• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEUANGAN DAERAH

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL (Halaman 65-71)

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

48

Efektivitas keuangan daerah1

, sebagaimana diukur melalui realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD), pada triwulan laporan mencapai 47,01% dari total PAD yang dianggarkan. Hal ini menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan triwulan II-2013 yang hanya mencapai 44,96%. Namun demikian, tingkat efektivitas keuangan daerah pada triwulan laporan belum dapat kembali ke tingkat yang sama seperti triwulan II-2012, yang mencapai 67,35% dari anggaran PAD.

Tabel 4.2.Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalsel (Rp Miliar)

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan

Seiring dengan meningkatnya realisasi PAD, kemandirian daerah2

Provinsi Kalimantan Selatan selama triwulan II-2014 juga mulai mengalami peningkatan. Rasio kemandirian daerah mencapai 57,85%, membaik dibanding dengan triwulan yang sama pada periode sebelumnya yang hanya mencapai 56,33%.

Di sisi lain, kemampuan fiskal daerah3

Provinsi Kalimantan Selatan dalam membiayai belanja sedikit mengalami penurunan, dari 76,29% pada triwulan I-2013 menjadi 75,78%. Peningkatan realisasi PAD sebesar 13,08% (yoy) belum dapat menyamai peningkatan realisasi belanja daerah, yang meningkat sebesar 13,84% (yoy). Hal ini berakibat pada meningkatnya ketergantungan daerah terhadap dana perimbangan.

1

Efektivitas Keuangan Daerah merupakan rasio realisasi pendapatan asli daerah terhadap rencana pendapatan asli daerah yang dianggarkan. Indikator ini menunjukkan sejauh mana efektivitas pemerintah daerah dalam merealisasikan target pendapatan asli daerahnya.

2

Rasio kemandirian daerah (desentralisasi fiskal) merupakan perbandingan Pendapatan asli daerah (PAD) terhadap pendapatan daerah secara keseluruhan, semakin tinggi rasio yang dimiliki maka semakin mandiri daerah tersebut

3

Kemampuan Fiskal Daerah merupakan rasio realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap realisasi belanja daerah pada periode yang sama. Indikator ini menunjukkan sejauh mana kemandirian pemerintah daerah dalam membiayai belanja daerahnya.

2013 2014 2013 2014 2013 2014

Pendapatan Asli Daerah 2.751.770 2.975.594 1.237.096 1.398.920 44,96% 47,01%

Hasil Pajak Daerah 2.481.325 2.652.000 1.042.641 1.157.028 42,02% 43,63%

Hasil Retribusi Daerah 7.069 18.205 5.800 9.705 82,04% 53,31% Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan 43.528 33.666 37.016 44.141 85,04% 131,12% lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 219.848 271.723 151.639 188.047 68,97% 69,21%

Dana Perimbangan 1.270.215 1.374.101 790.385 837.186 62,22% 60,93%

Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 545.150 647.375 379.204 411.589 69,56% 63,58%

Dana Alokasi Umum 683.511 701.726 398.715 409.340 58,33% 58,33%

Dana Alokasi Khusus 41.554 25.000 12.466 16.257 30,00% 65,03%

Lain-lain Pendapatan yang Sah 347.721 351.632 168.846 182.158 48,56% 51,80%

Pendapatan Daerah 4.369.706 4.701.326 2.196.328 2.418.264 50,26% 51,44%

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

49

Grafik 4.1 Perbandingan Realisasi Pendapatan Daerah dalam APBD Triwulan

II-2014

Grafik 4.2 Rasio Kemandirian Daerah/ Desentralisasi Fiskal

Dilihat dari komponen pembentuk PAD, komponen yang mengalami peningkatan terbesar terjadi pada komponen retribusi daerah, yaitu mencapai Rp9,7 miliar, atau meningkat 67,33% (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp5,8 miliar. Selain itu, Pajak Daerah juga mengalami kenaikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu dari Rp1,24 triliun menjadi Rp1,4 triliun. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat kesadaran dan partisipasi masyarakat serta dunia usaha di Kalimantan Selatan semakin meningkat dalam mendorong pembangunan melalui pembayaran pajak dan retribusi daerah.

Sementara itu, persentase realisasi dana perimbangan cenderung menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu dari 62,22% pada triwulan II-2013 menjadi 60,93% pada triwulan laporan, walaupun realisasi nominal meningkat dari Rp790,39 miliar menjadi Rp837,19 miliar. Menurunnya realisasi tersebut terutama dipengaruhi oleh sub komponen Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak, yang menurun dari 69,56% pada triwulan II-2013 menjadi 63,58% pada triwulan II-2014.

2. Realisasi Belanja Daerah

Sejalan dengan pos pendapatan, realisasi sisi pos belanja Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan selama triwulan II-2014 tercatat sebesar 35,05%, atau mengalami peningkatan dari 32,61% pada periode yang sama tahun 2013. Dilihat dari nominalnya, realisasi belanja mengalami

peningkatan sebesar 13,84 % (yoy), yaitu dari Rp1,62 triliun pada triwulan II-2013 menjadi Rp1,85 triliun pada triwulan laporan.

Ditinjau dari komponen belanja daerah, baik belanja operasi maupun belanja modal mengalami peningkatan realisasi. Pada belanja operasi, realisasi pada triwulan II-2014 mencapai Rp1,49 triliun atau 38,08% dari total anggaran, meningkat dibanding triwulan yang sama pada tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp1,4 triliun atau 35,44% dari total anggaran. Meningkatnya prosentase realisasi pada triwulan II-2014 terutama didorong oleh meningkatnya realisasi anggaran belanja barang dan jasa dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya.

67,35% 44,96% 47,01% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% Tw2-2012 Tw2-2013 Tw2-2014 60,95% 56,33% 57,85% 53% 54% 55% 56% 57% 58% 59% 60% 61% 62% Tw2-2012 Tw2-2013 Tw2-2014

Bab 4 Keuangan Daerah

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

50

Tabel 4.3.Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalsel (Rp Miliar)

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan

Hal yang sama juga terjadi pada realisasi komponen belanja modal yang mengalami peningkatan. Sampai dengan akhir triwulan II-2014, realisasi telah mencapai Rp351,44 miliar, atau 26,29% dari anggaran 2014. Realisasi ini lebih tinggi dari periode yang sama tahun 2013, dimana pada periode tersebut belanja modal terealisasi sebesar 21,51% dengan nominal Rp215 miliar.

Peningkatan realisasi belanja modal tersebut mengindikasikan peningkatan perhatian pemerintah untuk penyediaan infrastruktur yang lebih baik. Hal ini mengingat belanja modal pada umumnya dipergunakan untuk membiayai pembangunan sarana dan prasarana untuk mendorong investasi dan memperlancar distribusi sehingga dapat menjadi motor pendorong perekonomian daerah. Kondisi ini juga tercermin dari meningkatnya rasio realisasi belanja modal pemerintah terhadap realisasi belanja total yang mencapai 19,04% pada triwulan II-2014, meningkat signifikan dibanding triwulan II-2013 yang hanya mencapai 13,26%.

Grafik 4.3 Prosentase Realisasi Belanja Modal Terhadap Anggaran Belanja Modal

Grafik 4.4 Rasio Realisasi Belanja Modal Terhadap Belanja Total

2013 2014 2013 2014 2013 2014

Belanja Operasi 3.963.757 3.919.559 1.404.658 1.492.701 35,44% 38,08%

Belanja Pegawai 806.693 866.944 304.277 317.186 37,72% 36,59%

Belanja Barang dan Jasa 1.028.254 1.276.271 344.487 426.745 33,50% 33,44%

Hibah 421.620 396.546 190.526 171.519 45,19% 43,25%

Belanja Bantuan Sosial 422.781 10 47 - 0,01% 0,00%

Belanja Bantuan Keuangan 1.284.409 1.379.788 565.321 577.251 44,01% 41,84%

Belanja Modal 999.569 1.336.767 214.985 351.442 21,51% 26,29% Belanja Tidak Terduga 10.000 10.000 1.926 1.893 19,26% 18,93% Total Belanja 4.973.326 5.266.326 1.621.569 1.846.036 32,61% 35,05%

11111111111111111111111111111111111111111411111111111044444

441100140014

014411014014

0

104

BAB V

KETENAGAKERJAAN DAN

KESEJAHTERAAN

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II-2014

53

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Seiring dengan melambatnya kinerja perekonomian Kalimantan Selatan, pada triwulan II-2014 ini kondisi ketenagakerjaan relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya. Dari hasil liaison dan Survei

Konsumen (SK) yang dilakukan oleh Bank Indonesia menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja pada triwulan laporan relative stabil. Namun demikian, dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Bank Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan penyerapan tenaga kerja khususnya pada sektor industri pengolahan serta sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran walaupun tidak terlalu besar. Sementara itu, tingkat kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan pada triwulan laporan secara umum memperlihatkan kecenderungan yang menurun. Berbagai indikator seperti peningkatan daya beli masyarakat dari hasil Survei Konsumen memperlihatkan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini mengalami mengalami penurunan. Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Kalsel yang juga mengalami penurunan, serta adanya peningkatan Indeks Kedalaman Kemiskinan, Indeks Keparahan Kemiskinan dan peningkatan garis kemiskinan.

1. KETENAGAKERJAAN

Berdasarkan hasil liaison Bank Indonesia, jumlah penggunaan tenaga kerja pada triwulan laporan relatif stabil, hal ini dikonfirmasi oleh sebagian besar contact liaison yang menyatakan bahwa contact tidak menambah maupun mengurangi jumlah tenaga kerja. Sementara dari hasil Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh Bank Indonesia, indeks ketersediaan lapangan kerja yang merupakan persepsi masyarkat terhadap kondisi saat ini dibandingkan periode sebelumnya, mengalami penurunan dari 132,5 pada triwulan I-2014 menjadi 116,7 pada triwulan II-2014 (Grafik 5.2) Namun indeks tersebut masih berada di atas angka 100 yang artinya masyarakat masih optimis terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan di Kalimantan Selatan.

Di sisi lain, berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia pada triwulan II-2014 mengindikasikan kenaikan realisasi penggunaan tenaga kerja pada dunia usaha di Kalimantan Selatan, dimana tercermin dari angka saldo bersih tertimbang (SBT) realisasi penggunaan tenaga kerja triwulan II2014 sebesar 8,06, atau mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar -3,50 (Grafik 5.1). Kondisi tersebut terutama disebabkan oleh membaiknya ekspektasi pelaku usaha, seiring meningkatnya aktivitas di sektor perdagangan hotel dan restoran, khususnya menjelang bulan Ramadhan dan musim liburan sekolah. Berdasarkan hasil SKDU triwulan II-2014, dua dari tiga sektor utama (sektor pertanian dan sektor PHR) di Kalimantan Selatan mengalami peningkatan jumlah tenaga kerja, kecuali

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL (Halaman 65-71)

Dokumen terkait