5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.4 Analisis Input – Output (I-O)
5.4.2 Keterkaitan Sektoral
Analisis keterkaitan (linkages analysis) menyatakan tingkat ketergantungan antar sektor dan sejauh mana sektor tertentu dipengaruhi oleh dan mempengaruhi sektor lainnya. Kaitan antar sektor dapat diidentifikasi berdasarkan arah penggunaan output dan input sebagai kaitan ke depan (forward linkages) dan ke
belakang (backward linkages). Sektor-sektor yang memiliki keterkaitan ke depan yang kuat akan mampu mendorong perkembangan sektor-sektor di depannya (sektor hilir). Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang yang kuat akan menarik aktivitas sektor-sektor di belakangnya (sektor hulu) melalui peningkatan
output pada sektor tersebut. Keterkaitan antar sektor yang kuat mengurangi ketergantungan sektor tersebut terhadap impor sehingga dapat memperkecil kemungkinan terjadinya kebocoran wilayah.
Beberapa keterkaitan yang dapat diperoleh melalui analisis I-O, yaitu: 1. Keterkaitan Langsung ke Belakang (Direct Backward Linkage/DBL)
Indeks keterkaitan langsung ke belakang dianalisis dengan menggunakan matriks koefisien. Indeks ini menunjukkan efek permintaan suatu sektor terhadap perubahan tingkat produksi sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung (Rustiadi et al. 2011). Indeks keterkaitan langsung ke belakang disajikan pada Gambar 25.
Gambar 25. Keterkaitan langsung ke belakang sektor-sektor perekonomian Indeks keterkaitan ke belakang sektor perikanan menempati urutan ke-14 dari seluruh sektor perekonomian. Nilai DBL sektor ini sebesar 0,11, angka ini menunjukkan bahwa total input antara yang dibutuhkan oleh sektor perikanan untuk menghasilkan output sebesar Rp 1,00 adalah sebanyak Rp 0,11. Sisanya Rp 0,89 (=Rp 1,00 – Rp 0,11) berasal dari input primer. Sektor yang mempunyai pengaruh besar terhadap total output sektor perikanan adalah sektor perikanan itu sendiri, perdagangan besar dan eceran serta bangunan/konstruksi. Sektor yang
0,04 0,07 0,24 0,05 0,11 0,15 0,09 0,41 0,36 0,39 0,25 0,09 0,38 0,04 0,11 0,37 0,12 0,16 0,12 0,16 0,21 0.00 0.13 0.25 0.38 0.50 Tanaman Bahan Makanan
Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Pertambangan tanpa migas dan penggalian Pengilangan Minyak Bumi Industri Tanpa Migas Listrik Gas kota Air bersih Bangunan/Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran Hotel dan Restoran Pengangkutan Komunikasi Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Usaha Sewa Bangunan dan Jasa Perusahaan Pemerintahan Umum dan Pertahanan Jasa Sosial kemasyarakatan serta jasa lainnya
memiliki nilai DBL tinggi di antaranya sektor pengilangan minyak bumi (0,41), listrik (0,39), bangunan/konstruksi (0,38), pengangkutan (0,37) dan industri tanpa migas (0,36).
2. Keterkaitan Langsung ke Depan (Direct Forward Linkage/DFL)
Indeks keterkaitan langsung ke depan dianalisis dengan menggunakan matriks koefisien. Indeks ini menunjukkan banyaknya output suatu sektor yang dipakai oleh sektor-sektor lain (Rustiadi et al. 2011). Gambar 26 menyajikan
indeks keterkaitan langsung ke depan sektor-sektor perekonomian hasil analisis I-O.
Gambar 26. Keterkaitan langsung ke depan sektor-sektor perekonomian Sektor yang memiliki DFL teratas adalah perdagangan besar dan eceran (0,92), tanaman bahan pangan (0,50), bangunan/konstruksi (0,41), jasa sosial kemasyarakatan serta jasa lainnya (0,34) dan pemerintahan umum (0,32). Sektor ini mampu menarik peningkatan nilai output dari sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Cianjur lebih besar dibandingkan dengan sektor lainnya.
Sektor perikanan mempunyai nilai DFL sebesar 0,09 dan berada pada urutan ke-11 dari seluruh sektor perekonomian. Nilai tersebut memberi arti apabila terjadi pemenuhan permintaan sebesar Rp 1,00, maka total output sektor perikanan yang digunakan untuk memenuhi seluruh permintaan antara adalah sebanyak Rp 0,09, dan sisanya sebanyak 0,91 (=Rp 1,00 – Rp 0,09) digunakan untuk memenuhi permintaan akhir.
0,50 0,03 0,18 0,02 0,09 0,00 0,03 0,00 0,11 0,09 0,00 0,01 0,41 0,92 0,31 0,26 0,07 0,08 0,18 0,32 0,34 0.00 0.25 0.50 0.75 1.00 Tanaman Bahan Makanan
Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Pertambangan tanpa migas dan penggalian Pengilangan Minyak Bumi Industri Tanpa Migas Listrik Gas kota Air bersih Bangunan/Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran Hotel dan Restoran Pengangkutan Komunikasi Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Usaha Sewa Bangunan dan Jasa Perusahaan Pemerintahan Umum dan Pertahanan Jasa Sosial kemasyarakatan serta jasa lainnya
Sektor perikanan memiliki nilai DBL (0,11) yang lebih besar dari nilai DFL (0,09). Hal ini mengindikasikan bahwa sektor perikanan lebih banyak menggunakan output dari sektor lain sebagai input. Sebaliknya, penggunaan
output perikanan sebagai input bagi sektor lain yang masih rendah. Kondisi ini dapat dimungkinkan karena output sektor perikanan lebih banyak berupa ikan segar yang langsung dijual untuk memenuhi permintaan akhir sehingga nilai tambah yang dapat dimanfaatkan oleh petani ikan berkurang. Apabila ikan dapat digunakan sebagai input bagi sektor lain lebih besar maka kenaikan output sektor ini akan menimbulkan peningkatan seluruh permintaan antara.
3. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang (Direct Indirect Backward Linkage/DIBL)
Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang (direct indirect backward linkage/DIBL) menunjukkan pengaruh tidak langsung dari kenaikan permintaan akhir satu unit sektor tertentu (j) yang dapat meningkatkan totaloutput
seluruh sektor perekonomian. Parameter ini menunjukkan kekuatan suatu sektor dalam mendorong peningkatan seluruh sektor perekonomian (Rustiadi et al.
2011). Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang disajikan pada Gambar 27 dengan sebaran nilai DIBL yang hampir seragam.
Gambar 27. Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang
Nilai DIBL tertinggi adalah sektor listrik dan pengangkutan (1,46). Kedua sektor tersebut mempunyai pengaruh tidak langsung yang lebih tinggi yang dapat meningkatkan output seluruh sektor perekonomian. Hal ini dimungkinkan karena listrik dan pengangkutan merupakan komponen vital yang diperlukan dalam proses produksi. Sektor perikanan sendiri mempunyai nilai DIBL sebesar 1,13.
1,04 1,09 1,27 1,07 1,13 1,19 1,12 1,45 1,43 1,46 1,33 1,11 1,44 1,05 1,23 1,46 1,14 1,19 1,16 1,19 1,25 0.00 0.60 1.20 1.80
Tanaman Bahan Makanan Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Pertambangan tanpa migas dan penggalian Pengilangan Minyak Bumi Industri Tanpa Migas Listrik Gas kota Air bersih Bangunan/Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran Hotel dan Restoran Pengangkutan Komunikasi Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Usaha Sewa Bangunan dan Jasa Perusahaan Pemerintahan Umum dan Pertahanan Jasa Sosial kemasyarakatan serta jasa lainnya
Apabila terjadi kenaikan permintaan akhir pada sektor perikanan Kabupaten Cianjur sebesar 1,00 rupiah, sementara permintaan akhir pada sektor lainnya tidak berubah, maka output perekonomian Kabupaten Cianjur akan meningkat sebesar Rp. 1,13.
4. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan (Direct Indirect