• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keunggulan Kompetitif Menurut Porter

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.4. Keunggulan Kompetitif Menurut Porter

Keunggulan kompetitif (Competitive Advantage) merupakan alat untuk mengukur daya saing suatu aktivitas berdasarkan pada kondisi perekonomian aktual. Daya saing merupakan kemampuan suatu produsen untuk memproduksi suatu komoditas dengan biaya cukup rendah sehingga dengan harga yang terjadi produsen tetap dapat memperoleh keuntungan. Pada awalnya konsep keunggulan kompetitif dikembangkan oleh Porter pada tahun 1980 dengan bertitik tolak dari kenyataan-kenyataan perdagangan internasional yang ada. Menurut Porter (1998), keunggulan kompetitif suatu negara sangat tergantung pada tingkat

sumberdaya yang dimilikinya. Berdasarkan sumberdaya lokal yang dimiliki suatu negara dapat dilihat apakah suatu negara mempunyai keunggulan kompetitif atau tidak. Keunggulan kompetitif dibuat dan dipertahankan melalui suatu proses internal yang tinggi. Perbedaan dalam struktur ekonomi nasional, nilai, kebudayaan, kelembagaan, dan sejarah mementukan keberhasilan kompetitif.

Keunggulan kompetitif suatu negara ditentukan oleh empat faktor yang harus dimiliki suatu negara untuk bersaing secara global. Keempat faktor tersebut adalah kondisi faktor sumberdaya (factor condition), kondisi permintaan (demand condition), industri terkait dan industri pendukung (related and supporting industry), persaingan, struktur, dan strategi perusahaan (firm strategy, structure, and rivarly). Keempat faktor penentu tersebut didukung oleh faktor eksternal yang terdiri atas peran pemerintah (goverment) dan terdapatnya kesempatan (chance events). Secara bersama-sama faktor tersebut membentuk suatu sistem yang berguna dalam peningkatan keunggulan daya saing, system tersebut dikenal dengan “The National Diamond” (Gambar 2).

Setiap atribut yang terdapat dalam teori Berlian Porter memiliki poin-poin penting yang menjelaskan secara detail atribut yang ada, penjelasan untuk tiap atribut sebagai berikut:

1) Kondisi Faktor Sumberdaya

Sumberdaya yang dimiliki oleh suatu bangsa merupakan salah satu faktor produksi yang diperlukan untuk bersaing dalam industri tertentu. Faktor produksi tersebut terdiri dari :

a) Sumberdaya Fisik atau Alam

Sumberdaya fisik atau alam yang mempengaruhi daya saing industri nasional terdiri atas biaya, kualitas, ukuran lahan, ketersedian air, mineral, energi dan berbagai sumberdaya lain yang dapat diperbaharui maupun tidak, dan aksesbilitas, serta kondisi cuaca iklim, luas wilayah, geografis, keadaan topografi, dan lain-lain.

b) Sumberdaya Manusia

Sumberdaya fisik atau alam yang mempengaruhi daya saing industri nasional terdiri dari jumlah tenaga yang tersedia, kemampuan manajerial

dan ketrampilan yang dimiliki, tingkat upah yang berlaku, dan etika kerja (moral).

Gambar 2. The Complete System of National Competitive Advantage

Sumber : Michael E. Porter (1990)

Keterangan : Garis ( ____ ), menunjukkan hubungan antara atribut utama

Garis (---), menunjukkan hubungan antara atribut utama dengan atribut tambahan

c) Sumberdaya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Sumberdaya ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempengaruhi daya saing industri nasional terdiri dari ketersediaan pengetahuan pasar, pengetahuan teknis, pengetahuan ilmiah yang menunjang dan diperlukan dalam memproduksi barang dan jasa, ketersediaan sumber-sumber pengetahuan dan teknologi seperti perguruan tinggi, lembaga penelitian, dan pengembangan lembaga statistik, literatur bisnis dan ilmiah, basis data, laporan penelitian, asosiasi pengusaha, asosiasi perdagangan, dan lain-lain.

d) Sumberdaya Modal

Sumberdaya modal yang mempengaruhi daya saing industri nasional terdiri dari jumlah dan biaya yang tersedia, jenis pembiayaan atau sumber modal, aksesbilitas terhadap pembiayaan, kondisi lembaga

Persaingan, Struktur, dan Strategi perusahaan

Peran Pemerintah Kondisi Permintaan

Industri Terkait dan Industri Pendukung Kondisi Faktor

Sumberdaya Kesempatan

pembiayaan dan perbankan, peraturan keuangan, serta peraturan dan kondisi moneter dan fiskal untuk mengetahui tingkat tabungan masyarakat.

e) Sumberdaya Infrastruktur

Sumberdaya infrastruktur yang mempengaruhi daya saing industri nasional dapat diihat dari ketersediaan jenis, mutu dan biaya penggunaan infrastruktur yang mempengaruhi daya saing, seperti sistem transportasi, komunikasi, pos dan giro, sistem pembayaran dan transfer dana, air bersih, energi listrik dan lain-lain.

2) Kondisi Permintaan

Kondisi permintaan dalam negeri sangat mempengaruhi daya saing industri nasional. Mutu permintaan dalam negeri merupakan sarana pembelajaran bagi perusahaan dalam negeri untuk bersaing secara global. Persaingan yang ketat memberikan tantangan bagi setiap perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya dengan memberi tanggapan terhadap persaingan yang ada. Terdapat tiga faktor kondisi permintaan yang mempengaruhi daya saing industri nasional yaitu:

a) Komposisi Permintaan Domestik

Karakteristik permintaan domestik sangat mempengaruhi daya saing industri nasional. Karakteristik permintaan domestik terdiri dari :

i) Struktur Segmen Permintaan

Struktur segmen permintaan merupakan faktor penentu daya saing industri nasional. Pada sebagian besar industri, permintaan yang ada telah tersegmentasi atau dipersempit menjadi beberapa bagian yang lebih spesifik. Umumnya perusahaan-perusahaan lebih mudah memperoleh daya saing pada segmen permintaan yang lebih luas dibandingkan dengan segmen permintaan yang sempit.

ii) Pengalaman dan Selera Pembeli yang Tinggi

Pengalaman dan selera pembeli yang tinggi akan meningkatkan tekanan kepada produsen untuk menghasilkan produk yang bermutu dan memenuhi standar yang tinggi termasuk didalamnya yaitu standar mutu produk, fitur-fitur pada produk, dan pelayanan.

iii) Antisipasi Kebutuhan Pembeli

Antisipasi terhadap kebutuhan pembeli dari perusahaan dalam negeri merupakan suatu nilai tambah dalam memperoleh keunggulan daya saing.

b) Jumlah Permintaan dan Pola Pertumbuhan

Jumlah atau besarnya permintaan domestik mempengaruhi tingkat persaingan dalam negeri terutama disebabkan oleh jumlah pembeli bebas, tingkat pertumbuhan permintaan domestik, timbulnya permintaan baru, dan kejenuhan permintaan lebih awal sebagi akibat perusahaan domestik melakukan penetrasi pasar lebih awal. Pasar domestik yang luas dapat diarahkan untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dalam suatu industri. Hal ini dapat terlaksana jika indsutri dilakukan dalam skala ekonomis melalui adanya penanaman modal dengan membangun fasilitas skala besar, pengembangan teknologi, dan peningkatan produkstivitas.

c) Internasionalisasi Permintaan Domestik

Pembeli lokal (dapat berasal dari warga asing atau pun warga Indonesia yang berdomisili di luar negeri) yang merupakan pembeli dari luar negeri akan mendorong peningkatan daya saing industri nasional karena pembeli tersebut dapat membawa produk domestik ke luar negeri (ke negaranya). Konsumen yang memiliki mobilitas internasional tinggi dan

sering mengunjungi suatu negara juga dapat mendorong dan

meningkatkan daya saing produk negara yang dikunjunginya. 3) Industri Terkait dan Pendukung

Keberadaan industri terkait dan pendukung yang memiliki daya saing global juga akan mempengaruhi daya saing industri utamanya, industri yang terkait tersebut adalah industri hulu dan hilir. Industri hulu yang memiliki daya saing global akan mampu memasok input bagi industri utama dengan harga yang lebih murah, mutu yang lebih baik, pelayanan yang cepat, pengiriman tepat waktu, dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan industri utama. Hal ini juga terjadi pada industri hilir yang menggunakan produk dari industri

utama sebagai bahan bakunya dan memiliki daya saing global, maka industri hilir tersebut dapat menarik industri hulu untuk memiliki daya saing global juga.

4) Struktur, Persaingan dan Strategi Perusahaan

Tingkat pesaingan dalam industri merupakan salah satu faktor pendorong bagi perusahaan-perusahaan yang berkompetisi utnuk terus melakukan inovasi terhadap produk yang dihasilkannya. Keberadaan pesaing lokal yang handal dan kuat merupakan motor penggerak dalam memberikan tekanan antar perusahaan untuk berkompetisi dan melakukan inovasi dalam rangka meningkatkan daya saingnya. Perusahaan yang telah teruji mampu bersaing ketat dalam industri nasional akan lebih mudah memenangkan persaingan internasional dibandingkan dengan perusahaan yang belum memiliki daya saing nasional atau berada dalam industri yang tingkat persaingannya rendah. Struktur perusahaan maupun struktur industri menentukan daya saing dengan cara melakukan perbaikan dan inovasi. Struktur industri yang monopolistis kurang memiliki dorongan untuk melakukan perbaikan serta inovasi baru dibandingkan dengan struktur industri yang bersaing. Struktur perusahaan yang berada dalam industri sangat berpengaruh terhadap bagaimana perusahaan yang bersangkutan dikelola dan dikembangkan dalam suasana tekanan persaingan baik domestik maupun internasional. Hal ini juga berpengaruh pada strategi yang dijalankan oleh perusahaan dalam rangka memenangkan persaingan domestik dan internasional. Maka, hal tersebut secara tidak langsung akan meningkatkan daya saing global industri yang bersangkutan.

5) Peran Pemerintah

Peran pemerintah sebenarnya tidak berpengaruh secara langsung terhadap upaya peningkatan daya saing global, akan tetapi berpengaruh terhadap faktor-faktor penentu daya saingnya. Pemerintah bertindak sebagi fasilitator agar perusahaan dan industri senantiasa meningkatkan daya saingnya. Pemerintah dapat mempengaruhi tingkat daya saing global melalui kebijakan yang memperlemah atau memperkuat faktor penentu daya saing industri, tetapi pemerintah tidak dapat menciptakan keunggulan bersaing secara

langsung. Peran pemerintah dalam upaya peningkatan daya saing adalah memfasilitasi lingkungan industri yang mampu memperbaiki kondisi faktor daya saing sehingga bisa didayagunakan secara aktif dan efisien.

Pemerintah dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keempat variabel utama. Peran pemerintah mempengaruhi kondisi faktor sumberdaya melalui subsidi, kebijakan pasar modal, kebijakan pendidikan, dan lain sebagainya. Peran pemerintah seringkali sulit untuk dijelaskan dalam pembentukan kondisi permintaan doemstik, karena adanya kontradiksi pada peran yang dijalankan. Pemerintah bertugas menetapkan standar produk lokal melalui departemen-departemen yang ada. Pemerintah juga seringkali menjadi pembeli utama seperti pembelian alat telekomunikasi atau penerbangan untuk keperluan negara. Bahkan pemerintah juga dapat menjadi penjual utama atau memegang kekuasaan atas produk-produk vital yang menyangkut kepentingan rakyat banyak.

Pada industri pendukung dan terkait pemerintah dapat membentuk polanya seperti melakukan pengawasan terhadap media periklanan dan membuat regulasi dari pelayanan pendukung. Selain itu, pemerintah juga dapat mempengaruhi persaingan, struktur, dan strategi perusahaan melalui regulasi pasar modal, kebjakan pajak, dan perundang-undangan.

6) Peran Kesempatan

Kesempatan mempunyai dampak yang asimetris atau hanya berlaku satu arah terhadap keempat faktor utama. Peran kesempatan berada di luar kendali perusahaan maupun pemerintah namun tetap mempengaruhi tingkat daya saing. Beberapa hal yang dianggap keberuntungan merupakan peran kesempatan, seperti adanya penemuan baru yang murni, biaya perusahaan yang tidak berlanjut akibat perubahan harga minyak atau depresiasi mata uang. Selain itu, terjadinya peningkatan permintaan produk industri yang lebih besar dari pasokannya merupakan kondisi yang menguntungkan bagi peningkatan daya saing.

Dokumen terkait