• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketersediaan makanan, kurangnya makanan dapat menyebabkan proses moulting berjalan dengan lambat, karena kepiting tersebut membutuhkan nutrien dan kalsium (Ca) untuk

Dalam dokumen NASKAH MODUL ELEKTRONIK (Halaman 30-36)

menguatkan cangkangnya yang baru. Sebagai contoh, kepiting hermit memakan cangkangnya yang lama, sebagai sumber nutrien dan kalsium ketika proses moulting dilakukan. Cangkang kepiting akan mulai mengeras setelah enam atau tujuh jam dan proses tersebut akan selesai sekurang-kurangnya empat hari.

Kepiting yang telah mengalami ganti kulit akan kehilangan kemampuannya untuk berenang, kepiting tersebut tenggelam pada substrat. Dibutuhkan sekitar dua atau tiga jam untuk mengembalikan kemampuan berenangnya ketika cangkangnya lunak.

31 Nilai Ekonomis

Kepiting, lobster, udang dan mantis merupakan bahan makanan yang berprotein tinggi bagi manusia. Kepiting dapat juga diproses menjadi kepiting soka, kepiting cangkang lunak baik dengan cara di press menggunakan tekanan tinggi, melakukan ablasi, juga diberi campuran ekstraksi daun bayam.

32 Daftar Pustaka

Ng, P.K.L. Crabs in The Living Marine Resources of the Western Central Pacific Vol.2. Cephalopods, crustaceans, holothurians and sharks. FAO. Carpenter, K.E.; Niem, V.H. (eds). Roma

Yamindago, A. 2012. Molecular Phylogeny of Crab Species Collected From Samaesarn Islands, Thailand: An Emphasis On Family Xanthidae Alcock, 1898 Sensu Sakai (1976) (Decapoda: Brachyura). Thesis. Burapha University.

Infraorder Bracyura. http://species-identification.org, accessed 18-10-2012.

Manning, R.B. 1998. Stomatopod. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific Vol.2. Cephalopods, crustaceans, holothurians and sharks. FAO. Carpenter, K.E.; Niem, V.H. (eds). Roma Chan, T.Y. 1998. Shrimp and Prawns. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific Vol.2.

Cephalopods, crustaceans, holothurians and sharks. FAO. Carpenter, K.E.; Niem, V.H. (eds). Roma Chan, T.Y. 1998. Lobster. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific Vol.2. Cephalopods,

33 2. Karakteristik umum serangga laut (Marine Insecta)

Tujuan Instruksional Umum

1. Mahasiswa mengetahui karakteristik umum serangga laut

2. Mahasiswa mengetahui mekanisme biologis mengapung, respirasi dan reproduksi serangga laut 3. Mahasiswa mengetahui nilai penting keberadaan serangga laut

Serangga merupakan organisme yang jumlahnya lebih dari 75% dari keseluruhan hewan yang telah teridentifikasi. Dari sejumlah serangga yang telah teridentifikasi tersebut, hanya sekitar 3-4% hidupnya di air atau sebagian stadia (fase) hidupnya berada di air. Sekitar 9,000 serangga yang hidupnya berada dibawah atau diatas air dan sekitar 3,000 spesies diketahui hanya pada stadia larva saja misalnya lalat dan nyamuk. Serangga-serangga tersebut umumnya ditemukan di perairan tawar dan sangat sedikit yang terdapat di laut atau berada di sekitar pantai.

a. Mekanisme mengapung

Serangga air memiliki mekanisme khusus untuk mencegah agar tidak tenggelam. Mekanisme tersebut antara lain:

1. Umumnya serangga yang mendarat di air terperangkap oleh tegangan permukaan (surface

tension), sedangkan serangga yang berukuran kecil dapat tenggelam sekalipun pada titik air.

2. Serangga air memiliki lapisan kulit anti air (waterproof skin) yang dilapisi oleh lilin, sehingga air tidak dapat melekat membasahi tubuh serangga tersebut.

3. Memiliki kaki yang berambut sehingga serangga tersebut tidak terperangkap oleh air dan memudahkan untuk proses mengapung, seperti yang terdapat pada gambar…

(Andersen &, Cheng, 2004) Gambar 36. Mekanisme mengapung pada serangga

34 b. Sistem pernafasan

Sistem pernafasan pada serangga terdapat dua tipe yaitu pada fase larva, serangga air insang yang telah berkembang dengan baik untuk mengabsopsi oksigen dari air, pada fase dewasa menggunakan udara bebas yang terdapat di permukaan melalui trakea. Sistem ini juga dimiliki oleh jenis Arthropoda lainnya, seperti yang terdapat pada gambar 37.

Gambar 37. Sistem pernafasan pada serangga

Udara masuk menuju Trakea melalui spirakel (lubang kecil) yang terdapat pada eksokeleton (epidermis) yang berfungsi sebagai jalur masuk oksigen ke dalam tubuh. Selama terbang spirakel akan terbuka untuk memasukkan udara dan ketika serangga istirahat spirakel akan tertutup. Serangga menggunakan udara yang tersimpan pada kantung udaranya pada saat istirahat. Selanjutnya udara dari Trakea akan masuk menuju pembuluh-pembuluh Trakea yaitu Trakeolus. Pertukaran gas merupakan interaksi antara trakeolus dengan sel-sel tubuh.

Pada serangga air yang berukuran kecil, luas permukaan tubuhnya lebih besar daripada volumenya, sehingga difusi O2 dapat berjalan dengan baik. Pada serangga air yang berukuran besar, udara akan dikumpulkan melalui mekanisme kontraksi menuju ke kantung udara (air-sacs).

Sistem pernafasan terbuka hanya digunakan oleh sebagian kecil serangga air dan umumnya digunakan oleh serangga darat. Sistem pernafasan tertutup umumnya digunakan oleh serangga air.

35 c. Sistem Ekolokasi (Echolocation) dan Komunikasi

Umumnya serangga sangat sensitif terhadap riak atau gelombang air (water ripples). Beberapa spesies bahkan memiliki kemampuan untuk mengenali gelombang air yang dibangkitkan dengan beberapa tujuan antara lain:

1. Mendeteksi mangsa (prey) atau pemangsa (predator) 2. Mencari pasangan

3. Melakukan komunikasi satu sama lain d. Sistem reproduksi

Sistem reproduksi pada serangga bervariasi tergantung jenisnya masing-masing, berikut sistem reproduksi pada serangga:

1. Bau (Odour)

Pada beberapa jenis serangga misalnya ngengat, memiliki kelenjar yang memproduksi bau pada abdomen untuk mensekresikan Feromon. Senyawa kimia ini menarik jantan sesame spesiesnya. Penjantan akan mendeteksi feromon tersebut melalui antenanya sekalipun jumlahnya sedikit 10 -16 g. Sekitar 46% pejantan dapat mendeteksi betina yang jaraknya sekitar 4 km dan 26% jantan dapat mendeteksi betina pada jarak 11 km. beberapa pejantan juga mensekresikan feromon untuk menarik betina melakukan reproduksi.

2. Penglihatan (Vision)

Umumnya kupu-kupu mengidentifikasi lingkungan dengan melihat variasi warna dan pergerakan. Pejantan akan mengimitasi warna dari betina. Selain itu juga akan mengimitasi warna dari jantan-jantan lainnya. Beberapa lalat jantan membentuk kawanan yang kokoh, kemudian para betina tertarik dengan aksi yang dilakukan para jantan tersebut, masuk ke dalam kawanan kemudian mencari pasangan. Lalat api jantan tertarik, kemudian menuju ke betina karena adanya cahaya yang dipancarkan oleh betina tak bersayap. Pola cahaya yang dipancarkan sangat spesifik pada organisme tertentu.

3. Suara (Sound)

Nyamuk jantan tertarik dengan variasi suara yang dihasilkan oleh getaran sayap yang dihasilkan oleh betina. Beberapa serangga betina seperti jangkrik, belalang dan sejenisnya tertarik dengan suara yang diproduksi oleh para jantan. Jangkrik menggunakan kemampuannya untuk menggali untuk membangkitkan suara. Jangkrik menggunakan ruang tambahan pada abdomennya untuk menghasilkan suara. Beberapa belalang daun berkomunikasi menggunakan vibrasi substrat.

36 4. Alat reproduksi internal (internal genitalia)

Sistem reproduksi betina yaitu sepasang ovary, oviduk lateral dan oviduk umum dan vagina. Umumnya setiap ovary tersusun oleh beberapa ovarioles untuk memproduksi telur yang berlimpah. Kebanyakan serangga betina juga memiliki satu atau beberapa spermathecae dimana sperma dapat disimpan beberapa lama dan dapat dirawat dengan sekresi dari kelenjar spermathecal. Telur-telur yang akan diletakkan telah dilengkapi dengan pelindung dan kelenjar asessoris sehingga telur-telur dapat merekat pada substrat.

Sistem reproduksi jantan terdiri dari sepasang testis (tempat produksi testis), vas deferens (tuba dari testis), vesikel seminal (tempat penyimpanan sperma), kelenjar assessories (yang menyediakan cairan seminal dan spermatofora) dan pembuluh kontraksi.

Strategi perkawinan

Umumnya serangga melakukan tarian untuk memikat betina untuk selanjutnya melakukan reproduksi. Para jantan dapat saling berkompetisi satu sama lain untuk memperebutkan betina dengan cara membandingkan ukuran tubuhnya. Beberapa serangga betina tidak akan melakukan reproduksi kecuali bila jantan telah memiliki wilayah dan sumber makanan yang memadai.

Tipe reproduksi

1. Ovipar. Umumnya betina memiliki ovipositor (genital eksternal) untuk membantu meletakkan

Dalam dokumen NASKAH MODUL ELEKTRONIK (Halaman 30-36)

Dokumen terkait