BAB II TINJAUAN PUSTAKA
D. Rasio Keuangan
1. Pengertian rasio keuangan
Rasio merupakan pengungkapan hubungan matematika antara satu
jumlah dengan jumlah yang lainnya atau perbandingan antara satu kas
dengan kas lainnya. Rasio harus memperlihatkan suatu hubungan yang
mempunyai makna agar rasio itu dapat bermanfaat (Prastowo, 1995: 80).
Dalam hubungannya dengan keputusan yang diambil oleh perusahaan,
18
diambil oleh perusahaan dalam rangka menjalankan usahanya. Analisis
rasio sangat bermanfaat bagi investor.
Rasio keuangan menggambarkan suatu hubungan pertimbangan
antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Dengan
menggunakan alat analisis berupa rasio, akan dapat menjelaskan atau
menggambarkan kepada penganalisis tentang baik atau buruknya keadaan
atau posisi keuangan suatu perusahaan. Terutama apabila angka rasio
tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan
sebagai standar (Munawir, 1999: 63).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam penggunaan rasio
antara lain (Syamsudin, 1985: 35):
a. Sebuah rasio saja tidak dapat digunakan untuk menilai keseluruhan
operasi yang telah dilaksanakan.
b. Perbandingan yang dilakukan haruslah dari perusahaan yang sejenis
dan pada saat yang sama.
c. Sebaiknya perhitungan rasio keuangan didasarkan pada data laporan
keuangan yang sudah diaudit.
d. Penting untuk memperhatikan bahwa pelaporan akuntansi yang
2. Pengelompokan rasio
Menurut Sawoko dan Halim pengelompokan rasio keuangan (1989: 51):
a. Berdasarkan sumbernya, rasio dapat digolongkan menjadi :
1) Rasio Neraca (Balance Sheet Ratio), yaitu rasio yang dibuat atas dasar data yang ada dalam neraca.
2) Rasio Rugi Laba(Income Statement Ratio), yaitu rasio yang dibuat atas dasar data yang ada dalam laporan laba rugi.
3) Rasio-rasio antar laporan, yaitu rasio yang dibuat atas dasar data
yang sebagian berasal dari neraca dan data yang berasal dari
laporan laba rugi.
b. Pada umumnya rasio keuangan diklasifikasikan menjadi empat
macam, yaitu :
1) Rasio Likuiditas, yaitu rasio yang berhubungan dengan masalah
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kemampuan finansial
yang harus segera dipenuhi. Rasio ini bertujuan untuk mengukur
likuiditas perusahaan. Contohnya adalahcurrent ratio, quick ratio.
2) Rasio Aktivitas, yaitu rasio yang mengukur seberapa besar
efektifitas perusahaan dalam mengelola sumber-sumber dananya.
Tujuan rasio ini adalah untuk mengetahui seberapa besar efektifitas
perusahaan dalam menggunakan aktivanya. Contohnya adalah
inventory turnover, account receivable turnover, account payable turnover, fixed asset turnover, total asset turnover.
20
3) Rasio Solvabilitas, yaitu rasio yang mengukur sampai sejauh mana
aktiva perusahaan dibayar oleh hutang. Contohnya adalah debt ratio, long-term debt to total capitalization, time interest arned ratio, debt to equity ratio.
4) Rasio Profitabilitas, yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba. Contohnya adalah return on equity,return on asset, gross profit margin.
c. Jenis-jenis rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Quick Ratio(QR) untuk mewakili rasio likuiditas,Inventory Turnover
(ITO) untuk mewakili rasio aktivitas, Debt to Equity Ratio (DER) untuk mewakili rasio solvabilitas, dan Return on Equity (ROE) untuk mewakili rasio rentabilitas.
1) Quick Ratio(QR)
Current asset - inventory Quick Ratio ═
Current Liabilities
Menurut Munawir (1993), acid-test atau quick ratio
merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya dengan sejumlah aktiva lancar
dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan
memerlukan waktu yang relatif lebih lama untuk direalisir menjadi
kas. Semakin tinggi quick ratio maka menunjukkan kemampuan aktiva lancar perusahaan untuk memenuhi kemampuan jangka
dengan curret ratio, karena hanya membandingkan aktiva yang sangat liquid (mudah dicairkan atau diuangkan) dengan hutang lancar. Jika current ratio tinggi tetapi quick rationya lebih rendah menunjukkan adanya investasi yang besar dalam persediaan.
Dari sudut pandang investor, semakin tinggi nilai quick
ratio akan memberikan perlindungan terhadap kemungkinan
kerugian bila terjadi kegagalan dalam perusahaan.
2) Perputaran Persediaan/ Inventory Turnover(ITO)
Menurut Soediono (1991), rasio perputaran persediaan
digunakan untuk menilai tingkat likuiditas persediaan yang
dimiliki perusahaan. Inventory turnover adalah merupakan rasio antara jumlah harga pokok barang yang dijual dengan nilai
rata-rata persediaan yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi
tingkat perputaran persediaan sebuah perusahaan, semakin sedikit
dana yang tersimpan dalam bentuk persediaan, maka semakin
banyak dana yang bisa dipergunakan untuk mengembangkan
usahanya. Apabila inventory turnover sebuah perusahaan rendah dapat disebabkan karena adanya barang dagangan atau hasil
produksi yang tidak laku dipasaran, dan dapat juga disebabkan
karena perputaran bahan baku atau barang setengah jadi tidak bisa
22
Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi perusahaan
dalam mengelola dan menjual barang (Hanafi, 2005). Rasio
perputaran persediaan ini dihitung dengan cara sebagai berikut :
Cost of goods sold Inventory turnover ═
Average inventory
3) Debt to Equity Ratio(DER)
Menurut Fraser dan Ormiston (2008: 233),debt to equity ratio
mengukur risiko struktur modal dalam hal hubungan antara dana
yang dipasok oleh kreditor (hutang) dan investor (ekuitas). Makin
tinggi proporsi hutang, maka semakin besar tingkat risiko ekuitas
karena kreditor harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum pemilik
dalam hal kebangkrutan. Hutang berkaitan dengan risiko karena
hutang menimbulkan komitmen tetap berupa beban bunga dan
pelunasan pokok hutang. Namun jika hutang dapat dikelola dengan
baik (jika laba operasi lebih besar dan cukup menutup beban
hutang), maka akan memperbesar tingkat pengembalian kepada
investor.Debt to equity ratiodapat ditulis:
Total liabilities Debt to Equity Ratio═
Owner’s equity
Semakin besar proporsi hutang, berarti semakin besar pula
beban yang ditanggung oleh perusahaan untuk bunga dan
perusahaan tidak solvabel dalam keadaan apabila perusahaan
mengalami penurunan laba (Harnanto, 1984).
Semakin tinggi DER menunjukkan tingginya ketergantungan
permodalan perusahaan terhadap pihak luar sehingga beban
perusahaan juga semakin berat. Tentunya hal ini akan mengurangi
hak pemegang saham (dalam bentuk deviden). Tingginya DER
selanjutnya akan mempengaruhi minat investor terhadap saham
perusahaan tertentu, karena investor pasti lebih tertarik pada saham
yang tidak menanggung terlalu banyak beban hutang. Dengan kata
lain, DER berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
4) Return on Equity(ROE)
Pengembalian atas ekuitas (return on equity) mengukur efisiensi perusahaan dalam mengelola total investasi dan
pengembalian (return) bagi pemegang saham. ROE mengukur imbalan bagi pemegang saham biasa jika perusahaan memiliki
saham istimewa yang beredar (Munawir, 1993).
Return on equity memperlihatkan sejauh mana kemampuan modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang
saham preferen dan saham biasa (Riyanto, 1995). Apabila ROE
perusahaan meningkat, menunjukkan peningkatan kinerja
perusahaan dan perusahaan lebih efektif dan efisien dalam
24
Salah satu alasan utama kegiatan operasi perusahaan adalah
untuk menghasilkan laba yang bermanfaat bagi para pemegang
saham. Apabila kita ingin melihat tingkat investasi dengan
menggunakan dana yang berasal dari pemilik perusahaan saja,
maka digunakan rasio return on equity (ROE). Rasio return on equityini dihitung dengan cara sebagai berikut :
Net Profit Return on Equity ═
Owner’s equity
E. Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Harga Saham.