• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG-UNDANG PERF.ILMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG-UNDANG PERF.ILMAN"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

RISALAH RAPAT

PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG-UNDANG

Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat Ke

Jenis Rapat Si fat

Hari, tanggal Waktu Tempat Ketua Rapat Sekretaris Rapat Acara

Anggota Tetap yang haclir

Anggota Pengganti yang hadir

Pemerintah yang hadir

Anggota Tetap :

i TENTANG PERF.ILMAN

1991/1992.

III.

5

i

Rapat! Ker.ia Dengan Menteri Penerangan Republik Indonesia.

Terbuka

Senin, 27 Januari 1992 Pukul 09.00 \i\i1B

Wacanasabha-I Gedung MPR/DPR-RI.

JalanJenderal Gatot[ Subroto, Jakarta.

Ketu~ Panitia Khusus (Krissan'tono) Toip Heriyanto, S.H.

Pembicaraan Tingka t III Rancangan Undang-undang ·

Tentatig Perfilman. -

24 o4ng dari 25 orang Anggota.

8 or~g dari 12 orang Anggota

Ment~ri Penerangan Republik Indonesia, Sekretaris Jend~ral Departemen Penerangan, Inspektur Jende- ral pepartemen Penerangan, Direktur Jenderal

Radi~, Telefisi dan Film, Kepala Badan Penelitian dan Eengembangan Departemen Penerangan.

I

1. Krissantono .

p.

·Marcel Beding 2. Drs. H. Im<l? Soedarwo !PS. i 6. Ir. H.T. Surianyah

3. A. Hartono 7. Drs. H. Abu Hasan Sazili M:

4. H. Imron Rosyadi, S.H. ! 8. Drs. H. Harun A. Rasyidi

27

(2)

· 9. Ki. Suratman 17. H.E. Kusnaedi 10. Ny. Endang Kusuma Inten Soeweno 18. Drs. E. Syarifuddin 11. Ny. H. S.A. Legowo

12. Ny. Hartini Soesilo W.

19. Drs. Made Sudiartha

20. Ny. Hj. Aisyah Aminy, S.H.

13. Drs. Soetrisno R. 21. H. Kemas Badaruddin 14. Drs. Sabar Koembino 22. H. Andi Cella Nurdin

15. SavrinusSuarrli 23. B.N. Marbun, S.H.

16. Soeardi 24. Drs. H. Ukun Suryaman.

Anggota Pengga.nti

1.. H. Gunariyah K. Mochdie

2. Ny. A.S. Pitoyo Mangkoesoebroto 3. Ir. Ida Bagus Putera

4. Salvador Januario Ximenes Soares 5. Waltom Silitonga

6. Ginandjar

7. H.M. Y anis Zahiruddin 8. H. Muhammad Dja'far Siddiq

KETUA RAPAT (KRISSANTONO):

Saudara Menteri Penerangan bel"Sama Staf ataupun jajarannya yang kami hormati;

Saudara-Saudara-· Ariggota PanTtia. Khusus Perfilman yang saya hormati dan saya muliakan; 1

Selamat pagi kita

t>erjumpa

kembali.

Assalamu'alaikum wai-akhmatullahi wabarakatuh.

Pada pagi hari ini kita berjumpa kembali untuk meneruskan pekerjaan kita,. pembahasan Rancangan Undang-undang tentang Perfilman, dan pada hari Jum 'at yang lalu kita telah mengadakan kesepakatan bahwa: .materi pokok ataupun acuan pokok didalam pembahasan kita yang akan kita mulai juga pada pagi hari ini adalah 2 (dua) hal, yaitu pertama Rancangan Undang- undang tentang Perfilman dari Pemerintah, dan Kedua, _Usula Fraksi-fraksi yang berupa Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Dengan catatan adalah tam- . bahan ataupun koreksi kecil dari Fraksi-fraksi yang kemarin kami tawarkan.

Dan pada pagi hari ini nampaknya koreksian .tersebut telah dibagikan kepada kita bersama. Oleh karena itu berdasarkan dua materi inil.ah kita akan memu- lai pembahasan.

Sebelum kita memulai pembahasan tersebut, kiranya ada baiknya kami ingatkan prosedur di dalam pembahasan ini, yang saya,kira buat kita be1~

sama bukan merupakan hal yang baru. Akan tetapi_ untuk sekedar menp:·

ingatkan kita bersama, bahwa -Oemi kelancaran di dalam pembahasan Ran cangan Undang-undang ini, maka nanti kepada masing~masing Fraksi pengusul, kami berikan waktu untuk mengajukan usulannya tersebut beserta argumen·

28

(3)

tasinya. Dan baru kemudian dari Fraksi-fraksi termasuk juga dari Pemerintah dalam hal ini Saudara Menteri Penerangan untuk dapat soling memberlkan tanggapan. Dalam memberikan tanggapan inilah nanti akan kita carikan semak- simal mungkin dan sedapat Jhungkin dengan prinsip musyawarah, suatu titik temu baik di dalam hal pengehian, di dalam pendi:finisian ataupun perumusan- nya. Kemudian hat kedua yang menyangkut hal teknis adalah kita mulai rapat ini memang agak terlambat sedikit, tetapi jadwal kita adalah pukul 09.00 - 16.00 WIB. dengan break waktu nanti pada waktu makan \ siang kurang lebih pukul 12.30 WlB, kita lihat di dalam perkembangan pembicara- an. Tentunya sebelum puku1 12.30' WIB, mungkin ada baiknya kita sejenak kemungkinan untuk meringankan 'tubuh, supaya juga tidak terlalu tegang di dalam membahas masalah yang kita hadapi ini.

Demikian beberapa hal prosedur tehnis yang kami sampaikan pada kesempatan pagi hari ini. Qan diharapkan kita semua telah dibagikan oleh

fihak, Sekretariat Panitia Khtlsus. ,

Pertama adalah Risalah.Rapat Kerja Sementara Panitia khusus Rancangan Undang-undang -tentang Pdfilman, hari Jum'at tanggal 24 Januari 1992.

Dan kemudian laporan singkat juga yang berkaitan dengan laporan singkat ini merupakan kesimpulan ataupun keputusan dari rapat kita tanggal 24 Januari yang lalu.

Menurut tata tertib memang setiap Anggota· Panitia Khusus diberikan waktu kesempatan sampai 4r hari ·untuk mengadakan koreksi. Namun demi- kian ini tidak tertutup kem~ngkinan kalau nanti Saudara-saudara atau dari

pihak Pemerintah dalam hal ~ni Saudara Menteri Perierangari bisa menemukan waktu yang kurang ·tepat, lapgsung ki ta koreksi. Sehingga hal ini bisa merupa- kan pegangan kita bersama di dalam· dokumentasi maupun di dalam penyim- panan arsip-arsip yang lebih bisa dipertanggungjawabkan untuk di kemudian hari. Kemudian juga oleh Sfkretariat Panitia Khusus dibagikan kepada kita I

bersama ralat Daftar lnven~arisasi Masalah (DIM) dari Rancangan Undang- undang tentang Perfilman, yang dalam hal ini pertama dari FKP yang sudah disampaikan hari Jum'at. Njampaknya sekarang sudah dimasukkan ke dalam Rancangan Undang-undang tentang Daftar lnventarisasi Masalah yang baru.

Kemudian yang kedua juga dari FPP yang sudah juga disampaikan kepada

; kita. I

Pada saatnya nanti, terutama pada saat pembicaraan kita sampai ke- pada hal-hal yang diralat it4. Saya mohon juga kepada masing-masing Fraksi untuk lebih menekankan ad~ya ralat tersebut. Selain nanti di meja Pimpinan juga akan mengingatkan. ,

lnilah beberapa hal t~knis ! yang perlu kita sampaikan, dan kemarin menurut catatan kami darii Pemerintah, khususnya yang diungkapkan dari Saudara Menteri Penerangan! kemarin, hari Jum'at, bahwa sebenarnya terdapat beberapa ·materi rumusan atau pasal yang oleh keempat Fraksi memang sudah tidak dipersoalkan, artinya di dalam Daftar Inventarisasi Masalah tersebut di-

29

(4)

nyatakan tetap. Biasanya memang atas kesepakatan bersama, ini akan kita tetapkan lebih dahulu. Namun kalau kami lihat materi-materi tersebut biasa- nya berkaitan dengan judulnya, misalnya judul Rancangan Undang-undang itu sendiri, kemudian judul Baq I Ketentuan Umum. Kemudian beberapa judul yang lain. Ini kami kira, kami tidak perlu menanyakan ini kita sahkan terlebih dahulu. Mengingat juga semangat di dalam pembicaraan kemarin hari Jum 'at, semangat optimisme yang tinggi bahkan sangat optimis dari pihak Pemerintah. Kami kira tidak perlu, ini kita sahkan lebih dahulu yang empat Fraksi ini. Nanti sambil jaian. Dan kami kira ini hal-hal yang bisa kita rampungkan secara sekaligus: Karena di dalam materi dari keempat Fraksi yang disepakati itu memang terdapat hal-lial yang cukup menggantung, misalnya katakanlah salah satu Ayat dari Pasal ini, kalau kita tetapkan ayatnya terlebih dahulu sedangkan yang di d.epan-depan baru kita bicarakan kemudian, siapa tahu nanti ada kaitannya. Jadi tidak perlu kita mencabut lagi keputus- -an kita yang kita putuskan pada hari IX'.rtama, misalnya. Itulah per~mbangan

kami. Jadi sekalipun ada empat Fraksi yang sudah tidak mempersoalkan atau dengan kata lain usulannya tetap, tetapi itu tidak kita ketok lebih da- hulu. Jadi ini suatu hal yang kami kira bisa kita lalui nanti.

Demikian Saudara sekalian mengenai prosedur teknis dan saya kira sebelum kita masuki, apakah masih ada hal-hal teknis yang perlu diusulkan untuk kelancaran kita ini oleh FraksHraksi?

FPDI (B.N. MARBUN, S.H.) :

Terima kasih Saudara Pimpinan d_an Saudara Menteri Penerangan dan -peserta Panitia Khusus yang berbahagia.

Mohon juga Pimpinan menjelaskan dengan agak rinci, kira-kira proses pembahasan kita berapa lama. Supaya kita bisa mengancang-ancang·waktli.

Dan juga membagi kerja di antara teman-teman, sehingga nanti kita tidak kedatangan yang baru secara mendadak.

Terima kasih.

KETUARAP AT :

Atas permintaan dari FPDI maka sebenarnya saya ingin mengulang kembali apa yang telah kita tetapkan pada tanggal 17 Desember yang lalu.

Bahwa masa kerja kita ini kalau terhitung mulai tanggal 13, tanggal 14 yang lalu. Sampai menurut ketetapan Badan Musyawarah tanggal 9 Maret itu ada 56 hari ker)a. Jadi dengan pengertian 56 hari ini tidak kita masukkan hari Frabi.-·Memang secara ldms\.1.5 hari Sabtu itu merupakan kesepakatan kita un-

~uk kita pergunakan konsultaSi -masing-masing Fraksi.

Jaw

har.i ini kita mema- suki hari di "mana kita sudah mengadakan suatu Rapat Kerja secara intensif de- ngan Pemerintah. Sampai nan ti pada tanggal 13 Pebaruari 1992 jatuh pada hari 30

(5)

Jum'at. Jadi setiap hari kita akan mengadakan Rapat Kerja ini. Denan catat- an apabila · pihak Pernerintah kemungkinan besar ada suatu acara yang tidalc bisa ditinggalkan. Ini saya kira Panitia Khusus mempunyai toleransi yang cukup untuk memberikan k!esempatan kepada Pemerintah. Oleh karena jangan sampai juga tugas-tugas Pemerintah yang lain terhenti.

Dengan demikian dari jadwal kita ini, kita akan membahas sec~-.n1 ma- rathon sampai tanggal 13 Pebruari 1992. Kemudian setelah itu 14 Pebruari sampai dengan 28 Pebruari 1992 kita akan memasuki Rapat-rapat Panitia Kerja, yang sifatnya tertutupj Jadi pada hari ini, hari Jum'at dan ·seterusnya sampai dengan 13 Pebruari 1992 Rapat-rapat kita ini bersifat terbuka. Ter- buka oleh mass media, diberitakan dan lain sebagainya. Ini sesuai dengan tata tertib ki ta.

Kemudian setelah tangghl

28

Pebruari. itu, mulai tanggal 2 Maret, 3 Maret ada persiapan untuk Rapat Pleno. Pengesahan hal-hal sudah disepakati, di samping itu ada persiapan Fraksi·fraksi tentunya untuk menjelang tanggal 9 Maret yang akan datang. lni juga semua sudah dapat kita sepakati pada tanggal 17 Desember 1991.

Demikian pedoinan keitia kita untuk dapat kita manfaatkan sebaik·

baiknya. Dan saya percaya kiepada masing-masing Fraksi sudah mengadakan suatu persiapan yang sebaik-~aiknya untuk dapat memulai pembiearaan kita pada pagi hari ip.i. Dan apa masih ada yang menyangkut prose4ur teknis ? Kalau tidak ada, bisa kita niulai. Mungkin dari Pemerintah. Tidak ada. Jadi ini hal yang saya kira untuk[ kita bersama bukan merupakan hal yang baru.

I

Jadi baiklah Saudara-sat/ldara sekaliair, kita pergunakan saja dua materi yang sudah sama-sama kita s~pakati, yaitu Rancangan Undang-uridang naskah dari Pemerintah dan Dafta~. Inventarisasi Masalah dari Fraksi-fraksi yang sudah sama-sama kita pelajap. Dengan catatan Daftar lnventarisasi Masalah tersebut tentunya disesuaikt juga dengan catatan terakhir adanya koreksi koreksi teknis.

Baiklah kita mµlai pembica.faan ini dari judul terlebih dahulu Dari Daft;rr 1

Inventarisasi Masalah yang Jada apabila kita persandingan dengan naskah

~emerintah, maka nampalaih dari. keempat Fraksi, khusus mengenai Per- , filman ini tidak ada suatu usulan ini.

Oleh karena itu di sint kami lihat bahwa mengenai judul Rancangan Undang-undang Republik I~donesia Nomor sekian Tahun sekian tentang Perfilman tidak ada tanggap~. Kalaupun ada, baik di sini kami baca. FKP Perfilman berarti sama, FABRI masih kosong, saya pikir ini juga sama ntpi nanti akan kami tanyakan, FfP tetap, FPDI tetap.

Sebelum kita tetapkan

~tau

kita putuskan, kami ingin berttµtya kepada F ABRI apakah kosong ini berarti apa.

Kami persilakan.

I

31

(6)

F ABRI (SOEARDI) :

Maksudnya tetap. Jadi mohon maaf atas kesalahan atau kekeliruan, kelalaian pengetikan.

Terima kasih.

KETUARAPAT:

Terima kasih.

Dengan demikian dari keempat Fraksi mengenai "Judul" ini tidak ada usulan lain. Jadi sama dengan usulan dari. Pemerintah, yaitu tentang "Perfilm- an ". Dengan demikian Judul dapat kita sahkan sebagai Judul resmi dari Ran- cangan Undang-undangini. Setuju? Baik, terima kasih.

(RAPAT SETUJU)

Kemudian kita terus dengan "Rachmat Tuhan Yang Maha Esa", "Pre- siden Republik Indonesia", baru ke "Menimbang". Nampaknya ruinusan ini tidak ada kecuali kami baca dalam usulan FKP yang meralat secara teknis.

Benar demikian ini.

FKP (DRS. H. ABU HASAN SAZILI M.) : Betul. Jadi "C"nya itu dihilangkan

"KETUARAPAT :

Baik, dengan demikian maka sama. Jadi inipun kita dapat teruskan kem- bali. Dengan Rahmat", jadi bahasa Indonesia yang baik, Rah tidak usah pakati

"c". kami teruskan konsiderans Menimbang. "Menimbang : a. bahwa film sebagai salah satu media komWJikasi massa denar pandang, mempunyai peran yang besar artinya dalarn pengembangan budaya bangsa dan pembangunan nCBional"; Kami teruskan baca sampai butir d. "b. bahwa dengan memperhati- kan peran film sebagaimana di atas, diperlukan sarana hukum dan upaya yang lebih memadai bagi pembinaan dan pengembangan perfilman Indonesia";

"c:

bahwa Ordonansi Film 1940 Stb. 1940 Nomor 507 dan Undang-undang ·

Nomor 1/PNPS/Tahun 1964 tentang Pembinaan Perfilman Lembaran Negara Tahun 1964 Nomor 11 Tambahan Lembaran Negara Nomor 2622 sudah tidak Jagi memenuhi perkembangan keadaan dan kebutuhan bagi pembinaan dan penembangan· perfilman ln'donesia"; "d. bahwa sehubungan dengan ·hal-hal tersebut di atas dipandang perlu mengatur perfilman dalam Undang-undang".

Ada 4 butir

a,

b, c d dan Konsiderans Menimbang ini kalau kita lihat di dalam· Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) maka ada beberapa usulan dari FrakSi-fraksi Untuk kelancarannya, kami ingin bahas atau kami usulkan untuk kita bahas satu demi satu. Jadi huruf demi huruf begitu.

Dari butir "a" Konsiderans menimbflllg disini menurut Daftar lnventari- sasi Masalah (DIM), FKP ada usulan, kemudian FABRI' juga ada usulan, kemudian FPP tetap dan FPDI juga ada usulan. Kami akan mem berikan waktu pertama kali terle bih dahulu kepada masing-masing Fraks_i pengusul un tuk 32

(7)

mengajukan argumen tasi ataupun hal-hal yang diperlukan dalam rangka pe- nyempurnaannya ini.

Kami persilakan terlebih dulu Fraksi pengusul dari FKP.

FKP (DRS. H. ABU HASAN SAZILI M.) : Terima kasih.

Saudara Ketua, para Anggota Panitia Khusus yang terhormat, Pemerintah yang dalam hal ini diwakili oleh Menteri Penerangan., Bung Hannoko serta se- luruh Staf.

Pada butir 'a' dari Kohsiderans menimbang, FKP mengusulkan suatu usulan untuk lebih melengkapi dari pada apa yang tercantum di dalam Ran- cangan Undang-Undang. Usulan FKP ini didasarkan pada konstatasi fakta yang menjadikan motif untu~ dibentuknya satu Undang-undang. l.ebih leng- kapnya saya pikir saya bacjan saja usulan dari FKP agar supaya lebih leng- kap, yaitu 'Menimbang; a1 bahwa dalam rangka memajukan kebudayaan bangsa Indonesia se bagai budi daya seluruh rakyat perfilman mempunyai pe- ran penting dalam menciptakan iklim untuk mendorong tumbuhnya wawasan peran serta dan tanggung jawab masyarakat dalam pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila'. Jadi secara lengkapnya demikian 'usulan dari pada FKP untuk memperb~ki rumusan dari pada butir "a" menimbang ini yang disebutkan di dalam D~ftar Inventarisasi Masalah FKP. Saya pikir hal~hal yang lain ki ta lanjutkan.

I

Terima kasih. I KETUA RAPAT:

Terima kasih.

Selanjutnya kita ingin! dengar dari pengusul penyempurnaan FABRI.

Kami persilakan. I

F ABRI (DRS. MADE SIUDIARTHA) : Saudara Pimpinan yang 1saya hormati.

Rekan-rekan dari Anggpta Panitia Khusus Perfilman yang saya hormati.

Yang terhormat Saudfilja Menteri Penerangan dan jajaran yang saya hor-

mati pula. I

F ABRI di dalam apa yli.ng telah tercantum di dalam Daftar Irtventarisasi Masalah bahwa usulan ini

*

1 idasarkan kepada suatu pikiran, bahwa seperti apa yang telah disetujui ta. i, bahwa ini adalah suatu konsep Yang diajukan oleh Pemerintah ten tang Per 1lman. Jadi F ABRI menganggap bahwa Perfilman adalah hal ·suatu yang berkaitan dengan film. Dengan sendirinya sebagai suatu konsep ada alasan-alasan atau pertimbangan-pertimbangan atau pikiran-pikiran yang merupakan motif da1 Pemerintah. mengajukan suatu konsep tentang I

Perfilman. I

Sehubungan dengan itµ, di sini kita melihat pertimbangan di dalam Konsiderans dari Pemerinta~ itu dirumuskan di dalam butir "a" sampai de-

1 33

(8)

ngan butir ' d' . Dari keseluruhannya itu kami rasa merupakan suatu rang- kaian pertimbangan. Di dalam kaitan dengan itu kami melihat, dalam hal ini F ABRI melihat fokus utamanya adalah masalah film itu sendiri sebagai benda atau barang yang mempunyai kedudukan di dalam perfilman.

Oleh karena itu di dalam rumusan dari butir "a", F ABRI melihat moti- vasi dari Pemerintah di dalam pertimbangannya ada 2 (dua) hal yang penting, yaitu masalah filosofis, sifatnya itu adalah mengenai pengembangan budaya bangsa. Sedangkan aspek politiknya adalah pembangunan Indonesia. Jadi Kedua aspek inilah yang ditinjau di dalam rumusan butir "a" mempllllyai pe- ranan sangat pen ting. Oleh karena itu dari kaitan inilah untuk meletakkan film itu di dalam kerangka pembangllllan budaya bangsa, pengembangan budaya

bangsa dan pembangunan.

Sehingga pengembangan budaya bangsa ini se benarnya mencakup semua sektor kehidupan. Demikian pula pernbangunan itu juga akan menyangkut semua sektor kehidupan bangsa. Di dalam kaitan ini F ABRI memandang bahwa tidak perlu dipisahkan dari kedua aspek ini. Pembangunan itu tidak lain adalah juga pembangunan budaya bangsa.

Oleh karena itulah maka di dalam rumusan butir "a" ini prinsipnya F ABRI itu sependapat dengan Pemerintah. Tetapi hanya penyempurnaan di dalam segi redaksional saja, sehingga untuk menekankan bahwa adanya suatu · hal yang sama mempunyai sisi yang berbeda. Oleh karena itu di dalam usulan F ABRI itu mengganti kata "dalam" pada kata "dan dengan". Sehingga rumusan daripada F ABRI dalam hal ini khususnya "Menimbang: a. bahwa film sebagai salah satu media komunikasi massa dengar pandang mempunyai peran besar, artinya pada pengembangan budaya bangsa. Jadi di sini menggan- ti dari kata "dalam itu" dengan "pada" dalam pembangunan nasional. Jadi ini- lah sebagai dasar daripada usulan dari FABRI. Maka yang diutamakan lebih dulu itu adalah filmnya dulu sebagai suatu benda atau suatu barang sebagai hasil, yang mempunyai peranan di dalam hubungannya pengem bangan budaya bangsa dalam rangka pem bangunan nasional. .

Sa ya rasa demikianlah untuk sementara alasan dari F ABRI.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Terima kasih: Juru Bicara FABRI.

Kita lihat pengusul ketiga juga ada penyempurnaan dari FPDI.

Kami persilakan.

FPDI (B.N. MARBUN, S.H.) : Terima kasih Saudara Pimpinan.

Sidang Panida Khusus yang saya muliakan.

Secara keseluruhan rumusan Konsiderans Menimbang butir "a'', Pemerin- · tah sudah niendekati, sebenarnya apa yang dikehendaki oleh film itu. Namun 34

(9)

ada suatu hal yang agak mengganggu saya, saya mengikuti teori fungsional, what for, yaitu untuk apa Undang-undang itu.

Maka dengan demikian FPDI menekankan supaya lebih tajam dan lebih konkret bahwa fungsi perfilman itu apa. Maka kami ganti rumusannya sed:ikit, diubah sedikit. Bahwa film sebagai media yang. dapat berfungsi sebagai alat atau sarana komunikasi audio visual, mempunyai peranan besir, artinya di dalam pengembangan budaya bangsa dan kemauan nasional.

J

adi pada arti sebenarnya sudah dicakup di dalam konsiderans Menimbang tetapi cuma kami sempurnakan, yaitu fungsiona1 tadi

Adapun mengenai kata •ictengar pandang", memang ini setengah baku, artinya setengah resmi Tetapi supaya kita tidak terperangkap nanti 2 - 3 ta- hun lagi kata itu tidak dipakai lagi Maka kami sedikit konse.rvatif dalam hal ini memakai kata kemcali "audio visual", karena ini sudah agak internasionaL Dan dimengerti di mana-manajjuga generasi yang akan datang. Kalau "dengar pandang" itu sangat mengam~ang dalam arti tujuan bahasa. Coba sekarang

"dengar pandang' kita ini Aii>akah ini audio visual, belum toh. Kita dengar,

"dengar pandang" rekaman itu "audio visual".

Jadi di dalam hal ini kami tawarkan suatu perubahan bahwa "dengar pan- dang" tetap memakai"audio v~ual." Namun demik:ian kamijuga ingin rnende- ngarkan tanggapan dari Fraks~ lain, apakah terbaik. Dalam hal ini kami bukan mau menang sendiri tetapi letjih melihat kedepan. Dan kema kembali lfungsi- onal serta memakai istilah-istUah yang 20 tahun lagi mudah-mudahan masih dimengerti dipakai orang. ·

Terima kasih.

KETUA RAP AT :

Terima kasih demikian $audara-saudara Sidang Panitia Khusus yang saya

hormati. !

Setelah mendengar tiga j>engusul dari penyempurnaan terhadap penyem- purnaa n butir "a' konsidera~ Menimbang, dan sekarang kita a.kan bersama- . sama menanggapi dari masi~-masing Fraksi memberikan tanggapan atas usul-

an secara silang. !

I

Dan nampaknya di sini FPP itu yang tetap. Oleh karena itu kami berikan kesempatan pertama untuk menanggapi terhadap usulan-usulan yang ada,

se-

! ,hingga kita bisa nanti menqirii titik temu.

Kami persilakan FPP. ·

FPP (NY. HJ. AISY AH AMINY, S.H.) :

Assalamu 'alaikum warakhmatullahi wabarakaruh

Terima kasih Saudara Pimpinan. · .

FPP juga sebetulnya a~alah Fraksi pengusul, dalam arti dalam Fraksi- fraksi ini, FPP mengusulkan I untuk menyetujui apa yang dirua.kan oleh Pe- merintah. Ba:iklah Ketua,

b~angkali

kami juga sebelum mengem\i,kakan me- ngapa kami mengusulkan untljlk tetap. .

35

(10)

Apa yang diusulkan Pemerintah ini kalimatnya seperti yang kita dapat baca bahwa film sebagai salah sa~u media komunikasi mas8a "'dengar pandang"

mempunyai peran yang besar artinya dalam pembangunan pengembangan budaya bangsa dan pembangunan nasional.

Kami melihat formulasi ini cukup padat, jelas dan kelihatan arahnya.

Di sini pertama dijelaskan bahwa film itu apa ? dia adalah sebagai media ko- munikasi massa, nah fungsi ini jelas kita ketahui media komunikasi massa itu banyak sekali, maka film adalah salah satu dari media komunikasi massa dan seperti kami kemukakan dalam uraian kami pada pengantar musyawarah kemarin. Dia dibandingkan dengan media komunikasi yang lain, dia mempu- nyai peranan yang lebih, karena dia mempunyai juga kelebihan dan sekaligus dapat dilihat orang.

Nah oleh karem itu apa peramnnya, di sinijuga dijelaskan / dikatakan mempunyai peran yang besar artinya, dalam apa ? dalam pengembangan bu- daya bangsa, nah ini memang kalau kita lihat pembangunan nasionai memang adalah menyeluruh, akan tetapi karena dia merupakan bagian dari budaya bangsa yang dapat dikembangkan dan peranan ini memang penting dan juga pengantar musyawarah FPP juga mengaitkan, kalau kita cari kaitan film ini dalam Undang-Undang Dasar di mana ? dia ada dalam Pasal 32 wadah dalam budaya, maka dia perlu diberikan tempat yang khusus di samping pemba- ngunan nasional. Nah akhirnya juga pembangunan nasional ini adalah suatu target yang lebih besar lagi yang menyeluruh, oleh karena itu kami melihat apa yang dikemukakan oleh rumusan ini adalah rumusan yang sangat mema- dai Oleh karena itu usul dari FKP yang kami baca bahwa dalam rangka me- majukan kebudayaan bangsa Indonesia sebagai budidaya seluruh rakyat, kami merasa agak rancu, apakah benar kebudayaan bangsa Indonesia_ itu se- bagai budidaya seluruh rakyat, kami meragukan kalimat ini, sebab kalau kita bicara bahwa film adalah sebagai budaya, bagian dari budaya benai:', tetapi kalau kebudayaan bangsa Indonesia sebagai budidaya barangkali kita perlu pertanyakan.

Kemudian juga kalimat berikutnya, per.filman mempunyai peran penting dalam menciptakan iklim untuk mendorong tumbuhnya wawasan, peran serta dan tanggung jawab masyarakat dalam pembangunan nasional. Nah apakah cuma ingin kita ciptakan iklim dengan perfilman ini, kita ingin karena kita mengetahui betapa besarnya pengaruh film ini tidak _hanya iklim bahkanjuga langsung mertjadi tingkah _laku masyarakat. Nah ini tentunya kita harapkan benar-benar film ini dapat melaksanakan fungsinya sebaik-baiknya jangan sampai film ini malah justru merusak masyarakat kita, itu al~san kami, maka- nya usulan kami masih tetap dengan rumusan yang diajukan oleh Pemerintah.

Kemudian usulan dari FKP, seperti kami kemukakan tadi bahwa me- 1nang peranannya itu tidak hanya pemba~gun~n nasional secara menyeluruh dalam arti pengertian umum tetapi juga a'qa bidangnya sendiri yaitu bidang

(11)

pengembangbn budaya bangsa.

J

adi inipun perlu diberikan suatu tekanan yang khusus, sehingga kalimat kalau dikatakan hanya mengatakan, diganti kalimat

"dalam" mertjadi "pada" dan kata "dan" menjadi "dalam", sehingga lalu me- ngurangi arti yang sebenarnya.

Kemudian menanggapi FPDI, di sini dikatakan film sebagai media yang dapat berfungsi sebagai alat atau sarana komunikasi audio visual barangkali kalimat inipun agak rancu. Apakah hanya dapat berfungsi sebagai alat atau sarana komunikasi audio visual atau benar-benar berfungsi bukan hanya da- pat, kalau dapat itu juga boleh dikatakan tidak, tetapi benar-benar ber- fungsinya dia adalah media komunikasi audio visual yang istilahnya dipakai audio visual.

Mengenai pengertian · istilah audio visual sendiri, memang kalau visual barangkali lazim sekali kita df,gar di masyarakat orang menggunakan istilah visual, tetapi audio memang a k kurang begitu memasyarakatkan. Namun de- mik:ian mari kita bicarakan b sama istilah audio visual ini apakah audio visual atau dengar pandang, memang dengar pandang sendiri juga belum memasya·

rakat ditengah-tengah kita dan juga di dalam masyarakat luas, mungkin

irti

kita menggunakan kedua-duanya yaitu audio visual dan dengar pandang, audio visual nanti dalam perkembangannya, manakah yang paling dihayati oleh ma- - syarakat i sebagai suatu kalimat yang mertjelaskan apa yang kita maksudkan

barangkaliitu dapat kita libat fialam perkembangan nanti Demikian Saudara Ketua: Terima.kasih.

KETUA RAPAT : Terima kasih.

Tanggapan dari FPP terhadap ketiga pengusul dan kalau tadi kami kata-

'< kan FPP di sini tetap, tidak berarti tidak ada pendirian, jadi tetap memang

ada pengusul itu sudah included mungkin lebih ekspesif dikatakan demikian, terima kasih atas koreksian. I

Selanjutnya kami persilal1:an tanggapan dari' Fraksi-fraksi khususnya FKP, FABRI dan FPDI, tanggapan ~hususnya terhadap usulan Fraksi yang lain dan mungkin kalau memang sudatl mendengar tadi dari tanggapan dari FPP kami kira juga dapat diungkapkan sekaligus mengenai apa namanya usulan yang bersangkutan sehingga kita makin bisa dapat mengerti secara mendalam.

Kami persilakan FKP.

FKP (DRS. H. ABU HASAN SAZILI M.):

Terima kasih Saudara Ketua.

Pertama-tama kami sampaikan penghargaan dan terima

kasih

atas apa yang disampaikan oleh Ibu J\iisyah dari FPP, namun perlu kami sampaikan juga bahwa di dalam rumusar yang disampaikan oleh FKP, kita berbicara

37

(12)

mengemi perfilman, karem Undang-undang ini berbicara mengenai pefilman secara totalitas, maka FKP tidak memasukkan kata film di sini, karem film itu ada1ah hanya merupakan basil daripada perfilman itu sendiri

Kemudian yang kedua, kaJau dikatakan tadi bahwa ada kata-kata budi- daya yang menimbulkan kerancuan pe~ertian, di sini kami kurang sepen- dapat kaJau hal itu dikatakan menimbu.lkan kerancuan, tetapi bahkan ini bagi kami lebih memberikan arti akan hakikat daripada kebudayaan bangsa Indo- nesia arti akan hakikat daripada kebudayaan bangsa Indonesia itu sendiri se- bagai basil satu karya daripada seluruh rakyat. Oleh karem itu maka perfilm- an sebagai totalitas mempunyai peranan penting, tadi dikatakan bahwa di sini FKP memakai kata-kata daJam menciptakan iklim, bahwa apa yang dimak- sudkan oleh FKP untuk pemakaian kata-kata iklim ini adalah perfilman me- rupakan, menciptakan suasana yang akan mendorong untuk tumbuhnya wa- wasan, peran serta dan tanggung jawab daripada inasyarakat di dalam pem- bangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila. Jadi FKP dalam hal ini me- lihat adanya suatu wawasan yang lebih luas lagi yang diakibatkan oleh peran daripada perfilman itu sendiri Kemudian kalau kita lihat di dalam Pasal 2 Rancangan Undang-undang ini, maka sebetulnya bahwa rumusan daripada Konsiderans Menimbang yang disebut di dalam Rancangan Undang-undang ini adalah hampir bersamaan, oleh karena itu maka FKP menganggap kalimat ini kurang laz.im ditempatkan di dalam Konsiderans.

Selartjutnya mengenai usulan dari FPDI unttik pemakaian kata-kata a tau istilah audio visual, saya pikir sebetulnya kalau kita ingin kaji kata-kata dua ini sebenarnya mempunyai pengertian arti yang sama, jadi tidak ada perbeda- annya antara media dengar pandang dengan audio visual. Jadi kalaupun me- mang itu akan dipakai dua-duanya di dalam istilah-istilah lainnya nanti tidak bersala,h, tetapi FKP tetap ingin adanya suatu rumusan yang lebih luas lagi yang lebihjelas daripada dalam Konsiderans Menimbang "a" ini.

Kami pikir ini yang dapat kami sampaikan Saudara Ketua Terima kasih.

KETUARAPAT:

Sebelum kami Janjutkan terhadap usulan FABRI ada keberatan.

FKP (DRS. H. ABU HASAN SAZILI M.) :

Sebetulnya esensinya hampir sama Saudara -Ketua, jadi esensinya dari ru- musan apa yang disampaikan -oleh FKP, rumusan F ABRI esensinya adalah sa- ma, hanya redaksionalnya memang yang disampaikan oleh FKP mungkin memang agak panjang tetapi kami memandang bahwa ini akan lebih meleng- kapi

38

(13)

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih

Selanjutnya kami persilakan FABRI.

FABRI (DRS. MADE SUDIARTHA):

Saudara Pimpinan yang kami hormati,

Pertama, kami ingin menyampaikan terima kasih kepada FKP kh'ususnya yang menanggapi terhadap usul rumusan dari FABRI, di mana FABRI menya- dari bahwa rumusan FKP tidak jauh berbeda dari apa yang kami rumuskan.

Di dalam kaitan dengan ini, kami melihat hanya perbedaan daripada· kata·film dan perfilman, kalau film ini adalah merupakan suatu wujud dari suatu kegiat- an, sedangkan perfilman itu adatah merupakan kegiatan. 'Jadi oleh karerni itu kami lebih menekankan wujud dari hasil pada suatu kegiatan itu adalah film, sehingga film ini sebagai suatu barang produk adalah hasil karya ini akan mem- punyai peranan yang besar dalam pembangunan.

Yang kedua, kamijuga menanggapi apa yang disampaikan oleh.FPDI, ka- lau mengenai istilah yang dipergunakan misalnya yaitu adalah media dengar pandang. Kami menganggap bahwa dengar pandang ini sudah boleh dikatakan walaupun belim memasyarakat, tetapi kalau dibawa di dalam kamus besar yang dikeluarkan oleh Dep~emen Pendidikan dan Kebudayaan, j,(alau me- mang ini sudah diakui sebagai: produk Pemerintah yang resmi sifatnya bahwa dengar pandang itulah kami rasa sudah tepat. Tetapi apabila ingin juga

me-

nambahkan pengertian daripada audio visual itu mungkin bisa di aalam pen- jelasan-penj elasan nanti untuk mempertegas tentang pengertian dari dengar

pandang.

. .

Kami tidak setuju apabila: bahwa penekanan yang disampaikan oleh FPDI itu seolah-olah sebagaimana d~contohkan di dalam forum ini tadi, inijuga di- katakan bahwa semacam aud~o visual memang benar- bahwa ini adalah salah satu dari media dengar pandaqg. Kalau kita melihat dari media komunikasi itu bermacam-macam jumlahnya I dan jenisnya dan bentuknya. O°Ieh karena itu dengan penekanan salah satu 1 itu berarti b'ahwa film inilah sebagai salah satu dari media komunikasi dengar pandang. Jadi oleh karena itu di dalam kaitan- nya dengan penekanan dengan fungsional memang betul, itu nanti dirumus- kan di dalam Ba tang Tubuhitentang fungsi dari film itu. Jadi apabila kita meng- ungkapkan di dalam pertimbangan ini secara lengkap dan jelimet, akan pan- jang sekali nanti, tetapi cukup hal yang sangat mendasar, yang pokok saja, bisa

nanti uraian ini dijelaskan da~m penjelasan umum.

Mengenai apa yang disampaikan. oleh Juru Bicara daripada FPP, kami menekankan bahwa justru di dalam GBHN Tahun 1988 di sana dikaitkan

39

(14)

bahwa kebudayaan nasional yang be.rlandaskan Pancasila adalah perwujudan cita, rasa baligsa lndonesit dan merupakan kesungguhan daya upaya manuSia Indonesit untuk mengembangkan harkat dan martabat sebagai bangsa serta diarahkan kepada pembangunan nasional dalam segemp kehidupan bangsa.

Jadi berarti bahwa film ini adalah juga salah satu dari wujud upaya manusia Indonesit untuk mengembangkan harkat dan martabat bangsa, sehingga de- ngan demikian maka kami masih tetap kepada rumusan yang diusulk.an, bah- wa film ini mempunyai peran yang besir artinya pada pengembangan budaya bangsa dalam pembangunan nasional, sehingga di sana pengembangan kebu- dayaan bangsa ini tidak saja sebagai subyek di dalam.peinbangunan tetapijuga merupakan obyek pembangunan, kami ra_sa demikimlah pandangan F ABRI.

Terima kasih.

K.ETUA RAPAT:

Terima kasih.

Terakhir kita dengar FPDI yang belum menanggapi atas tanggapan-tang- gapannya, kami persilakan.

FPDI (B.N. MARBUN. S.H.):

Terima kasih Saudara Pimpinan,

Ternyata pandangan dari Fraksi-fraksi cukup menarik.

Kami mulai dengan rumusan kami dahulu bahwa film sebagai rnedia yang

"dapat", dapatnya bisa dihilangkan jadi tidak berfungsilah, namun demikian setelah kami timbang-timbang dap apa yang d~terangkan dari FABRI danjuga dari FPP serta membaca rancangan pertjelasan dari F ABRI dan juga dari FPP serta membaca rancangan penjelasan dari Rancangan Undang-undang ini, ka- mi melihat dari dua usul kami yaitu mengenai fungsi film sudah tercakup se-

~ tidak langsung dari rumusan Pemerintah ini dan juga dipertegas lagi oleh F ABRI, cuma barangkali seandainya rumusan dari F ABRI ini kami terima ya- itu kata pada baris ketiga ''hlrus" sebaiknya "bagi", bagi pengembangan bu- daya bangsa dalam pembangunan nasional, dengan catatan bahwa dengan de- mikian lebih fungsionaljuga,jadi sudah tercakup di sana.

4~.

Mengenai audio visUal, kami bukan mengada-ada, hanyalah untuk,mem- berikan suatu kenyataan apa yang hidup di dalam masyarakat, tetapi seandai- nya itu disebutkan di dalam kurung atau nanti dijelaskan dalam penjelasan

kami tidak keberatan. ·

Terima kasih.

40

(15)

KETUA RAPAT:

FPDI dengan Juru Bicara Saudara Marbun mungkin tanggapannya terha-

dap FKP belum kami dengar. .

FPDI (B.N. MARBUN, S.H. ):

Terima kasih, maaf karem kami agak sedikit tidak mengerti apa yang dimaksud dengan rumusa.n yang panjang, jadi kami tidak bisa mulai darimana itu, barangkali tidak ada yang menolak_.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih, Juru Bicara FPDI.

Demikian tadi satu a tau dua putaran telah kita dengar, pertama dari argu-.

inen masing-masing dengan. ~kaligu~ tanggapan terhadap usulan-usulan ini Sebelum · kami berikan kepada pihak Pemerintah dari Pimpinan mencatat di sini bahwa nampaknya yang tlidak ada persoalan sama sekali yaitu FPP dengan sikapnya menyetujui usulah konsep dari Pemerintah, yang perlu kita,dekat- kan sekrang adalah rumusan atau usulan dari FKP, FABRI dan FPDI. ·

Pertama, di sini ada satu hal yang mungkin memerlukan suatu pen- dekatan di antara kata yang ~adi diungkapkan oleh FKP yang pada akhirnya menyimpulkan bahwa tidak \ terlalu jauh berbeda dengan FABRI,.mungkin redaksional yang agak mung~dn perlu didekatkan, jadi esensinya tidak jauh b.erbeda. Namun demikian di sini di dalam persamaan tersebut ada satu hal mungkin ini yang cukup pririsip menurut kami adalah istilah perfilman dan film. Karena 'tadi kalau tidak\ salah·dengar FKP menekankan Undang-undang ini a tau menyatakan bahwa tjJndang-undang iniadalah bicara tentang perfilm- an. Oleh karena itu usulan~a berupa pengkalima~n pertama dimulai dari perfilman, sedangkan Fraksiifraksi lain termasuk FABRI tadi menekankan, yang dipentingkan adalah wu~ud dari kegiatan perfilman itu yaitu film; maka bunyi rumusannya film seb~gai media komunikasi, salah satu media masm.

dengar pandang dan seterus:q}-a. Ini perlu kesepakatan di antara kita, pende-

katan di antara kita. I · ·

i

Kemudian yang ke dua, Jhengenai fungsi, fungsi tadi tampaknya memang I

dari Fraksi-fraksi tidak mendengar adanya pertentangan, adailya rumusan,.clari Pemerintah bahwa berfungsi sebagai salah satu media komunikasi massa de- ngar pandang; hanya masalaftnya sedikit yang tadi dipersoalkan oleh FKP, apakah ini dicantumkandi Konsiderans ini atau di Batang Tubuh.

Kemudian yang ketiga menyangkut bahasa, saya kira daritadijuga tidak '

ada keberatan apa-apa menge~i istilah dengar pandang atauaudio visual, bah-

1

i

41

(16)

kan pengusul sendiri tidak mengatakan, inipun kalau memang diletakkan di dalam penjelasan begitu tidak a pa-a pa tetapi supaya lebih jelas. Nab ini kami kira sudah ada suatu pendekatan-pendekatan di sini lni beberapa h<W;i'ang sempat kami catat mungkin nanti kita bisa lebih dekatkan lagi.

Selanjutnya kami persilakan dari Pemerintah untuk memberikan tahg- gapan terhadap usulan a tau saling tanggap di antara Fraksi-fraksi.

Terima kasih.

PEMERINT AH (MENTER! PENERANGAN/H. HARMOKO) : Bismillah hirohman nirrrohim.

Assalamu'alaikum WarakhmatulJahi Wabarakatuh.

Pimpinan dan para Anggota Panitia Khusus yang kami cintai,

Pertama-tama pihak Pemerintah menyampaikan rasa terima kasih kepada Fraksi-fraksi yang telah menyampaikan usulan penyempurnaari maupun ke- tetapan, persetujuan khusus yang menyangkut diktum Pemerintah, lebih~Iebih · lagi setelah kami mengikuti dan menyimak dua putaran dan usulan dan tang- gapan yang berarti dua putaran ini kami harapkan tidak berputar-putar, tetapi justru akan mencapai apa yang akan mertjadi tujuan kita bersama dan kami melihat memang dalam pemikiran dan pembahasan yang disainpaikan daJam putaran selama dua putaran tadi, sebetulnya di antara keempat Fraksi tidak ada perbedaan dari segi jiwa dan semangat diktumnya Konsiderans Menim- bang. Karena apa yang dipermasalahkan seperti yang tertuang di dalam usul- an FKP tanpa mengtirangi arti yang disampaikan rumusan ini, Pemerintah menilai bahwa mungkin lebih tepat apabila pemikiran dari FKP berdasarkan kelaziman dalam Konsiderans Menimbang pengkalimatannya perlu dkumus- kan dengan singkat dan jelas uraiannya pada Penjelasan. Ini Pemerintah yang

akan kemukakan. ·

Kemudian dari F ABRI karena masaJah yang disampaikan sangat menda- sar dari segi isi dan fungsi diktum Konsiderans Menimbang ini, dan hal yang ingin diusulkan menyangkut tata bahasa, karena Pemerintah melihat meng- ganti kata "dalam" dengan kata "pada". dan ini menyangkut tata bahasa, ka- mi lebih cenderung hal ini selanjutnya bisa dibicarakan dalam Panitia Kerja begitu, jadi tidak ada hal menurut hemat kami bertentangan dengan isi dari pada yang menyangkut Konsiderans Menimbang.

Kemudian dari FPDI yang meng_usulkan agar istilah "dengar pandang"

sebenarnya bukan merupakan istilah baru, diusulkan supaya djganti menjadi

"audio visual". Pemerintah memang sudah lama menimbang-nimbang ini, tapi Pemerintah melihat istilah "dengar pandang" ini bukan merupakan istilah yang baru, karena bahkan sudah dimasukkan di dalam kamus fleksikon ko- munikasi. Jadi secara nasional ini untuk diterima, pinggunaan istilah inipun merupakan upaya kita untuk sebanyak mungkin menggunakan bahasa lndonesja

(17)

didalam perundang-undangan kita. N amun demikian pihak Pemerintah tldak berkeberatan di dalam penjelasan misalnya di urai begi tu dengan istilah

"audio visual" supaya ada kontinitasnya dari arti audio visual itu yang diter- jemahkan dengan istilah "~engar pandang".

Kemudian kepada FPP, saya menyampaikan terima kasih bahwa usulan yang disampaikan oleh FPP rupanya ada sambung rasa dengan Pemerintah, sehingga sama usulannya itu. Namun saya ingi.n menyampaikan satu penger- tian kalau kita bicara menge:mi diktum Konsi:terans Menimbang itu lebih ber- arti mendasar sifatnya, karena kita bicara mengenai fungsi dan untuk apa kita membuat Undang-undang. Oleh karena itu prinsip inilah yang ingin disampai- kan oleh Pemerintah di daJam merumuskan diktum Kons:iderans Menimbang yang sepenlek dan sesingkat mungkin tetapi artinya juga padat. Dengan de- mikian pihak Pemerintah sekali Jagi menilai bahwa apa yang diusulkan clan mendapat tanggapan dari Fraksi-fraksi dalam dua putaran itu sudah mencapai sasaran, tinggal mencakup rumusan yang lebih berarti Jagi, kami cenderung untuk hal-hal yang menyangkut tata bahasa dan hal-hal yang menyangkut pe- ngert:ian bahasa dari asing metjadi lndonesit, kita rumuskan saja dan kita bica- rakan dalam Panit:ia Kerja, tetapi pengert:iannya yang penting dari Kons:iderans Menimbang ini

KETUA RAPAT:

Terima kasih Saudara Menteri Penerangan yang teJah memberikan suatu tanggapan atas usuJan-usuJan fKP, FABRI, FPP, dan FPDI. Harapan Saudara Menteri Penerangan agar kita ltidak berputar-putar memang kami kira itu ha- rapan kita bersama·, dan kita ! sekarang ini membicarakan suatu bag:ian yang memang merupakan start yank cukup penting karena justru pada Kons:iderans Meniinbang inilah yang meru~akan suatu harapan dari adanya Urxlang-undang ini di samping alasa~ d!bent~kn~ atau ~isusunnya perundang-undangan ini Kalau boleh saya melihJt dari Instruksi Presiden yang saat ini menjadi pegangan bagi pihak Pememtclh tertanggal 20 Agustus 1970 Nomor 15 dinya- takan di situ bahwa di dala~ Kons:iderans Menirnbang memang harus berisi . silatu alasan-alasan pertimbangan adanya pembentukan Undang-undang atau- pun Peraturan Pemerintah, dfn ini berupa konstatasi fakta-fakta secara sing-

kat. I

Menurut pendapat umuijn, maka yang dimaksud di dalam Konsiderans Menimbang ini adalah meru~akan pertimbangan-pertimbangan yang meng- gerakkan bagi pembuat Undartg-undang dalam hal ini yang.mengajukan adalah Pemerintah, untuk mengadakan Undang-undang itu, dengan demik:ian maka . Konsiderans Menimbang ini harus memuat suatu ikhtisar dari jalan pikiran

pembuat Undang-undang itu.

Saya kira ini suatu hal yang sudah dilakukan oleh Pemerintah, sekatang kalau kita lihat di sini pada perumusan butir "a" ini, nampaknya memang sepertl dinyatakan juga oleh. pihak Pemerintah tidak ada suatu perbedaan di dalam jiwa a tau semangat a1taupun esensi a tau hal-hal yang prinsipnya tidak 43

(18)

ada perbedaan. Misalnya di dalam melihat bahwa memang begitu besar pemn penting yang diperankan oleh film atau perfilman, ini saya kira tidak ada yang membantah. Kemudian yang kedua adalah film sebagai salah satu media komunikasi massa, ini yang saya bisa tarik dari pembicaraan sampai saat ini Sekarang ada satu hal yang bukan maksud kami untuk memutar-mutar, tetapi untuk memperoleh kesepakatan kita karena ini akan mendasari kalau dari start yang pertama ini kita sudah sepakat, kami kira kita akan lebih lancar, yaitu apakah di sini yang diatur itu a tau apakah titik berat di dalam Konside- rans Menimbang dan selaitjutnya ini mengenai film a tau perfilman? Karena ini ada suatu nuansa yang berbecla seclikit.

Jadi ta.di dari pihak FKP mengatakan perfilman, dari pihak FABRI nampaknya menitik beratkan wujud kegiatan dari perfilman yaitu film, ymg kemudian rumusannya sebagaimana di dalam konsep Rancangan Undang- Undang ini. Kami kira ini perlu kita sepakati oleh karena akan mengalir sesu-·

atu yang selaitjutnya. Jadi mengenai perumusannya mungkin usulan dari Pe- merintah tadi cukup simpatik, untuk bisa kita diskusikan pada panitia yana lebih kecil di dalam Panitia Kerja atau Tim Perumus nanti tetapi mengenai pengertian atau esensi daripada Konsiderans Menimbang ini yaitu membica rakan film atau perfilman. Kami kira ini petlu kesepakatan diantara kita.

Kami persilakanjuru bicara dari FPP.

FPP (NY. HJ. AISYAH AMINY, S.H.):

Terima kasih Saudara Pimpinan;

Tepat sekali apa yang disinyalir oleh Saudara Ketua, bahwa Wdlaupun kita memang ingin tidak berputar-putar tetapi tentunya kita perlu ada kese- pakatan-kesepakatan untuk melangkah lebih lanjut.

Seperti yang kita lihat perumusan yang memang masih belum ada kese- pakatan, apakah yang akan diatur dalam Konsiderans Menimbang ini film atau perfilman. FKP mengaitkan dengan judul daripada Undang-undang, kalau kita hanya sekeclar mengkaitkan dengan judul, benar yang harus disebutkan di sini perfilman. Tetapi sebetulnya intinya yang ingin diatur, yang ingin ditata dine- gara ini apa? Film. Film sebagai komunikasi massa itu yang ingin kita atur ka- rem dia mempunyai peranan yang besar sekali, mempunyai pengaruh yang besar sekali pada masyarakat.

Jadi yang ingin kita atur esensinya adalah film, tetapi mengatur film ini tidak bisa diatur tanpa mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengm itu.

Baik orang filmnya, organisasinya, sar~nanya, Badan Sensornya, semua ini adalah perfilman, itu yang diatur Undang-undang tetapi yang perlu betul-betul kita mantapkan apa sih film itu?, apa fungsinya dan untuk apa? Kalau kita sudah tahu bahwa film adalah hal yang sangat penting dalam pembangunan bangsa maka oleh karena itu bagaimana kita harus mengatumya. Kami melihat

merna~ di dalam Konsiderans Menimbang ini filmlah yang perlu kita jelaskan.

Demikian Saudara Ketua. '

Terima kasih.

44

(19)

FPDI (B.N. MARBUN, S.H.):

Terima kasih Saudara Ketua;

Setelah mendengar Saudara Menteri Penerangan memberikan tanggapan yang simpatik, pada prinsipnya FPDI sudah agak sedikit mundur tadi dalam artian yang positif, bukan mengalah atau/kalah. ·

Kami cenderung untuk butir "a" ini, dipakai kata film tetapi di dalam penggunaan seterusnya nanti segala proses tentang film ialah perfilman. Dari awal sampai dipertunjukkan itulah perfilman. Jadi d:iawal butir "a"

nli

lebih

tepat kata film.

Ten tang rumusannya kami juga sudah agak mendekat ke F ABRI dan kami setuju nan ti hal ini dikonkritkan di dalam Panitia Kerja karena ada se- ninya dan kita tanya ahli bahasa mana yang paling baik.

I

Tentang rumusan dari FKP bukan mau mengecilkan arti rumusan ini cuma seperti dibacakan oleh ! Ketua Panit:ia Khusus, bahwa motif dasar dari- pada suatu rancangan itu harus singkat padat dan tajam dan berlaku paajang.

Dengan demikian kami mohon kebesaran hati dari FKP untuk mempertim- bangkan usul dari Pemerintah dan juga FPDI, dan F ABRI, ini kita sempurna- kan di Panitia Kerja.

Demikian usul kami Terima kasih.

FKP (I DRS. H. ABU HASAN SAZILI M.) : Terima kasih Saudara K4ua;

Tanpa mengurangi penghargaan kami kepada Rekan-rekan kami terutama yang terhormat Saudara Ma~bun dan kebetulan memang kami sudah hapal karena bergaul sudah lama, ~ukan berarti beliau ingin menyinggung ataupun ingin merendahkan. ·

FKP tetap berpegang paqa kata-kata perfilman, karena di dalam Undang- undang ini yang kita atur a~lah perfilman sebagai suatu totalitas. Jadi azas konsistensi kita, pada dik~um-diktum tertentu kita berbicara mengenai perfilman sesuai dengan kor~lasinya dari isi diktum-diktum tersebut, tetapi bagi FKP karena kita memb~as tentang_ Undang-undang tentang Perfilman dan sebagai azas konsistensi, j maka FKP tetap berpegang bahwa yang diatur dan kita bicarakan ini adal~h mengenai perfilman sebagai suatu totalitas.

Terima kasih Saudara Ke~ua.

FABRI (SOEARDI):

Yang terhormat Ketua Panitia Khusus;

Bapak Menteri Penerangan beserta Rekan-rekan semua.

Sebelum dimasukkan ke dalam Panitia Kerja ingin FABRI menguraikan ada beberapa hal atau permasalahan yang dalam rangka mendekatkan apa yang sudah kita kemukakan, yang sudah kita coba elaborasi dari sudut pan- dangnya masing-masing.

45

(20)

Kalau ldta lihat di dalam Daftar Inventarisasi Masalah ini dari kiri ke- kanan, maka ingin kami coba lihat apa-apa saja yang sudah kita sepakati bersama. Seperti yang dikemukakan oleh Menteri Penerangan tadi bahwa jiwa clan semangatnya sudah sama, mari kita lihat lebih detail.

Pertama, bahwa di dalam Konsiderans Menimbang ini semuanya sama- . Slma sepakat bahwa segala upaya ini akan bermuara ke dalam pembangunan nasional, hanya menulisnya di dalam hal ini FKP lebih ditandaskan, pemba- ngunan nasional sebagai pengamalan Pancasila itu bisa-bisa saja, karena bukan pengamalan yang lain-lain.

Kedua, bahwa Kebudayaan itu adalah salah satu pilar dari pola pem- bangunan nasional, FABRI mendekatkan/mendekatinya dari sudut pandang Panca Gatra, lpoleksosbud Hankam, di dalam menunjang pembangunan secara nasional.

Jadi yang ingin kami kemukakan bahwa jangan sampai ada suatu pe- nalaran bahwa pengembangan budaya bangsa adalah setaraf /setingkat/selevel dengan pembangunan nasional. Kita tahu semua bahwa itu tidak selevel, tidak setaraf, yang Sltu lebih besar dan yang satu menopang yang lain, memang berjalan paralel sampai akhirnya kita mencapai the never goal ending.

Ketiga, bahwa perfilman itu kita sepakati di dalam hati kita masing- masing sebetulnya dialah yang sangat dominan memberi nuansa pengaruh clan gampang yang sangat menggigit dihati di dalam kerangka kebudayaan nasi- onal. Bahwa film itu diatur di dalam suatu tatanan perfilman, adalah benar tetapi kalau kita terpukau dengan makna perfilman, FABRI takut bahwa nanti yang kita bicarakan di sini bergeser dari sisi pengembangan kebudayaan menjadi sisi lain kegiatan-kegiatan perfilman yang mungkin akan bergeser ke sektor ekonomi atau perdagangan. Kami cenderung mengembalikannya kepada suatu yang hakiki seperti yang dikemukakan oleh Ibu Aisyah Aminy, bahwa di sinilah sebetulnya perfilman yang lebih menggigit, berakar di dalam hati kita masing-masing.

Jadi kalau kita lihat demikian apa yang dikemukakan oleh Saudara Marbun dari FPDI, FABRI sangat menghargai dukungannya di dalam menyimpulkan bahwa menurut pandangan dari FPDI apa yang dikemukakan di dalam formulasi Daftar Inventarisasi Masalah ini sudah bisa ditangkap oleh FPDI dengan catatan kemungkinan saran perkataan kata "pada"

diganti "bagi dalamnya" tetap. Di·dalam kaitan ini FABRI tidak ada keberat- an perubahan itu selama nuansa maksud dan tujuannya memang tidak ber- geser.

Kemudian apa yang dikemukakan oleh FKP mengenai perfilman itu bukan salah, hanya memang melihatnya wawasan a tau sudut pandangnya agak berbeda tidak persis sama seperti yang kami kemukakan di dalam pengantar musyawarah.

46

(21)

I

Kami yakin FKP pun bisa menangkap butir-butir sari pati yang kami kemukakan dan tonggak-tonggak bahwa film menopang kebudayaan, ke- budayaan menopang pem bangunan nasional itu sudah sepakat kelima pihak yang berbicara di dalarn forum ini

Kemudian seperti yang dikmukakan oleh Saudara Marbun, FABRI melihat bahwa peristilahan memang perlu ditertibkan paling tidak perlu diuraikan di dalam Penjelasan. Apakah mau diakomodasikan di· dalam Pen- jelasan Urn um, apakah cukup penjelasan· pasal-pasal saja.

Mengenai audio visual memang akar katanya itu visual and audio. Bahasa la tin a tau bahasa apa, saya tidak mengerti, itu di Indonesiakan di balik menjadi audio visual. Bahasa Melayunya 'dengar pandang'', tetapi dibagiarrlain -cli da- lam Rancangan Undang-undang inijuga ada dicantumkan pita video, kami ku- rang maklum ringkasan dari video itu. Tetapi rasa'."rasanya FABRI "Vi"-nya itu Visual dan "Deo"·nya it~ Audio. Jadi sebetulnya di sini perlu penataan kembali peristilahan ini sehingga penggunaannya didalam RancanganUndang- undang ini nanti pada gilirannya sudah me:rtjadi Undang-undang tidak menjadi rancu d emiJdan.

Untuk hal ini FABRI sepakat untuk ditinggalkan dan dirembug di dalam Panitia Kerja ataupun Tim Perumus dengan memanggil pakar yang kita nilai ahli di dalam peristilahan yang kita gunakan sehingga kerancuan itu bisa kita atasi.

Demikian dari F ABRI mencoba menyoroti butir-butir yang sudah kita bahas bersama ini minimal ~da 3 butir yang kita sudah sarna pandangannya.

Kemudian kami juga tidak t6pa mengucapkan terima kasih kepada Menteri Penerangan di mana tadi jJga cenderung untuk menerima dan menghargai rumusan yang d.ikemukakatt FABRI dan FPDI. Demikian sekedar ulasan dengan harapan mudah-rnucJahan rnenjadi lebih gamblang permasalahannya, mana-mana yang kita sudah dapat sepakati walaupun masih ada di dalam hati, mana-mana yang harus kita licinkan lagi secara gradual di dalam for·

mulasinya.

KETtJA RAPAT:

Terima kasih dari FABR!.

Kita sudah mendenga~ tanggapan atau pandangan dari masing-masing Fraksi, khususnya pertanyaap dari meja Pimpinan mengenai istilah film atau

perfilman. i.

Sebelum kita melangkah lebih lanjut, kita ingin mendengar dulu sikap I

dari Pemerintah mengenai istilah film atau perfilman.

l __

47

(22)

PEMERINT AH (MENTER! PENERANGAN/H. HARMOKO) : Terima kasih Pimpinan clan Para Anggota Panitia Khusus;

Kalau kita bicara mengenai istilah film dan perfilman sebenarnya ini merupakan satu kesatuan tetapi yang kita bicarakan di clalam Konsiderans Menimbang ini produk film itu, kalau perfilman prosesnya.

Sama dengan kalau kita bicara mengenai Undang-undang Pokok Pers, yang kita bicarakan adalah produknya, olehkarena itu KonsideransMenimbang ini Pemerintah menggunakan istilah film karena film ini mempunyai clampak terhaclap kehidupan ban~ dan negara, kehidupan budaya bahkan kehidupan

·dalam pembangunan nasional.

Menurut hemat saya tidak ada perbedaan, ini merupakan satu kesatuan, namanya saja Undang-undang tentang Perfilman. Jadi kalau kita bicara me- ngenai Film dan Perfilman itu merupakan satu kesatuan tetapi di dalam Konsiderans\Menimbang ini yang kita bicarakan adalah produk filmnya.

Dengan demikian apa yang disampaikan oleh F ABRI memperjelas apa

· yang hendak dicapai di dalam Konsiderans Menimbang yang kita bicarakan ini

KETUARAPAT:

Terima kasih dari Pemerintah:

Demikian tadi kita sudah sama-sama mendengar dan mengikuti mengenai istilah film clan perfilman. Kalau kita lihat memang di sini tidak ada suatu per- bedaan yang cukup tajam, mungkin ada baiknya sebagai suatu bekal untuk Panitia Kerja nanti, jangan sampai Panitia Kerja tidak ada suatu bekal apa- apa dari Pleno ini, mungkin di dalam perumusan perlu dikaitkan ataupun di- kawinkan mengenai film dan perfilman ini

Jadi rumusannya bagaimana, terserah di dalam Tim Perumus itu sendiri tetapi untuk tidak berkepanjangan, seolah-olah ada pertentangan antara film dan perfilman. Kalau perfilman menurut Menteri Penerangan adalah suatu

prose~ di mana prosesnya ini cukup berbagai ragam kegiatannya, ini mempu- nyai peran yang besu.

Apakah proses itu yang mempunyai peran yang besar ataukah film itu yang memplinyai peran yang besar?

Ini nan ti bisa lebih ditekankan dalam perumusan, kami kira mungkin dari FKP sendiri tidak jauh berbeda:oleh karena itu mengenai hal film dan per- film ini apakah nanti bisa kita diskusikan secara lebih mendalam di Panitia Kerja.

Kami kira itu suatu hal yang lebih kita perdalam lagi, sehingga nanti lebih konkrit kalau itu diungkapkan di dalam suatu bentuk pengkalimatan, karena sampai sekarang ini kita belum mempunyai usul konkrit mengenai kalimatnya bagaimana. Kalau sudah ada pengkalimatan mungkin lebih bisa,

48

(23)

misalnya sambil lalu bahwa film sebagai produk ~ri perfihnan itu memang mempunyai peran yang besar sehingga memang di sini dua-duanya tercakup.

Namun demikian saya tidak bisa memutuskan ini sendiri tetapi ini merupakan kesepakatan kita( sebaiknya masalah ini kita berikan atau kita limpahkan di Panitia Kerja nanti, dan lebih khusus oleh Tim Perumus untuk merumuskan, tetapi kami biSl menarik kesimpulan dari pembicaraan kita ini bahwa apa yang dikatakan film atau perfilman itu mempunyai peran yang cukup besar, ba,hkan peran yang besar bagi pengembangan budaya bangsa dan bagi pembangunan nasional. Bahwa rumusannya itu apakah seperti ru- musan penyempurnaan F ABRI, inipun nan ti bisa kita diskusikan di dalam Panitia Kerja. Tetapi esensinya itu yang perlu kita sepakati. Jadi film atau perfilman ini mempunyai peran yang besar di dalam pengembangan budaya bangsa dan pembangunan nasional, saya kira semua Fraksi dan Pemerintah tidak ada perbedaan dalam hal ini

Kemudian mengenai pencantuman fungsi dari film itu sendiri di dalam Rancangan Undang-undang dikatakan bahwa fungsinya sebagai salah satu media komunikasi dengar pandang, inipun nampaknya tidak ada jUga hal yang kontroversi hanya dengan sedikit catatan.tadi mengenai kebahasaan, apakah dicantumkan audio visual, apakah audio visual itu nanti di PeJ1jelasan.

Inipun kami kira dari Fraksi. pengusul sudah ada usulan untuk dapat dirun- dingkan Jebih Janjut di dalam fanitia Kaja.

Selanjutnya kalau

tida~

ada usulan yang lain ini dengan berpegang kepada prinsip pengertian K~nsiderans Menimbang tadi ini bisa merupakan bekal bagi Panitia, Kerja. Yarig pertama bahwa peran film atau perfilman cu- kup besar di dalam pengembJngan budaya bangsa dan pembangunan nasional Kami k:ira prinsjp ini bisa kitaj sepakati untuk materi sebagai bekal bagi Panitia

Kaja, apakah setuju? i ,

!

F ABRI (DRS. MADE SUDIARTHA) : Saudara Pimpinan, I

Menanggapi bahwa apa~ah materi yang dirumuskan di dalam but:ir

"a" itu dimasukkan atau diserahkan kepada Panitia Kerja atau tidak tetapi oleh karena butir 'a" ini tidak terlepas daripada rumusan yang terdapat di dalam butir ''b", butir "c", ~n butir 'd" sesuai dengan konsep yang dibaca- kan, sesuai dengan Instruksi residen tetnang mempersiapkan tentang Konsi-

derans Menimbang. I ·

Kami menyadari bahwa /apa yang dirumuskan oleh FKP itu bukan di- tentang oleh FABRI, mungkin kedudukan atati letaknya yang kurang tepat, tetapi apabila kita lanjutkan di dalam pembicaraan daripada butir "b", itu jelas nanti di sana. Di sana akan kita lihat bahwa di dalam memperhatikan peran yang disebutkan di dalam butir "a" itu memang diperlukan sarana

49

(24)

hukum dan juga upaya pembinaan di dalam perfilman. Mungkin di situ sudah terkait masalah-masalah yang diungkapkan oleh FKP, jadi dengan demikian tanpa mengurangi dari apa yang telah dirumuskan oleh FKP, kami rasa itu nanti merupakan muatan di dalam Batang Tubuh atau mungkin juga sebagai kelengkapan dari Penjelasan Umum.

Jadi dengan demik:ian sebelum kita · membicarakan, apakah but.ir "a" ini diserahkan kepada Panitia Kerja, mungkin kita tunda dahulu untuk mem•

bicarakan but.ir "b".·Dengan demik:ian nanti bisa kita lanjutkan kalau sudah pembahasan but.ir "b", mungkin dengan demik:ian tidak perlu ditetapkan di Panitia Kerja, tetapi di Panitia Khusus ini bisa kita tetapkan.

KETUA RAPAT:

Terima kasih atas usul yang simpatik dari F ABRI;

Jadi memang kalau kita membaca keseluruhan dari Kons:iderans Menim- bang ini memang satu dengan yang lainnya tidak biS:l dipisahkan. Tadi maksud kami adalah hanya untuk menyempitkan pembicaraan sehingga kita lebih terfokus kepada masalah-masalah yang esensi mana di butir "a" ini.

Itulah yang menjadi pegangan kita untuk kalau nanti memasuki Panitia Kerja. Saya kira tidak ada suatu hal yang berbeda namun demikian telah kami konsultasikan dengan Pimpinan yang lain memang ada baiknya kita melihat

secara keseluruhan. ·

Jadi kami ulangi bahwa memang yang but.ir "a" ini esensinya adalah peran film atau perfilman itu sendiri di dalam pengembangan budaya bangsa dan pembangunan nasional, ini saya kira tidak ada suatu hal yang sangat berbeda.

Ini yang sudah kita simpulkan sebagai salah satu bekal bagi Panitia Kerja yang akan datang. Kemud:ian mengenai rumusannya itu lebih tepatnya bagaimana, apakah rumusan FABRI apakah rumusan Pemerintah mungkin ini bisa nanti secara lebih detail dibicarakan.

Kemudian penjelasan dari Pemerintah yang ditunjang oleh F ABRI bahwa usulan-usulan dari FKP ini bukan merupakan suatu hal yang tidak ada gunanya, ini tetap bermanfaat diusulkan tadi di dalam Penjelasan. Inipun suatu usul yang cukup simpatik dan kemudian juga yang ini bisa ditunjang nanti di dalam, setelah kita membicarakan butir "b", begitu. Oleh karena itu tanpa bermaksud untuk menutup pembicaraan butir "a" ini, maka dari Pimpinan juga sepakat untuk mengusulkan kita lihat sebagai suatu kesatuan, antara butir · "a", butir "b", dan juga butir "c" dan butir "d" nantinya.

Mungkin dari situ nanti kita bisa membuat suatu ringkasan ulang apa yang telah kita bicarakan selama hari ini. Jadi kalau tidak ada hal yang lain lagi kami bisa beralih kepada butir "b", dengan sekali lagi tetap berpandangan bahwa Konme:rans Menimbang ini tetap merupakan suatu kesatuan antara butir "a", butir 'b" butir "c" dan butir "d" tadi Kamikira demikian.

Baik, kalau demikian kita beralih kepada huruf "b" saja yang sama- sama sudah kita lihat, kami ingin bacakan sekali lagi. Rancangan Undang- 50

(25)

undang menyatakan bahwa butir "b" bahwa dengan memperhat1kan peran film sebagaimana di atas, diperlukan sarana hukum dan upaya hukum yang lebih memadai bagi pembinaan dan pengembangan perfilman Indonesia.

Dari Daftar Inventarisasi MasaJ,ah yang ada, di sini kita lihat FKP mengusulkan suatu rumusan, kemudian FA~RI juga mengusulkan suatu rumusa~ penyem- pumaan penyisipan kata, dan IFPP mengusulkan untuk tetap seperti Rancang- an Undang-undang, FPDI juga mengusulkan tetap seperti Rancangan Undang- undang. Karena di sini ada dua usulan yang berbeda sedikit nuansanya dengan Rancangan- Undang-undang, maka kami persilakan terlebih dahulu kepada Fraksi pengusul.

Kami persilakan FKP terlebih dahulu.

FKP (DRS. H. ABU HASAN SAZILI M.) : Terirna kasih Saudara Ketua.

Jadi sebagaimana kami

1

bicarakan tadi, bahwa FKP menganut azas konsistensi Jadi kita berbicara runtun. Oleh karena itulah pada Konsiderans Menimbang butir "a" tadi kami berbicara mengemi perfilman, maka pada Konsiderans Menimbang pada butir "b" pun kita berbicara mengenai per- filrnan. Oleh karena itu usulan dari FKP, untuk lebih lengkapnya kami baca- kan butir "b". bahwa untuk meningkatkan pembinaan dan pengembangan perfilman di Indonesia, diperl*kan perangkat Hukum serta upaya yang mema- dai". Karena kita memandang bahwa perangkat hukum yang ada selama ini kurang menunjang pembinaatj dan perlgembangan daripada perfilman Indo- nesia. Oleh karena itu akan qiperlukan perangkat hukum serta upaya yang memadai sebagai implementasi daripada adanya perangkat hukum tersebut.

Jadi inilah ·usulan FKP, meng~pa FKP tetap memakai kata-kata "perfilman"

itu sendiri sebagai suatu azas k?nsistensi Terima kasih Saudara Ketua.

KETUA RAPAT:

I I

Terima kasih.

Kami persilakan F ABRI. I

F ABRI (DRS. MADE supIARTHA) : I

Dari F ABRI di dalam rtsulannya ini memang tidak terlepas dari pe- ngertian atau usulan yang disebutkan dalam butir "a". Kami melihat di sini bahwa film itu dengan peran~ya sebagaimana yang disebutkan dalam butir

"a" ini memang diperlukan ~paya, yaitu upaya pembinaan, upaya pengem- bangannya, dan juga upaya p~rlindungan. Upaya pembinaan, pengembangan dan perlindungan ini dengan / sendirinya dari perfilman itu sendiri sebagai suatu kegiatan dari seluruh kegiatan. Dengan sendirinya bahwa agar pembina- an dan perlindungan maupun pengembangan ini tidak menjurus kepada arah yang lain, memang dipetlukan sarana hukum, sehingga dengan sarana 51

(26)

hukum ini semuanya nanti terikat di dalam proses kegiatan perfilman, di mana perfilman berarti seluruh kegiatan untuk menghasilkan suatu film. Jadi oleh karena itu di sini yang dibina itu adalah kegiatan perfilmannya, per- lindungannya pun menyangkut mengenai orang-orang yang terlibat di dafum kegiatan perfilman itu. Dan dikembangkan itu juga mungkin akan menyang- kut mengemi tehnik atau cara daJam rangka me1akstnakan keg:iatan film. Jadi oleh karena itu di sini dalam usuJan F ABRI di sana menekankan bahwa di- perlukan sarana hukum, memang ini jelas diperlukan karem negara kita ini adalah negai'a hukum, sehingga setiap kegiatan itu harus ada dasar hukumnya clan juga dapat dipertanggungjawabkan menurut hukum yang ber1aku. Di da- lam kaitannya dengan ini tidak hanya pembinaan saja, tapi pengembangannya juga perlu perliniungannya. Jadi oleh karem itulah kami rasa mengenai di clalam rangka pembangunan dan pengembangan bangsa in~ kami rasa perlin- dungan itu mempunyai landasan yang perlu mendapatkan perhat:ian didalam rangka pembinaan clan pengembangannya. Jadi oleh karem itulah maka FABRI menambahkan yaitu menyisipkan kata "perliniungan" sebagaimana dari konsep Pemerintah, berarti bahwa pacla dasarnya bahwa F ABRI menye- tujui apa yang d.irumuskan oleh konsep Pemerintah, hanya memmbahkan kata "perlindungan" untuk menitik-beratkan agar adanya kepast:ian di dalam pembinaan dan pengembangan di dalam proses pembangunan.

Demik:ian Pak.

Terima kasih.

KETUARAPAT:

Terima kasih.

Ini tadi suclah kita dengar dua Fraksi yang mengusulkan rumusan yang berbeda claripada Rancangan Undang-undang, dan selanjutnya kami persila- kan tanggapan dari Fraksi..fraksi lain terhadap usulan yang agak berbeda dari

Rancangan Undang-unclang ini.

Kami mulai dulu dari FPDI, kami persilakan.

FPDI (B.N. MARBUN, SH.):

Terima kasih.

Dalam usulan FPDI memang tertulis tetap, karem sesuai dengan ru·

musan, butir "b" ini mengacu kepada butir "a". Jadi secara keseluruhan da- .lam arti padat, rumusan butir "b" ini pada prinsipnya sudah memenuhi Na- mun setelah kami timbang-timbang, itulah emknya kita dalam membuat ru- musan ke masa depan yang lebih baik. Kami bukan mau mungkir dari tang- gapan tetap tadi, tapi kita memilih yang terbaik. Kamijuga bukan mau mem- bebek pada FABRI di sini, tapi melihat bahwa perlindungan itu memang per- lu. Jadi kami hanya mengusuJkan sed.ikit peruba.han, kata "untuk" itu tidak perlu, tapi setelah kami baca, baris ke-empat : "bagi pembinaan, pengembang-

52

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

53 F-PAN, Drs. Rusli Ridwan, M.Si, Risalah Rapat Panitia Khusus Rancangan Undang- undang tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Jenis Rapat Raker IV Tanggal 2 Maret

Kalau kami, Pak, ya rasanya kalau yang diberikan di ayat (2)-nya ini, itu sebetulnya sudah tidak merupakan suatu, ini sudah normatif ini, pasti menindaklanjuti putusan

(2) Pengajuan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk pengajuan Rancangan Undang-Undang tentang Penetapan

Jadi di sini kan kita lihat konsistensi juga antara usulan dari rancangan undang-undang dari Presiden, dari DPD, maupun dari DPR, artinya kalau logika yang disampaikan tadi

Pasal 12 Ayat (2), yang kemarin sore juga kita bicarakan, kita kaitkan dengan Pasal 14 Ayat (2), yaitu yang mengandung usulan mengenai tambahan kata-kata yang

Jadi saya kira kalau saya Pimpinan meminta supaya kita meng adopt saja penuh dari Nanggroe karena dan nanti yang kita diskusikan sedikit adalah soal Pasal 46 ayat (4),

Maksud karni dengan membe:rikan kata &#34;obyek'' kalau memang yang di maksud disini adalah obyek penataan ruang, kami inqin mencoba bahwasanya apabila akan lebih

~tu, memang sejalan.. Kernudian masalah pendidikan, saya kira kita semua sependapat bahwa. pcranserta masyarakat itu sangat penting dalam rangka meningkatkan mutu