Terima kasih atas usul yang simpatik dari F ABRI;
Jadi memang kalau kita membaca keseluruhan dari Kons:iderans Menim-bang ini memang satu dengan yang lainnya tidak biS:l dipisahkan. Tadi maksud kami adalah hanya untuk menyempitkan pembicaraan sehingga kita lebih terfokus kepada masalah-masalah yang esensi mana di butir "a" ini.
Itulah yang menjadi pegangan kita untuk kalau nanti memasuki Panitia Kerja. Saya kira tidak ada suatu hal yang berbeda namun demikian telah kami konsultasikan dengan Pimpinan yang lain memang ada baiknya kita melihat
secara keseluruhan. ·
Jadi kami ulangi bahwa memang yang but.ir "a" ini esensinya adalah peran film atau perfilman itu sendiri di dalam pengembangan budaya bangsa dan pembangunan nasional, ini saya kira tidak ada suatu hal yang sangat berbeda.
Ini yang sudah kita simpulkan sebagai salah satu bekal bagi Panitia Kerja yang akan datang. Kemud:ian mengenai rumusannya itu lebih tepatnya bagaimana, apakah rumusan FABRI apakah rumusan Pemerintah mungkin ini bisa nanti secara lebih detail dibicarakan.
Kemudian penjelasan dari Pemerintah yang ditunjang oleh F ABRI bahwa usulan-usulan dari FKP ini bukan merupakan suatu hal yang tidak ada gunanya, ini tetap bermanfaat diusulkan tadi di dalam Penjelasan. Inipun suatu usul yang cukup simpatik dan kemudian juga yang ini bisa ditunjang nanti di dalam, setelah kita membicarakan butir "b", begitu. Oleh karena itu tanpa bermaksud untuk menutup pembicaraan butir "a" ini, maka dari Pimpinan juga sepakat untuk mengusulkan kita lihat sebagai suatu kesatuan, antara butir · "a", butir "b", dan juga butir "c" dan butir "d" nantinya.
Mungkin dari situ nanti kita bisa membuat suatu ringkasan ulang apa yang telah kita bicarakan selama hari ini. Jadi kalau tidak ada hal yang lain lagi kami bisa beralih kepada butir "b", dengan sekali lagi tetap berpandangan bahwa Konme:rans Menimbang ini tetap merupakan suatu kesatuan antara butir "a", butir 'b" butir "c" dan butir "d" tadi Kamikira demikian.
Baik, kalau demikian kita beralih kepada huruf "b" saja yang sama-sama sudah kita lihat, kami ingin bacakan sekali lagi. Rancangan Undang-50
undang menyatakan bahwa butir "b" bahwa dengan memperhat1kan peran film sebagaimana di atas, diperlukan sarana hukum dan upaya hukum yang lebih memadai bagi pembinaan dan pengembangan perfilman Indonesia.
Dari Daftar Inventarisasi MasaJ,ah yang ada, di sini kita lihat FKP mengusulkan suatu rumusan, kemudian FA~RI juga mengusulkan suatu rumusa~ penyem-pumaan penyisipan kata, dan IFPP mengusulkan untuk tetap seperti Rancang-an UndRancang-ang-undRancang-ang, FPDI juga mengusulkRancang-an tetap seperti RRancang-ancRancang-angRancang-an UndRancang-ang- Undang-undang. Karena di sini ada dua usulan yang berbeda sedikit nuansanya dengan Rancangan- Undang-undang, maka kami persilakan terlebih dahulu kepada Fraksi pengusul.
Kami persilakan FKP terlebih dahulu.
FKP (DRS. H. ABU HASAN SAZILI M.) : Terirna kasih Saudara Ketua.
Jadi sebagaimana kami
1
bicarakan tadi, bahwa FKP menganut azas konsistensi Jadi kita berbicara runtun. Oleh karena itulah pada Konsiderans Menimbang butir "a" tadi kami berbicara mengemi perfilman, maka pada Konsiderans Menimbang pada butir "b" pun kita berbicara mengenai per-filrnan. Oleh karena itu usulan dari FKP, untuk lebih lengkapnya kami baca-kan butir "b". bahwa untuk meningkatbaca-kan pembinaan dan pengembangan perfilman di Indonesia, diperl*kan perangkat Hukum serta upaya yang mema-dai". Karena kita memandang bahwa perangkat hukum yang ada selama ini kurang menunjang pembinaatj dan perlgembangan daripada perfilman Indo-nesia. Oleh karena itu akan qiperlukan perangkat hukum serta upaya yang memadai sebagai implementasi daripada adanya perangkat hukum tersebut.
Jadi inilah ·usulan FKP, meng~pa FKP tetap memakai kata-kata "perfilman"
itu sendiri sebagai suatu azas k?nsistensi Terima kasih Saudara Ketua.
KETUA RAPAT:
I I
Terima kasih.
Kami persilakan F ABRI. I
F ABRI (DRS. MADE supIARTHA) : I
Dari F ABRI di dalam rtsulannya ini memang tidak terlepas dari pe-ngertian atau usulan yang disebutkan dalam butir "a". Kami melihat di sini bahwa film itu dengan peran~ya sebagaimana yang disebutkan dalam butir
"a" ini memang diperlukan ~paya, yaitu upaya pembinaan, upaya pengem-bangannya, dan juga upaya p~rlindungan. Upaya pembinaan, pengembangan dan perlindungan ini dengan / sendirinya dari perfilman itu sendiri sebagai suatu kegiatan dari seluruh kegiatan. Dengan sendirinya bahwa agar pembina-an dpembina-an perlindungpembina-an maupun pengembpembina-angpembina-an ini tidak menjurus kepada arah yang lain, memang dipetlukan sarana hukum, sehingga dengan sarana 51
hukum ini semuanya nanti terikat di dalam proses kegiatan perfilman, di mana perfilman berarti seluruh kegiatan untuk menghasilkan suatu film. Jadi oleh karena itu di sini yang dibina itu adalah kegiatan perfilmannya, per-lindungannya pun menyangkut mengenai orang-orang yang terlibat di dafum kegiatan perfilman itu. Dan dikembangkan itu juga mungkin akan menyang-kut mengemi tehnik atau cara daJam rangka me1akstnakan keg:iatan film. Jadi oleh karena itu di sini dalam usuJan F ABRI di sana menekankan bahwa di-perlukan sarana hukum, memang ini jelas diperlukan karem negara kita ini adalah negai'a hukum, sehingga setiap kegiatan itu harus ada dasar hukumnya clan juga dapat dipertanggungjawabkan menurut hukum yang ber1aku. Di da-lam kaitannya dengan ini tidak hanya pembinaan saja, tapi pengembangannya juga perlu perliniungannya. Jadi oleh karem itulah kami rasa mengenai di clalam rangka pembangunan dan pengembangan bangsa in~ kami rasa perlin-dungan itu mempunyai landasan yang perlu mendapatkan perhat:ian didalam rangka pembinaan clan pengembangannya. Jadi oleh karem itulah maka FABRI menambahkan yaitu menyisipkan kata "perliniungan" sebagaimana dari konsep Pemerintah, berarti bahwa pacla dasarnya bahwa F ABRI menye-tujui apa yang d.irumuskan oleh konsep Pemerintah, hanya memmbahkan kata "perlindungan" untuk menitik-beratkan agar adanya kepast:ian di dalam pembinaan dan pengembangan di dalam proses pembangunan.
Demik:ian Pak.
Terima kasih.
KETUARAPAT:
Terima kasih.
Ini tadi suclah kita dengar dua Fraksi yang mengusulkan rumusan yang berbeda claripada Rancangan Undang-undang, dan selanjutnya kami persila-kan tanggapan dari Fraksi..fraksi lain terhadap usulan yang agak berbeda dari
Rancangan Undang-unclang ini.
Kami mulai dulu dari FPDI, kami persilakan.
FPDI (B.N. MARBUN, SH.):
Terima kasih.
Dalam usulan FPDI memang tertulis tetap, karem sesuai dengan ru·
musan, butir "b" ini mengacu kepada butir "a". Jadi secara keseluruhan da-.lam arti padat, rumusan butir "b" ini pada prinsipnya sudah memenuhi Na-mun setelah kami timbang-timbang, itulah emknya kita dalam membuat ru-musan ke masa depan yang lebih baik. Kami bukan mau mungkir dari tang-gapan tetap tadi, tapi kita memilih yang terbaik. Kamijuga bukan mau mem-bebek pada FABRI di sini, tapi melihat bahwa perlindungan itu memang per-lu. Jadi kami hanya mengusuJkan sed.ikit peruba.han, kata "untuk" itu tidak perlu, tapi setelah kami baca, baris ke-empat : "bagi pembinaan,
pengembang-52
an, dan ·perlindungan perfilman Indonesil". Kalau usul kami dari segi bahasa bisa diterima, maka kami cenderung apa yang diusulkan dari FABRI inimasih mengikat kepada butir "a", icesinambungan dari butir "a", bukan lepas dari .butir "a". Karera "Menimbang" atau "Mengingat" ini ¥.alah Konsiderans
yang kait mengkait dan saling melengk~pi
Demikian usul kami,.
Terima kasih.
KETIJA RAPAT:
Tanggapan terhadap pengusul yang lain? Mungkin belum terungkap, ada dua Fraksi di sini, FKP dan FABRI.
'FPDI (B.N. MARBUN, S.H.) : Terima kasih.
Kami bukan lupa sebenarnya, cuma sudah secara tidak langsung kami mengatakan tadi, rumusan dari FKP ini dalam keseluruhannya memang dalam arti yang sama, tetapi pernbahasannya agak lepas dari butir "a'.. Dari "Meng-ingat" butir "a" tadi, maka dengan demikian kami lebih cenderung kepada rumusan Pemerintah dengan tambahan perbaikan dari FABRI, dengan catatan bahasanya kita saling perbaikij
Terima kasih. I KETUA RAPAT:
Terima kasih Juru Bicarta dari FPDI, kami persilakan dari FPP.
FPP (NY. HJ. AISYAH INY, S.H.):
Terima kasih Saudara K ua.
Sesuai dengan apa yang I sudah Saudara Ketua kemukakan, yaitu tang-gapan kami terhadap usul penyempurnaan dari Fraksi-fraksi.
Yang pertama, usul
pen~empurnaan
dari FKP kami1melihat bahwa esen-. sinya hampir sama dengan naskah, yaitu bahwa untuk meningkatkanpem-binaan dan pengembangan pe~filman Indonesia diperlukan perangkat hukum serta upaya memadai. Ini hanya membalik kalimat yang di sini, tapi dalam naskah asli yang juga FPP me~yetujui, karena ini dikaitkan dengan pada bagi-an butir "a", yaitu tujubagi-an kiJ itu apa sebetulnya film itu supaya dia merupa-kan alamat yang dapat bersa u dengan kegiatan-kegiatan lain dalam pemba-ngunan nasional. Untuk mem erhatikan peran yang seperti itu, maka diperlu-kan sarana hukum dan upay yang lebih mernadai bagi pernbinaan dan pe-ngembangan perfilman Indonesia. Jadi di sini untuk bisa berhasilguna atau efisien dan efektif, usaha-usaha ke arah itu perlu ada upaya atau perangkat hukurn dan upaya-upaya la~ dalam rangka pernbinaan dan pengembangan 53
perfilman Indonesia. Karena itu merupakan suatu kemtuan, kami melihat nas-kah asli ini lebih cukup mengarah danjelas sumbernya.
Yang kedua, yang diusulkan FABRI, bahwa di sini ditambahkan adanya usaha perlindungan. Intinya kami dapat memahami dan dapat menyetujui, tetapi barangkali kurang tepat kalau kita masukkan dalam Konsiderans "Me-nimbang" ini. Sebetulnya inti dari pembinaan perfilman itu adalah dalarn nas-kah undang-undang ini yang harus kita perhatikan bagairnana rnernbinanya dan bagaimana mengembangkan perfilman di Indonesia. Ini mungkin nanti dalatn penjelasan bagaimana perlindungan itu dapat dijelaskan.
Perfilman itu tentunya perfilman Indonesia dalam pengertian ini adalah apa yang dilakukan oleh usaha perfilman di Indonesia ini khususnya oleh Bangsa Indonesia. Itu yang perlu dilindungi, dan kami kaitkan pula tentang
· kalau disebutkan di sini perlindungan perfilman Indonesia, di dalarn Bab I Pasal 1 Ayat (2), dikatakan perfilrnan itu adalah seluruh kegiatan yang berhu-bungan dengan pembuatan, jasa teknik, pengeksporan, pengimporan, peng-edaran, pertunjukan dan atau penayangan film.
Jadi semuanya ini termasuk, sedangkan kita lihat, bahwa yang ingin 'kita lindungi ini adalah film-film yang diproduksi oleh bangsa kita sendiri.
Sedangkan film-film itu kita cegah masuk sepanjang dia tidak membantu dan menunjang bagi permbangunan nasional pada umumnya. J adi kami melihat tentang perlindungan ini harus dibuat sedemikian rupa sehingga jelas yang kita lindungi itu. Jadi tentunya terhadap film impor itu tidak perlu dihilangi, film impor itu kita cegah yang tidak berm~nfaat.
Demikian Saudara; Ketua.
T eriJm kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih atas tanggapan dari FPP terhadap usulan kedua Fraksi yang mengusulkan rumusan yang agak berbeda.
Namun demikian kalau dilihat memang tidak ada suatu perbedaan yang esensial di sini, yaitu FKP ini memang kalimatnya dibalik dari yang ada de-ngan perbedaan sedikit, yaitu istilah sarana hukum, di sini perangkat hukum,
~ kemudian pembinaan dan pengembangan, di dalam Rancangan Undang-un-dang di bagian belakang, di sini di depan, begitu. Ini yang kita lihat dengan catatan tadi me~emi film dan perfilman memang tetap konsisten pendirian-nya.
Sedangkan dari F ABRI selain hal redaksional memang mengusulkan su-atu pengertian penambahan, yaitu mengenai perlindungan yang· kalau tidak keliru di sini Pemerintah memakai istilah pembinaan dan pengembangan, tentunya rnungkin sudah masuk perlindungan. Tentunya ini, tetapi namun demikian nanti kita akan mendengar bagaimana tanggapan dari pihak Peme-rintah terhadap usulan dua Fraksi yang mengusulkan rumusan lain daripada
54
Rancangan Undang-undang sena terhadap tanggapan dari Fraksi-fraksi yang lain.
Kami p~rsilakan dari piha~ Pemerintah untuk menanggapi.
PEMERINTAH (MENTERI PENERANGAN/H. HARMOKO):
Terima kasih, Pi.mpinan dan para Anggota Panitia Khusus.
Pertama-tama Pemerintah menyampaikan penghargaan bahwa untuk membicarakan Konsiderans Menimbang butir "a", butir "b", butir "c" dan butir "d" ini harus dibaca dalam pengertian kesatuan, karena apa ? Karem Konsiderans Menimbang inilah yang meJliadi titilc tolak di dalam kita menja-barkan permasalahan-permasalahan lebih lanjut nanti, sehingga kita tidak ber-pilcir secara sepenggal-sepenggal a tau sepotong-sepotong di dalam mengartilcan Konsiderans Menimbang ini Oleh karena itu menanggapi usulan dari dua Fraksi, yaitu FKP dan F ABRI, terlebih dahulu Pemerintah ingin menjelaskan khusus untuk buttt "b" ini memang tidak terlepas kaitannya dengan butir
"a'', mengapa ? Karena memperhatilcan peran film tadi, jadi produknya, pro-ses perfilman meJliadi film produk, kita perhatilcan, maka dipedukan sarana hukum, dan upaya yang lebih memadai bagi pembinaan dan pengembangan perfilman Indonesia. Jadi prinsip ini yang ingin kita tuangkan di dalam butir
"b" ini '·
Dengan kata lain, maka lkalau kita simak usulan penyempumaan dari FKP yang tadi juga sudah dil' anggapi oleh beberapa Fraksi lainnya, ini se-betulnya tidak ada perbedaan hanya memutar kalimat saja tapi tujuannya sama, tapi konteks kepada butir "a" itu di dalam butir "b" dicantumkan I I
karena ini korttinuitas dari peJ/nahamart dan pengertian butir "a'' tadi. Oleh karena itu menurut hemat k~i kali ini dari FKP juga sebenamya kalau kita lihat dari usulannya tidaki merubah esensi dari pengertian yang diusul-kan oleh pihak Pemerintah. Dari F ABRI selain memahami penambahan dan pencantuman istilah perlindJngan, tapi menurut Pemerintah pengertian pembinaan itu sudah termashk hanggarbeni dan hangrukebi melindungi itu. lni perlu kita kemukakan~tapi kalau ini misalnya perlu ada penjelasan, kami pilc.ir bisa dituangkan da m Bab PeJlielasan. Tapi pengertian pembina-an itu sebenamya sudah men. pembina-angkut perlindungpembina-an, ya kalau bahasa ypembina-ang sering digunakan itu ya protefsionisme-lah, proteksi sama dengan memberi perlindungan. Tapi pengertian I pembinaan itu yang dituangkan oleh Peme-rintah sudah mencakup bidang perlindungan. Tapi kalau ini ingin dirinci
I
lagi saya lebih cenderung kala(l hal ini dituangkan di dalam segi Penjelasan, dengan demikian sebenamya apa yang diusulkan oleh F ABRI sudah ter-masuk pengertian perlindungap di dalam pembinaan itu, tapi kalau ingin dirinci lagi Pemerintah tidak ke?eratan dalam Penjelasannya.
Demikian, terima kasih. I KETUARAPAT:
Terima kasih.
SS
Demikian telah kita dengar suatu penjelasan atas pengusul dari FKP yang mempunyai rumusan yang dinilai oleh pihak Pemerintah tidak ada perbedaan yang esensi, tetapi pengkalimatan yang memang agak berbeda.
Sedangkan F ABRI memang penambahan perlindungan tadi pada dasamya perlindungan itu sudah termaktub di dalam pembinaan. Namun demikian kalau memang kita sepakat untuk dimasukkan bisa saja. Sebagai ilustrasi pada waktu DPR-RI ini1membicarakan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1985 yaitu tentang Organisasi Kemasyarakatan, memang istilah pembinaan men-jadi diskusi yang cukup hangat pada waktu itu dan waktu itu memang ke-mudian ditambahkan dalam penjelasannya, pembinaan sebagaimana dimak-sud dalam pasal ini diperlukan dalam rangka membimbing, mengayomi dan mendorong, di sini Organisasi Kemasyarakatan ke arah pertumbuhan yang sehat dan mandiri sesuai dengan jiwa dan semangat Undang-undang ini. Saya pikir pihak Pemerintah pun tidak keberatan, memang itulah yang artinya pembinaan, jadi kami kira F ABRI juga tidak alergi dengan istilah pembinaan, sebab1FABRI, kami kira yang pelopor dari pembinaan itu sendiri, tetapi ini; mau tebih mengeksplisitkan mengenai perlindungan. Jadi sikap dari Pemerintah tadi kami kira sudah cukup bisa kita dengar.
Demikian dari pihak Pemerintah terhadap Fraksipengusul, pengusul atas rumusan, butir ''b" ini, dan dari Pimpinan tidak meinandang ini se-bagai suatu hal yang terpisah, maka tadi kita usulkan antara butir "a" dan butir "b" ini memang kita bicarakan sebagai satu kesatuan, bahkan derigan butir "c" dan butir "d" nanti sebagai satu kesatuan.
Dari FKP masih ingin menambahkan ? Silakan.
FKP (DRS. H. ABU HASAN SAZILI M.) : Sedikit Saudara Ketua.
Kalau kita baca rumusan dari Rancangan Undang-undang secara jelas, maka kita akan melihat bahwa yang diatur, yang dibina dan dikembangkan itu hanya perfilman Indonesia saja, film-film Indonesia. Kalau pengertian kami perftlman Indonesia itu hanyalah ftlm-ftlm Indonesia saja, ftlm-ftlm yang dihasilkan oleh orang-orang Indonesia. Kita mempunyai perbedaan di sini, tadi kami sampaikan bahwa FKP sesuai dengan azas konsistensinya, bahwa memang kaitannya de~n Konsidernns Menimbang "a" itu memang tetap ada, tapi yang kita bicar?kan di sini adaJah pengembangaii perfilman di Indonesia. Undang-undang ini berbicara mengemi perfilman di Indonesia, ti-dak hanya perfilman Indonesia saja. Nah ini perlu kita jelas menangkap mak-nanya karem apa ? Karem perfilman di Indonesia itu mencakup keseluruh-an, apakah itu film yang dihasilkan oleh bangsa Indonesia maupun film-film import. Itulah yang diatur dalam Undang-undang ini Karem itu FKP berbi-cara bahwa untuk meningkatkan pembinaan dan pengembangan perfilman di Indonesia diperlukan perangkat hukwn serta upaya yang memadai KaJau , kita kaitkan dengan F ABRI, maka F ABRI berbicara mengenai perlindung-56
an perfilman Indonesia. Ini kembali mengecilkan dari Undang-undang ini, kembali berbicara hanya perlindungan mengenai perfilman Indonesia saja, sedangkan kita berbicara mengenai perfilman keseluruhan sebagai suatu totalitas, baik film impor maupun film-film yang dihasilkan oleh bangsa Indonesia sendiri.
Jadi ini kami pikir ada perbedaan-perbedaan kalau Saudara Ketua kata-kan tidak ada perbedaan, ada perbedaan sedikit kalau kita lebih artikata-kan lebih spesifik. Nah maksud kita adalah perfilman di Indonesia inilah yang dibina dan dikembangkan, buk<tn hanya perfilman Indonesia saja. ·
!
Terima kasih Saudara Ketua.
KETUARAPAT:
Tadi kami mau meluruskan juga bahwa kami kira mengenai film Indone-sia atau perfilman IndoneIndone-sia yang perlu dibina, kami kira tidak ada perbeda-an. Ini justru yang mau menjadi sorotan khusus Pemerintah dan bangsa ini bahwa film atau perfilman di Indonesia perlu ditingkatkan, dibina dan sebagainya. Tadi kalau tidak keliru tangkap, tadi dari pihak FPP mengingat-kan bahwa perfilman itu mencakup seluruh kegiatan, kalau tidak keliru tangkap demikian. Di dalam J<:egiatan ini termasuk adalah kegiatan ekspor dan impor. Di dalam hal ini te:E1 unya kita di DPR-RI bersama Pemerintah dan bangsa ini ingin membina dan engembangkan tentunya perfilman atau film Indonesia-nya. Jadi tidak un uk mengembangkan film import, saya kira bukan begitu. Saya kira ini ju]ga catatan yang saya kira tidak jauh berbeda dengan FKP. Jadi memang di isini FPP mengingatkan bahwa perfilman yang mencakup lima kegiatan itu 1!1arus jeli melihatnya, sebab di situ termasuk adalah kegiatan impor. Ini telntunya kami kira tidak jauh berbeda dengan FKP, FKP juga tidak mau atatl memfokuskan diri bahwa memang yang mau kita bina itu adalah film a tau perfilman Indonesia-nya itu sendiri.
• I
FKP (DRS. H. ABU HAStN SAZILI M.) :
Jadi yang dibina dan dpcembangkan oleh Undang-undang ini adalah _perfilman di Indonesia, terma~uk film-film impor itu sendiri, agar tidak
ber-tentangan maka dilakukan senisor, itupun termasuk pembinaan penyensoran itu. Jadi kita berbicara men$enai perfilman di Indonesia Saudara Ketua bukan hanya perfilman Indopesia saja sesuai dengan Undang-undang ini.
Terima kasih. :
KETUARAPAT 1
Baik, pada dasarnya k~ kira juga tidak ada suatu perbedaan bahwa perfilman di Indonesia kita hfUs bina dan harus dikembangkan. Kami kira tidak ada perbedaan dengan }fang lain, mungkin tadi telaahan Fraksi lain itu lebih atau Fraksi-fraksi pe~nggap di sini lebih katakanlah mengingatkan 57
pada kita bahwa dengan rumusan tersebut memang ada implikasi yang lain.
Kami persilakan pada FPP.
FPP (NY. HJ. AISYAH AMINY, S.H.):
Ingin kami mengusulkan Saudara Ketua supaya kita terlibat dengan . membahas di Indonesia apa pengertiannya, kalau Indonesia apa pengertian-nya, karena memang kita juga pemah punya Undang-undang Nomor 5 Tahun
1974, yaitu Undang-undang tentang Pemerintah di Daerah, tetapi itu tidak terinasuk di Desa. Oleh karena itu ada lagi Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 yaitu Undang-undang tentang Pemerintah Desa, itu hanya Desa. Jadi ba-rangkali bagaimana kalau kita kembali saja kepada judul Undang-undang, jadi bunyinya, bahwa dengan memperhatikan peran film sebagaimana di atas . diperlukan sarana hukum dan upaya yang lebih memadai bagi pembinaan dan pengembangan perfilman. Sesuai dengan judul supaya kita tidak berbeda pendapat, sebab jelas nanti di dalamnya apa yang diatur itulah semuanya itu.
J adi dengan demikian kita tidak berdebat soal bahasa.
Terima kasih Saudara Ketua.
KETUA RAPAT : Terima kasih.
Ini merupakan suatu catatan juga untuk Tim Perumus nanti di dalam merumuskannya.
F ABRI silakan.
F ABRI (DRS. MADE SUDIARTHA) :
Saudara Pimpinan, Yang terhorrnat Saudara Menteri Penerangan dan Rekan-rekan sekalian.
Kami dari F ABRI menyadari sepenuhnya mengapa di dalam usulan 1m mencantumkan atau menyisipkan kata perlindungan. Kalau kita per-hatikan mengenai arti dari kata pembinaan, pengembangan juga
Kami dari F ABRI menyadari sepenuhnya mengapa di dalam usulan 1m mencantumkan atau menyisipkan kata perlindungan. Kalau kita per-hatikan mengenai arti dari kata pembinaan, pengembangan juga