• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penulis dilahirkan di Padang pada tanggal 16 Januari 1987 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara pasangan E. Kusnadi (Alm) dan Teti Rubaeti. Gelar Sarjana Pertanian (SP) diperoleh setelah lulus dari Program Studi Ilmu Tanah di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008. Setelah lulus sarjana penulis bekerja sebagai asisten peneliti di Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W) IPB.

Penulis melanjutkan pendidikan program S2 pada tahun 2010 di Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah IPB. Bidang kajian yang menjadi fokus penulis adalah perencanaan berbasis sumberdaya fisik wilayah. Salah satu karya ilmiah penulis adalah artikel yang berjudul Dinamika Perubahan Penggunaan Lahan dan Perencanaan Tata Ruang di Kabupaten Bogor yang saat ini sedang dalam proses untuk diterbitkan di Jurnal Tanah dan Lingkungan (JTL) Volume 17 No. 1 tahun 2015.

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebutuhan lahan meningkat dari waktu ke waktu dipicu oleh pertumbuhan penduduk, perkembangan struktur masyarakat dan perekonomian. Peningkatan kebutuhan tersebut merupakan kondisi lazim sebagai konsekuensi logis dari pembangunan. Di sisi lain, lahan tersedia relatif tidak bertambah, sehingga kondisi tersebut berakibat pada alih fungsi lahan. Alih fungsi atau konversi lahan akan menjadi masalah apabila terjadi di lahan pertanian produktif. Konversi lahan pertanian akan menyebabkan penurunan produksi pangan dan kerugian lingkungan seperti berkurangnya ruang-ruang dengan fungsi konservasi (Pribadi

et al., 2006).

Sebagai salah satu wilayah yang dengan Jakarta, Kabupaten Bogor mengalami perubahan yang sangat dinamis, baik dalam pemanfaatan ruang maupun sosial ekonomi dan kelembagaannya. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Trisasongko et al. (2009) yang menyatakan bahwa konversi lahan pertanian di wilayah Jabodetabek terjadi akibat adanya introduksi pembangunan jalan tol, sehingga memudahkan akses masyarakat dari Jakarta menuju wilayah sekeliling Jakarta. Mudahnya akses menuju Jakarta memunculkan fenomena komutasi yaitu bekerja di Jakarta namun tinggal di wilayah sekitarnya seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Berdasarkan fakta tersebut, Kabupaten Bogor sangat berpotensi mengalami perubahan penggunaan lahan, khususnya perubahan lahan pertanian menjadi lahan terbangun.

Dinamika perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Kabupaten Bogor seharusnya sejalan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bogor, karena RTRW merupakan panduan alokasi ruang agar pembangunan suatu wilayah tidak melampaui daya dukungnya (Rustiadi, Panuju dan Trisasongko, 2008). Apabila pembangunan wilayah dilakukan dengan melampaui daya dukung wilayah tersebut akan mengalami kerusakan secara ekologis sehingga prinsip pembangunan berkelanjutan tidak akan terwujud (Dewan dan Yamaguchi, 2009). Oleh karena itu dalam penelitian ini juga dilakukan analisis kesesuaian penggunaan lahan saat ini dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor dimana Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah resapan air terbesar untuk wilayah-wilayah yang berada di bawahnya seperti Kota Bogor, Depok dan Jakarta. Diharapkan dengan analisis kesesuaian ini, pengendalian alokasi ruang dapat dilakukan lebih baik agar senantiasa mengikuti rencana tata ruang yang telah ditetapkan.

Dalam penelitian Hadi (2012), perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Bogor dilihat dalam tiga titik tahun pengamatan yakni 1989, 2000 dan 2010 dan menggunakan model prediksi Clue-S, sementara dalam penelitian ini pengamatan dilakukan dalam enam titik tahun yakni 1989, 1995, 2001, 2006, 2009 dan 2013 dengan menggunakan model prediksi Markov sehingga diharapkan pola dinamika perubahan penggunaan lahannya terlihat lebih detil.

Perumusan Masalah

Sebagai salah satu wilayah penyangga DKI Jakarta, Kabupaten Bogor mengalami perubahan penggunaan lahan yang cepat selama kurang lebih 20 tahun terakhir. Data BPS menyebutkan bahwa sejak tahun 1978 sampai dengan tahun 1998 terjadi pengurangan lahan sawah di Kabupaten Bogor sebesar 35.738 ha (Irawan et al., 2002). Pengurangan lahan sawah tersebut apabila terjadi terus menerus dapat mengakibatkan penurunan produksi pangan untuk wilayah Kabupaten Bogor dan sekitarnya. Selain itu, perubahan fungsi hutan menjadi non hutan yang banyak terjadi pada hulu Daerah Aliran Sungai Ciliwung dan Cisadane berpotensi menyebabkan banjir, longsor dan erosi di wilayah-wilayah di bawah Kabupaten Bogor seperti Kota Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan Jakarta. Oleh karena itu, dalam penanganannya memerlukan arahan dan perencaaan tata ruang yang diawali dengan penelitian. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pola perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Bogor dari tahun 1989 hingga 2013?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Bogor?

3. Berdasarkan pola perubahan penggunaan lahan yang telah lampau,

bagaimana prediksi penggunaan lahan di Kabupaten Bogor tahun 2025?

4. RTRW merupakan pedoman pokok bagi penataan ruang suatu daerah.

Berdasarkan hasil prediksi yang dilakukan dalam penelitian ini dan telah diuji akurasinya, bagaimana keselarasan RTRW dengan penggunaan lahan aktual tahun 2013 dan keselarasan RTRW dengan penggunaan lahan hasil prediksi tahun? Apa potensi masalah tata rauang dari ketidakselarasan RTRW dan penggunaan lahan tersebut?

Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan melihat pola dinamika penggunaan lahan yang terjadi di Kabupaten Bogor dalam rentang tahun 1989 sampai tahun 2013, sehingga kita dapat memprediksi penggunaan lahan yang akan datang dengan harapan dapat dijadikan acuan dalam kebijakan penataan ruang. Secara spesifik tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi perubahan dan pola penggunaan lahan di Kabupaten Bogor tahun 1989-2013.

2. Menentukan faktor-faktor penentu perubahan penggunaan lahan di

Kabupaten Bogor.

3. Memprediksi penggunaan lahan tahun 2025

4. Mengevaluasi keselarasan penggunaan lahan tahun 2013 dan 2025 dengan

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor 2005-2025 serta melihat potensi masalahnya.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah mengetahui pola dinamika perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Kabupaten Bogor pada rentang tahun 1989-2013. Pola tersebut dapat digunakan sebagai acuan dalam perencanaan pemanfaatan lahan untuk masa yang akan datang berupa Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).

2 TINJAUAN PUSTAKA

Penggunaan Lahan dan Penutupan Lahan

Landuse (penggunaan lahan) dan landcover (penutupan lahan) sering

digunakan secara bersama-sama, namun kedua terminologi tersebut

berbeda. Menurut Lillesand dan Kiefer (1979), penutupan lahan berkaitan dengan jesis kenampakan yang ada di permukaan bumi, sedangkan penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada obyek tersebut. Townshend dan Justice (1981) juga berpendapat bahwa penutupan lahan adalah perwujudan secara fisik (visual) dari vegetasi, benda alam, dan unsur-unsur budaya yang ada di permukaan bumi tanpa memperhatikan kegiatan manusia terhadap obyek tersebut. Sedangkan Barret dan Curtis (1982), mengatakan bahwa permukaan bumi sebagian terdiri dari kenampakan alamiah (penutupan lahan) seperti vegetasi, salju, dan lain sebagainya, serta sebagian lagi berupa kenampakan hasil aktivitas manusia (penggunaan lahan).

Dari beberapa tinjauan pustaka tersebut di atas tersirat bahwa penggunaan lahan adalah klasifikasi lahan berdasarkan aktifitas manusia, sedangkan penutupan lahan adalah karakteristik alamiah dari lahan tersebut. Penutupan lahan bisa dianggap sebagai kondisi saat ini, sedangkan penggunaan lahan berkaitan dengan status lahan. Penekanan di sini adalah bahwa analisis lahan seperti hidrologi, lanskap, dll harus menggunakan penutupan lahan. Namun, penutupan lahan itu sendiri akan dipengaruhi oleh status penggunaan. Contohnya, suatu lahan berhutan jika berada dalam penggunaan lahan pertambangan akan tidak tepat dianalisis menggunakan penutupan lahan jika rentang studi cukup lebar karena aktifitas pertambangan akan mengubah penutupan lahan berhutan tersebut dalam kisaran waktu analisis.

Penginderaan Jauh dalam Penutupan Lahan

Menurut Trisasongko (2009), perubahan penggunaan lahan dapat ditelaah dari data penginderaan jauh melalui dua pendekatan. Pendekatan pertama merupakan pendekatan yang umum digunakan yaitu pembandingan peta tematik. Berbagai teknik klasifikasi dapat dimanfaatkan dalam pendekatan ini, seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Langkah selanjutnya adalah membandingkan dua atau lebih data tematik dalam suatu proses analisis, umumnya dikenal dengan analisis Land Use/Cover Change (LUCC). Pendekatan kedua tidak melibatkan prosedur klasifikasi, sehingga tidak ada data tematik yang dihasilkan sebagai data intermedier. Pendekatan kedua ini umumnya dikenal dengan deteksi perubahan (Change Detection). Berbagai prosedur statistika dapat digunakan pada pendekatan ini, diantaranya adalah Multivariate Alteration Detection (MAD) yang diperkenalkan oleh Nielsen et al. (1998). Secara umum, penelitian ini menggunakan pendekatan pertama mengingat tujuan utama dari kegiatan ini

adalah mengkaji dan memodelkan perubahan penggunaan lahan (Land Use

Perubahan Penggunaan Lahan dan Faktor-Faktor Penyebab terjadinya Perubahan

Perubahan penggunaan lahan adalah bertambahnya suatu penggunaan lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya diikuti dengan berkurangnya penggunaan lahan yang lain pada kurun waktu yang berbeda (Wahyunto et al.,

2001). Perubahan penggunaan lahan dalam pelaksanaan pembangunan tidak dapat dihindari. Perubahan tersebut terjadi karena dua hal, pertama adanya keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin meningkat jumlahnya dan kedua berkaitan dengan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.

Munibah et al., (2010) melakukan penelitian di DAS Cidanau Banten tentang erosi yang diakibatkan oleh adanya perubahan penggunaan lahan sekitar wilayah DAS. Perubahan penggunaan lahan yang diprediksi menggunakan

Celluler Automata (CA) dapat menunjukkan erosi yang terjadi di masa datang. Munibah et al., (2010) menyatakan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan lahan hutan menjadi lahan pertanian adalah bentuk lahan, kemiringan lereng, jenis tanah, curah hujan, jarak dari jalan raya, dan mata pencaharian masyarakat. Perubahan penggunaan lahan yang tidak terkendali juga dapat menjadi penyebab bahaya kerusakan lingkungan seperti banjir, longsor, erosi. Banjir dapat disebabkan oleh luapan air sungai atau danau. Luapan air permukaan ini dapat diminimalisir dengan adanya perencanaan penggunaan lahan (Tang et al., 2005).

Faktor-faktor yang secara nyata menentukan perubahan penggunaan lahan

menurut Saefulhakim et al., (1999) dengan menggunakan alat analisis

multinomial logit model adalah tipe penggunaan lahan pada masa sebelumnya, status kawasan dalam kebijakan tata ruang, hak penguasaan dan kepemilikan lahan, karakteristik fisik lahan, karakteristik sosial ekonomi wilayah, dan karakteristik interaksi spasial antara aktivitas sosial ekonomi internal dan eksternal suatu wilayah.

Dinamika alih fungsi lahan dapat terjadi pada segala bentuk pemanfaatan lahan, baik pada wilayah perkotaan maupun daerah perdesaan. Pada wilayah perkotaan, perubahan penggunaan lahan dapat dipicu oleh proses urbanisasi yang cepat, umumnya dalam upaya penyediaan sarana perumahan dan industri (Deng et al, 2009). Di Bangladesh, proses urbanisasi menjadi penyebab berkurangnya luasan badan air, tumbuh-tumbuhan, lahan pertanian dan lahan kering/lahan basah (Dewan dan Yamaguchi, 2009). Di Indonesia, proses urbanisasi juga ditengarai menyebabkan perubahan penggunaan lahan. Studi yang dilakukan Rustiadi dan Panuju (2002) menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan antara proses urbanisasi dengan perkembangan wilayah urban yang tidak teratur. Selanjutnya, menurut Rustiadi (2008) dinamika perubahan penggunaan lahan di Jakarta mempengaruhi berbagai aspek lingkungan, dan dampak terbesar dari perkembangan ini banyak dijumpai di kawasan lahan pertanian yang banyak terdapat di wilayah sekitar Jakarta.

Pada umumnya, studi dinamika perubahan penggunaan lahan tidak terlepas dari pemanfaatan data spasial. Data tersebut dapat diturunkan dari data peta atau dari data penginderaan jauh secara langsung. Batisani dan Yarnal (2009) menunjukkan kelayakan citra optik Landsat dalam mendeteksi perubahan tutupan lahan. Dalam konteks teknologi geospasial, telaah literatur menunjukkan bahwa

terdapat dua pendekatan dalam mempelajari dinamika perubahan tersebut. Pendekatan pertama adalah deteksi perubahan (change detection). Pendekatan ini tidak menggunakan data tematik sebagai masukan data, tetapi memanfaatkan data penginderaan jauh asli dalam mendeteksi perubahan. Nielsen et al (1998) mengusulkan teknik Multivariate Alteration Detection (MAD) dalam mendeteksi perubahan tutupan lahan menggunakan data multispektral dan bitemporal. Alternatif lain dalam studi dinamika perubahan adalah dengan pemanfaatan data tematik yang dapat diturunkan dari data penginderaan jauh ataupun menggunakan peta sebagai data masukannya.

Regresi Logistik untuk Analisis Perubahan Penggunaan Lahan

Metode Regresi logistik adalah suatu metode analisis statistika yang mendeskripsikan hubungan antara peubah respon yang memiliki dua kategori atau lebih dengan satu atau lebih peubah penjelas berskala kategori atau interval. Peubah kategorik yaitu peubah yang berupa data nominal dan ordinal (Hosmer dan Lemeshow, 1989). Pendekatan model persamaan logistik digunakan karena dapat menjelaskan hubungan antara X dan π (x) yang bersifat tidak linear, ketidaknormalan sebaran dari Y, keragaman respon yang tidak konstan dan tidak dapat dijelaskan oleh model regresi linear biasa (Agresti, 1990).

Peubah kategorik yaitu peubah yang berupa data nominal dan ordinal. Jika data hasil pengamatan p peubah bebas yaitu x1, x2, ..., xp dengan peubah respon Y, dengan Y mempunyai dua kemungkinan nilai 0 dan 1, Y=1 menyatakan bahwa respon memiliki kriteria yang ditentukan dan sebaliknya Y = 0 tidak memiliki kriteria, maka peubah respon Y mengikuti sebaran Bernoulli dengan parameter π (xi) sehingga fungsi sebaran peluang:

Model umum regresi logistik dengan p peubah jenis adalah:

Dimana

= Peluang terjadinya perubahan penggunaan lahan jika , dan tidak terjadi perubahan jika

= Peubah tak bebas = Peubah tak bebas = Peubah bebas

Dengan melakukan transformasi logit diperoleh: Sehingga diperoleh:

Konstanta setara dengan peubah respons ketika peubah penduga bernilai 0 (nol) atau parameter intersep, , ... dan adalah parameter-parameter

koefisien regresi untuk peubah , ... , dan adalah error atau sering disebut

residual (Hosmer dan Lemeshow, 1998). G merupakan fungsi transformasi atau penduga logit s, karena fungsi penghubung yang digunakan adalah fungsi penghubung logit maka sebaran peluang yang digunakan disebut sebaran logistik. Ada beberapa metode pendugaan parameter dalam regresi, salah satunya yaitu metode maximum likelihood. Secara sederhana dapat disebutkan bahwa metode ini berusaha mencari nilai koefisien yang memaksimumkan fungsi likelihood. Analisis regresi juga bisa digunakan untuk melihat hubungan perubahan

penggunaan lahan dengan pertumbuhan penduduk di wilayah perkotaan (Lopez et

al., 2001). Sementara Tarnama dan Sarasanti (2009) memanfaatkan model logit untuk menduga peluang terjadinya hujandi Banjarbaru.

Kombinasi metode regresi logistik dan SCS guna mengestimasi limpasan permukaan untuk beberapa tahun ke depan telah dilakukan oleh Apria (2005). Lokasi kajian adalah DAS Ciliwung Hulu dan variabel bebas (prediktor) yang digunakan adalah jarak ke jalan (X1), jarak ke sungai (X2), jarak ke permukiman (X3), jarak suatu penggunaan lahan terhadap penggunaan lahan yang lain (X4), kepadatan penduduk (X5) dan pendapatan penduduk (X6). Alasan dipilihnya 6 prediktor tersebut terkait dengan peluang berubahnya suatu penggunaan lahan. Misalnya, kepadatan penduduk yang tinggi diperkirakan sebagai salah-satu pendorong adanya perubahan penggunaan lahan tertentu jadi penggunaan lahan lain. Prediktor lain yang juga mendorong hal tersebut adalah jarak ke jalan raya atau sungai besar, maksudnya semakin dekat dengan jalan raya dan sungai besar maka peluang perubahan penggunaan lahan juga semakin besar. Penelitian lain dilakukan oleh Putra (2003) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi perubahan lahan di Kota Mataram adalah fasilitas umum, fasilitas ekonomi, usaha produktif di luar sektor pertanian, dan faktor kekuatan/kemampuan pelaku ekonomi. Kemampuan pelaku ekonomi dalam hal ini diwakili oleh jumlah penduduk, pendapatan per kapita, tingkat pendidikan masyarakat dan pendapatan asli daerah.

Pemodelan Perubahan Penggunaan Lahan menggunakan Markov Chain

Metode Markov Chain merupakan salah satu model yang paling tua dan telah diaplikasikan dalam berbagai penelitian khususnya di bidang pertanian tidak hanya untuk menduga perubahan penggunaan lahan. Vandeveer dan Drummond (1976) menggunakannya untuk mengkaji dampak konstruksi sebuah reservoir. Lalu Judge dan Swanson (1981) juga menggunakan teknik ini untuk memprediksi besarnya produksi babi di negara bagian Illinois, USA.

Teknik prediksi Markov tersebut juga menjadi teknik yang banyak digunakan dalam menduga perubahan penggunaan lahan. Teknik Markov digunakan dalam penelitian Lopez et al. (2001) untuk memprediksi tutupan lahan dan perubahan penggunaan lahan di pinggiran perkotaan Morelia, Meksiko. Selain itu Weng (2001) juga menggunakan teknik yang sama dalam menganalisis perubahan penggunaan lahan di Delta Zhujiang.

Menurut Trisasongko et al. (2009), persamaan Markov Chain dibangun menggunakan distribusi penggunaan lahan pada awal dan akhir masa pengamatan yang terepresentasikan dalam suatu vektor (matriks satu kolom), serta sebuah matriks transisi (transition matrix). Hubungan ketiga matriks tersebut adalah sebagai berikut:

Keterangan:

Ut = Peluang setiap titik terklasifikasi sebagai kelas U pada waktu t

LCua = Peluang suatu kelas u menjadi kelas lainnya pada rentang waktu tertentu

MLC = Peluang

Mt = Peluang tahun ke t

Mt+1 = Peluang tahun t+1

Dari hasil penelitian Trisasongko et al. (2009) mengenai dampak

pembangunan jalan tol Cikampek terhadap perubahan penggunaan lahan di sekitarnya menunjukkan bahwa estimasi Markov Chain dapat dimanfaatkan lebih lanjut untuk kegiatan forecasting, karena penelitian ini memperoleh nilai Kappa sekitar 0,9355, dimana tingkat akurasi yang ditetapkan paling rendah yaitu akurasi sebesar 85%. Sementara pada penelitian Suryani (2012), tingkat ketepatan prediksi metode Markov untuk menduga luas penggunaan lahan tahun 2011 di Kabupaten Bungo adalah sebesar 98,5%.

Pengaruh Perencanaan Penataan Ruang Wilayah terhadap Perubahan Penggunaan Lahan

Menurut Rustiadi et al. (2009), perencanaan tata ruang merupakan suatu visi bentuk konfigurasi ruang masa depan yang menggambarkan wujud sistematis dari aspek fisik, sosial, dan ekonomi untuk mendukung dan mengarahkan ruang untuk meningkatkan produktivitas agar dapat memenuhi kebutuhan manusia secara berkelanjutan. Namun seringkali penataan ruang yang terjadi di lapangan menyimpang atau bahkan jauh dari koridor perencanaan tata ruang yang telah dibuat.

Penyimpangan struktur dan pemanfaatan ruang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) umumnya terjadi karena tekanan tingginya pertumbuhan penduduk, terutama akibat arus urbanisasi (Dardak, 2006). Perkembangan spasial yang tidak terkendali tersebut bukan berarti suatu wilayah tidak mempunyai konsep/perencanaan tata ruang/tata spasialnya. Formulasi tata spasial dan aplikasinya kalah cepat berpacu dengan proses perubahan spasial yang ada di lapangan, karena permasalahan yang berkaitan dengan aplikasi peraturan tidak dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen (Yunus, 2005). Dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang/lahan belum seluruhnya mengacu pada RTRW karena beberapa kendala, salah satunya pelaksanaan atau pengarahan kesesuaian lahan hanya terbatas pada perorangan atau badan hukum yang mengajukan izin lokasi atau hak atas tanah, sementara sebagian besar masyarakat lainnya belum banyak berpartisipasi bahkan banyak yang tidak mengetahui keberadaan dan fungsi RTRW (Junaedi, 2008).

3 METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah Kabupaten Bogor Jawa Barat yang secara geografis terletak pada 6º18′ 6º47’10 LS dan 106º23’45- 107º 13’30 BT. Lokasi ini dipilih karena Kabupaten Bogor merupakan wilayah penyangga DKI Jakarta dan sekitarnya, sehingga diperkirakan akan mengalami perubahan penggunaan lahan yang nyata. Batas administrasi Kabupaten Bogor meliputi:

Utara : Kabupaten Tangerang, Kabupaten/Kota Bekasi, Kota Depok

Timur : Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Karawang Selatan : Kabupaten Sukabumi dan Cianjur

Barat : Kabupaten Lebak (Provinsi Banten)

Tengah : Kota Bogor

Wilayah administrasi Kabupaten Bogor terbagi dalam 40 kecamatan dan 430 desa dengan luas wilayah 298.797 ha. Lokasi Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Gambar 1. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2010 hingga Juli 2014.

Gambar 1. Lokasi Penelitian Kabupaten Bogor

Jenis Data dan Sumber Data

Data utama dalam penelitian ini adalah citra Landsat Kabupaten Bogor tahun 1989, 1995, 2001, 2006, 2009 dan 2013. Sementara data pendukung untuk mengkaji faktor penentu perubahan penggunaan lahan terdiri dari data Potensi

Desa, Kabupaten Bogor Dalam Angka, Peta Tanah, Peta Lereng, Peta Pola Ruang dan Peta Hak Ijin Usaha. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bogor, Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan wilayah (P4W), Lab Pengembangan Wilayah ITSL dan Badan Informasi Geospasial (BIG).

Jenis data, sumber data, teknik analisis data dan output yang diharapkan berdasarkan tujuan penelitian secara lengkap disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Data, Sumber Data, Serta Teknik Analisis Berdasarkan Tujuan Penelitian

No Tujuan Penelitian Jenis Data Teknik Analisis Output yang diharapkan

1 Mengidentifikasi perubahan dan pola penggunaan lahan di Kabupaten Bogor tahun 1989-2013

Peta RBI 1989, Citra Landsat 1995, 2001, 2006, 2009, Landsat 8 2013, Peta

Administrasi

Kabupaten Bogor, Peta Dasar (jalan dan sungai) Koreksi geometri, klasifikasi visual penggunaan lahan, serta validasi dengan citra resolusi tinggi dan cek lapang Perubahan Penggunaan Lahan tahun 1989, 1995, 2001, 2006, 2009, 20113 2 Menentukan faktor-faktor penentu perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Bogor

Hasil Analisis Tujuan 1, Peta RTRW 2005-2025, Peta Tanah, Peta Lereng, Peta Hak Ijin Usaha 2005 dan 2011, Peta Jalan, Laju pertumbuhan penduduk, Laju Pertumbuhan Fasilitas Calculate center of mass, Distance matrix, Regresi logistik biner

Jarak terhadap jalan terdekat, jarak ke pusat kabupaten dan kota, faktor penyebab perubahan penggunaan lahan 3 Memprediksi penggunaan lahan tahun 2025 dan menguji akurasinya dengan hasil prediksi tahun 2013

Hasil Analisis tujuan 1 Markov Chain Prediksi penggunaan lahan tahun 2025 berdasarkan prediksi tahun 2013 yang telah diuji akurasinya 4 Mengevaluasi

kesesuaian Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor 2005-2025 dengan penggunaan lahan tahun 2025

Hasil Analisis tujuan 3, Peta RTRW 2005-2015 Combine, Matriks Transisi Proporsi kesesuaian RTRW 2005-2025 dengan Estimasi Penggunaan Lahan 2025

Prosedur Analisis Data

Tahapan analisis yang dilakukan dalam penelitian ini secara garis besar dibagi menjadi empat, yaitu: 1) Analisis perubahan penggunaan lahan, 2) Analisis regresi logistic biner, 3) Analisis Prediksi Penggunaan Lahan Markov Chain, 4) Evaluasi keselarasan prediksi penggunaan lahan 2025 dengan RTRW Kabupaten Bogor 2005-2025. Kerangka pemikiran penelitian disajikan pada Gambar 2.

Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Analisis Regresi Logistic Biner Analisis Prediksi Markov Chain Evaluasi Keselarasan Landuse 2025 dengan RTRW 2005-2025 Rekomendasi Arahan Pemanfaatan Ruang Interpretasi & Digitasi 3 2 1 4 Data Sosek, Fisik, Ijin Lokasi, RTRW Faktor-Faktor Penentu Perubahan

Dinamika & Pola Perubahan Penggunaan Lahan Prediksi Landuse 2025 Potensi Masalah 2025 Peta Landuse 1989-2013 Citra Landsat Kab Bogor tahun 1989-2013

RTRW 2005-2025

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian

Analisis Perubahan Penggunaan Lahan

Analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi dinamika perubahan dan pola penggunaan lahan di Kabupaten Bogor tahun 1989, 1995, 2001, 2006, 2009 dan 2013. Adapun tahap yang dilakukan meliputi aktivitas pengunduhan citra landsat, penggabungan kanal citra (layer stack), pemotongan citra, koreksi geometri,

Dokumen terkait