• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

JENIS RAPAT : RAKER VIII TANGGAL: 21 JULI 2011

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA

(2)

RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Masa Persidangan : III

Tahun Sidang : 2010-2011

Sifat : Terbuka

Jenis Rapat : Rapat Kerja dengan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia RI

Hari / Tanggal : Kamis, 21 Juli 2011

Waktu : Pukul 20.55 WIB s.d. 22.30 WIB

Tempat : Ruang Rapat Pansus Bahwa

Gedung Nusantara II DPR RI, Lantai 3 Jl. Jend. Gatot Subroto – Jakarta Ketua Rapat : SUTJIPTO, S.H., M.Kn.

Sekertaris Rapat : ENDANG SURYASTUTI, S.H., M.Si

Acara : Pengambilan Keputusan Tingkat I

Hadir : A. Pimpinan Pansus RUU tentang Pembentukan

Peraturan PerUndang-Undangan :

1. SUTJIPTO, S.H., M.Kn./Fraksi Partai Demokrat;

2. Dr. H. DEDING ISHAK, S.H., M.H./F-PG 3. RAHADI ZAKARIA/F-PDIP

4. H. T.B. SOENMANDJAJA SD./F-PKS

B. Anggota Pansus RUU tentang PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN :

Fraksi Partai Demokrat:

5. IGNATIUS MULYONO

6. DIDI IRAWADI SYAMSUDDIN, S.H., LLM 7. H. HARRY WITJAKSONO

8. H. HAYONO ISMAN, S.Ip.

9. GEDE PASEK SUARDIKA, S.H.

Fraksi Partai Golongan Karya:

10. NURUL ARIFIN, S.IP., M.Si.

11. Drs. TAUFIQ HIDAYAT, M.Si.

Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan : 12. YASONNA H. LAOLY

13. ARIF WIBOWO

(3)

Fraksi Partai Keadilan Sejahtera:

14. Drs. AL MUZZAMMIL YUSUF 15. BUKHORI YUSUF

Fraksi Partai Amanat Nasional:

16. Drs. RUSLI RIDWAN, M.Si.

Fraksi Partai Persatuan Pembangunan:

17. H. MUHAMMAD ARWANI THOMAFI Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa : -

Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya:

18. RINDOKO DAHONO WINGIT, S.H., M.Hum.

Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat:

19. H. SYARIFUDDIN SUDING, S.H., M.H.

C. Undangan

Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia RI beserta jajaran

Jalannya Rapat:

PIMPINAN RAPAT (SUTJIPTO, S.H., M.Kn./F-PD):

Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Salam Sejahtera bagi kita semuanya.

Yang kami hormati Pimpinan dan Anggota Pansus Rancangan Undang-Undang tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;

Yang terhormat Saudara Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia beserta jajarannya;

Hadirin yang berbahagia.

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas perkenan-Nya kepada kita semuanya sehingga kita dapat menghadiri Rapat Kerja pada malam ini dalam rangka pengambilan keputusan pembicaraan Tingkat I Rancangan Undang-Undang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Sesuai dengan laporan sekretariat, Rapat Kerja hari ini telah dihadiri 19 orang, 1 izin dari 30 Anggota Pansus.

Oleh karena itu, perkenankan kami membuka rapat kerja dan rapat dinyatakan terbuka untuk umum.

(RAPAT DIBUKA PUKUL 20.55 WIB)

Pertama-tama kami ucapkan terima kasih kepada Saudara Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia yang telah bersedia memenuhi undangan Pansus RUU Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dalam Rapat Kerja pada hari ini.

Yang terhormat Saudara Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia;

Anggota Pansus; dan Hadirin yang berbahagia.

Sebelum kita melangkah pada acara untuk mendengarkan Laporan Ketua Panja atas hasil

pembahasan di tingkat panja, kami ingin menawarkan susunan acara pada hari ini sebagai berikut:

(4)

1. Pengantar Ketua Rapat sebagaimana yang Saya sampaikan;

2. Laporan Ketua Panja;

3. Pendapat Akhir Mini Fraksi-fraksi;

4. Pengambilan Keputusan;

5. Penandatanganan Naskah Rancangan Undang-Undang;

6. Sambutan Pemerintah;

7. Penutup.

Pada hari ini, rapat akan berlangsung sampai dengan pukul 22.30 WIB. Namun apabila masih ada hal yang perlu didiskusikan, dapat diperpanjang sesuai dengan kesepakatan rapat.

Apakah susunan acara dan waktu rapat yang kami bacakan tadi dapat kita setujui bersama?

Terima kasih.

(RAPAT : SETUJU)

Selanjutnya, kami berikan kesempatan kepada yang terhormat Ketua Panja untuk menyampaikan laporannya.

KETUA PANJA (DR. H. DEDING ISHAK, SH, MM/F-PG):

Terima kasih.

Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Selamat Malam;

Salam Sejahtera bagi kita semua.

Yang terhormat Bapak Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia beserta jajaran Kementerian Hukum dan HAM;

Yang terhormat Bapak Pimpinan dan Bapak/Ibu Anggota Pansus RUU tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;

Hadirin sekalian yang berbahagia.

Sesuai dengan Keputusan Rapat Kerja Pansus RUU tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dengan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia pada tanggal 24 Maret 2011 telah diputuskan agar Panja RUU tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan melakukan pembahasan tentang Daftar Inventarisasi Masalah yang berjumlah 365 dengan rincian sebagai berikut;

a. Tetap atau setuju dengan Draft DPR 171;

b. Usulan Perubahan Redaksional 62;

c. Usulan Perubahan Substansi 70;

d. Mengusulkan substansi baru 22;

e. Usulan untuk dipertimbangkan dihapus sebanyak 40.

Panja telah melakukan serangkaian rapat-rapat yang dilakukan secara intensif bersama dengan Pemerintah terhitung sejak Bulan Mei sampai dengan Bulan Juli 2011. Pembahasan dilakukan selama 3 masa sidang, karena terdapat banyaknya perbedaan pandangan terkait dengan substansi yang terkandung dalam RUU ini meskipun demikian Alhamdulillah kerja keras oleh Panja RUU tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan telah merampungkan hasil yang positif mengingat seluruh perwakilan fraksi-fraksi DPR RI dan Pemerintah yang tergabung dalam Panja sama-sama mengedepankan azas koperatif selama berlangsungnya pembahasan.

Bapak Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia;

Pimpinan dan Anggota Pansus serta Hadirin yang berbahagia.

Proses pembahasan yang dilakukan oleh Panja telah menghasilkan perubahan

sistematika penulisan RUU yang berjumlah 13 bab dan penambahan jumlah pasal dari 79 pasal

(5)

menjadi 104 pasal. Perubahan ini dilakukan guna mempermudah pemahaman dalam penyampaian maksud dan tujuan yang terkandung di dalam Undang-Undang ini. Adapun susunan bab yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

1. Bab I Ketentuan Umum;

2. Bab II Azas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;

3. Bab III Jenis, Hirarki dan Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan;

4. Bab IV Perencanaan Peraturan Perundang-undangan;

5. Bab V Penyusunan Peraturan Perundang-undangan;

6. Bab VI Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan;

7. Bab VII Pembahasan dan Pengesahan Rancangan Undang-Undang;

8. Bab VIII Pembahasan dan Penetapan Rancangan Peraturan Daerah;

9. Bab IX Pengundangan;

10. Bab X Penyebarluasan;

11. Bab XI Partisipasi Masyarakat;

12. Bab XII Ketentuan Lain-lain;

13. Bab XIII Ketentuan Penutup.

Di sisi lain guna menyelaraskan kesepahaman antar Anggota Panja terhadap perbedaan pandangan terjadi perdebatan dan diskusi yang cukup dinamis dan menarik hingga pada gilirannya Panja dapat menyepakati beberapa substansi pokok dalam RUU ini, antara lain terdapat beberapa masalah yang mendapat perhatian Pemerintah yaitu masalah kedudukan Peraturan Presiden, Peraturan Menteri, Penguatan Fungsi Prolegnas dan Prolegda, Pengundangan, Tenaga Perancang Undang-Undang, Kedudukan Instansi Vertikal serta Perjanjian Internasional. Namun terdapat beberapa masalah penting yang berkembang dalam pembahasan, yaitu mengenai pembatalan peraturan daerah, kedudukan TAP MPR dan ketentuan pidana dalam peraturan perundang-undangan:

a. Kedudukan Ketetapan MPR

Ketetapan MPR disepakati masuk dalam jenis dan hirarki peraturan perundang- undangan yaitu Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat yang masih berlaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 4 Ketetapan MPR Republik Indonesia No.

1/MPR/2003 tentang Peninjauan terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyarawatan Rakyat Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002

b. Kedudukan Peraturan Presiden

Peraturan Presiden telah disepakati masuk dalam jenis dan hirarki peraturan perundang-undangan yaitu di bawah peraturan pemerintah dan di atas peraturan daerah provinsi. Materi muatan Peraturan Presiden berisi materi yang diperintahkan oleh Undang-Undang, materi untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah atau materi untuk melaksanakan penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan.

c. Kedudukan Peraturan Menteri

Peraturan Menteri disepakati tidak secara eksplisit diatur di dalam jenis dan hirarki peraturan perundang-undangan tetapi diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang dibentuk berdasarkan kewenangan atau diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.

d. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

Ketentuan mengenai Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang diatur

lebih tegas dalam hal Perpu tersebut tidak mendapatkan persetujuan dari DPR yaitu

dengan rumusan bahwa dalam hal Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

mendapat persetujuan DPR dalam Rapat Paripurna, Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang tersebut ditetapkan menjadi Undang-Undang. Dalam hal Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang tidak mendapat persetujuan DPR dalam

Rapat Paripurna, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tersebut harus

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Dalam hal Peraturan Pemerintah Pengganti

(6)

Undnag-Undang tidak mendapat persetujuan DPR atau DPR atau Presiden mengajukan Rancangan Undang-Undang tentang Pencabutan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Rancangan Undang-Undang tentang Pencabutan mengatur segala akibat hukum dari pencabutan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Rancangan Undang-Undang tentang pencabutan menetapkan dalam Rapat Paripurna DPR.

e. Tenaga Perancang Undang-Undang

Keberadaan Tenaga Perancang Undang-Undang diatur secara eksplisit dalam RUU ini dan ditempatkan dalam Bab Ketentuan Lain-lain.

f. Kedudukan Instansi Vertikal

Kedudukan Instansi Vertikal diakui keberadaan secara eksplisit dalam RUU ini yaitu:

1) Penyusunan Prolegda Provinsi di Lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi dikordinasikan oleh Biro Hukum atau Bagian Hukum dan dapat mengikutsertakan Instansi Vertikal terkait;

2) Pengharmonisan, pembulatan dan pemantapan konsepsi Rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari Gubernur atau Bupati/Walikota dikordinasikan oleh Biro Hukum atau Bagian Hukum dan dapat mengikutsertakan Instansi Vertikal dari Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum.

g. Perjanjian Internasional

Perjanjian Internasional tertentu menjadi salah satu materi muatan dari Undang- Undang. Sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Perjanjian Internasional tertentu adalah perjanjian internasional yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara dan/atau mengharuskan perubahan atau pembentukan Undang-Undang harus dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

Sedangkan dalam melakukan penyempurnaan Rumusan Draft RUU tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Panja telah membentuk Tim Perumus dan Tim Sinkronisasi/Timsin, digabung menjadi Timsun untuk melakukan pembahasan terhadap DIM yang dipimpin oleh Pak Soemandjaja dan Pak Rahardi Zakaria yang bekerja secara maksimal dalam batang tubuh, penjelasan RUU Lampiran I mengenai Teknik Penyusunan Naskah Akademis dan Lampiran II mengenai Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan sebagaimana yang telah diamanatkan oleh Panja. Pembahasan yang dilakukan di dalam Timus dan Timsin, tiada lain guna menyempurnaan perumusan yang disesuaikan dengan kaedah Bahasa Indonesia dan Tata Cara Penyusunan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Sejalan dengan hal tersebut, Draft RUU tentang Pembentukan Peraturan Perundangan beserta penjelasan dan 2 lampiran hasil pembahasan Timus dan Timsin telah dilaporkan di dalam forum Rapat Panja oleh Pimpinan Timus dan Timsin. Akan tetapi Pak Menteri, terdapat 1 materi yang dikembalikan untuk mendapat pengesahan. Jadi, diketok saja Pak. Tadi, sudah disepakati secara materinya dalam Forum Pansus Rapat Kerja ini, yaitu Rumusan Pasal 101. Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua peraturan perundang-undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dalam kurung Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No. 53, Tambahan Lembaran Negara No. 43 Tahun 1989 dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.

Hadirin yang kami muliakan,

Sebelum kami akhiri laporan ini, kami ucapkan terima kasih kepada seluruh Anggota Panja

dan Tim Pemerintah yang telah memberikan kontribusi waktu dan pikiran dalam membahas RUU

ini secara intens dan mendalam. Semoga RUU ini dapat menjadi pedoman di dalam pembentukan

peraturan perundang-undangan.

(7)

Demikian laporan hasil pembahasan Panja RUU tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Draft Hasilnya secara lengkap, kami serahkan kepada Pimpinan, kepada Ketua Pansus untuk selanjutnya diminta persetujuan pada Rapat Kerja hari ini.

Billahi Taufiq Wal Hidayah;

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, 21 Juli 2011 PANITIA KERJA RUU

TENTANG

PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

DEDING ISHAK Ketua

Terima kasih.

Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT:

Terima kasih kepada yang terhormat Ketua Panja yang telah menyampaikan laporannya.

Kami ingin sampaikan kepada Para Anggota dan Pemerintah, apakah dengan demikian laporan Ketua Panja termasuk juga substansi Pasal 101 yang memang merupakan kewenangan dari Raker ini apakah bisa kita setujui?

Apakah bisa disetujui?

F-PG (Drs. TAUFIQ HIDAYAT, M.Si):

Pimpinan, KETUA RAPAT:

Ya, silakan.

F-PG (Drs. TAUFIQ HIDAYAT, M.Si):

Pimpinan,

Ada suatu pertanyaan untuk, bukan pertanyaan, mengingatkan. Apakah dalam Lampiran ini secara keseluruhan sudah diikuti dibahas di dalam Panja yang, ya Timsin dan Timus? Bukan begitu, khawatir bahwa memang ada yang tertinggal disini kalau memang belum disisir. Tetapi kalau toh itu memang belum, Saya kira masuk dalam perencanaan yang harusnya dilaporkan oleh Ketua Panja bahwa setiap penetapan ini Timus dan Timsin masih bekerja untuk merapikan rumusan-rumusan yang masih belum utuh itu.

Itu maksud kami, khususnya mengenai Perpu itu. Itukan ada 4 hal yang seingat Saya itu tentang Ketentuan Masa Berlakunya, lalu juga Tanggal Berlakunya dan ketika dicabut itu kapan berhentinya. Apakah itu semua sudah masuk di dalam itu? Itukan penting, salah satu nilai penting dari perbaikan Undang-Undang ini. Itu masalah pengaturan masalah Perpu itu.

Demikian Pimpinan.

KETUA RAPAT:

Baik.

Yang Saya hormati Pak Taufiq Hidayat,

(8)

Pertama, yang mengenai Perpu. Jadi, waktu itu kita sudah didahului dengan Lobby di Santika. Lalu, diserahkan kepada Tim Perumus. Kebetulan Saya juga mengikuti secara intensif sehingga Perpu itu rasanya sudah sempurna. Jadi, pertama bahwa disini sebenarnya kalau dibaca di dalam Undang-Undang ini sudah jelas mengenai Perpu bagaimana bahwa apabila Perpu itu tadi disampaikan oleh Ketua Panja yang terhormat. Kalau Perpu disetujui dalam Rapat Paripurna, ditetapkan menjadi Undang-Undang. Tetapi apabila Perpu tidak setujui oleh Paripurna, Pemerintah atau DPR mengajukan Rancangan Undang-Undang Pencabutan yang akan disahkan bersamaan atau pada Sidang Paripurna pada hari itu juga. Jadi kalau sidang agenda pertama ditolak, langsung diajukan Rancangan Pencabutan Perpu. Jadi, itu kita sudah bahas secara mendalam Pasal 52. Jadi, apakah mau diperiksa dahulu. Ya, dalam sidang yang sama. Jadi, itu juga perdebatan. Artinya, pembahasan yang cukup mendalam. Jadi, jangan sampai ada time lag-nya begitu. Jadi, mudah-mudahan nanti bisa didalami.

F-PG (Drs. TAUFIQ HIDAYAT, M.Si):

Maaf Pak Menteri, sambil menghilangkan rasa ngantuk sedikit ada pertanyaan-pertanyaan sepertinya.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Mengenai lampiran, jadi, dari TA itu kerja siang malam, terus pada waktu kita pembahasan di Timus/Timsin, dipersentasikan, kita juga ikut koreksi, tetapi mudah-mudahan tidak ada hal yang terlewat. Jadi, pada dasarnya sudah disetujui oleh Panja, Laporan dari Timus dan Timsin.

Itu mengenai lampiran.

Kalau substansi penjelasan, Insya Allah memang karena Undang-Undang itu kita sangat berhati-hati dan terus terang, kami menghargai betul, Tim Pemerintah, Tim kita termasuk Anggota yang memang ini pembahasan luar biasa. Jadi, agak berbeda dengan Undang-Undang lain.

Sekali lagi, Saya mintakan persetujuan pada Para Anggota dan Pemerintah.

Apa bisa kita setujui?

(RAPAT : SETUJU)

Terima kasih.

Berikutnya adalah Pandangan Akhir Mini Fraksi-fraksi. Jadi, perlu kami laporkan bahwa khusus untuk Fraksi PPP dan PKB sudah menyampaikan tertulis karena tidak bisa hadir dan menyatakan persetujuannya atas Rancangan Undang-Undang kita.

Sekarang, kami tawarkan kepada yang terhormat pada Fraksi-fraksi apakah mau dibacakan satu per satu atau diserahkan?

KETUA PANJA (DR. H. DEDING ISHAK, SH, MM/F-PG):

Ketua,

Saya usul Pak.

Meskipun singkat, dinyatakan persetujuan dari Fraksi, kemudian diserahkan.

KETUA RAPAT:

Baik.

Kalau begitu, kami mulai dari Fraksi Demokrat.

F-PD (H. HARRY WITJAKSONO, SH):

Terima kasih.

Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

(9)

Yang terhormat Ketua Pansus dan Pimpinan; serta Yang terhormat Menteri Kumham.

Sebagaimana sudah disepakati, Saya pada prinsipnya akan membacakan inti pokok daripada sikap kami dari Fraksi Demokrat. Pada prinsipnya, Fraksi Partai Demokrati menyetujui Rancangan Undang-Undang tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan untuk disahkan menjadi Undang-Undang.

Demikian.

Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Salam Sejahtera bagi kita semua.

Jakarta, 21 Juli 2011 PIMPINAN

FRAKSI PARTAI DEMOKRAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA

Ketua, Sekretaris, DR. Ir. Mohammad Jafar Hafsah Saan Mustofa No. Anggota : A-458 No. Anggota : A-480

Dibacakan Oleh:

Harry Witjaksono No. Anggota : A-478 Terima kasih.

Wabillahi Taufiq Wal Hidayah;

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT:

Selanjutnya, yang terhormat dari Fraksi Partai Golkar.

F-PG (NURUL ARIFIN, S.IP, M.Si):

Terima kasih Pimpinan.

Mohon izin untuk membacakan. Ini karena Staf Ahli kita sudah mempersiapkan ini 2 hari 2 malam Pak.

Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Salam Sejahtera;

Selamat Malam.

Yang terhormat Saudara Pimpinan Panitia Khusus;

Yang terhormat Bapak Menteri beserta jajaran Kementerian Hukum dan HAM RI.

Fraksi Partai Golkar berpendapat bahwa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas

Peraturan Perundang-undangan yang baik maka perlu dibuat peraturan mengenti pembentukan

peraturan perundang-undangan yang dilaksanakan dengan cara dan metode yang pasti, baku, dan

standar yang mengikat semua lembaga yang berwenang untuk membentuk Peraturan Perundang-

undangan. Undang-Undang tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan didasarkan

(10)

pada pemikiran bahwa Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Sebagai Negara Hukum, segala aspek kehidupan dalam bidang kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan termasuk pemerintahan harus berdasarkan atas hukum yang sesuai dengan sistem hukum nasional. Sistem Hukum Nasional merupakan hukum yang berlaku di Indonesia dengan semua elemen yang saling menunjang satu dengan yang lain dalam rangka mengantisipasi dan mengatasi permasalahan yang timbul dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan masyarakat yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Fraksi Partai Golkar menilai bahwa Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan masih terdapat kekurangan dan belum dapat menampung perkembangan kebutuhan masyarakat mengenai aturan pembentukan perundang- undangan yang baik sehingga perlu dilakukan pengesahan. Bahwa Pansus telah membahas RUU secara intens dan mendalam baik menyangkut substansi maupun redaksional.

Pimpinan dan Bapak Menteri yang kami hormati,

Berdasarkan pandangan dan argumentasi sebagaimana disebutkan di atas, maka Fraksi Partai Golkar dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim menyatakan menyetujui RUU tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang telah selesai dibahas Pansus untuk dibawa ke Paripurna besok dalam Pengambilan Keputusan Tingkat II.

Demikian Pendapat Fraksi Partai Golkar.

Semoga Allah SWT mencurahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita sekalian dalam menjalankan tugas dan fungsi kita sebaik-baiknya.

Amin.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta 20 Juli 2011 PIMPINAN FRAKSI PARTAI GOLKAR DPR RI DR. H. DEDING ISHAK, SH, MM Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Baik.

Selanjutnya, kami persilakan dari Partai Fraksi PDI Perjuangan.

F-PDIP (ARIF WIBOWO):

Terima kasih Pimpinan Pansus.

Ketua, Bapak Menteri Hukum dan HAM RI beserta jajaran yang kami hormati.

Ada beberapa yang hendak kita sampaikan, tetapi kami Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan memberikan aksentuasi kepada 2 hal saja.

Pertama adalah terhadap materi muatan Peraturan Pemerintah sesungguhnya sudah sangat jelas diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (2) yaitu untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya. Fraksi PDI Perjuangan berpendapat bahwa frase menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya seharusnya bermakna bahwa Peraturan Pemerintahnya dapat ditetapkan atas delegasi atau perintah dari Undang-Undang saja. Karena itu, sesungguhnya perlu dipertegas agar tidak terjadi kesewenang-wenangan pembentukan peraturan peraturan pemerintah meskipun kemarin kita sudah sepakati untuk terjadi perubahan.

Berikutnya adalah bahwa materi Rancangan Undang-Undang ini juga diharapkan dapat

mengakomodir dinamika sosial yang berkembang di masyarakat terutama terhadap peristiwa

(11)

ketatanegaraan yang mendesak untuk dibutuhkan payung hukum.

Oleh karena itu, Fraksi PDI Perjuangan memadang kebutuhan akan pembentukan peraturan perundang-undangan yang di luar program legislasi nasional dan di luar Rancangan Undang-Undang kumulatif terbuka dapat diproses dengan segera atas kesepakatan bersama antara Pemerintah dan DPR.

Demikian 2 hal yang penting dari keempat yang kita sampaikan secara tertulis dalam pendapat mini fraksi ini. Dengan catatan tersebut diatas, Fraksi PDI Perjuangan menyatakan sikap untuk menyetujui Rancangan Undang-Undang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Pasal 51 untuk kemudian disahkan dalam Rapat Paripurna DPR menjadi Undang-Undang.

Demikian Pendapat Fraksi PDI Perjuangan DPR RI atas Rancangan Undang-Undang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

MERDEKA!!!

A.n PIMPINAN FRAKSI

PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT INDONESIA

POKSI PANSUS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG

PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Ketua,

Rahardi Zakaria, SIP., M.H.

Jakarta, 21 Juli 2011 KETUA RAPAT:

Selanjutnya, kami persilakan dari Fraksi PKS.

F-PKS (KH. BUKHORI,LC. MA) : Baik.

Terima kasih.

Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Yang Saya hormati Pimpinan Pansus dan Bapak Menteri Hukum dan HAM;

Saudara sekalian yang Saya banggakan yang terhormat.

Pada dasarnya karena kami selaku perwakilan dari Fraksi PKS telah mengikuti Rapat Panja dari waktu ke waktu dan juga mengikuti secara intensif dan baik berbagai macam persidangan di Timus dan Timsin dan juga Pansus maka sesungguhnya semua yang telah menjadi ketetapan itu merupakan ketetapan dari Fraksi PKS. Meski demikian, kami tidak akan membacakan Pandangan Fraksi yang cukup panjang. Namun apa yang tidak kami bacakan ini sesungguhnya merupakan pandangan PKS yang tidak bisa terpisahkan.

Beberapa hal yang Saya ingin ditegaskan adalah bahwa dinamika negara kita yang memunculkan atau melahirkan perubahan Undang-Undang Dasar 1945, melahirkan adanya sebuah suatu tata negara yang baru. Tata Negara yang mampu mengakomodasi terhadap dinamika perubahan, sementara Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 dipandang berbagai macam pasalnya, sudah tidak mampu mengakomodasi berbagai macam perkembangan dan dinamika yang terjadi.

Oleh karena itu, sudah menjadi keniscayaan perlunya perubahan Undang-Undang No. 10

Tahun 2004 disempurnakan agar menyesuaikan dan sesuai terhadap perkembangan dari sisi

(12)

ketatanegaraan maupun perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Nah disitulah kita bisa melihat betapa pentingnya pembentukan sebuah Undang-Undang yang terintegrasi secara nasional, terhindar dari tumpang tidih dan komplikasi-komplikasi. Kita mengharap bahwa Rancangan Undang-Undang yang sekarang ini kita harapkan akan menjadi Undang-Undang, mampu menjawab berbagai macam persoalan-persoalan itu semuanya.

Oleh karena itu, atas dasar pertimbangan-pertimbangan tersebut dengan membaca bismillahirrahmanirrahim, Fraksi PKS menerima dan menyetujui Rancangan Undang-Undang ini untuk selanjutnya bisa dilanjutkan dalam Pembahasan Tingkat II, disahkan di Paripurna DPR untuk menjadi Undang-Undang dengan memperhatikan berbagai macam catatan-catatan yang telah kami sampaikan.

Semoga pengaturan ini menjadi penjelas bagi banyak pihak dan dalam memperkuat ikhtiar kita segenap elemen bangsa guna melakukan yang terbaik menyangkut pembentukan peraturan perundang-undangan bagi rakyat dan negeri tercinta.

Billahi Taufiq Wal Hidayah;

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, 20 Sya’ban 1432 bertepatan dengan 21 Juli 2011 PIMPINAN

FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Ketua, Sekretaris, Mustafa Kamal, SS., MM Ir. Abdul Hakim No. Anggota A-53 No. Anggota A-

KETUA RAPAT:

Selanjutnya, kami persilakan yang terhormat dari Fraksi PAN.

F-PAN (Drs. H. RUSLI RIDWAN, M.Si) :

Terima kasih.

Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pimpinan dan Anggota Dewan yang Saya hormati;

Menteri Hukum dan HAM yang Saya hormati.

Setelah mengkaji secara mendalam, tahap demi tahap, dari waktu ke waktu, dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim, Fraksi PAN menyetujui agar RUU ini segera disahkan menjadi Undang-Undang.

Sekian.

Terima kasih.

PIMPINAN

FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

H. Muhammad Syafrudin, ST Ir. H. Tjatur Sapto Edy, MT

Wakil Sekretaris Ketua

(13)

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Selanjutnya, kami persilakan dari Fraksi Gerindra yang diwakili oleh Bapak Rindoko Dahono Ringit.

F-P GERINDRA (RINDOKO DAHONO WINGIT, S.H., M.Hum.):

Terima kasih Ketua.

PENDAPAT FRAKSI PARTAI GERINDRA DPR RI TERHADAP

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Yang terlambat dibacakan 24 jam, seharusnya kemarin maka ini banyak substansi yang sebenarnya tidak sama dengan perkembangan 24 jam terakhir. Maka kami dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim, Kami Fraksi Gerindra DPR RI menyatakan menyetujui Rancangan Undang-Undang tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan ini untuk disahkan di dalam Rapat Paripurna besok yang sebenarnya besoknya itu besok Hari Kamis, tetapi besok Hari Jumat ternyata. Dengan mengucapkan terima kasih.

PIMPINAN FRAKSI

Wakil Ketua, Wakil Sekretaris,

Ahmad Muzani Nuroji

KETUA RAPAT:

Selanjutnya, kami persilakan yang terhormat Pak Sarifuddin Suding dari Fraksi Hanura.

F-P HANURA (H. SYARIFUDDIN SUDDING, S.H., M.H.) : Terima kasih Ketua.

Pimpinan dan Anggota Panja yang kami Saya hormati;

Saudara Menteri Hukum dan HAM serta seluruh jajaran yang Saya hormati.

Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Saatnya Hati Nurani bicara. Artinya, ketika Saya tidak ungkapkan ini, pasti Pak Menteri protes maka sekarang ketika Pak Menteri, Saya harus bacakan itu, saatnya Hati Nurani bicara.

Saya kira kita semua memahami bahwa negara kita adalah Negara Hukum sesuai ketentuan dan amanat konstitusi kita Pasal 1 ayat (3), ketentuan tersebut adalah merupakan kehendak rakyat yang tertinggi bagi bangsa kita untuk dijadikan hukum dasar dalam penyelenggaraan ketatanegaraan bagi bangsa kita. Pilar utama dalam mewujudkan prinsip negara hukum adalah pembentukan peraturan perundang-undangan dan penataan kelembagaan ketatanegaraan kita.

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan merupakan salah satu syarat dalam rangka pembangunan hukum nasional yang hanya dapat terwujud apabila didukung oleh cara dan metode yang pasti baku dan standard yang mengikat semua lembaga yang berwenang membuat suatu peraturan perundang-undangan.

Dalam pandangan fraksi ini ada 6 poin yang menjadi hal-hal yang menurut Fraksi Hanura

perlu dijadikan renungan bagi kita semua dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam

(14)

pandangan fraksi ini sehingga berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, setelah melakukan kajian melalui sebuah pembahasan yang komprehensif di fraksi, maka Fraksi Hanura menyatakan persetujuan terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan untuk ditindaklanjuti sebagaimana Ketentuan Tata Tertib DPR RI.

Demikian Pandangan Fraksi Hanura kami sampaikan. Atas perhatian, kami ucapkan terima kasih.

Billahi Taufiq Wal Hidayah;

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT:

Terima kasih kepada Fraksi-fraksi yang telah menyampaikan pendapat akhir mininya.

Olah karena itu, F-PD (IGNATIUS MULYONO):

Ketua,

Interupsi Ketua.

KETUA RAPAT:

Silakan.

F-PD (IGNATIUS MULYONO):

Sebelum diketok menjadi keputusan, ini hasil dari pembersihan sebentar ini tadi. Ada hal yang barangkali perlu dicoret dulu. Ini Pasal 52 tolong dinaikan. Pasal 52, tolong bisa Saya membaca. Jangan naik-naik terus begitu, turun berikut judulnya, judulnya dilihat. Pasal 52, itu bagian kedua ”Penyusunan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang”. Pasal 52 dari ayat (1) sampai ayat (8) itu bicara masalah Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang harus dilaporkan pada DPR yang pertama dan sebagainya, nanti pada proses persetujuan dan pencabutan dan proses untuk membikin Rancangan Undang-Undang untuk pencabutan dan sebagainya. Ini di Pasal 53, ini disebutkan ”Ketentuan mengenai Tata Cara Penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang sebagaimana dimaksud pada Pasal 52 diatur dengan Peraturan Presiden”. Padahal di dalam proses Pasal 52 ini ada produk juga yang harus persetujuan DPR, kemudian DPR juga menyiapkan untuk terhadap pencabutan dan sebagainya. Jadi, inikan tidak bisa diatur dengan Peraturan Presiden.

Maka Saya sarankan, kami minta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 itu Saya usulkan untuk dihapus. Yang itu saja, sehingga berbunyinya ”Ketentuan mengenai Tata Cara Penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang diatur dengan Peraturan Presiden”. Ini memang betul, bahwa Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang itu penyusunan memang diatur dengan Peraturan Presiden, tetapi kalau yang berkait masalah soal-soal pencabutan oleh DPR dan sebagainya, itu tidak bisa diatur oleh Peraturan Presiden.

Makanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 itu dihapus.

Itu saja usul kami Pak, supaya ini pada waktu itu diputuskan itu sudah dibersihkan lebih dulu dan mudah-mudahan yang lain sudah bagus, tidak ada pembersihan dari RUU-nya yang sempat dikoreksi.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Baik.

Yang kami hormati Pak Mulyono, Pak Jenderal sebagai Ketua Baleg.

(15)

Jadi, Saya kira memang betul. Jadi, Pasal 53 khusus untuk Perpu, itu memang diatur oleh Peraturan Presiden tetapi karena di dalam Pasal 52 mengatur juga mengenai Pencabutan. Oleh karena itu, tidak pas kalau disebutkan Pasal 52. Jadi, Saya kira ini sudah betul karena memang dulu pada waktu merumuskan 52, dulu kan khusus mengenai Perpu-nya saja. Jadi, tidak bicara pencabutan. Oleh karena itu, apa yang disampaikan yang terhormat Pak Jenderal Saya kira bagus sekali, apakah bisa kita setujui?

F-PKS (KH. BUKHORI,LC. MA):

Pak,

Diberikan kesempatan waktu untuk kita merenungkan Pak.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Oke, silakan.

MENTERI HUKUM DAN HAM RI:

Boleh kami komentar dulu Pimpinan?

KETUA RAPAT:

Silakan.

MENTERI HUKUM DAN HAM RI:

Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Terima kasih.

Pimpinan;

Bapak dan Ibu Anggota Pansus yang kami hormati.

Seperti yang dijelaskan oleh Pak Mulyono terhadap Ketentuan Pasal 52 yang Beliau jelaskan itu betul, bermacam variabel Pasal 52 ayat (1) sampai dengan (8). Tetapi dalam Pasal 53 itu, tadi sebetulnya Pasal 53 itu sudah menunjuk kekhususan, yaitu hanya berkaitan dengan Tata Cara Penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang. Jadi, hanya tata caranya saja. Tetapi kalau kita tetap memakai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52, memang harus kita tambah. Misalnya, Pasal 52 ayat (1) sampai (4) yang mengenai penyusunan itu.

Itu satu alternatif.

Yang kedua, kalaupun misalnya seperti yang disarankan oleh Pak Mulyono sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 52-nya kita coret, itupun juga tidak ada masalah tetapi hakikinya sudah kita tangkap.

Jadi, kami setuju mau dicoret boleh, mau ditambahkan, ditegaskan boleh tetapi memang biasanya kan merujuk ke pasal yang diatas.

Jadi, kami ikut apapun yang diputuskan. Kalau ini dicoret boleh, kalau mau dilanjutkan tetapi tambah ayatnya.

Terima kasih.

F-PKS (KH. BUKHORI,LC. MA) :

Rasanya memang pasal ini sudah pernah kita kunyah ketika di Panja ini Pak, tetapi

memang ini namanya khilaf manusia dan waktu itu, sebenarnya sudah termasuk bagian

konsekuensi yang mesti diubah dengan berubahnya Pasal 52 menjadi 8 ayat karena semula hanya

5 kalau tidak salah atau 6, tetapi kemudian berubah menjadi 8, jadi 8 ayat. Nah semula jiwanya

(16)

Pasal 53 ini memang pada Pasal 52, itu hanya mengandung makna setiap perpu yang diajukan ke DPR itu mendapatkan persetujuan dan jika tidak mendapatkan persetujuan maka harus dilakukan proses pencabutan dan itu kemudian pada pasal-pasal yang lain tetapi kemudian dinamika berkembang, diskusi begitu kemudian intensif dan kemudian akhirnya menjadi suatu rumusan 8 ayat ini.

Memang pada apa yang disampaikan Pak Mul merupakan suatu temuan yang cukup cermat menurut Saya. Ada beberapa kemungkinan. Kalau Saya misalnya menghapus boleh-boleh saja, tetapi kalau seandainya Pak, misalnya ditambah dengan Pasal 52 ayat (2). Jadi, yang dimaksudkan ketentuan mengenai tata cara penyusunan rancangan peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2) diatur dengan Peraturan Presiden. Jadi, tidak menghapus tetapi hanya menambahkan ayat (2). Kenapa? Karena sesungguhnya ayat (2) itu sudah merucuk kepada ayat (1) dan kepentingan Pasal 53 ini hanya mengatur 2 ayat itu.

Silakan kemudian, Saya lebih setuju kalau kemudian misalnya, sebab kalau misalnya ini dia terbuka, tidak merujuk kepada ayat sebelumnya karena ini pasal yang berbeda, khawatir ini kemudian bisa menimbulkan beberapa tafsir. Tafsir yang kemudian yang dimaksud segala aturan yang terkait dengan masalah Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang atau kemudian khusus berkenaan dengan Pemerintah, tetapi kalau kita merujuk Pasal 52 ayat (2) itu sudah pasti hanya terkait dengan Tata Cara Pengajuan Perpu oleh Presiden, oleh Pemerintah kepada DPR, tidak mengatur terhadap varian-varian yang dilakukan oleh DPR.

Saya kira itu pandangan kami.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Baik.

Masih ada dari Anggota yang terhormat?

Ya kalau tidak ada, ini jadi ada 2 alternatif. Yang pertama sebagaimana diusulkan oleh Pak Jenderal bahwa dihapus, tetapi dari pihak Pemerintah setuju dihapuskan atau kalau memang tetap merujuk, ditambahkan ayatnya.

Saya kira dari yang terhormat Pak KH. Bukhori mengusulkannya Pasal 52 ayat (2), langsung menunjuk itu. Saya kira ini semua yang diusulkan Pemerintah, Pak Jenderal, Pak Ustad Saya kira ini substansinya sama, tinggal kita merumuskan saja. Jadi, kalau boleh, kalau tidak perlu menghapus tetapi ditambahkan ayat (2).

Bagaimana Pak Jenderal, apakah bisa diterima rumusan itu?

F-PD (IGNATIUS MULYONO):

Sedikit saja.

Sebetulnya kita tidak mau memperpanjang ini, karena waktu ya.

Kalau kita menunjuk tadi yang kayak disampaikan Pak Menteri dan Pak Bukhori, nanti kita juga akan mengalami suatu proses, Bapak mohon dinilai apakah ini yang dimaksud tata cara penyusunan rancangan peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang.

(1) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang harus diajukan ke DPR dalam Persidangan yang berikut;

(2) Pengajuan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk pengajuan Rancangan Undang-Undang tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang menjadi Undang- Undang.

Jadi, di ini, inikan menjadikan usulan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang untuk menjadi Undang-Undang. Jadi, hanya proses usulan penetapan. Padahal yang dimaksud disini adalah tata cara penyusunan Rancangan Peraturan. Jadi, inikan ada kata-kata ”Penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang”.

Menurut Saya, lebih tepat apabila itu dihapus saja. Tidak usah dikaitkan, karena kalau kita

lihat di pasal-pasal lain ada juga langsung pengaturan diatur dengan Peraturan Presiden tanpa

menunjuk pasal dan sebagainya.

(17)

Silakan lihat di pasal-pasal selanjutnya, itu tidak kita ketemukan juga. Banyak yang tidak usah menyebut pasal berapa dan sebagainya, langsung menyebut kepentingan apa diatur dengan Peraturan Pemerintah atau Peraturan Presiden banyak disini kita temukan. Jadi, menurut Saya karena yang kita bicarakan ini tata cara penyusunan rancangan, bicaranya itu daripada, pada tahapan baru tingkat rancangan, bukan memproses dari peraturan pemerintah pengganti Undang- Undang untuk diajukan menjadi Undang-Undang, bukan itu. Ini baru tata cara penyusunan rancangan Peraturan Pemerintah. Nah ini memang masih di wilayahnya Presiden ini, belum kemana-mana.

Ini tolong dianukanlah.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Baik.

Saya kira yang usulan Pak Jenderal tadi memang pas, karena kalau Pak Ustad betul, tetapi mempersempit. Padahal sebenarnya yang dimaksud ini kan lebih luas.

F-PKS (KH. BUKHORI,LC. MA) :

Saya mencabut usulan dan mendukung Pak Mulyono Pak.

F-PG (Drs. TAUFIQ HIDAYAT, M.Si):

Ya, sedikit Pak tetapi dengan ayat (6) itu Pak ya? Dalam hal Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang harus dicabut dan harus dinyatakan tidak berlaku sebagaimana dimaksud pada ayat (5), DPR atau Presiden mengajukan Rancangan Undang-Undang tentang Pencabutan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang.

Jadi kalau di Pasal 53 itu dibuat general begitu bahwa itu diatur oleh Peraturan Presiden, tetapi ada RUU Pencabutan Perpu itu yang dilakukan oleh DPR begitu. Tentu itu tidak bisa diatur oleh Peraturan Presiden, mekanisme di DPR. Ya kan?

Ya, pengaturan penyusunannya kan? Manakala pencabutan itu dilakukan oleh DPR, itukan di luar mekanisme yang diatur oleh Peraturan Pemerintah. Jadi, memang ada perkecualian yang tidak bisa digeneralisir oleh Pasal 53 dengan bunyi tadi itu Pak Mul. Itu masalahnya dan pencabutan itu sebisanya dilakukan proses prosedur oleh pihak yang sebagaimana menetapkan itu mengenai Perpu ini.

Terima kasih Pimpinan.

F-PD (IGNATIUS MULYONO):

Jadi, sebenarnya Pak Taufiq. Jadi, di Pasal 53 itu khusus mengenai ketentuan tata cara penyusunan rancangan peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang. Jadi, tidak termasuk pencabutannya Pak. Jadi, sudah ada pasal yang mengatur. Jadi kalau Undang-Undang itu bisa diajukan oleh Pemerintah, ya itu rancangan diatur oleh Presiden tetapi kalau yang diatur oleh DPR itu diatur dalam Peraturan DPR. Jadi, ini khusus yang 53 ini mengenai Tata Cara Penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang. Jadi, tidak masuk pencabutannya Pak. Jadi, sudah ada ketentuan. Jadi kalau yang RUU yang diajukan Pemerintah, diatur oleh Peraturan Presiden, tetapi kalau yang inisiatif DPR itu Peraturan DPR. Jadi, sebenarnya secara umum sudah ada akomodasinya. Sekali lagi, khusus Pasal 53 hanya Perpunya saja, tidak termasuk pencabutannya Pak.

KETUA RAPAT:

Nah ini mungkin kita perlu lihat juga di lampiran Saya kira Pak. Di Lampiran, pengaturannya bagaimana? Apakah ini sudah dilakukan, sudah diatur bahwa pencabutannya itu sesuai dengan proses penetapannya atau tidak di dalam lampiran itu.

F-PD (IGNATIUS MULYONO):

(18)

Pak Cip,

Kalau bisa membantu Saya, karena kita berangkat dari bagian kedua Pak Taufiq.

Bagian kedua itu judulnya Penyusunan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Pak. Jadi, konteks kita itu penyusunan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang. Jadi, konteks kita itu hanya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu). Makanya dalam rangka penyusunan itu, kita menyarankan kalau kita konteks bicara kita hanya tata cara penyusunan rancangan perpu itu ranahnya Presiden, Peraturan Presiden. Itu saja. Jadi, kita masih konteks belum menyebar ada mau dicabut, mau ditetapkan, bukan, bukan menyebar kesitu. Kita batasi di dalam konteks judul saja.

Itu saja Pak.

Terima kasih.

KETUA PANJA (Dr. H. DEDING ISHAK, S.H., M.H./F-PG):

Betul Pak Mulyono, tetapi yang dimaksud oleh Pak Taufiq ini Saya bisa pahami karena memang pada kesepakatan dengan Pak Menteri ini kan dibuka 2 pintu Pak untuk pencabutan ini bisa dari Presiden maupun dari DPR. Nah untuk ini, diatur dimana begitu kira-kira dan itu Saya ingin sampaikan itu sudah diatur dalam Pasal 71, bisa dilihat di Pasal 71 itu sudah ada mekanismenya.

(1) Pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang dilaksanakan melalui mekanisme yang sama dengan Pembahasan Rancangan Undang-Undang.

(2) Pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Pencabutan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang dilaksanakan melalui mekanisme khusus yang dikecualikan dari mekanisme pembahasan Rancangan Undang-Undang.

(3) Ketentuan mengenai pengaturan mekanisme tersebut tata cara sebagai berikut:

a. Rancangan Undang-Undang tentang Pencabutan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang dilakukan oleh DPR atau Presiden;

b. Rancangan Undang-Undang sebagaimana dimaksud dalam huruf a diajukan pada saat Rapat Paripurna tidak memberikan persetujuan atas peraturan.

Sudah ada Pak disini, pengambilan keputusan persetujuan sudah ada disini. Jadi, Pasal 71 ayat (1) sampai dengan ayat (3), ya mekanismenya itu.

KETUA RAPAT:

Silakan diteruskan saja Pak.

Baik, terima kasih.

Usulan Pak Jenderal bisa kita setujui ya?

Ya, oke.

Terima kasih.

(RAPAT : SETUJU)

Sekali lagi, kami sampaikan terima kasih kepada Fraksi-fraksi yang telah menyampaikan Draft ini termasuk mengesahkan apa yang diusulkan dari Pak Jenderal tadi.

Sebagai akhir dari Pembahasan RUU ini, akan dilakukan penandatanganan Naskah RUU oleh Pemerintah dan Fraksi-fraksi.

Kami persilakan.

KETUA TIMUS(H. T.B. SOENMANDJAJA S./F-PKS):

Pak Ketua,

Sebelum ke Pemerintah.

(19)

Terima kasih.

Pendapatnya lain ini Pak.

Ya, terima kasih.

Tadi ada wacana Pak Ketua yang diingatkan oleh yang terhormat Bapak Mulyono mengenai hal-hal yang berkenaan dengan penyisiran begitu, mungkin Saya kira tepat juga diambil kesepakatan sama Pemerintah sebelum Pemerintah menyampaikan pandangannya. Jadi, ini bagian yang tidak terpisahkan maksud Saya sehingga Tim yang dibentuk itu legal untuk mengerjakan hal-hal yang memang perlu diselesaikan.

Demikian.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Baik.

Jadi, perlu kami sampaikan pada yang terhormat Forum Raker. Jadi, tadi sebenarnya di Panja kita sudah sepakat. Jadi, memang ada kekhawatiran. Oleh setelah nanti diambil keputusan Paripurna, kita Pimpinan bersama Tim hanya akan menyisir tetapi hal-hal yang sifatnya tidak mengubah substansi, hanya kalau ada salah penulisan, salah huruf, titik, koma. Oleh karena itu, kita ingin sampaikan juga hal ini kepada pihak pemerintah. Kebetulan tadi Pak Dirjen juga sudah ada. Oleh karena itu, tentu kita laporkan pada Raker ini. Tadi itu sudah disepakati di dalam Panja.

Oleh karena itu, kami minta pandangan dari Pemerintah atau nanti dari Para Anggota juga kalau memang kita disahkan dalam Raker ini.

MENTERI HUKUM DAN HAM RI:

Ya.

Terima kasih Pimpinan.

Sebagaimana dijelaskan tadi kalau sejauh tidak berkaitan dengan masalah substansi, tetapi hanya masalah-masalah yang mengganjal dalam artian yang tidak substantif, ya Pemerintah tidak keberatan. Jadi, kita tidak boleh sedikit pun menggeser lagi masalah-masalah substansif.

Jadi kalau hanya titik koma misalnya Undang-Undang 10 Tahun 2004 ketinggalan kalimat tentangnya, ya itu kita masukan begitu. Jadi, yang begitu contoh-contohnya.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih.

Jadi, ini kesepakatan terutama sebenarnya di lampiran. Kalau di RUU sama penjelasan mudah-mudahan tidak ada lagi. Jadi, kita setujui bersama ini ya?

Kesepakatan.

Oke, terima kasih.

(RAPAT : SETUJU)

Selanjutnya, kami persilakan Fraksi-fraksi untuk menandatangani sebelum nanti Pemerintah menyampaikan pendapat akhir.

Ya, Sekretariat.

Biar tidak kelihatan berebutan Pak, bergiliran Pak.

Jadi, 4 fraksi-4 fraksi.

Bukan, nanti akhirnya ada yang ketinggalan nanti.

(PENANDATANGANAN DRAFT RUU) Disepakati acara berikutnya adalah sambutan Pemerintah.

Kami persilakan pada Pemerintah.

MENTERI HUKUM DAN HAM RI:

(20)

SAMBUTAN SINGKAT PRESIDEN ATAS

PENYELESAIAN PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

PEMBENTUKAN PERATURAN PERUINDANG-UNDANGAN DALAM PEMBICARAAN TINGKAT I

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DI

Tanggal 21 Juli 2011-07-26 Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Salam Sejahtera buat kita semua.

Pimpinan dan Anggota Panitia Khusus DPR RI yang kami hormati;

Hadirin sekalian yang kami hormati.

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa. Karena atas Rahmat dan Karunia-Nya kita masih diberikan kesempatan dan kekuatan untuk melanjutkan ibadah, karya dan pengabdian kita kepada bangsa dan negara tercinta. Pada hari yang berbahagia ini, Pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan telah kita selesaikan pada Pembicaraan Tingkat I dan sebagaimana telah kita dengarkan bersama bahwa seluruh Fraksi-fraksi telah memberikan pendapatnya dan menyepakati Rancangan Undang-Undang tersebut untuk diteruskan pada Pembicaraan Tingkat II guna pengambilan keputusan dalam Rapat Paripurna DPR RI.

Kita semua mengharapkan semoga RUU tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan dapat disetujui bersama dalam Rapat Paripurna DPR RI untuk disahkan menjadi Undang-Undang sebagai pedoman yang pasti, baku dan standard terhadap pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik sesuai dengan perintah Pasal 22 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sehingga hasil akhirnya diharapkan dapat mewujudkan Indonesia sebagai negara hukum sesuai dengan semangat dan ketentuan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pimpinan dan Anggota Panitia Khusus DPR RI yang terhormat;

Hadirin sekalian yang kami hormati.

Setelah melalui proses diskusi yang panjang dan demokratis, pada akhirnya kita dapat memperoleh kesepakatan mengenai beberapa substansi penting dalam pembahasan RUU ini tentang pembentukan peraturan perundang-undangan yang besok akan kami bacakan secara lengkap.

Pimpinan dan Anggota Panitia Khusus DPR RI yang kami hormati,

Akhirnya, kami mewakili Presiden Republik Indonesia menyetujui dan menyambut baik serta menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya atas diselesaikan pembahasannya Rancangan Undang-Undang tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan pada Pembicaraan Tingkat I untuk diteruskan pada Pembicaraan Tingkat II guna memperoleh keputusan dalam Rapat Paripurna DPR RI.

Pada Pembicaraan Tingkat II dalam Rapat Paripurna DPR RI, nanti kami akan menyampaikan pendapat akhir Presiden atas Rancangan Undang-Undang tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan secara lebih lengkap dan argumentatif.

Dalam kesempatan ini, perkenankan kami mewakili Presiden menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pimpinan dan Anggota Pansus DPR RI yang dengan penuh dedikasi, toleransi dan kerja keras dapat menyelesaikan pembahasan RUU ini pada Pembicaraan Tingkat I.

Tentu ucapan terima kasih juga tidak lupa kami sampaikan pada Sekretariat Pansus DPR RI,

seluruh Staf Pendukung serta Wartawan baik cetak maupunm elektronik yang telah meliput proses

(21)

pembahasan RUU ini. Semoga setiap pemikiran, partisipasi dan jerih payah kita dalam proses ini selalu dinilai sebagai amal ibadah oleh Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa.

Atas segala pemikiran dan perhatian Pimpinan, Anggota Pansus yang terhormat, kami mengucapkan terima kasih sekali lagi.

Demikian.

Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT:

Terima kasih kami sampaikan terhadap Pemerintah yang telah menyampaikan sambutannya.

Demikianlah Acara Rapat pada pagi hari ini. Sekali lagi, kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh Anggota Pansus dan Pemerintah atas kerja sama dan semangatnya dalam Pembahasan Rancangan Undang-Undang ini. Tidak lupa juga kepada Sekretariat DPR maupun Pemerintah yang telah membantu dan memfasilitasi semua kegiatan ini.

Semoga apa yang telah kita laksanakan selama ini menjadikan amalan dan ibadah kita, menjadikan semuanya kita untuk melanjutkan tugas-tugas selanjutnya.

Dengan mengucapkan Alhamdulillah, Rapat ini kami tutup tepat pada jam 22.30 WIB.

Demikian.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

(RAPAT DITUTUP PUKUL 22.30 WIB)

Jakarta, 21 JULI 2011 a.n. KETUA PANSUS RUU

TENTANG

PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN

SEKRETARIS RAPAT,

ENDANG SURYASTUTI, S.H., M.Si.

NIP. 19690801 199403 2 001

Referensi

Dokumen terkait

Menurut (Komariyah dan Fauziah, 2006) keunggulan produk merupakan kaitan atribut produk yang berdiri dari kualitas, teknologi, dapat dipercaya suatu produk baru,

Langkah-langkah yang dikerjakan dalam proses dekripsi, adalah sebagai berikut : (1) Memulai proses dekripsi (ciphertext) dengan ukuran block 128 bit; (2)

Dalam pengelolaan Unit Rawat Inap ( URI ), salah satu aspek yang perlu diperhatikan adalah pengelolaan tempat tidur pasien. Pengelolaan tempat tidur pasien perlu mendapat

Rancangan Undang-Undang tentang Penetapan Peraturan Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur kepuasan pelayanan di instalasi farmasi untuk pasien TB di salah satu rumah sakit di Bandung.. Penelitian ini dilakukan

Jadi di sini kan kita lihat konsistensi juga antara usulan dari rancangan undang-undang dari Presiden, dari DPD, maupun dari DPR, artinya kalau logika yang disampaikan tadi

UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN.. Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah pembuatan Peraturan Perundang- undangan yang mencakup tahapan

mesin produksi adalah dengan suatu sistem pemeliharaan ( maintanance