• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teri ma kasih, sud ah diberikan kesempatan kepada kami dan mudah-mudah Bapak ... bisa menjawab. Bapak Bomer Parasibu, saya Ketua ADEKSI Pak, kebetulan kader Golkar, karena Bapak dari Golkar baru, orang tua saya Golkar semua Golkar, jadi saya harus patuh sama orang tua pak. Mudah-mudahan tadi yang dari Nanggroe Aceh Darussalam katanya orang tuanya Golkar, tapi beliau bukan Golkar mudah-mudahan beliau masuk surga, karena tidak patuh kepada orang tua, ada tadi satu.

Baik pak, saya ingin menjawab ataupun ingin memberikan masukan tambahan kembali terkait beberapa pertanyaan-pertanyaan. Yang pertama, dari Bapak Abdul Hakim mengenai jangka waktu perencanaan di dalam tata ruang ini, menurut saya memang harus ada waktu Pak, ada waktu paling tidak 20 tahun, kenapa harus 20 tahun dengan diperlakukannya UU Nomor 32 tentang Otonomi Oaerah, kemudian UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, di mana walikota, gubernur, termasuk presiden harus menyusun RPJP, RJPMD, saya rasa di situ harus disinkronkan pak, karena di sana memuat tentang visi misi jangan sampai nanti ada gubernur, walikota baru, presiden baru yang akan menjadi presiden, menjadi walikota, menjadi gubernur menyusun visi, misi bertentangan dengan semua perencanaan itu.

Jadi, harus ada sinkronisasi antara satu undang-undang dengan undang-undang yang lain sambil ini berbicara tentang tata ruang, berbicara tentang tata ruang berbicara juga tentang program, berbicara tentang rencana apa yang akan kita laksanakan ke depan. Jadi 20 tahun waktu yang menurut saya baik disesuaikan juga dengan sistem penyelenggaraan di negara kita ini, baik di tingkat pusat maupun di daerah, itu Bapak Abdul Hakim barangkali, karena itu tadi pertanyaan berlaku untuk ADEKSI.

Yang kedua, tadi dari Bapak Afni tentang ibu kota negara sampai beliau bertanya apakah sudah seharusnya, apakah tidak semestinya kita berbicara membicarakan tentang ibu kota negara, menurut saya sudah seharusnya Pak, bahkan bukan saat ini sesungguhnya dari dulu ketika negara ini didirikan pemerintah sudah berbicara tentang ibu kota negara tidak seperti sekarang amburadul, saya setuju dengan ibu kota negara atau persoalan pemerintahan ini ada di mana-mana, ketika ada demo sedikit, negara kacau bingung, negara harus berpikir sedemikian rupa, karena ada demo yang harus melewati berbagai kepentingan pemerintah. Menurut saya sudah seharusnya pak, bahkan di dalam UU tentang Tata Ruang ini sudah harus menjadi contoh atau model bagi semua penyelenggaraan pemerintahan daerah, ada pengaturan tentang bahwa ada wilayah untuk kantor pemerintahan yang didalamnya hanya tentang pemerintahan, seperti sekarang di semua Indonesia kantor pemerintahan dengan dunia perdagangan dan kantor-kantor lain jadi satu. Kita lihat kabupaten/kota, provinsi semuanya menjadi satu di situ, mall ada di situ, kantor ada di situ, terminal ada disitu dan lain sebagainya. Ke depan menurut saya sampai lagi tidak menutup kemungkinan bahwa akan timbul nanti provinsi baru, Kabupaten baru di negara kita ini, kenapa tidak kita atur dari awal seperti itu, sehingga nanti kalau ada kabupaten baru, kota baru, provinsi baru dia sudah menetapkan bahwa wilayah dalam sekian hektar atau sekian kampung ini, sekian wilayah ini, disitu adalah semua kantor pemerintahan bagi ibu kotanya, sehingga tidak masuk di situ ada pusat-pusat perbelanjaan yang merusak penataan dan mengganggu masyarakat untuk masuk akses ke pemerintahan itu.

Rancangan Undang-Undang Tentang Tata Ruang ini, kalau bisa menjadi model buat kita ke depan, seperti Depok, Bekasi tidak jelas, tadi kalau ada persoalan sedikit yang mengganggu jalannya pemerintahan yang terjadi di semua daerah di seluruh Indonesia.

Mengenai sampah Pak, sampah menjadi trouble, kenapa kami katakan ini juga harus menjadi turunan, menjadi pemikiran bagi UU ini, sebab sekali lagi ketidak berdayaan pemerintah ketika tempat itu jadikan pembuangan sampah. Saya rasa k.ita terlalu ego kalau berbicara mengatakan bahwa sudah seharusnya kita memikirkan sendiri-sendiri memikirkan tentang sampah. Mohon maaf pak, bukan hanya orang susah, bukan hanya orang bodoh, orang pintar

ARSIP

DPR

RI

sendiri ternyata tidak menyelesaikan sampahnya sendiri, bukan hanya kita anggota DPRD semua orang yang lebih pintar, ini terjadi Pak. Jadi saya rasa terlalu mimpi kita mengatakan bahwa soal sampah bisa diselesaikan diri sendiri. Di Depok, mohon maaf pak Afni, bukannya saya tidak setuju, karena apa yang kita bicarakan tentang bagaimana menyelesaikan sampah diri sendiri sungguh sangat luar biasa sulitnya. Di Depok sekarang ini Pak Nurmahmudi sedang mencanangkan tentang insenerator ada satu proyek di sana dikerjakan kita punya TP.6- 11 hektar yang kita kelola menjadi tempat pembuang akhir, dan menjadi trouble di sana masyarakat sebagian menolak dan sebagai menerima. Begitu kita hitung untuk membeli mesin dimana Depok sampahnya itu dalam kurun waktu tertentu 30 ribu meter kubik yang harus kita selesaikan dalam satu hari itu. Mesin yang sedang kita persiapkan itu hanya mampu menyelesaikan 30 meter kubik, sehingga kita butuh mesin sebanyak 100 unit, 100 unit mesin, 1 unit mesin harganya Rp450 juta, sehingga kalau kita butuh ditambah dengan biaya operasional dan ternyata dalam pengelolaan tetap masih membutuhkan tempat kurang lebih 2000 sampai 1000 meter kita membutuhkan anggaran biaya kurang lebih 65 miliar untuk membeli mesin itu. PAD Kota Depok Cuma 58 miliar, jadi sungguh sangat besar Pak, kalau memang sampah mau ditangani saya rasa pemerintah pusat harus bertikir itu dan anggaran lagi-lagi menjadi persoalan. Jadi tidak mudah, untuk itu lagi-lagi walaupun kita pergunakan mesin tempat ahir pembuangan sampah sungguh tetap dibutuhkan, tidak ada tidak ada tempat, tetap tempat itu dibutuhkan Pak. Kenapa saya katakan di sini harus ada kewibawaan dan ketegasan Pemerintah sehingga ketika Pemerintah butuh, di situ sudah dikatan bisa kita pergunakan untuk tempat pembuangan ahir sampah yang tetap di dalamnya mengayomi masyarakat di sekitar tempat ahir pembuangan sampah itu. lni yang perlu kami memberikan masukan lagi kepada Bapak sekalian yang berbahagia.

Kemudian yang selanjutnya mengenai sanksi, tadi juga dari Pak Afni masih bertanya tentang sangsi ataupun dari Bapak-bapak yang lain, menurut saya penting Pak sanksi ini diberikan bukan hanya oleh masyarakat atau perorangan, tetapi kepada pemerintah banyak kasus bupati, walikota melanggar RTRl/V dan lain sebagainya, demi kepentingan tertentu, tetapi tidak diberikan sanksi dan masyarakat tidak berdaya untuk melakukan sanksi itu, dan sanksi menurut saya bukan hanya persoalan administrasi, tapi kita harus berikan pidana, sehingga sekali lagi timbul kekuatan hukum pasti bagi UU yang akan kita perlakukan ini, jadi sanksi bukan hanya untuk administratif tapi juga harus pidana.

Kemudian untuk daerah, sanksi pidana dituangkan dalam bentuk Perda, sehingga semakin kuat, ini barangkali yang ingin kami tegaskan kepada bapak-bapak yang berbahagia. Dan siapa yang diberikan sanksi kalau ketika pemerintah daerah ya tadi ketika Bupati yang memberikan izin sesungguhnya itu melanggar sesuai dengan UU, maka bupati itulah yang harus diberikan sanksi ataupun sebaliknya gubernur mfsalkan harus kepada gubernur. !tu bapak-bapak sekalian yang berbahagia tentang beberapa hal.

Kemudian tadi yang berkaitan dengan k:eseragaman maksud saya, kami berharap dari ADEKSI, tapi ada keseragaman yang bisa ditimbulkan dari RUU ini ketika nanti diundangkan tentang tadi penempatan wilayah pemerintahan dan bukan pemerintahan, sehingga menjadi model tersendiri bagi kita menata Indonesia ke depan ini.

Kemudian tentang ruang bawah tanah, ini banyak bangunan fungsi tinggi dan lain sebagainya hotel misalnya yang membuat ruang parkir di luar batas wilayah tanah miliknya, kemudian ide subway dan seterusnya, itu ada di sana, itu dibicarakan di sana.

Kemudian mengenai sampah lagi-lagi ini masyarakat harus mengurus sendiri sampahnya seperti tadi kami katakan, kemudian di Negara maju saja pembuang sampah ditindak tegas dan lain sebagainya, ini menjadi catatan juga buat kita kedepan, tetapi sekali lagi itu barangkali menjadi catatan buat kami beberapa ha! yang menarik. Persoalan-persoalan yang terkait mengenai persoalan tata ruang pada hari ini, barangkali itu pak sekedar tambahan dan tadi saya sangat tertarik dengan bapak di atas orang tua kami data-data agar lebih lengkap lagi diberikan kepada kami, kepada ADEKSI maupun kepada DPRD Kabupaten/Kota dan lain sebagainya, bahkan kalau perlu pak, dalam pertemuan selanjutnya bukan hanya kami pak dari DPRD Kabupaten/Kota, tapi bisa dipertemukan antara l/Valikota antara eksekutif dengan legislatif di tingkat daerah. Jangan sampai nanti dalam pertemuan itu bapak pisahkan legislatif tersendiri, eksekutif sendiri takut kalau-kalau berbicara eksekutif berbicara lain menyalahkan legislatif, legislatif menyalahkan eksekutif kita tidak mau saling menyalahkan, kita di tingkat daerah sesuai dengan UU Nomor 32 eksekutif dan legislatif sama-sama penyelenggaran unsur pemerintahan di daerah. lni barangkali yang menjadi catatan kami, tetapi sekali lagi pak, dengan UU tersebut kami seolah-olah jadi anak buah

ARSIP

DPR

RI

Departemen Dalam Negeri itu perlu Bapak pikirkan ke depan. Supaya Bapak bisa menentukan gaji bapak sendiri kami juga bisa menentukan itu tidak diatur berdasarkan PP dan UU, kasihan Pak, saya yang berhadapan langsung dengan masyarakat, kalau bapak kan melalui informasi dari kami, jadi paling tidak pernah minta-minta begitu, sama saja ya. Tapi tidak seberat kami pak, kurang lebih terima kasih, mohon maaf.

KETUA RAPAT:

Baik, terima kasih.

Sekedar pemberotahuan buat rekan-rekan Pansus, seyogyanya hari ini ada empat yang memberikan masukan, tapi karena sampai terakhir dari BKKSI dan APEKSI tidak melayangkan surat permohonan maaf tidak bisa hadir dalam pertemuan ini dan minta dijadwalkan kembali.

Baiklah, untuk itu barangkali sekedar saya sampaikan bahwa hasil daripada notulen hari ini, jadi karena ini ada RDPU tidak mengikat, karena ini merupakan notulen, maka saya bacakan hasil daripada notulen hari ini adalah:

1. Pansus Penataan Ruang DPR RI memberikan apresiasi kepada PPS! dan ADEKSI atas masukan dan saran pada pembahasan RUU tentang Penataan Ruang sebagai revisi atas UU Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.

2. Pansus Penataan Ruang DPR RI mengharapkan agar masukan dan saran substansi dari Pasal demi Pasal dari APPSI dan ADEKSI dapat diformulasikan ke dalam sandingan matriks Daftar lnventarisasi Masalah (DIM) RUU tentang Penataan Ruang yang antara lain meliputi:

a. Kejelasan hirarki Rencana Tata Ruang sesuai kewenangan maupun kepentingan pemerintah pusat atau nasional, pemerintah provinsi regional dan pemerintah kabupaten/kota atau lokal khususnya yang dikaitkan dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah atau UU Otonomi Daerah.

b. Sinkronisasi dan penataan kembali seluruh peraturan perundangan khususnya terkait dengan pembaharuan agraria dan pengolahan sumber daya alam;

c. lntegrasi pengaturan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara dalam penyelenggaraan penataan ruang;

d. Sistem informasi sumber daya alam, sistem informasi geografi, dan system informasi pertanahan sebagai landasan menyusun rencana tata ruang;

e. Keterpaduan semua rencana sektoral dan daerah (provinsi, kabupaten/kota, dan masyarakat) untuk mewujudkan rencana tata ruang yang mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat;

f. Rencana Tata Ruang lbu Kata Negara dan Megapolitan;

g. Devinisi ruang yang mencakup ruang daratan, ruang lautan, ruang udara, ruang reklamasi dan ruang bahwa tanah;

h. Sistem jaringan pengendalian banjir dan persampahan;

i. Pengaturan ruang terbuka hijau yang disertai dengan pencantuman angka atau presentase;

j. Standar pelayanan minimal penyelenggaraan penataan ruang;

k. Peranserta masyarakat dalam proses penataan ruang dan kewajiban pemerintah untuk membangun pranata akses dan menyediakan informasi;

I. Kepastian hukum dan mekanisme sanksi bagi masyarakat maupun pemerintah yang melakukan pelanggaran terhadap penata ruang.

3. Pansus Penataan Ruang DPR RI menghendaki agar APPSI dan ADEKSI dapat berperan sebagai mitra strategis Pansus untuk memberikan pemikiran-pemikiran alternatif dalam pembahasan dan penyempurnaan RUU Penataan Ruang ini.

lnilah hasil daripada notulen hari ini. Untuk itu, barangkali kepada teman-teman Pansus apa disetujui? Baik! Bagaimana Ketua APPSI dan ADEKSI, setuju ya?

(RAPAT: SETUJU)

Baik, silakan!

KETUA ADEKSI (BABA Y SUHAEMI):

Barangkali antisipasi saya katakan Pulau Biak, is the only place in the world yang mampu menyiapkan tolong diantisipasi.

ARSIP

DPR

RI

KETUA RAPAT:

Baik, terima kasih.

Jadi demikian barangkali maka RDPU dengan Ketua APPSI dan Ketua ADEKSI hari ini kami anggap selesai dengan mengucapkan Alhamdulillah Rapat Dengar Pendapat Umum ini saya tutup.

Wabillahittaufiq walhidayah Wassalaamu'alaikum wr. wb.

(RAPAT DITUTUP PUKUL 16.45 WIB)

a.n. Ketua Rapat Sekretaris Rapat,

Ora. Hani Juliasih

~

NIP. 210001453

ARSIP

DPR

RI

Dokumen terkait