• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL 2 MANAJEMEN KEGIATAN KEPOLISIAN

13. Keterkaitan kegiatan kepolisian dengan operasi

Metode Pembelajaran

1. Metode ceramah.

Metode ini digunakan untuk menyampaikan materi tentang manajemen kegiatan Kepolisian.

2. Metode Brainstorming.

Metode ini digunakan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik mengemukakan pendapat tentang materi yang disampaikan.

3. Metode tanya jawab.

Metode ini digunakan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menanyakan ha-hal yang belum dipahami.

4. Metode praktik/drill

Metode ini digunakan untuk mempraktikkan cara menyusun Rencana Kegiatan Harian, Mingguan dan Bulanan.

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 26 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

Alat/Media, Bahan dan Sumber Belajar

1. Alat/Media:

a. Whiteboard;

b. Flipchart;

c. Komputer/laptop;

d. LCD dan screen;

e. Laserpoint.

2. Bahan:

a. Kertas;

b. Alat Tulis.

3. Sumber Belajar:

Perkap Nomor 03 Tahun 2009 tentang Sistem Operasional Kepolisian Republik Indonesia.

Kegiatan Pembelajaran

1. Tahap awal : 10 Menit.

Pendidik melaksanakan apersepsi dengan kegiatan :

a. Pendidik melaksanakan refleksi yang ditugaskan oleh pendidik;

b. Pendidik mengaitkan materi yang sudah disampaikan dengan materi yang akan disampaikan.

c. Menyampaikan tujuan pembelajaran pada modul ini.

2. Tahap inti : 150 Menit.

a. Pendidik menyampaikan materi tentang Manajemen Kegiatan Kepolisian;

b. Pendidik menggali pendapat tentang materi yang telah disampaikan;

c. Peserta didik merespon secara aktif kegiatan pembelajaran dengan metode tanya jawab;

d. Pendidik memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya atau menanggapi materi;

e. Pendidik menugaskan kepada peserta didik cara menyusun Rencana Kegiatan Harian, Mingguan dan Bulanan;

f. Peserta didik melaksankan praktik cara menyusun Rencana

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 27 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA Kegiatan Harian, Mingguan dan Bulanan;

g. Pendidik memfasilitasi jalannya praktik;

h. Pendidik menyimpulkan hasil praktik.

3. Tahap akhir : 20 Menit.

a. Cek penguatan materi.

Pendidik memberikan ulasan dan penguatan materi secara umum

b. Cek penguasaan materi.

Pendidik mengecek penguasaan materi yang telah disampaikan.

c. Keterkaitan mata pelajaran dengan pelaksanaan tugas.

Pendidik menggali manfaat yang bisa diambil dari materi yang telah disampaikan.

Tagihan/Tugas

Peserta didik mengumpulkan hasil praktik Rencana Kegiatan Harian, Mingguan dan Bulanan kepada pendidik.

Lembar Kegiatan

Pendidik menugaskan peserta didik mempraktikkan cara menyusun Rencana Kegiatan Harian, Mingguan dan Bulanan.

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 28 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

Bahan Bacaan

MANAJEMEN KEGIATAN KEPOLISIAN

Pada dasarnya penyelenggaraan Kegiatan Kepolisian merupakan pelaksanaan dari rencana kerja yang diselenggarakan sepanjang tahun oleh seluruh kekuatan operasional Polri yang tergelar dari tingkat pusat sampai satuan kewilayahan Polsek.

Para peserta didik harus memahami proses panjang dalam penyusunan rencana kerja agar rencana yang dituangkan tersebut tepat sasaran sesuai asas efektif dan efisien.

1. Tujuan dilaksanakan Kegiatan Kepolisian

a. Terpeliharanya dan tetap dipertahankannya situasi Kamtibmas yang mantap dan terkendali;

b. Pulihnya situasi kamtibmas yang terganggu;

c. Terciptanya masyarakat yang samapta dalam Binkamtibmas;

d. Terlaksananya pelayanan Polri terhadap masyarakat dengan baik.

2. Ciri-Ciri Kegiatan Kepolisian

a. Dilaksanakan sepanjang hari selama tahun;

b. Sasaran adalah seluruh ancaman kamtibmas (PG, AG, GN);

c. Daerah/batas wilayah kegiatan meliputi seluruh wilayah hukum Republik Indonesia dan daerah-daerah lainnya yang mengikuti azas nasional aktif dari undang-undang nasional yang berlaku sebagaimana tercantum dalam KUHP dan KUHAP;

d. Menggunakan anggaran rutin dalam DIPA;

e. Organisasi tugasnya mengikuti struktur organisasi dan HTCK Polri yang berlaku;

f. Tidak menggunakan sandi;

g. Pengendalian dilaksanakan oleh kepala kesatuan dan para atasan serta satuan atasan secara hirarkhi.

Dalam pelaksanaan kegiatan kepolisian tidak membuat posko sendiri akan tetapi memanfaatkan ruang posko sehari-hari yang tersedia berikut kelengkapannya untuk dijadikan pusat Komando, Kendali, Komunikasi dan Informasi (K3I).

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 29 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA 3. Sasaran Kegiatan Kepolisian

a. Dilihat dari bentuk sasarannya adalah seluruh ancaman kamtibmas yang terdiri dari:

1) Potensi Gangguan;

2) Ambang Gangguan;

3) Gangguan Nyata.

b. Dilihat dari bobot ancamannya terdiri dari:

1) Sasaran selektif yang diprioritaskan (di luar sasaran operasi Kepolisian);

2) Sasaran selektif;

3) Sasaran rutin (di luar 1 dan 2).

4. Sasaran Selektif

Dari hal-hal yang menjadi acuan sebagaimana tersebut di atas kemudian diurut menjadi Sasaran Selektif berdasarkan urutan prioritas untuk menjadi kegiatan kesatuan kita.

Sasaran selektif merupakan hal-hal yang merupakan perhatian / obyek dari tugas operasional yang dipilih berdasarkan nilai bobot dari segi kamtibmas dikaitkan dengan situasi dan kondisi / keadaan satuan. Sebab tidak semua daftar kegiatan yang membutuhkan penanganan Polri dapat kita kerjakan semuanya sehubungan dengan keterbatasan sumber daya di kesatuan kita.

Sasaran selektif menjadi titik awal penyusunan konsep operasional satuan Polri utamanya dalam pembuatan perencanaan.

Namun untuk menyusun rencana kegiatan bulanan, mingguan dan harian pada tahun anggaran berjalan maka selain berpedoman kepada rencana kerja (yang merupakan rencana kerja tahunan) yang telah ditetapkan, para pimpinan di unit kerjanya perlu pula memperhatikan dinamika yang terjadi pada tahun anggaran berjalan. Dinamika masyarakat / kejadian dewasa ini sedemikian cepatnya, yang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi sehingga turut mempengaruhi kondisi kamtibmas di suatu wilayah.

Untuk itu, sasaran selektif yang dituangkan dalam rencana kegiatan bulanan, mingguan dan harian pada tahun anggaran berjalan harus pula memperhatikan update/ kondisi terkini dari:

a. Kerawanan daerah (dinamika asta gatra);

b. Kalender Kamtibmas;

c. Kegiatan masyarakat insidentil (diketahui sendiri oleh polisi, laporan masyarakat, perizinan, informasi instansi samping);

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 30 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

d. Hasil kegiatan operasional yang dilaksanakan sehari-hari oleh fungsi-fungsi Kepolisian;

e. Analisa dan evaluasi Kamtibmas;

f. Perkiraan perkembangan situasi.

5. Cara Menentukan Sasaran

Penentuan sasaran kegiatan Kepolisian mempunyai peranan yang akan menentukan bagaimana cara bertindak dan jumlah kekuatan yang akan digunakan.

Sasaran yang telah ditetapkan tersebut kemudian disusun dalam produk-produk tertulis (rengiat) untuk dijadikan arah bagi setiap pelaksanaan kegiatan kepolisian. Untuk sasaran-sasaran dalam satu tahun anggaran disusun dalam rencana kerja.

Hal-hal yang menjadi acuan dan wajib dipahami lebih dahulu sebelum menentukan sasaran adalah sebagai berikut:

a. Potensi Gangguan

Potensi gangguan ada di kondisi Asta Gatra (geografi, demografi, sumber daya alam, ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, hankam) yang berpengaruh pada timbulnya gangguan kamtibmas yang berbentuk ambang gangguan dan gangguan nyata. Potensi gangguan tersebut merupakan faktor-faktor yang secara umum berpengaruh pada timbulnya gangguan Kamtibmas.

Tingkat potensinya dapat dikurangi/ditiadakan antara lain melalui perbaikan-perbaikan, pengaturan, penyuluhan dan penerangan.

Contoh-contoh potensi gangguan Kamtibmas yang diperkirakan ada untuk tiap gatra:

1) Geografi

a) Status hukum batas wilayah;

b) Perubahan Iklim;

c) Posisi di jalur gunung berapi aktif;

d) Aktifitas lapisan bumi;

e) Wilayah terpencil;

f) Luas wilayah, dll.

2) Demografi

a) Ledakan pertumbuhan penduduk;

b) Persebaran penduduk yang tidak merata;

c) Heterogenitas penduduk yang tinggi;

d) Komposisi penduduk asli dan pendatang;

e) Administrasi penduduk yang tidak tertib, dll.

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 31 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA 3) Sumber daya alam

a) Potensi pertambangan pada wilayah tanah adat;

b) Potensi perikanan baik di wilayah laut, sungai dan tambak;

c) Potensi air dan sumber mata air;

d) Pengelolaan hutan;

e) Pengelolaan tanah, dll.

4) Ideologi

a) Pengaruh paham yang tidak sesuai dengan ideologi negara seperti komunisme, fundamentalis agama, dll;

b) Belum mantapnya penanaman dan pemahaman Pancasila sebagai ideologi negara.

5) Politik

a) Hubungan antar aparatur pemerintah/negara yang tidak harmonis;

b) Birokrasi yang buruk;

c) Sentimen kedaerahan/kesukuan untuk jabatan birokrasi dan politis;

d) Kehidupan demokrasi yang belum mantap;

e) Aspirasi politik masyarakat yang tidak tersalurkan;

f) Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah yang rendah.

6) Ekonomi

a) Kenaikan harga;

b) Keterbatasan ketersediaan lapangan kerja;

c) Isu-isu di bidang ekonomi yang membuat kepanikan;

d) Daya beli masyarakat yang rendah;

e) Kesenjangan sosial yang tajam;

f) Dominasi ekonomi, dll.

7) Sosial budaya

a) Kurangnya pembauran di lingkungan masyarakat b) Konsep-konsep pendidikan eksklusif

c) Konsep-konsep pemukiman eksklusif d) Sentimen SARA

e) Munculnya berbagai aliran-aliran di kalangan agama maupun kepercayaan, dll.

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 32 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA 8) Hankam

a) Pola pikir pencapaian tujuan melalui Pendekatan kekerasan secara kolektif;

b) Isu pelanggaran HAM;

c) Rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum oleh aparat penegak hukum;

d) Pemanfaatan media massa untuk mendiskreditkan aparat hukum dan pemerintah.

b. Ambang Gangguan

Ambang gangguan merupakan keadaan, peristiwa, situasi, kondisi lingkungan yang faktual/nyata yang merupakan peluang/sumber terjadinya gangguan Kamtibmas. Ambang gangguan dapat pula dikatakan sebagai hal-hal nyata yang dihadapi yang apabila tidak diatasi akan menjadi gangguan Kamtibmas.

Ambang gangguan ada yang dalam keadaan statis, contohnya: perempatan jalan.

Namun ada pula yang ada dalam keadaan dinamis, contohnya : keramaian umum dan pasar.

Tingkat potensinya dapat dikurangi atau ditiadakan melalui:

perbaikan-perbaikan, pengaturan-pengaturan, penyuluhan dan penerangan serta kehadiran polisi secara fisik.

Contoh:

1) Ada yang dikurangi/ditiadakan melalui perbaikan-perbaikan

a) Orang gila;

b) Tikungan tertutup/tajam;

c) Tempat penyeberangan di sungai-sungai arus deras/dalam;

d) Obyek-obyek yang tidak ada pengamanan fisik.

2) Ada yang dikurangi/ditiadakan melalui pengaturan yang lebih sempurna

a) Bangunan kosong;

b) Gudang;

c) Lokalisasi;

d) Tempat pedagang kaki lima;

e) Jalan menurun / menanjak yang terjal;

f) Kerumunan orang.

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 33 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA 3) Ada yang dikurangi/ditiadakan melalui

penyuluhan-penyuluhan

a) Kebiasaan ngebut para pengemudi;

b) Residivis;

c) Penjudi;

d) Tukang loak, dll.

4) Ada yang dikurangi/ditiadakan melalui kehadiran Polisi secara fisik

a) Pompa bensin;

b) Pelabuhan;

c) Terminal;

d) Stasiun KA;

e) Keramaian, dll.

c. Gangguan Nyata

Gangguan nyata merupakan gangguan kamtibmas yang terjadi baik berupa tindak pidana, pelanggaran, gangguan terhadap ketentraman / ketertiban umum dan bencana.

Data gangguan nyata selalu dilaporkan secara rutin (harian dan bulanan) dan secara insidentil berjenjang kepada satuan atasan dan data tersebut tersimpan di kesatuan-kesatuan kewilayahan.

1) Derajat ancaman berdasarkan kondisinya dibedakan menjadi 3, yaitu:

a) Aman

Yaitu suatu keadaan dimana gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat serta pelanggaran hukum yang apabila tidak segara diatasi dapat berkembang menjadi ancaman terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang divisualisasikan dengan warna hijau.

b) Rawan

Yaitu suatu keadaan dimana gangguan keamanan dan ketertiban serta pelanggaran hukum yang apabila tidak segera diatasi dapat berkembang menjadi ancaman terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang divisualisasikan dengan warna kuning.

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 34 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA c) Bahaya

Yaitu suatu keadaan dimana intensitas pelanggaran dan kejahatan serta kualistas ancaman yang meresahkan masyarakat dapat mengganggu kredibilitas pemerintah dan/atau yang mengarah kepada disintegrasi bangsa yang divisualisasikan dengan warna merah.

2) Bobot ancaman dibedakan menjadi 3 hal sebagai berikut:

a) Ringan

Yaitu merupakan suatu bentuk ancaman Kamtibmas yang terjadi secara umum berpengaruh terhadap rasa nyaman dan damai yang penanggulangannya dilakukan dengan mengedepankan tindakan preemtif dan preventif.

b) Sedang

Yaitu merupakan suatu bentuk ancaman Kamtibmas yang terjadi berpengaruh terhadap rasa damai dan bila tidak diatasi akan menjadi gangguan Kamtibmas yang penanggulangannya dilakukan dengan mengedepankan tindakan preventif.

c) Berat

Yaitu merupakan suatu bentuk gangguan Kamtibmas yang terjadi dan mengganggu

keamanan dan ketertiban dan

penanggulangannya mengedepankan tindakan penegakkan hukum.

6. Karakteristik dan kerawanan daerah a. Karakteristik Daerah

Ciri khas daerah dilihat dari aspek Asta Gatra (geografi, demografi, SDA, ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, hankam). Ciri khas daerah bukan berupa data tetapi hasil pengamatan terhadap Asta Gatra, misalnya:

1) Geografi : ilmu yang mempelajari tentang lokasi serta persamaan, dan perbedaan (variasi) keruangan atas fenomena fisik dan manusia diatas permukaan Bumi.

Contoh: apabila musim hujan terjadi bencana tanah longsor, banjir, dll.

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 35 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

2) Demografi : ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan Manusia.

Contoh: tingkat pengangguran tinggi,kepadatan penduduk,Etnisitas,warna kulit, bentuk mata, rambut, postur tubuh, dll.

3) Sosbud : totalitas nilai, tata sosial, dan tata laku manusia yang mewujudkan pandangan hidup dalam segi kehidupan Manusia.

Contoh: sifat-sifat penduduk, dialek, nama dll.

Kegunaanya adalah untuk melakukan pendekatan (approach) dalam pelaksanaan tugas dan untuk menyesuaikan teknik dan taktik dalam pelaksanaan tugas.

b. Kerawanan Daerah

Kerawanan daerah adalah tingkatan keadaan suatu daerah yang diukur dari banyak/sedikitnya PG, AG dan GN.

Kerawanan daerah digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam menentukan sasaran kegiatan/operasi kepolisian dan pola penanggulangan.

1) Karakteristik Kerawanan Daerah (Kakerda)

Karakteristik kerawanan daerah adalah banyak sedikitnya PG, AG dan GN dilihat dari aspek Asta Gatra daerah tersebut. Visualisasi kakerda ke dalam bentuk peta kerawanan daerah yang diberi warna sesuai dengan tingkat kerawanannya akan sangat memudahkan petugas maupun para supervisor memahami kondisi kamtibmas suatu wilayah.

2) Kalender Kamtibmas

Kalender kamtibmas merupakan peristiwa, kejadian, kegiatan masyarakat atau pemerintahan yang secara periodik menurut daur waktu berulang dan perlu mendapatkan perhatian Polri, misalnya : Idul Fitri, Natal. Jenis kalender Kamtibmas dapat berupa kalender tahunan, bulanan, mingguan dan harian.

Kegunaan kalender kamtibmas adalah untuk menentukan sasaran selektif serta untuk keperluan penugasan dan penindakan selektif.

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 36 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA 7. Penyusunan Kekuatan

Kekuatan yang digunakan dalam Kegiatan Kepolisian adalah seluruh kekuatan operasional kepolisian yang tergelar dalam kesatuan kewilayahan. Dalam pelaksanaannya, penggunaan kekuatan-kekuatan tersebut harus mencerminkan keterpaduan fungsi dalam menangani sasaran-sasaran yang telah ditentukan.

Jumlah kekuatan yang akan dilibatkan memiliki keterkaitan yang erat dengan sasaran terpilih dan cara bertindak yang dipilih.

8. Cara Bertindak

a. Penangkalan (preemtif) yaitu Penanganan terhadap sasaran Potensi Gangguan/Pembiakan Dini oleh fungsi Kepolisian yang mengemban fungsi Bimbingan Masyarakat (bimmas) dan fungsi Intelkam.

b. Pencegahan (preventif) yaitu penanganan terhadap Ambang Gangguan oleh Polisi berseragam pengemban fungsi Samapta, Lalu Lintas, polisi perairan/udara.

c. Penindakan/Penegakan Hukum (represif) penanganan yang dilakukan terhadap sasaran Gangguan Nyata, oleh pengemban fungsi reserse, Samapta, Lalu Lintas, Perairan/Udara maupun Brigade Mobil.

9. Pengawasan dan Pengendalian

Dilakukan semenjak perencanaan sampai dengan pelaksanaan dan penyelesaian tugas secara fungsional oleh para unsur atasan dengan penanggung jawab akhir adalah kepala satuan kewilayahan setempat, dilakukan dengan menerapkan metode-metode antara lain rapat staf, gelar operasional, gelar perkara, supervisi wasrik, pengendalian di lapangan, arahan dan petunjuk, serta laporan-laporan dengan perangkat pengendalian seperti piranti-piranti lunak untuk pengendalian, piranti keras (alkom) dan lain-lain.

10. Produk Tertulis dalam Kegiatan Kepolisian a. Dalam rangka perencanaan

1) Tingkat Mabes, Polda, Polres

Perkiraan keadaan (kirka) intelijen, petunjuk perencanaan (sampai tingkat Polda), Rancangan Rencana Kerja (sampai tingkat Polres), Rencana Kerja, Program Kegiatan, Rencana Kegiatan (bulanan, mingguan, harian).

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 37 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA 2) Tingkat Polsek

Rencana Kegiatan (bulanan, mingguan, harian).

b. Dalam rangka pengorganisasian

Mabes Polri mengeluarkan : pokok-pokok organisasi dan prosedur di lingkungan Polri, DSP, HTCK, pertelaan tugas (yang dibuat oleh satuan bawahan)

c. Dalam rangka pelaksanaan

1) Tingkat Mabes, polda, polres : perkiraan cepat, surat perintah, produk tertulis yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2) Tingkat polsek : surat perintah, produk tertulis yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

d. Dalam Rangka Pengendalian

1) Tingkat Mabes, Polda, Polres : `laporan berkala, laporan gelar operasional, laporan khusus, arahan dan petunjuk.

2) Tingkat polsek : laporan berkala tentang pelaksanaan tugas, laporan khusus.

11. Manajemen Kegiatan Kepolisian a. Perencanaan

1) Tingkat Mabes sampai Polres

a) Pembuatan perkiraan keadaan intel tahunan yang dibuat oleh pejabat fungsi intel untuk dijadikan dasar dalam pembuatan Rencana Kerja;

b) Penyusunan petunjuk perencanaan (tingkat mabes dan polda) yang dibuat oleh fungsi perencanaan;

c) Penyusunan rancangan renja yang dibuat sebelum rapat kerja bidang operasional oleh masing-masing fungsi pengemban perencanaan dari tingkat mabes sampai dengan polres;

d) Pembuatan Rancangan Renja bidang operasional yang memuat sasaran-sasaran yang akan dihadapi serta arahan tentang pelaksanaan tugas operasional dan latihan oleh fungsi ops;

e) Raker bidang operasional secara berjenjang dari tingkat mabes ditindaklanjuti sampai tingkat polres di awal tahun anggaran dengan materi :

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 38 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

anev tahunan tentang situasi kamtibmas, pelaksanaan dan hasil Kegiatan/Operasi Kepolisian, petunjuk perencanaan dan kebijakan pimpinan, set-up Kegiatan/Operasi Kepolisian dilanjutkan sampai dengan pengesahan rancangan renja.

2) Tingkat Polsek

a) Penyusunan kalender Kamtibmas serta daftar kegiatan masyarakat dan pemerintah;

b) Penyusunan rencana kegiatan (bulanan, mingguan, harian).

b. Pengorganisasian

Penyusunan kekuatan operasional kepolisian menurut struktur organisasi Polri yang berlaku. Menggunakan HTCK dan pertelaan tugas (job description) yang telah ditetapkan.

c. Pelaksanaan 1) Persiapan

a) Bidang administrasi dan logistik dengan kegiatan (1) Penyiapan surat perintah, lembar

penugasan, format-format yang diperlukan dan dokumen lain yang berlaitan dengan pelaksanaan tugas;

(2) Penyiapan alat utama, alat khusus dan sarana pendukungnya;

(3) Penyaluran dukungan anggaran.

b) Bidang Fisik

(1) Melaksanakan latihan/drill bagi anggota pelaksana Kegiatan Kepolisian untuk memberi ke an, kemahiran dan keterampilan dalam menghadapi sasaran;

(2) Pemberian motivasi untuk meningkatkan moril anggota;

(3) Melaksanakan apel kekuatan.

2) Pelaksanaan Kegiatan Kepolisian

a) Melaksanakan seluruh rangkaian Kegiatan Kepolisian dengan menggerakkan seluruh kekuatan operasional ke arah sasaran yang telah ditentukan sesuai dengan rencana kegiatan yang telah disusun.

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 39 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA b) Melaksanakan Acara Arahan Pimpinan.

c) Pelaksanaan back up kegiatan oleh satuan atas kepada satuan bawahan apabila diperlukan.

Dasarnya adalah atas permintaan kesatuan bawahan atau penilaian pimpinan satuan atasan.

Bentuk back up yang dapat diberikan antara lain:

(1) Arahan dan petunjuk-petunjuk;

(2) Bantuan teknis, yaitu pemberian bantuan secara teknis dan secara fisik dengan pemberian bantuan tenaga ahli serta peralatannya;

(3) Bantuan taktis, yaitu pemberian bantuan kekuatan personel dimana kodal masih dipegang oleh satuan penerima bantuan.

d) Pengalihan tugas dan tanggung jawab atas penanganan suatu sasaran oleh kesatuan atasan terhadap kesatuan bawahan dengan dasar pertimbangan:

(1) Adanya lapis-lapis kemampuan dan lapis kekuatan serta bobot sasaran yang dihadapi baik secara kuantitatif maupun kualitatif sehingga perlu ditarik ke kesatuan atas. Sesuai konsep terbaru satuan atas lebih bersifat mem-backup dengan tetap memberdayakan satuan kewilayahan.

(2) Locus delicti (TKP) suatu tindak pidana terjadi pada lebih dari satu wilayah yuridiksi/melibatkan beberapa wilayah kesatuan kewilayahan dalam penanganannya.

(3) Masalah-masalah atau peristiwa yang mempunyai dampak nasional atau internasional.

(4) Masalah-masalah atau kasus-kasus yang melibatkan orang atau pelaku yang memiliki kualifikasi tertentu (VIP, tokoh terkemuka, dll).

(5) Apabila terjadi permasalahan antar kesatuan kewilayahan.

(6) Apabila kesatuan bawah kurang/tidak mencukupi menghadapi sasaran tertentu.

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 40 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA d. Pengendalian

Upaya pengendalian dimaksudkan untuk memelihara arah dan gerak dinamika pelaksanaan Kegiatan Kepolisian dalam rangka pencapaian tujuan secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana.

Pengendalian dilaksanakan mulai pada tahap perencanaan, pada tahap pelaksanaan dan tahap penyelesaian tugas.

Pengendalian dilaksanakan oleh : kepala kesatuan, staf yang ditentukan secara fungsional dalam struktur organisasi dan perwira yang ditunjuk.

1) Sasaran Pengendalian

a) Kegiatan yang dilaksanakan;

b) Tingkah laku dan gerakan personel pelaksana kegiatan;

c) Penggunaan anggaran;

d) Penggunaan sarana pendukung;

e) Produk-produk tertulis.

2) Metode Pengendalian a) Gelar operasional;

b) Gelar perkara;

c) Pengendalian langsung (on the spot);

d) Supervisi;

e) Pengawasan dan pemeriksaan (wasrik);

f) Arahan atau petunjuk;

g) Analisa dan Evaluasi;

h) Laporan-laporan.

12. Penyusunan Rencana Kegiatan a. Waktu

1) Untuk rencana kegiatan bulanan diisi mulai minggu pertama sampai minggu keempat atau kelima;

2) Untuk rencana kegiatan mingguan diisi mulai hari senin sampai dengan hari minggu;

3) Untuk rencana kegiatan harian diisi kegiatan dari jam ke jam.

Membuat waktu kegiatan hendaknya tidak hanya mengikuti jam dinas saja, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Dengan demikian maka aktifitas polisi seakan-akan selalu ada selama 24 jam. Oleh karena itu waktu pengaturan tugas fungsi-fungsi yang ada diatur seefektif mungkin.

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 41 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA b. Sasaran

Diisi dengan tiga macam sasaran, yaitu Potensi gangguan, ambang gangguan dan gangguan nyata sesuai dengan sasaran dari fungsi masing-masing:

1) Fungsi Reskrim akan lebih sering menentukan sasaran dalam wujud gangguan nyata berupa kasus tindak pidana yang terjadi di wilayah tugasnya.

2) Fungsi Intelkam akan lebih sering menentukan sasaran dalam wujud potensi gangguan, contohnya kisaran suara di masyarakat tentang rencana kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM (Bahan Bakar Minyak).

3) Fungsi Sabhara akan lebih sering menentukan sasarannya dalam wujud ambang gangguan, misalnya lokasi keramaian yang ada di wilayahnya atau lokasi yang sering terjadi pemalakan guna mencegah terjadinya kejadian serupa di lokasi tersebut.

4) Fungsi Lalu Lintas akan lebih sering menentukan sasarannya yang berwujud ambang gangguan dan gangguan nyata contohnya adalah kemacetan lalu lintas, kebut-kebutan

5) Fungsi Bimmas akan lebih sering menentukan sasarannya yang berwujud potensi gangguan dan ambang gangguan, contohnya adalah kerumunan anak muda di pinggir jalan.

Dalam penentuan sasaran pada rencana kegiatan bulanan hendaknya jangan pernah dilupakan sasaran-sasaran kegiatan yang telah ditentukan selama satu tahun dalam buku Rencana Kerja di masing-masing satuan kerja. Sebab pada dasarnya Kegiatan Kepolisian merupakan pelaksanaan dari Rencana Kerja yang telah disusun, diusulkan, disetujui dan mendapatkan pembiayaan dari negara berupa DIPA.

Selanjutnya sasaran pada rencana kegiatan bulanan diuraikan lebih terperinci pada sasaran rencana kegiatan mingguan demikian pula sasaran kegiatan mingguan diurai lebih terperinci pada sasaran kegiatan harian.

Selain itu hendaknya penyusunan sasaran rencana kegiatan dari masing-masing fungsi juga memperhatikan keterpaduan antar fungsi. Contoh : apabila di suatu wilayah polsek A sedang marak kasus pencurian sepeda motor sebagai kasus menonjol di wilayah tersebut maka masing-masing fungsi mengupayakan partisipasi rencana kegiatannya kepada kasus tersebut.

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 42 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 42 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

Dokumen terkait