk itu pada uraian berikut akan disampaikan uraian capaian dalam kajian ini yang berkaitan dengan objektif yang telah disebutkan. Kesemua sifat objektif seperti yang telah disebutkan, merupakan hal yang saling berkaitan dan saling mendukung satu sama lain. Artinya pencapaian objektif yang satu akan merupakan ukuran pencapaian dari objektif yang lain juga.
Akuntabel, berkaitan dengan sifat bertanggung-jawab, baik oleh pribadi maupun kelompok. Seperti yang disebutkan dalam kamus Wikipedia bahwa sifat ini lebih difokuskan terhadap tanggung jawab terhadap tugas atau beban yang dilimpahkan kepada pribadi maupun kelompok dimaksud. Sifat bertanggung-jawab ini lebih dicerminkan oleh kepribadian yang muncul baik dari pribadi maupun kelompok, namun demikian sifat ini akan berjalan dengan baik bila ada kontrol/pengawasan dari luar. Kontrol tersebut dapat berjalan karena kriteria untuk pemrograman jelas dan terukur.
Transparan, berkaitan dengan keterbukaan dalam proses. Dalam proses perencanaan, suatu keputusan hasil perencanaan dapat dilihat alasan lahirnya suatu keputusan oleh kalangan yang lebih luas, dalam hal ini bukan hanya ditentukan oleh pengambil keputusan. Proses yang transparan dapat dilahirkan melalui proses yang partisipatif. Dalam kajian ini, proses transparan diperoleh
dengan memasukkan aspirasi pihak terkait berupa bobot kriteria perencanaan, karena keputusan program penanganan yang dilahirkan akan sangat dipengaruhi oleh kriteria dan bobot kriteria perencanaan.
Partisipatif, melibatkan pihak yang terkait pengambilan keputusan. Hal ini penting karena setiap hasil keputusan diimplementasikan akan mempengaruhi pihak tertentu, yang disebut sebagai stakeholders, baik secara positif maupun negatif. Untuk itu dalam proses perencanaan di sini telah melibatkan stakeholders
yang terdiri dari instansi terkait di kabupaten/kota dan perguruan tinggi. Pelibatan tersebut dilakukan dengan memberikan bobot kriteria untuk melahirkan prioritas perencanaan dan juga program pengembangan wilayah.
Penguatan potensi daerah, masing-masing daerah kabupaten/kota mempunyai potensi keunggulan yang tidak sama. Dengan demikian arahan perencanaan pembangunan dalam RTRW juga akan berbeda. Dalam konteks perencanaan (planning) aspirasi masing-masing kabupaten/kota telah terakomodasi dalam hal hubungan tata ruang dan transportasi yang dimasukkan dalam proses pemodelan transportasi. Dalam konteks program (programming) penanganan, penguatan potensi daerah diakomodasi melalu penetapan kriteria, bobot kriteria dan skoring untuk perencanaan program. Dalam hal ini kriteria pemrograman yang menunjang penguatan potensi daerah adalah kriteria pengembangan wilayah.
Pemerataan, merupakan upaya pemerataan program penanganan secara proporsional. Dengan menggunakan metode AMK upaya pemerataan program penanganan dapat dicapai. Hal tersebut dapat dicapai bila terdapat satu atau lebih kriteria untuk pencapaian pemerataan, memperoleh bobot yang siknifikan, dan teliti dalam penetapan skoring. Dalam studi ini, objektive pemerataan jika proporsional terhadap setiap kabupaten/kota tidak dapat dilihat, namun pemerataan dalam arti proporsional atau berkeadilan diharapkan telah tercapai bila ditinjau secara sistem jaringan yang menyeluruh. Seperti yang dapat dilihat pada
Gambar IV.14. Perbandingan Rangking Prioritas Program Penanganan Tahun 2007
(Peta dasar Dinas Praswil NAD 2005)
Dari Gambar IV.14 dapat dilihat perbandingan prioritas penanganan TD dan Kombinasi TD-BU. Hasil analisis perangkingan metode TD terlihat bahwa pada prioritas tertinggi dua puluh ruas untuk ditangani banyak terdapat di lintas barat-selatan dan tengah. Namun bila melihat hasil analisis metode kombinasi TD-BU prioritas menjadi lebih bergeser ke lintas timur. Fenomena ini dapat dievaluasi berdasarkan kriteria perencanaan. Di mana pada metode TD dengan kriteria teknis jalan di lintas barat-selatan dan tengah kondisinya lebih buruk dan lalu lintas yang rendah sampai sedang dan Indeks Aksessibilitas dan Mobilitas yang lebih kecil. Bila menggunakan kriteria yang lebih luas, dengan tambahan kriteria Aspek pengembangan wilayah, aspek lingkungan, dan aspek efisiensi ekonomi menyebabkan ruas-ruas jalan di lintas timur yang lebih banyak menjadi prioritas.
Pembangunan tepat sasaran, merupakan suatu keharusan agar investasi yang dilakukan dalam program penanganan tidak sia-sia dan memberikan manfaat semaksimal mungkin. Dalam konteks perencanaan (planning) pembangunan yang tepat sasaran telah terakomodasi dalam hal hubungan tata ruang dan transportasi yang dimasukkan dalam proses pemodelan transportasi. Dalam konteks program (programming) penanganan, pembangunan tepat sasaran diakomodasi melalu penetapan kriteria, bobot kriteria dan skoring untuk perencanaan program.
Dinamis. merupakan suatu proses yang mengikuti perkembangan kebutuhan transportasi dan kebutuhan program penanganan sesuai dengan kemampuan pendanaan. Dalam konteks perencanaan, proses dinamis diperoleh dari hubungan RTRW dan transportasi yang diakomodasi dalam proses pemodelan transportasi. Sementara dalam konteks pemrograman (programming) proses dinamis diakomodasi dalam penetapan skoring kriteria untuk tiap-tiap ruas jalan.
Bertahap, merupakan suatu proses yang dilakukan yang tidak tuntas dalam sekali pengerjaan. Hal ini dilakukan mengingat keterbatasan biaya penanganan, sehingga diperlukan adanya prioritas dalam penanganannya. Proses pentahapan/prioritasi harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan penanganan dan dilakukan secara transparan. Dalam konteks planning, bertahap telah dilakukan sesuai dengan tahun
tinjauan perencanaan. Analisis kebutuhan transportasi dilakukan untuk masing-masing tahun tinjauan. Dalam konteks programming bertahap dilakukan terhadap ruas mana yang lebih dahulu ditangani dan program penanganan apa yang harus dilakukan pada masing-masing ruas tersebut. Metode yang telah digunakan adalah metode AMK.