• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTITAS BUKU MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN. Penyusun : Tim Pokja Lemdiklat Polri T.A Editor:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IDENTITAS BUKU MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN. Penyusun : Tim Pokja Lemdiklat Polri T.A Editor:"

Copied!
193
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN

Penyusun :

Tim Pokja Lemdiklat Polri T.A. 2018

Editor:

1. Kombes Pol Dr. S.M Handayani, M.Si.

2. AKBP Henny Wuryandari, S.H.

3. IPDA Harinur Seda, S.Si.

4. Bripda Aries Adi Susanto.

Hanjar Pendidikan Polri

Sekolah Pembentukan Perwira

Diterbitkan oleh:

Bagian Kurikulum Bahan Ajar Pendidikan dan Pembentukan Biro Kurikulum

Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri Tahun 2018

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang menggandakan sebagian atau seluruh isi Bahan Ajar (Hanjar) Pendidikan Polri ini, tanpa izin tertulis dari Kalemdiklat Polri.

(4)

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN vii SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

DAFTAR ISI

Cover ... i

Sambutan Kalemdiklat Polri ... ii

Keputusan Kalemdiklat Polri ... iv

Identitas Buku ... vi

Daftar Isi ... vii

Pendahuluan ... 1

Standar Kompetensi ... 2

MODUL 1 SISTEM OPERASIONAL KEPOLISIAN ... 3

Pengantar ... 3

Kompetensi Dasar ... 3

Materi Pelajaran ... 4

Metode Pembelajaran ... 4

Alat/Media Bahan, dan Sumber Belajar ... 4

Kegiatan Pembelajaran ... 5

Tagihan/Tugas ... 6

Lembar Kegiatan ... 6

Bahan Bacaan ... 7

1. Pengertian yang berkaitan dengan sistem operasional Polri ... 7

2. Visi dan misi Polri ... 8

3. Azas dan prinsip sisopsnal Polri ... 10

4. Sifat operasional ... 11

5. Pokok-pokok sisopsnal Polri ... 12

6. Tugas operasional kepolisian ... 12

(5)

viii MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN

SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

7. Langkah-langkah manajerial ... 15

8. Tataran kewenangan dan tanggung jawab ... 18

Rangkuman ... 21

Latihan ... 23

MODUL 2 MANAJEMEN KEGIATAN KEPOLISIAN ... 24

Pengantar ... 24

Kompetensi Dasar ... 24

Materi Pelajaran ... 25

Metode Pembelajaran ... 25

Alat/Media Bahan, dan Sumber Belajar ... 26

Kegiatan Pembelajaran ... 26

Tagihan/Tugas ... 27

Lembar Kegiatan ... 27

Bahan Bacaan ... 28

1. Tujuan dilaksanakannya kegiatan kepolisian ... 28

2. Ciri-ciri kegiatan kepolisian ... 28

3. Sasaran kegiatan kepolisian ... 29

4. Sasaran selektif ... 29

5. Cara menentukan sasaran ... 30

6. Karakteristik dan kerawanan daerah ... 34

7. Penyusunan kekuatan ... 36

8. Cara bertindak ... 36

9. Pengawasan dan pengendalian ... 36

10. Produk tertulis dalam kegiatan kepolisian ... 36

11. Manajemen kegiatan kepolisian ... 37

(6)

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN ix SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

12. Penyusunan rencana kegiatan ... 40

13. Keterkaitan kegiatan kepolisian dengan operasi kepolisian ... 43

Rangkuman ... 45

Latihan ... 48

MODUL 3 MANAJEMEN OPERASI KEPOLISIAN ... 49

Pengantar ... 49

Kompetensi Dasar ... 49

Materi Pelajaran ... 50

Metode Pembelajaran ... 50

Alat/Media Bahan, dan Sumber Belajar ... 51

Kegiatan Pembelajaran ... 51

Tagihan/Tugas ... 52

Lembar Kegiatan ... 52

Bahan Bacaan ... 53

1. Pengertian-pengertian dalam operasi kepolisian ... 53

2. Prinsip-prinsip dalam manajemen operasi kepolisian ... 54

3. Pedoman dasar manajemen operasi kepolisian ... 55

4. Jenis operasi kepolisian ... 56

5. Sifat operasi kepolisian ... 57

6. Bentuk operasi kepolisian ... 58

7. Manajemen operasi kepolisian terpusat ... 60

8. Manajemen opesasi kepolisan kewilayahan ... 65

9. Tugas dan tanggung jawab pejabat pelaksana operasi kepolisian ... 74

10. Sarana prasarana dan anggaran operasi kepolisian .... 78

(7)

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN x SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

11. Latihan pra oprasi ... 79

Rangkuman ... 82

Latihan ... 84

MODUL 4 MANAJEMEN KERJA SAMA KEPOLISIAN ... 85

Pengantar ... 85

Kompetensi Dasar ... 85

Materi Pelajaran ... 86

Metode Pembelajaran ... 86

Alat/Media Bahan, dan Sumber Belajar ... 87

Kegiatan Pembelajaran ... 87

Tagihan/Tugas ... 88

Lembar Kegiatan ... 88

Bahan Bacaan ... 89

1. Pengertian-pengertian dalam kerja sama kepolisian .... 89

2. Jenis penyelenggaraan kerja sama Polri ... 90

3. Bentuk kerja sama ... 91

4. Hubungan kerja dan koordinasi ... 92

5. Mekanisme tahapan kerja sama dalam negeri ... 94

6. Tahapan kerja sama dalam negeri ... 96

7. Mekanisme tahapan kerja sama luar negeri ... 99

8. Tahapan kerja sama luar negeri ... 100

9. Penandatanganan naskah kerja sama ... 103

10. Pelaksanaan kerja sama ... 104

11. Penyusunan naskah kerja sama ... 106

Rangkuman ... 108

(8)

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN xi SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

Latihan ... 111

MODUL 5 Tactical Games Operasional Polri ... 112

Pengantar ... 112

Kompetensi Dasar ... 112

Materi Pelajaran ... 113

Metode Pembelajaran ... 113

Alat/Media Bahan, dan Sumber Belajar ... 114

Kegiatan Pembelajaran ... 114

Tagihan/Tugas ... 116

Lembar Kegiatan ... 116

Bahan Bacaan ... 116

1. Pengertian-pengertian yang berkaitan dengan tactical games operasional Polri ... 116

2. Tujuan pengaturan tactical games operasional Polri ... 118

3. Prinsip tactical games operasional Polri ... 118

4. Jenis tactical games operasional Polri ... 118

5. Bentuk tactical games operasional Polri ... 119

6. Tingkat tactical games operasional Polri ... 119

7. Sifat tactical games operasional Polri ... 119

8. Manajemen tactical games operasional Polri ... 120

9. Sarana prasarana dan anggaran tactical games operasional Polri ... 131

Rangkuman ... 131

Latihan ... 133

MODUL 6 SISTEM LAPORAN GANGGUAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT ... 134

(9)

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN xii SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

Pengantar ... 134

Kompetensi Dasar ... 134

Materi Pelajaran ... 135

Metode Pembelajaran ... 135

Alat/Media Bahan, dan Sumber Belajar ... 136

Kegiatan Pembelajaran ... 136

Tagihan/Tugas ... 137

Lembar Kegiatan ... 137

Bahan Bacaan ... 138

1. Pengertian sistem laporan gangguan kamtibmas ... 138

2. Prinsip-prinsip sislap gangguan kamtibmas ... 139

3. Cara pengumpulan data gangguan kamtibmas ... 139

4. Pengolahan data gangguan kamtibmas ... 140

5. Penyajian informasi ... 140

6. Penggunaan informasi ... 141

7. Panel data ... 142

8. Maksud dan penggunaan panel data ... 147

9. Rumus data gangguan kamtibmas ... 148

10. Penyajian data ... 151

11. Format laporan ... 153

12. Tanda-tanda taktis polri ... 154

Rangkuman ... 172

Latihan ... 174

MODUL 7 GELAR OPERASIONAL ... 175

Pengantar ... 175

(10)

xiii MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN

SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

Kompetensi Dasar ... 175

Materi Pelajaran ... 175

Metode Pembelajaran ... 176

Alat/Media Bahan, dan Sumber Belajar ... 176

Kegiatan Pembelajaran ... 177

Tagihan/Tugas ... 178

Lembar Kegiatan ... 178

Bahan Bacaan ... 179

1. Pengertian gelar operasional ... 179

2. Pelaksanaan gelar operasional ... 179

3. Gelar operasional kegiatan Kepolisian ... 180

4. Gelar operasional operasi Kepolisian ... 181

Rangkuman ... 183

Latihan ... 183

(11)

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 1 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

MODUL

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN (MOP)

30 JP (1350 Menit)

Pendahuluan

Dalam rangka melaksanakan tugas pokok Polri di era reformasi ini, maka diperlukan manajemen operasional Polri yang disusun secara terencana sistematis dan bersinergi, guna terpeliharanya Kamtibmas demi terwujudnya Keamanan dalam Negeri (Kamdagri). manajemen operasional Polri yang berlaku selama ini diajarkan kepada para peserta didik selalu disesuaikan dengan perkembangan masyarakat dan kebijakan terbaru pimpinan Polri yang Professional Modern Terpercaya (PROMOTER) dengan melandaskan kepada arah kebijakan strategis Presiden RI dalam rangka meningkatkan pelayanan Polri kepada masyarakat dengan program (nawacita) yang menitik beratkan kepada pemeliharaan kemanan dan ketertiban masyarakat.

Materi pelajaran MOP disusun dengan memperhatikan perkembangan lingkungan strategis yang terjadi baik berupa tantangan tugas maupun kebijakan-kebijakan terbaru pimpinan Polri dalam penyelenggaraan operasional Polri yang senantiasa dinamis agar materi pelajaran yang diberikan kepada para peserta didik senantiasa mengikuti perkembangan terkini (up-to-date) dan relevan dengan kebutuhan dalam pelaksanaan tugas di lapangan.

Materi yang akan diberikan kepada peserta didik yaitu sistem operasional kepolisian, manajemen kegiatan kepolisian,

(12)

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 2 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

Standar Kompetensi

Memahami dan menerapkan manajemen operasional kepolisian dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas kepolisian.

(13)

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 3 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

MODUL

01

SISTEM OPERASIONAL KEPOLISIAN

4 JP (180 menit)

Pengantar

Dalam modul ini membahas tentang pengertian-pengertian yang berkaitan dengan sistem operasional Polri, visi dan misi Polri, azas dan prinsip sisopsnal Polri, sifat operasional, pokok-pokok sisopsnal Polri, tugas operasional Kepolisian, langkah-langkah manajerial serta tataran kewenangan dan tanggung jawab Polri.

Tujuan agar peserta didik memahami sistem operasional Polri.

Kompetensi Dasar

Memahami sistem operasional Polri.

Indikator hasil belajar:

1. Menjelaskan pengertian yang berkaitan dengan sistem operasional Polri;

2. Menjelaskan visi dan misi Polri;

3. Menjelaskan azas dan prinsip sisopsnal Polri;

4. Menjelaskan sifat operasional;

5. Menjelaskan pokok-pokok sisopsnal Polri;

6. Menjelaskan tugas operasional kepolisian;

7. Menjelaskan langkah-langkah manajerial;

8. Menjelaskan tataran kewenangan dan tanggung jawab.

(14)

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 4 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

Materi Pelajaran

Pokok Bahasan:

Sistem operasional Polri.

Subpokok Bahasan:

1. Pengertian yang berkaitan dengan sistem operasional Polri;

2. Visi dan misi Polri;

3. Azas dan prinsip sisopsnal Polri;

4. Sifat operasional;

5. Pokok-pokok sisopsnal Polri;

6. Tugas operasional kepolisian;

7. Langkah-langkah manajerial;

8. Tataran kewenangan dan tanggung jawab.

Metode Pembelajaran

1. Metode Ceramah.

Metode ini digunakan untuk menyampaikan materi tentang sistem operasional kepolisian.

2. Metode Brainstorming.

Metode ini digunakan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik mengemukakan pendapat tentang materi yang disampaikan.

3. Metode Tanya Jawab.

Metode ini digunakan pendidik untuk bertanya dan menjawab kepada peserta didik dalam rangka mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik tentang materi yang di sampaikan.

4. Metode Penugasan.

Metode ini digunakan untuk memberikan tugas kepada peserta didik yang berkaitan dengan materi yang disampaikan.

Alat/Media, Bahan dan Sumber Belajar

1. Alat/Media:

a. Whiteboard;

b. laptop;

c. LCD in focus;

d. OHP;

e. slide;

f. Flashdisk.

(15)

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 5 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA 2. Bahan:

a. Kertas;

b. Alat Tulis.

3. Sumber Belajar:

a. Perkap Nomor 03 Tahun 2009 tentang Sistem Operasional Kepolisian Republik Indonesia.

b. Perkap nomor 6 tahun 2017 tentang susunan organisasi dan tata kerja satuan organisasi pada tingkat markas besar kepolisian negara Republik Indonesia.

Kegiatan Pembelajaran

1. Tahap awal : 10 menit Pendidik melaksanakan :

a. Membuka kelas dan memberikan salam;

b. Perkenalan;

c. Pendidik menyampaikan tujuan dan materi yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran.

2. Tahap inti : 150 Menit.

a. Pendidik menjelaskan materi tentang Sistem Operasional Polri;

b. Pendidik menggali pendapat tentang materi yang telah disampaikan;

c. Peserta didik merespon secara aktif kegiatan pembelajaran dengan metode tanya jawab;

d. Pendidik memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya atau menanggapi materi;

e. Pendidik menyimpulkan materi pelajaran yang telah diberikan;

3. Tahap akhir : 20 menit a. Cek penguatan materi

Pendidik memberikan ulasan dan penguatan materi secara umum.

b. Cek penguasaan materi

Pendidik mengecek penguasaan materi yang telah

(16)

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 6 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA disampaikan.

c. Keterkaitan mata pelajaran dengan pelaksanaan tugas

Pendidik menggali manfaat yang bisa diambil dari materi yang telah disampaikan.

d. Pendidik menugaskan peserta didik untuk meresume materi yang telah diberikan.

Tagihan/Tugas

Peserta didk mengumpulkan hasil resume tentang materi yang telah disampaikan.

Lembar Kegiatan

Pendidik menugaskan peserta didik membuat resume tentang materi yang telah disampaikan.

(17)

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 7 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

Bahan Bacaan

SISTEM OPERASIONAL KEPOLISIAN

1. Pengertian yang berkaitan dengan Sistem Operasional Polri a. Sistem Operasional Polri yang selanjutnya disingkat

Sisopsnal Polri adalah suatu keseluruhan fungsi Polri yang terintegrasi dan saling berinteraksi dalam melaksanakan tugas operasional Kepolisian secara berkesinambungan.

b. Kegiatan Kepolisian adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh Polri secara rutin setiap hari dan sepanjang tahun dalam rangka menjaga dan memelihara situasi keamanan dan ketertiban masyarakat.

c. Operasi Kepolisian adalah serangkaian tindakan Polri dalam rangka menanggulangi gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat yang diselenggarakan dalam kurun waktu tertentu, sasaran tertentu, cara bertindak tertentu, kekuatan dan dukungan sumber daya tertentu oleh beberapa fungsi Kepolisian dalam bentuk satuan tugas.

d. Situasi aman adalah suatu keadaan dimana masyarakat dapat melakukan kegiatan tanpa gangguan yang dapat menghambat dalam melakukan aktivitas.

e. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam, dan atau faktor non-alam maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.

f. Kecelakaan adalah keadaan yang terjadi akibat dari kelalaian dan bukan kesengajaan yang membawa korban manusia dan atau harta benda.

g. Gangguan keamanan adalah kejadian yang membawa kerugian, hambatan, rintangan terhadap seseorang, dapat merupakan bahaya bagi orang lain

h. Rencana Kegiatan adalah suatu produk perencanaan yang memuat/berisikan rincian atau suatu kegiatan yang akan dilaksanakan oleh suatu satuan baik kewilayahan maupun satuan fungsi dalam rangka pelaksanaan tugas operasional Kepolisian.

(18)

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 8 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

i. Kalender Kamtibmas adalah suatu catatan peristiwa/

kejadian atau suatu kegiatan masyarakat / pemerintah yang secara berkala menjadi menurut waktu yang sudah dapat ditentukan yang perlu mendapat perhatian Polri guna dijadikan pedoman dalam melaksanakan operasional Polri terutama berkaitan dengan penentuan sasaran, cara bertindak dan pelibatan kekuatan, kalender Kamtibmas meliputi : kalender Tahunan, Bulanan dan Mingguan.

j. Cara bertindak adalah metode penanganan terhadap sasaran yang ditetapkan dan dituangkan dalam Program Kerja Tahunan maupun dalam Rencana Operasi, pada dasarnya merupakan rangkaian tindakan Kepolisian yang sesuai dan menurut cara yang diatur oleh Undang-undang dan dengan menjunjung tinggi Hak Azasi Manusia.

k. Bawah Perintah (BP) adalah suatu bentuk kegiatan pengerahan personil dari satuan atas dan atau dari satuan samping dalam rangka menangani suatu kasus/permasalahan Kamtibmas maupun membantu dalam pelaksanaan operasional Polri dimana kegiatan langsung berada di bawah perintah Kepala Kesatuan penerima bantuan sedangkan dukungan logistik terhadap personil yang di BP kan ditanggung satuan atas.

l. Bawah Kendali Operasi (BKO) adalah suatu bentuk kegiatan pengerahan personil dari satuan atas dan atau dari satuan samping dalam rangka menangani suatu kasus atau permasalahan kamtibmas ataupun membantu pelaksanaan tugas operasional satuan penerima bantuan dimana kegiatannya langsung dibawah kendali operasi kasatwil penerima bantuan dan dukungan logistiknya terhadap personil yang di-BKO-kan ditanggung satuan penerima bantuan

2. Visi dan misi Polri a. Visi polri

1) Terwujudnya Polri yang makin profesional, unggul dan dipercaya masyarakat guna mendukung terciptanya Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian dengan berlandaskan semangat gotong royong (sesuai dengan grand strategi Polri).

2) Terwujudnya Polri yang Profesional, Modern dan Terpercaya(sesuai dengan rencana kerja Polri T.A 2018).

(19)

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 9 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA b. Misi Polri

1) Misi Polri sesuai dengan grand strategi Polri sebagai berikut:

a) mewujudkan pemuliaan dan kepercayaan publik (trust building) dengan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan sampai lini terdepan, melalui konsep “Mabes Kecil, Polda Cukup, Polres Besar, Polsek Kuat.”

b) mewujudkan pemberdayaan kualitas sumber daya manusia Polri yang profesional dan kompeten, yang menjunjung etika dan sendi- sendi hak asasi manusia;

c) meningkatkan motivasi dan kesejahteraan personel Polri (well motivated dan welfare);

d) mewujudkan deteksi aksi melalui kegiatan deteksi dini, peringatan dini dan cegah dini secara cepat akurat dan efektif;

e) mewujudkan pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat dengan pemahaman, kesadaran dan kepatuhan hukum melalui strategi Polmas serta membangun sinergi polisional yang proaktif dengan Kementerian/Lembaga;

f) mewujudkan penegakan hukum yang berkeadilan, menjunjung tinggi HAM dan anti KKN;

g) mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran berlalu lintas;

h) mewujudkan keamanan, keselamatan dan ketertiban di kawasan perairan laut dan danau untuk mendukung visi pembangunan wilayah kemaritiman;

i) mewujudkan teknologi dan sistem informasi kepolisian secara berkelanjutan yang terintegrasi secara menyeluruh (nasional), yang didukung dengan penelitian dan kajian ilmiah, guna lebih mengoptimalkan kinerja Polri;

j) mewujudkan anggota Polri yang kompeten yang dibuktikan dengan sertifikasi kecakapan kecabangan profesi;

k) mewujudkan intelijen kepolisian yang profesional dan kompeten untuk memastikan

(20)

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 10 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

dukungan yang handal bagi keamanan, pencegahan dini krimiminalitas dan pengambilan keputusan yang tepat pada kebijakan keamanan.

2) Misi Polri sesuai dengan rencana kerja Polri T.A 2018 sebagai berikut:

a) Mewujudkan postur Polri yang ideal, efektif dan efisian.

b) meningkatkan kualitas sumber daya manusia Polri melalui pendidikan dan pelatihan.

c) meningkatkan kemampuan pencegahan kejahatan melalui deteksi dini, pemolisian proaktif dan sinergi polisional.

d) meningkatkan stabilitas Kamtibmas dengan didukung oleh seluruh komponen masyarakat.

e) mewujudkan penegakan hukum dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

f) meningkatkan pengawasan dalam rangka mewujudkan Polri yang profesional dan akuntabel.

3. Azas dan Prinsip dalam Sisopsnal Polri a. Azas dalam Sisopsnal Polri yaitu:

1) Azas Legalitas, yaitu setiap kebijakan dan tindakan Kepolisian sesuai dengan peraturan perundang- undangan.

2) Azas Kewajiban (Plicht Matigheid Beginsel) yaitu azas yang menunjuk kepada “Kewajiban Umum” Kepolisian untuk memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat dengan menempatkan kepentingan umum sebagai dasar bertindak.

3) Azas Preventif yaitu adalah tolak ukur keberhasilan Kepolisian tidak hanya didasarkan pada intensitas tindakan penegakkan hukum dan jumlah perkara pidana yang diselesaikan.

4) Azas Partisipasi, yaitu keikutsertaan masyarakat dalam tugas-tugas Kepolisian berkaitan dengan tangkal, cegah, penegakkan hukum terbatas sesuai dengan undang-undang.

5) Azas Subsidiaritas, yaitu azas memberikan peluang kepada Polri untuk mengambil prakarsa dan tindakan pertama dalam pelayanan masyarakat pada saat penanggung jawab teknisnya belum ada.

(21)

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 11 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA b. Prinsip dalam Sisopsnal Polri yaitu:

1) Mengutamakan Pencegahan yaitu suatu sikap dan pandangan yang dilandasi pemikiran bahwa pencegahan lebih baik dari pada pemberantasan / penindakkan.

2) Proaktif yaitu pelaksanakan tugas operasional Polri tidak menunggu sasaran yang akan dihadapi, akan tetapi secara aktif berusaha untuk menemukan permasalahan yang akan dijadikan sasaran tugas.

3) Kenyal yaitu pelaksanaan tugas dilapangan harus luwes, mampu mengidentifikasi dan mengadaptasi setiap gejala dan masalah yang berkembang dalam masyarakat.

4) Menjunjung tinggi HAM dan tidak diskriminatif yaitu setiap anggota Polri wajib menghormati dan menjunjung tinggi HAM dan perlakuan yang sama kepada setiap orang yang dilayani.

5) Kerahasiaan yaitu segala sesuatu yang menurut sifatnya atau menurut perintah pimpinan harus dirahasiakan.

6) Integratif yaitu melibatkan beberapa fungsi Kepolisian dan unsur-unsur diluar Polri yang dilandasi sikap saling memahami peran masing-masing.

7) Proporsional yaitu segala upaya dan tindakan yang diambil harus seimbang dengan tugas, sasaran dan target operasi.

8) Efektif dan efisien yaitu segala upaya dan tindakan yang dilaksanakan dengan mempertimbangkan keseimbangan yang wajar antara hasil yang akan dicapai dengan upaya, sarana dan anggaran yang digunakan.

9) Transparansi yaitu segala upaya dan tindakan yang dilaksanakan secara jelas dan terbuka.

10) Akuntabilitas yaitu segala upaya dan tindakan yang dilaksanakan harus dipertanggung jawabkan.

4. Sifat Operasional Polri

Penyelenggaraan Operasional Polri ditinjau dari sisi tujuannya, bersifat:

a. Penangkalan

Yaitu penyelenggaraan kegiatan yang ditujukan untuk

(22)

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 12 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

mengeliminasi endapan permasalahan kegiatan masyarakat.

b. Pencegahan

Yaitu penyelenggaraan kegiatan yang ditujukan untuk mengeliminasi segala bentuk gangguan keamanan yang belum terjadi tetapi telah menimbulkan rasa kekhawatiran pada masyarakat karena diperkirakan akan terjadi.

c. Penindakan

Yaitu penyelenggaraan kegiatan yang ditujukan untuk menindak kejahatan, pelanggaran, bencana alam dan kecelakaan.

5. Pokok-Pokok Sisopsnal Polri

Pokok-Pokok Sisopsnal Polri dilaksanakan untuk melindungi segenap masyarakat dan harta benda demi terjaminnya:

a. Rasa bebas dari gangguan fisik maupun psikis.

b. Keselamatan diri, hak milik, kehormatan, dan hak-hak lain.

c. Rasa damai dan bebas dari kekhawatiran; dan

d. Keamanan dalam negeri guna mewujudkan pembangunan nasional.

6. Tugas Operasional Kepolisian a. Kegiatan Kepolisian.

1) Sasaran kegiatan Kepolisian meliputi:

a) Potensi Gangguan (PG)

Yaitu segala bentuk gangguan keamanan pada tahap pembiakkan dini berupa endapan permasalahan kegiatan masyarakat yang tidak ditangani secara tuntas sehingga berkembang menjadi keadaan yang semakin memburuk menuju ambang gangguan dan akhirnya menjadi gangguan nyata.

b) Ambang Gangguan (AG)

Yaitu segala bentuk gangguan keamanan yang belum terjadi tetapi telah menimbulkan rasa kekhawatiran pada masyarakat karena diperkirakan akan terjadi.

(23)

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 13 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA c) Ganguan Nyata (GN)

Yaitu segala bentuk kejahatan, pelanggaran, bencana alam dan kecelakaan.

2) Bentuk-bentuk Kegiatan Kepolisian :

a) Melakukan penyelidikan, pengamanan dan penggalangan.

b) Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi, kesadaran dan ketaatan hukum dan peraturan perundang-undangan.

c) Melakukan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan.

d) Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas di jalan.

e) Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum.

f) Melakukan koordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis terhadap Kepolisian khusus, pennyidik pegawai negeri sipil dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.

g) Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang- undangan lainnya.

h) Menyelenggarakan identifikasi Kepolisian, kedokteran Kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi Kepolisian untuk kepentingan tugas Kepolisian.

i) Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat dan lingkungan hidup dari gangguan dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi HAM.

j) Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi dan/atau yang berwenang.

k) Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam lingkup tugas dan wewenang Kepolisian.

(24)

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 14 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

l) Menyelenggarakan kegiatan perpolisian masyarakat (community policing).

m) Melakukan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

b. Operasi Kepolisian.

1) Jenis Operasi Kepolisian : a) Operasi Terpusat

Merupakan operasi Kepolisian yang manajemen operasinya diselenggarakan oleh Mabes Polri yang dapat dilaksanakan oleh : Mabes Polri secara mandiri, Mabes Polri yang melibatkan personel satuan kewilayahan atau Mabes Polri dan satuan kewilayahan.

b) Operasi Kewilayahan

Merupakan operasi Kepolisian yang dilaksanakan pada tingkat Polda atau Polres dan manajemen operasinya diselenggarakan oleh Polda atau Polres.

2) Bentuk Operasi Kepolisian:

a) Intelijen;

b) Pengamanan Kegiatan;

c) Pemeliharaan Keamanan;

d) Penegakan Hukum;

e) Pemulihan Keamanan;

f) Kontinjensi;

g) Pemeliharaan perdamaian dunia.

3) Sasaran Operasi Kepolisian :

Sasaran operasi Kepolisian adalah gangguan keamanan yang terjadi dan dirasakan tidak dapat ditanggulangi melalui kegiatan Kepolisian, meliputi:

a) Permasalahan kehidupan sosial dan lingkungannya yang dapat berkembang menjadi keadaan yang semakin memburuk dan diperkirakan dapat menimbulkan terjadinya ambang gangguan dan/atau gangguan nyata.

b) Kegiatan pemerintah dan masyarakat yang diperkirakan dapat berpotensi kontinjensi.

c) Kejahatan yang menunjukkan kecenderungan meningkat dan meresahkan masyarakat ataupun

(25)

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 15 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

merugikan kepentingan negara serta berbagai bentuk gangguan keamanan akibat kecelakaan dan bencana alam yang menimbulkan korban massal dan kerugian materiil sangat besar.

7. Langkah-langkah Manajerial

Untuk mencapai tujuan operasional sehingga dapat berlangsung efektif dan efisien, penyelenggaraan tugas-tugas operasional Kepolisian dilaksanakan dengan menetapkan fungsi-fungsi manajemen yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian.

a. Perencanaan

Perencanaan merupakan salah satu tahapan dalam daur manajemen Operasi Kepolisian sebelum menginjak kepada tahapan berikutnya yang berfungsi untuk memberikan arah dan tujuan pencapaian sasaran operasi perencanaan, 1) Materi dalam suatu bidang operasional memuat:

a) Tujuan yang akan dicapai;

b) Sasaran yang akan dihadapi;

c) Konsep kegiatan yang akan dilaksanakan yang meliputi rumusan cara bertindak dalam menghadapi sasaran;

d) Kekuatan yang akan digunakan dalam pelaksanaan tugas operasional Kepolisian;

e) Konsep pengendalian yang akan dilakukan.

2) Bahan-bahan yang diperlukan dalam proses perencanaan antara lain:

a) Kebijakan Pimpinan;

b) Direktif dari Pimpinan;

c) Data awal Personel, materiil dan anggaran;

d) Data situasi kamtibmas dan data kerawanan daerah;

e) Perkiraan keadaan Intelijen;

f) Kalender kamtibmas.

3) Hasil perencanaan dituangkan secara tertulis dalam bentuk:

a) Rencana Kerja (RenJa);

b) Rencana Operasi (RenOps);

c) Rencana Latihan (RenLat);

d) Rencana Fungsi (RenFung); dan

e) Rencana Kegiatan (RenGiat) harian, mingguan, bulanan.

(26)

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 16 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA 4) Mekanisme penyusunan perencanaan:

a) Menganalisis dan mengevaluasi data awal;

b) Menganalisis dan menjabarkan kebijakan serta direktif dari pimpinan;

c) Memperhatikan perkiraan keadaan intel;

d) Memproses keseluruhan bahan yang diperoleh secara cermat dengan memperhitungkan resiko kegagalan dan kemungkinan terjadinya penyimpangan yang selanjutnya dituangkan dalam produk tertulis;

e) Proses penyusunan perencanaan dilaksanakan secara terpadu antar fungsi yang terkait.

5) Prinsip-prinsip dalam perencanaan:

a) Sederhana, yaitu mudah dimengerti dan dipahami;

b) Aplikatif, yaitu dapat dilaksanakan dan tidak perlu berisi hal-hal yang berada di luar jangkauan pelaksana;

c) Luwes, yaitu mudah menyesuaikan dengan perubahan atau perkembangan situasi.

b. Pengorganisasian

Pengorganisasian merupakan upaya penyusunan kekuatan yang terdiri dari personel, materiil/logistik dan dukungan anggaran guna dihadapkan kepada sasaran/target operasi.

Kegiatan Kepolisian menggunakan struktur organisasi yang ada, sedangkan dalam Operasi Kepolisian menggunakan struktur organisasi khusus.

Pada Kegiatan Kepolisian menggunakan seluruh kekuatan operasional sedangkan dalam Operasi Kepolisian menggunakan satgas/UKL. Dalam Kegiatan Kepolisian berlaku HTCK yang ada sedangkan dalam Operasi Kepolisian berlaku HTCK operasi Kepolisian.

Prinsip-prinsip dalam pengorganisasian:

1) Adanya kesatuan perintah atau unity of command;

2) Terjaminnya rentang kendali (span of control) yang efektif;

3) Penyelenggaraan pendelegasian wewenang yang jelas dan teratur;

4) Adanya lapis-lapis kekuatan dan lapis kemampuan dikaitkan dengan back up kegiatan/operasi.

(27)

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 17 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA c. Pelaksanaan

1) Tahap persiapan

Tahapan ini dilakukan dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a) Latihan sesuai dengan rencana latihan yang telah ditetapkan;

b) Penyaluran dukungan administrasi logistik;

c) Gelar pasukan ( pada operasi Kepolisian);

d) Pernyataan berlaku ( pada operasi Kepolisian).

2) Tahap Pelaksanaan

Tahapan ini dilakukan dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a) Menggerakkan kekuatan untuk menangani sasaran/TO yang telah ditentukan;

b) Melaksanakan Acara Arahan Pimpinan (AAP);

c) Plotting kegiatan yang dicapai;

d) Membuat perkiraan cepat (Kirpat) sesuai kebutuhan (pada operasi Kepolisian);

e) Menuntaskan penyelesaian hasil kegiatan/operasi.

d. Pengendalian

1) Maksud dan tujuan pengendalian adalah : a) Untuk memelihara arah kegiatan operasi.

b) Menjamin keberhasilan pelaksanaan kegiatan / operasi sesuai rencana

c) Menghindari timbulnya penyimpangan.

d) Melakukan tindakan korektif apabila terjadi penyimpangan

2) Metode yang digunakan dalam pengendalian : a) Pengendalian langsung di lapangan.

b) Laporan baik lisan maupun tertulis c) Supervisi.

d) Gelar Operasional.

e) Anev setiap perkembangan dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan

f) Pemberian arahan dan petunjuk.

(28)

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 18 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA 8. Tataran Kewenangan dan Tanggung Jawab

Otoritas penggunaan kekuatan Polri dalam pelaksanaan kegiatan operasional Polri adalah merupakan suatu kewenangan yang diberikan kepada pejabat tertentu yang meliputi personil, materiil, logistik maupun anggaran sesuai dengan tingkatannya dan berdasarkan pertimbangan situasi yang dihadapi.

Setiap kewenangan yang diberikan dalam penggunaan kekuatan Polri tersebut harus dipertanggung-jawabkan sesuai dengan perundang-undangan dan petunjuk pelaksanaan yang berlaku dalam lingkungan Polri.

a. Pada Kegiatan Kepolisian

1) Kepala Kesatuan selaku atasan dan/atau sebagai Kepala Satuan Kerja berwenang mengerahkan dan membuat keputusan sehubungan dengan penggunaan kekuatan personel yang berada dalam kendalinya maupun segenap dukungan materiil, logistik, dan anggaran sepanjang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana kerja tahunan.

2) Kepala Satuan Kerja memandang perlu mengubah sasaran, sehingga pengerahan personel dan segenap dukungannya menjadi tidak sesuai dengan yang tertera dalam rencana kerja tahunan.

3) Kepala Satuan Kerja wajib menyusun rencana revisi rencana kerja dan diajukan kepada Kapolri bagi Satuan Kerja di lingkungan Mabes Polri, dan kepada Kapolda bagi Satuan Kerja di lingkungan Mapolda, serta Satuan Kerja Polres.

4) Kepala Satuan Kerja bertanggung jawab atas seluruh resiko dan akibat hukum yang terjadi sebagai hasil pelaksanaan Rencana Kerja Tahunan atas sasaran yang telah mendapatkan persetujuannya serta atas cara bertindak yang telah menjadi ketetapannya atau yang telah memperoleh persetujuannya secara lisan maupun tertulis.

5) Pertanggungjawaban dan akibat hukum yang telah timbul sebagai akibat dilakukannya cara bertindak dan/atau atas sasaran di luar yang ditetapkan atau yang disetujui oleh Kepala Satuan Kerja merupakan tanggung jawab anggota Polri yang bersangkutan yang wajib dipertanggungjawabkan secara individual.

6) Kepala Satuan Kerja yang menerima Bawah Komando Operasi (BKO) dari satuan lain, bertanggung jawab atas seluruh resiko dan akibat hukum yang terjadi sebagai hasil pelaksanaan tugas atas sasaran yang

(29)

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 19 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

telah mendapatkan persetujuannya atau cara bertindak yang telah ditetapkannya baik secara lisan maupun tertulis.

7) Pertanggungjawaban dan akibat hukum yang telah timbul sebagai akibat dilakukannya cara bertindak anggota BKO dan/atau atas penentuan sasaran di luar yang ditetapkan atau yang disetujui oleh Kepala Satuan Kerja, merupakan tanggung jawab anggota BKO yang bersangkutan dan wajib dipertanggung jawabkan secara individual.

8) Pejabat Polri yang mengatasnamakan Kepala Satuan Kerja yang telah memperoleh persetujuannya baik secara lisan maupun tertulis menggunakan kekuatan personel yang berada dalam kendalinya maupun segenap dukungan materiil, logistik, dan anggaran, maka tanggung jawab atas seluruh resiko dan akibat hukum yang terjadi sebagai hasil pelaksanaan kegiatan tersebut adalah Kepala Satuan Kerja.

9) Beban resiko dan akibat hukum yang timbul sebagai akibat pejabat Polri yang mengatasnamakan Kepala Satuan Kerja yang menggunakan segenap hubungan materiil, logistik, dan anggaran tanpa sepengetahuan atau tidak memperoleh persetujuan lisan maupun tertulis dari Kepala Satuan Kerja yang menggunakan segenap dukungan materiil, logistik, dan anggaran, merupakan tanggung jawab pejabat yang menggunakan dan individu personel yang digunakan.

10) Setiap kegiatan Kepolisian didukung dengan anggaran yang sesuai dengan norma yang ada serta dipertanggungjawabkan secara tertulis.

b. Pada Operasi Kepolisian

1) Kepala Kesatuan Penyelenggaraan Operasi berwenang menetapkan sasaran operasi, cara bertindak pelaksana operasi, komposisi, dan kekuatan personel serta segenap komponen dukungan materiil/logistik maupun anggaran yang dituangkan dalam rencana operasi.

2) Kepala Kesatuan penyelenggaraan operasi berwenang memberi dan/atau mencabut sewaktu- waktu mandat untuk memimpin operasi kepada pejabat yang ditunjuk dengan surat perintah.

3) Kepala pelaksana operasi berwenang memobilisasi seluruh kekuatan personel dan segenap dukungan yang berada di bawah kendalinya dalam rangka

(30)

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 20 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

mencapai sasaran operasi dengan cara bertindak yang telah ditetapkan dalam rencana operasi.

4) Kepala pelaksana operasi berwenang mengubah sasaran operasi dan/atau cara bertindak sesuai dengan pertimbangan dan perkembangan situasi di daerah operasi dengan melaporkan terlebih dahulu secara tertulis kepada kepala kesatuan penyelenggara operasi untuk memperoleh persetujuan tertulis atau lisan.

5) Dalam hal permintaan persetujuan lisan maupun tertulis tidak diperoleh karena keadaan yang tidak memungkinkan atau keadaan sangat dipenuhi keterbatasan, operasi dilaksanakan sesuai kebijakan dan keputusan lapangan Kepala pelaksana operasi dengan melakukan pencatatan secara rinci tentang alasan serta akibat yang ditimbulkan.

6) Kepala Kesatuan penyelenggaraan operasi bertanggung jawab atas beban resiko dan akibat hukum yang timbul berkaitan dengan dilaksanakannya suatu operasi yang diselenggarakan berdasarkan rencana operasi yang disetujui dan disahkannya.

7) Kepala pelaksana operasi selaku penerima mandat bertanggung jawab terhadap perubahan sasaran, atas timbulnya beban resiko, akibat hukum operasi, dan perubahan cara bertindak yang tidak sesuai dengan rencana operasi dan/atau yang tidak memperoleh persetujuan dari Kepala Kesatuan penyelenggara operasi.

8) Tanggung jawab dan akibat hukum yang timbul atas cara bertindak yang dilakukan oleh anggota pelaksana operasi yang tidak sesuai dengan yang ditetapkan dalam rencana operasi dan/atau yang tidak disetujui

oleh Kepala pelaksana operasi

dipertanggungjawabkan oleh anggota Polri yang bersangkutan.

9) Kepala Kesatuan Penyelenggaraan Operasi yang menerima anggota BKO dari satuan lain bertanggung jawab dan mengendalikan anggota BKO tanpa terkecuali, atas beban resiko dan akibat hukum yang timbul berkaitan dengan dilaksanakannya suatu operasi yang diselenggarakan berdasarkan rencana operasi yang disetujui dan disahkannya.

(31)

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 21 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

10) Tanggung jawab dan akibat hukum yang ditimbulkan atas cara bertindak yang dilakukan anggota BKO yang tidak sesuai dengan yang ditetapkan dalam rencana operasi dan/atau yang tidak disetujui oleh Kepala Pelaksana Operasi, dipertanggungjawabkan oleh anggota BKO yang bersangkutan secara individual.

11) Setiap kegiatan operasi Kepolisian didukung dengan anggaran yang sesuai dengan norma yang ada serta dapat dipertanggungjawabkan secara tertulis.

Rangkuman

1. Pengertian dalam Sistem Operasional Polri yang selanjutnya disingkat Sisopsnal Polri adalah suatu keseluruhan fungsi Polri yang terintegrasi dan saling berinteraksi dalam melaksanakan tugas operasional Kepolisian secara berkesinambungan.

2. Visi dan misi Polri a. Visi polri

1) Terwujudnya Polri yang makin profesional, unggul dan dipercaya masyarakat guna mendukung terciptanya Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian dengan berlandaskan semangat gotong royong (sesuai dengan grand strategi Polri).

2) Terwujudnya Polri yang Profesional, Modern dan Terpercaya(sesuai dengan rencana kerja Polri T.A 2018).

b. Misi Polri

1) Misi Polri sesuai dengan grand strategi Polri sebagai berikut:

a) mewujudkan pemuliaan dan kepercayaan publik (trust building) dengan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan sampai lini terdepan, melalui konsep “Mabes Kecil, Polda Cukup, Polres Besar, Polsek Kuat.”

b) mewujudkan pemberdayaan kualitas sumber daya manusia Polri yang profesional dan kompeten, yang menjunjung etika dan sendi- sendi hak asasi manusia;

c) meningkatkan motivasi dan kesejahteraan personel Polri (well motivated dan welfare);

(32)

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 22 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

2) Misi Polri sesuai dengan rencana kerja Polri T.A 2018 sebagai berikut:

a) Mewujudkan postur Polri yang ideal, efektif dan efisian.

b) meningkatkan kualitas sumber daya manusia Polri melalui pendidikan dan pelatihan.

c) meningkatkan kemampuan pencegahan kejahatan melalui deteksi dini, pemolisian proaktif dan sinergi polisional.

3. Azas dan Prinsip dalam Sisopsnal Polri a. Azas dalam Sisopsnal Polri yaitu:

1) Azas Legalitas.

2) Azas Kewajiban.

3) Azas Preventif.

4) Azas Partisipasi.

5) Azas Subsidiaritas.

b. Prinsip dalam Sisopsnal Polri yaitu:

1) Mengutamakan Pencegahan.

2) Proaktif.

3) Kenyal.

4) Menjunjung tinggi HAM dan tidak diskriminatif.

5) Kerahasiaan.

6) Integratif.

7) Proporsional.

8) Efektif dan efisien.

9) Transparansi.

10) Akuntabilitas.

4. Sifat Operasional Polri:

a. Penangkalan.

b. Pencegahan.

c. Penindakan.

5. Pokok-Pokok Sisopsnal Polri:

a. Rasa bebas dari gangguan fisik maupun psikis.

b. Keselamatan diri, hak milik, kehormatan, dan hak-hak lain.

c. Rasa damai dan bebas dari kekhawatiran.

d. Keamanan dalam negeri guna mewujudkan pembangunan nasional.

6. Tugas Operasional Kepolisian:

a. Kegiatan Kepolisian.

b. Operasi Kepolisian.

(33)

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 23 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

7. Langkah-langkah manajerial untuk mencapai tujuan operasional sehingga dapat berlangsung efektif dan efisien, penyelenggaraan tugas-tugas operasional Kepolisian dilaksanakan dengan menetapkan fungsi-fungsi manajemen yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian.

8. Tataran kewenangan dan tanggung jawab otoritas penggunaan kekuatan Polri dalam pelaksanaan kegiatan operasional Polri adalah merupakan suatu kewenangan yang diberikan kepada pejabat tertentu.

Latihan

1. Jelaskan pengertian yang berkaitan dengan sistem operasional Polri!

2. Jelaskan visi dan misi Polri!

3. Jelaskan azas dan prinsip sisopsnal Polri!

4. Jelaskan sifat operasional!

5. Jelaskan pokok-pokok sisopsnal Polri!

6. Jelaskan tugas operasional kepolisian!

7. Jelaskan langkah-langkah manajerial!

8. Jelaskan tataran kewenangan dan tanggung jawab!

(34)

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 24 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

MODUL

02

MANAJEMEN KEGIATAN KEPOLISIAN

4 JP (180 menit)

Pengantar

Dalam modul ini akan membahas tentang tujuan dilaksanakannya kegiatan kepolisian, sasaran kegiatan Kepolisian, cara menentukan sasaran, karakteristik daerah, kerawanan daerah, sasaran selektif, penyusunan kekuatan, cara bertindak, pengawasan dan pengendalian, ciri-ciri kegiatan Kepolisian, produk tertulis dalam kegiatan Kepolisian, penyelenggaraan manajemen kegiatan Kepolisian, penyusunan rencana kegiatan dan Keterkaitan Kegiatan Kepolisian dengan Operasi Kepolisian.

Tujuan agar peserta didik memahami dan menerapkan manajemen kegiatan Kepolisian.

Kompetensi Dasar

Memahami dan menerapkan manajemen kegiatan kepolisian.

Indikator hasil belajar:

1. Menjelaskan tujuan dilaksanakannya kegiatan kepolisian;

2. Menjelaskan ciri-ciri kegiatan Kepolisian;

3. Menjelaskan sasaran kegiatan kepolisian;

4. Menjelaskan sasaran selektif;

5. Menjelaskan cara menentukan sasaran;

6. Menjelaskan karakteristik dan kerawanan daerah;

7. Menjelaskan penyusunan kekuatan;

8. Menjelaskan cara bertindak;

9. Menjelaskan pengawasan dan pengendalian ;

10. Menjelaskan produk tertulis dalam kegiatan kepolisian;

11. Menjelaskan manajemen kegiatan kepolisian;

12. Menjelaskan penyusunan rencana kegiatan;

13. Menjelaskan keterkaitan kegiatan kepolisian dengan operasi kepolisian.

14. Mempraktikkan cara menyusun rencana kegiatan harian, mingguan dan bulanan.

(35)

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 25 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

Materi Pelajaran

Pokok Bahasan:

Manajemen kegiatan kepolisian.

Subpokok Bahasan:

1. Tujuan dilaksanakannya kegiatan kepolisian;

2. Ciri-ciri kegiatan kepolisian;

3. Sasaran kegiatan kepolisian;

4. Sasaran selektif;

5. Cara menentukan sasaran;

6. Karakteristik dan kerawanan daerah;

7. Penyusunan kekuatan;

8. Cara bertindak;

9. Pengawasan dan pengendalian;

10. Produk tertulis dalam kegiatan kepolisian;

11. Manajemen kegiatan kepolisian;

12. Penyusunan rencana kegiatan;

13. Keterkaitan kegiatan kepolisian dengan operasi kepolisian.

Metode Pembelajaran

1. Metode ceramah.

Metode ini digunakan untuk menyampaikan materi tentang manajemen kegiatan Kepolisian.

2. Metode Brainstorming.

Metode ini digunakan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik mengemukakan pendapat tentang materi yang disampaikan.

3. Metode tanya jawab.

Metode ini digunakan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menanyakan ha-hal yang belum dipahami.

4. Metode praktik/drill

Metode ini digunakan untuk mempraktikkan cara menyusun Rencana Kegiatan Harian, Mingguan dan Bulanan.

(36)

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 26 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

Alat/Media, Bahan dan Sumber Belajar

1. Alat/Media:

a. Whiteboard;

b. Flipchart;

c. Komputer/laptop;

d. LCD dan screen;

e. Laserpoint.

2. Bahan:

a. Kertas;

b. Alat Tulis.

3. Sumber Belajar:

Perkap Nomor 03 Tahun 2009 tentang Sistem Operasional Kepolisian Republik Indonesia.

Kegiatan Pembelajaran

1. Tahap awal : 10 Menit.

Pendidik melaksanakan apersepsi dengan kegiatan :

a. Pendidik melaksanakan refleksi yang ditugaskan oleh pendidik;

b. Pendidik mengaitkan materi yang sudah disampaikan dengan materi yang akan disampaikan.

c. Menyampaikan tujuan pembelajaran pada modul ini.

2. Tahap inti : 150 Menit.

a. Pendidik menyampaikan materi tentang Manajemen Kegiatan Kepolisian;

b. Pendidik menggali pendapat tentang materi yang telah disampaikan;

c. Peserta didik merespon secara aktif kegiatan pembelajaran dengan metode tanya jawab;

d. Pendidik memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya atau menanggapi materi;

e. Pendidik menugaskan kepada peserta didik cara menyusun Rencana Kegiatan Harian, Mingguan dan Bulanan;

f. Peserta didik melaksankan praktik cara menyusun Rencana

(37)

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 27 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA Kegiatan Harian, Mingguan dan Bulanan;

g. Pendidik memfasilitasi jalannya praktik;

h. Pendidik menyimpulkan hasil praktik.

3. Tahap akhir : 20 Menit.

a. Cek penguatan materi.

Pendidik memberikan ulasan dan penguatan materi secara umum

b. Cek penguasaan materi.

Pendidik mengecek penguasaan materi yang telah disampaikan.

c. Keterkaitan mata pelajaran dengan pelaksanaan tugas.

Pendidik menggali manfaat yang bisa diambil dari materi yang telah disampaikan.

Tagihan/Tugas

Peserta didik mengumpulkan hasil praktik Rencana Kegiatan Harian, Mingguan dan Bulanan kepada pendidik.

Lembar Kegiatan

Pendidik menugaskan peserta didik mempraktikkan cara menyusun Rencana Kegiatan Harian, Mingguan dan Bulanan.

(38)

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 28 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

Bahan Bacaan

MANAJEMEN KEGIATAN KEPOLISIAN

Pada dasarnya penyelenggaraan Kegiatan Kepolisian merupakan pelaksanaan dari rencana kerja yang diselenggarakan sepanjang tahun oleh seluruh kekuatan operasional Polri yang tergelar dari tingkat pusat sampai satuan kewilayahan Polsek.

Para peserta didik harus memahami proses panjang dalam penyusunan rencana kerja agar rencana yang dituangkan tersebut tepat sasaran sesuai asas efektif dan efisien.

1. Tujuan dilaksanakan Kegiatan Kepolisian

a. Terpeliharanya dan tetap dipertahankannya situasi Kamtibmas yang mantap dan terkendali;

b. Pulihnya situasi kamtibmas yang terganggu;

c. Terciptanya masyarakat yang samapta dalam Binkamtibmas;

d. Terlaksananya pelayanan Polri terhadap masyarakat dengan baik.

2. Ciri-Ciri Kegiatan Kepolisian

a. Dilaksanakan sepanjang hari selama tahun;

b. Sasaran adalah seluruh ancaman kamtibmas (PG, AG, GN);

c. Daerah/batas wilayah kegiatan meliputi seluruh wilayah hukum Republik Indonesia dan daerah-daerah lainnya yang mengikuti azas nasional aktif dari undang-undang nasional yang berlaku sebagaimana tercantum dalam KUHP dan KUHAP;

d. Menggunakan anggaran rutin dalam DIPA;

e. Organisasi tugasnya mengikuti struktur organisasi dan HTCK Polri yang berlaku;

f. Tidak menggunakan sandi;

g. Pengendalian dilaksanakan oleh kepala kesatuan dan para atasan serta satuan atasan secara hirarkhi.

Dalam pelaksanaan kegiatan kepolisian tidak membuat posko sendiri akan tetapi memanfaatkan ruang posko sehari-hari yang tersedia berikut kelengkapannya untuk dijadikan pusat Komando, Kendali, Komunikasi dan Informasi (K3I).

(39)

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 29 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA 3. Sasaran Kegiatan Kepolisian

a. Dilihat dari bentuk sasarannya adalah seluruh ancaman kamtibmas yang terdiri dari:

1) Potensi Gangguan;

2) Ambang Gangguan;

3) Gangguan Nyata.

b. Dilihat dari bobot ancamannya terdiri dari:

1) Sasaran selektif yang diprioritaskan (di luar sasaran operasi Kepolisian);

2) Sasaran selektif;

3) Sasaran rutin (di luar 1 dan 2).

4. Sasaran Selektif

Dari hal-hal yang menjadi acuan sebagaimana tersebut di atas kemudian diurut menjadi Sasaran Selektif berdasarkan urutan prioritas untuk menjadi kegiatan kesatuan kita.

Sasaran selektif merupakan hal-hal yang merupakan perhatian / obyek dari tugas operasional yang dipilih berdasarkan nilai bobot dari segi kamtibmas dikaitkan dengan situasi dan kondisi / keadaan satuan. Sebab tidak semua daftar kegiatan yang membutuhkan penanganan Polri dapat kita kerjakan semuanya sehubungan dengan keterbatasan sumber daya di kesatuan kita.

Sasaran selektif menjadi titik awal penyusunan konsep operasional satuan Polri utamanya dalam pembuatan perencanaan.

Namun untuk menyusun rencana kegiatan bulanan, mingguan dan harian pada tahun anggaran berjalan maka selain berpedoman kepada rencana kerja (yang merupakan rencana kerja tahunan) yang telah ditetapkan, para pimpinan di unit kerjanya perlu pula memperhatikan dinamika yang terjadi pada tahun anggaran berjalan. Dinamika masyarakat / kejadian dewasa ini sedemikian cepatnya, yang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi sehingga turut mempengaruhi kondisi kamtibmas di suatu wilayah.

Untuk itu, sasaran selektif yang dituangkan dalam rencana kegiatan bulanan, mingguan dan harian pada tahun anggaran berjalan harus pula memperhatikan update/ kondisi terkini dari:

a. Kerawanan daerah (dinamika asta gatra);

b. Kalender Kamtibmas;

c. Kegiatan masyarakat insidentil (diketahui sendiri oleh polisi, laporan masyarakat, perizinan, informasi instansi samping);

(40)

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 30 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

d. Hasil kegiatan operasional yang dilaksanakan sehari-hari oleh fungsi-fungsi Kepolisian;

e. Analisa dan evaluasi Kamtibmas;

f. Perkiraan perkembangan situasi.

5. Cara Menentukan Sasaran

Penentuan sasaran kegiatan Kepolisian mempunyai peranan yang akan menentukan bagaimana cara bertindak dan jumlah kekuatan yang akan digunakan.

Sasaran yang telah ditetapkan tersebut kemudian disusun dalam produk-produk tertulis (rengiat) untuk dijadikan arah bagi setiap pelaksanaan kegiatan kepolisian. Untuk sasaran-sasaran dalam satu tahun anggaran disusun dalam rencana kerja.

Hal-hal yang menjadi acuan dan wajib dipahami lebih dahulu sebelum menentukan sasaran adalah sebagai berikut:

a. Potensi Gangguan

Potensi gangguan ada di kondisi Asta Gatra (geografi, demografi, sumber daya alam, ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, hankam) yang berpengaruh pada timbulnya gangguan kamtibmas yang berbentuk ambang gangguan dan gangguan nyata. Potensi gangguan tersebut merupakan faktor-faktor yang secara umum berpengaruh pada timbulnya gangguan Kamtibmas.

Tingkat potensinya dapat dikurangi/ditiadakan antara lain melalui perbaikan-perbaikan, pengaturan, penyuluhan dan penerangan.

Contoh-contoh potensi gangguan Kamtibmas yang diperkirakan ada untuk tiap gatra:

1) Geografi

a) Status hukum batas wilayah;

b) Perubahan Iklim;

c) Posisi di jalur gunung berapi aktif;

d) Aktifitas lapisan bumi;

e) Wilayah terpencil;

f) Luas wilayah, dll.

2) Demografi

a) Ledakan pertumbuhan penduduk;

b) Persebaran penduduk yang tidak merata;

c) Heterogenitas penduduk yang tinggi;

d) Komposisi penduduk asli dan pendatang;

e) Administrasi penduduk yang tidak tertib, dll.

(41)

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 31 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA 3) Sumber daya alam

a) Potensi pertambangan pada wilayah tanah adat;

b) Potensi perikanan baik di wilayah laut, sungai dan tambak;

c) Potensi air dan sumber mata air;

d) Pengelolaan hutan;

e) Pengelolaan tanah, dll.

4) Ideologi

a) Pengaruh paham yang tidak sesuai dengan ideologi negara seperti komunisme, fundamentalis agama, dll;

b) Belum mantapnya penanaman dan pemahaman Pancasila sebagai ideologi negara.

5) Politik

a) Hubungan antar aparatur pemerintah/negara yang tidak harmonis;

b) Birokrasi yang buruk;

c) Sentimen kedaerahan/kesukuan untuk jabatan birokrasi dan politis;

d) Kehidupan demokrasi yang belum mantap;

e) Aspirasi politik masyarakat yang tidak tersalurkan;

f) Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah yang rendah.

6) Ekonomi

a) Kenaikan harga;

b) Keterbatasan ketersediaan lapangan kerja;

c) Isu-isu di bidang ekonomi yang membuat kepanikan;

d) Daya beli masyarakat yang rendah;

e) Kesenjangan sosial yang tajam;

f) Dominasi ekonomi, dll.

7) Sosial budaya

a) Kurangnya pembauran di lingkungan masyarakat b) Konsep-konsep pendidikan eksklusif

c) Konsep-konsep pemukiman eksklusif d) Sentimen SARA

e) Munculnya berbagai aliran-aliran di kalangan agama maupun kepercayaan, dll.

(42)

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 32 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA 8) Hankam

a) Pola pikir pencapaian tujuan melalui Pendekatan kekerasan secara kolektif;

b) Isu pelanggaran HAM;

c) Rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum oleh aparat penegak hukum;

d) Pemanfaatan media massa untuk mendiskreditkan aparat hukum dan pemerintah.

b. Ambang Gangguan

Ambang gangguan merupakan keadaan, peristiwa, situasi, kondisi lingkungan yang faktual/nyata yang merupakan peluang/sumber terjadinya gangguan Kamtibmas. Ambang gangguan dapat pula dikatakan sebagai hal-hal nyata yang dihadapi yang apabila tidak diatasi akan menjadi gangguan Kamtibmas.

Ambang gangguan ada yang dalam keadaan statis, contohnya: perempatan jalan.

Namun ada pula yang ada dalam keadaan dinamis, contohnya : keramaian umum dan pasar.

Tingkat potensinya dapat dikurangi atau ditiadakan melalui:

perbaikan-perbaikan, pengaturan-pengaturan, penyuluhan dan penerangan serta kehadiran polisi secara fisik.

Contoh:

1) Ada yang dikurangi/ditiadakan melalui perbaikan- perbaikan

a) Orang gila;

b) Tikungan tertutup/tajam;

c) Tempat penyeberangan di sungai-sungai arus deras/dalam;

d) Obyek-obyek yang tidak ada pengamanan fisik.

2) Ada yang dikurangi/ditiadakan melalui pengaturan yang lebih sempurna

a) Bangunan kosong;

b) Gudang;

c) Lokalisasi;

d) Tempat pedagang kaki lima;

e) Jalan menurun / menanjak yang terjal;

f) Kerumunan orang.

(43)

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 33 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA 3) Ada yang dikurangi/ditiadakan melalui penyuluhan-

penyuluhan

a) Kebiasaan ngebut para pengemudi;

b) Residivis;

c) Penjudi;

d) Tukang loak, dll.

4) Ada yang dikurangi/ditiadakan melalui kehadiran Polisi secara fisik

a) Pompa bensin;

b) Pelabuhan;

c) Terminal;

d) Stasiun KA;

e) Keramaian, dll.

c. Gangguan Nyata

Gangguan nyata merupakan gangguan kamtibmas yang terjadi baik berupa tindak pidana, pelanggaran, gangguan terhadap ketentraman / ketertiban umum dan bencana.

Data gangguan nyata selalu dilaporkan secara rutin (harian dan bulanan) dan secara insidentil berjenjang kepada satuan atasan dan data tersebut tersimpan di kesatuan- kesatuan kewilayahan.

1) Derajat ancaman berdasarkan kondisinya dibedakan menjadi 3, yaitu:

a) Aman

Yaitu suatu keadaan dimana gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat serta pelanggaran hukum yang apabila tidak segara diatasi dapat berkembang menjadi ancaman terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang divisualisasikan dengan warna hijau.

b) Rawan

Yaitu suatu keadaan dimana gangguan keamanan dan ketertiban serta pelanggaran hukum yang apabila tidak segera diatasi dapat berkembang menjadi ancaman terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang divisualisasikan dengan warna kuning.

(44)

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 34 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA c) Bahaya

Yaitu suatu keadaan dimana intensitas pelanggaran dan kejahatan serta kualistas ancaman yang meresahkan masyarakat dapat mengganggu kredibilitas pemerintah dan/atau yang mengarah kepada disintegrasi bangsa yang divisualisasikan dengan warna merah.

2) Bobot ancaman dibedakan menjadi 3 hal sebagai berikut:

a) Ringan

Yaitu merupakan suatu bentuk ancaman Kamtibmas yang terjadi secara umum berpengaruh terhadap rasa nyaman dan damai yang penanggulangannya dilakukan dengan mengedepankan tindakan preemtif dan preventif.

b) Sedang

Yaitu merupakan suatu bentuk ancaman Kamtibmas yang terjadi berpengaruh terhadap rasa damai dan bila tidak diatasi akan menjadi gangguan Kamtibmas yang penanggulangannya dilakukan dengan mengedepankan tindakan preventif.

c) Berat

Yaitu merupakan suatu bentuk gangguan Kamtibmas yang terjadi dan mengganggu

keamanan dan ketertiban dan

penanggulangannya mengedepankan tindakan penegakkan hukum.

6. Karakteristik dan kerawanan daerah a. Karakteristik Daerah

Ciri khas daerah dilihat dari aspek Asta Gatra (geografi, demografi, SDA, ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, hankam). Ciri khas daerah bukan berupa data tetapi hasil pengamatan terhadap Asta Gatra, misalnya:

1) Geografi : ilmu yang mempelajari tentang lokasi serta persamaan, dan perbedaan (variasi) keruangan atas fenomena fisik dan manusia diatas permukaan Bumi.

Contoh: apabila musim hujan terjadi bencana tanah longsor, banjir, dll.

(45)

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 35 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

2) Demografi : ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan Manusia.

Contoh: tingkat pengangguran tinggi,kepadatan penduduk,Etnisitas,warna kulit, bentuk mata, rambut, postur tubuh, dll.

3) Sosbud : totalitas nilai, tata sosial, dan tata laku manusia yang mewujudkan pandangan hidup dalam segi kehidupan Manusia.

Contoh: sifat-sifat penduduk, dialek, nama dll.

Kegunaanya adalah untuk melakukan pendekatan (approach) dalam pelaksanaan tugas dan untuk menyesuaikan teknik dan taktik dalam pelaksanaan tugas.

b. Kerawanan Daerah

Kerawanan daerah adalah tingkatan keadaan suatu daerah yang diukur dari banyak/sedikitnya PG, AG dan GN.

Kerawanan daerah digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam menentukan sasaran kegiatan/operasi kepolisian dan pola penanggulangan.

1) Karakteristik Kerawanan Daerah (Kakerda)

Karakteristik kerawanan daerah adalah banyak sedikitnya PG, AG dan GN dilihat dari aspek Asta Gatra daerah tersebut. Visualisasi kakerda ke dalam bentuk peta kerawanan daerah yang diberi warna sesuai dengan tingkat kerawanannya akan sangat memudahkan petugas maupun para supervisor memahami kondisi kamtibmas suatu wilayah.

2) Kalender Kamtibmas

Kalender kamtibmas merupakan peristiwa, kejadian, kegiatan masyarakat atau pemerintahan yang secara periodik menurut daur waktu berulang dan perlu mendapatkan perhatian Polri, misalnya : Idul Fitri, Natal. Jenis kalender Kamtibmas dapat berupa kalender tahunan, bulanan, mingguan dan harian.

Kegunaan kalender kamtibmas adalah untuk menentukan sasaran selektif serta untuk keperluan penugasan dan penindakan selektif.

(46)

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 36 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA 7. Penyusunan Kekuatan

Kekuatan yang digunakan dalam Kegiatan Kepolisian adalah seluruh kekuatan operasional kepolisian yang tergelar dalam kesatuan kewilayahan. Dalam pelaksanaannya, penggunaan kekuatan-kekuatan tersebut harus mencerminkan keterpaduan fungsi dalam menangani sasaran-sasaran yang telah ditentukan.

Jumlah kekuatan yang akan dilibatkan memiliki keterkaitan yang erat dengan sasaran terpilih dan cara bertindak yang dipilih.

8. Cara Bertindak

a. Penangkalan (preemtif) yaitu Penanganan terhadap sasaran Potensi Gangguan/Pembiakan Dini oleh fungsi Kepolisian yang mengemban fungsi Bimbingan Masyarakat (bimmas) dan fungsi Intelkam.

b. Pencegahan (preventif) yaitu penanganan terhadap Ambang Gangguan oleh Polisi berseragam pengemban fungsi Samapta, Lalu Lintas, polisi perairan/udara.

c. Penindakan/Penegakan Hukum (represif) penanganan yang dilakukan terhadap sasaran Gangguan Nyata, oleh pengemban fungsi reserse, Samapta, Lalu Lintas, Perairan/Udara maupun Brigade Mobil.

9. Pengawasan dan Pengendalian

Dilakukan semenjak perencanaan sampai dengan pelaksanaan dan penyelesaian tugas secara fungsional oleh para unsur atasan dengan penanggung jawab akhir adalah kepala satuan kewilayahan setempat, dilakukan dengan menerapkan metode- metode antara lain rapat staf, gelar operasional, gelar perkara, supervisi wasrik, pengendalian di lapangan, arahan dan petunjuk, serta laporan-laporan dengan perangkat pengendalian seperti piranti-piranti lunak untuk pengendalian, piranti keras (alkom) dan lain-lain.

10. Produk Tertulis dalam Kegiatan Kepolisian a. Dalam rangka perencanaan

1) Tingkat Mabes, Polda, Polres

Perkiraan keadaan (kirka) intelijen, petunjuk perencanaan (sampai tingkat Polda), Rancangan Rencana Kerja (sampai tingkat Polres), Rencana Kerja, Program Kegiatan, Rencana Kegiatan (bulanan, mingguan, harian).

(47)

MANAJEMEN OPERASIONAL KEPOLISIAN 37 SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA 2) Tingkat Polsek

Rencana Kegiatan (bulanan, mingguan, harian).

b. Dalam rangka pengorganisasian

Mabes Polri mengeluarkan : pokok-pokok organisasi dan prosedur di lingkungan Polri, DSP, HTCK, pertelaan tugas (yang dibuat oleh satuan bawahan)

c. Dalam rangka pelaksanaan

1) Tingkat Mabes, polda, polres : perkiraan cepat, surat perintah, produk tertulis yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2) Tingkat polsek : surat perintah, produk tertulis yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

d. Dalam Rangka Pengendalian

1) Tingkat Mabes, Polda, Polres : `laporan berkala, laporan gelar operasional, laporan khusus, arahan dan petunjuk.

2) Tingkat polsek : laporan berkala tentang pelaksanaan tugas, laporan khusus.

11. Manajemen Kegiatan Kepolisian a. Perencanaan

1) Tingkat Mabes sampai Polres

a) Pembuatan perkiraan keadaan intel tahunan yang dibuat oleh pejabat fungsi intel untuk dijadikan dasar dalam pembuatan Rencana Kerja;

b) Penyusunan petunjuk perencanaan (tingkat mabes dan polda) yang dibuat oleh fungsi perencanaan;

c) Penyusunan rancangan renja yang dibuat sebelum rapat kerja bidang operasional oleh masing-masing fungsi pengemban perencanaan dari tingkat mabes sampai dengan polres;

d) Pembuatan Rancangan Renja bidang operasional yang memuat sasaran-sasaran yang akan dihadapi serta arahan tentang pelaksanaan tugas operasional dan latihan oleh fungsi ops;

e) Raker bidang operasional secara berjenjang dari tingkat mabes ditindaklanjuti sampai tingkat polres di awal tahun anggaran dengan materi :

Gambar

grafik  (chart)  merupakan  visualisasi  gangguan  kamtibmas  yang  dapat dibaca secara cepat dan mudah

Referensi

Dokumen terkait

Konvensi menentukan bahwa kedaulatan negara pantai mencakup pula pengaturan penelitian ilmiah kelautan di Laut Teritorial atau Perairan Kepulauan. Hal tersebut berarti

Kultur atau budaya, habit atau kebiasaan orang atau masyarakat juga perlu diperhatikan dalam berkomunikasi. Orang Jawa atau Sunda pada umumnya dikenal dengan

3) Pasal 40 ayat (1) undang-undang nomor 15 Tahun 2002 (undang-undang tindak pidana pencucian uang) menyatakan bahwa setiap orang yang melaporkan terjadinya

SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA Pada tanggal 11 Januari 1971 lahir Surat Keputusan Bersama antara Ketua Mahkamah Agung No. 4/SK/Kapolri/71 dan Menteri Kehakiman

(4) Jumlah, letak dan jenis-jenis alat pemadam kebakaran dan alat pengendali kerusakan di dlam kamar mesin bersama dengan peng gunaannya dan berbagai kecermatan

Konstitusi dapat berupa hukum dasar tertulis yang lazim disebut UUD, dan dapat pula tidak tertulis. UUD menempati tata urutan peraturan perundang- undangan tertinggi dalam

Dalam pelaksanaan tugasnya anggota PJR dituntut untuk selalu siaga dan berpedoman kepada motto courtesy, protection, and service (ramah tamah perlindungan dan

Metode ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik terhadap materi yang diberikan Pengertian skala, Cara mengukur jarak pada peta,