ANALISIS DAYA SAING IKAN TUNA INDONESIA
DI PASAR INTERNASIONAL
SKRIPSI
INDRY NILAM CAHYA H34051584
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RINGKASAN
INDRY NILAM CAHYA. Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar
Internasional. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NARNI FARMAYANTI)
Indonesia merupakan Negara Kepulauan dengan sumberdaya perikanan yang berlimpah. Ikan tuna termasuk salah satu sumberdaya perikanan yang menjadi komoditi ekspor utama setelah udang. Ketersediaan ikan tuna di Indonesia masih baik yang terlihat masih ada daerah penangkapan ikan tuna yang masih berstatus under exploited. Ikan tuna merupakan komoditi yang banyak diminati oleh pasar internasional terutama Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Indonesia termasuk salah satu produsen pengekspor ikan tuna di dunia, namun Indonesia mengalami berbagai hambatan tarif , non tarif, dan administrasi yang dilakukan oleh Negara tujuan ekspor. Persaingan diantara Negara pesaing lainnya juga sangat ketat terkait dengan masalah kualitas dan kuantitas. Peraturan internasional seperti Code of Conduct for Ressponsible Fisheries, International Convention for The Conservation of Atlantic Tuna (ICCAT) yang mengatur tentang kelestarian sumberdaya perikanan, Convention of National Trade of Endanger Species (CITES) yang mengatur tentang perlindungan satwa yang terancam punah, dan General Agreement on Tariff and Trade (GATT oleh WTO), termasuk didalamnya perjanjian Agreement on Sanitary and Phitosanitary Measures (SPS) dan Agreement on Technical Barrier on Trade(TBT oleh WTO) juga mempengaruhi keadaan perdagangan ikan tuna Indonesia di pasar internasional. Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis struktur pasar dan persaingan ikan tuna di pasar internasional, (2) menganalisis keunggulan komparatif dan kompetitif ikan tuna Indonesia, dan (3) melakukan perumusan strategi untuk memperkuat daya saing ikan tuna Indonesia di pasar internasional.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistik, Departemen Kelautan dan Perikanan, dan data dunia melalui
United Nations Comtrade. Waktu penelitian dilakukan selama bulan Februari hingga Desember 2009 dengan menggunakan data timeseries tahun1998-2007. Data penelitian diolah dengan Herfindahl Index (HI), Concertation Ratio (CR),
Revealed Comparative Advantage (RCA), Teori Berlian Porter, dan Analisis SWOT.
Hasil analisis kompetitif ikan tuna Indonesia melalui Teori Berlian Porter menunjukkan bahwa ikan tuna Indonesia belum memiliki keunggulan kompetitif. Keadaan sumberdaya faktor (alam, manusia, iptek, modal, dan infrastrukutur) masih mengalami banyak masalah, kondisi permintaan di dalam dan luar negeri cukup baik, keberadaan industri terkait dan pendukung belum cukup baik untuk menunjang keadaan ikan tuna nasional. Struktur persaingan ikan tuna di pasar internasional sangat ketat terkait munculnya pesaing baru terkait adanya teknologi budidaya, posisi tawar pembeli dan pemasok yang cukup tinggi, adanya produk subtitusi seperti ikan salmon, dan negara pesaing yang terus meningkatkan kualitas dan kuantitas produknya. Peran pemerintah sudah cukup baik namun masih perlu ditingkatkan terkait dengan perbaikan kondisi faktor sumberdaya yang menjadi masalah utama dalam pengembangan ikan tuna nasional. Peran kesempatan yang ada seperti penemuan teknologi budidaya dan adanya perdagangan bebas dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan daya saing ikan tuna nasional.
Analisis SWOT menghasilkan strategi yang dapat dilakukan yaitu (1)meningkatkan produksi ikan tuna melalui pemberian pinjaman modal kepada nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama dengan negara lain diluar negara tujuan ekspor utama dan mendaftar sebagai anggota manajemen perikanan dunia, (3) meningkatkan mutu ikan dengan cara sosialisasi tentang mutu kepada nelayan dan peningkatan peran lembaga pengawasan mutu serta perbaikan sumberdaya manusianya, (4) melakukan kerjasama dengan pihak asing, (5) melakukan pembenahan manajemen perikanan perusahaan dengan cara melakukan pelatihan karyawan tentang penanganan ikan pasca panen dan HACCP dan peningkatan teknologi peralatan yang digunakan, (6)memperbaiki sarana dan prasarana dengan membenahi system transportasi dan penyediaan sarana pendukung, dan (7) memperbaiki kondisi perekonomian nasional.
ANALISIS DAYA SAING IKAN TUNA INDONESIA
DI PASAR INTERNASIONAL
INDRY NILAM CAHYA H34051584
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Skripsi : Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional
Nama : Indry Nilam Cahya
NIM : H34051584
Disetujui, Pembimbing
Ir. Narni Farmayanti, MSc NIP 19630228 199003 2 001
Diketahui
Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP 19580908 198403 1 002
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Daya
Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional” adalah karya sendiri dan belum
pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2010
Indry Nilam Cahya
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Makassar pada tanggal 2 Agustus 1987. Penulis
adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Syamsu Alie Osman
(Alm) dan Ibunda Dewi Jun Diesnawaty.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Wibawa Mukti Bekasi
pada tahun 1993-1999 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun
2002 di SLTPN 9 Bekasi. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 42
Jakarta dan lulus pada tahun 2005.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2005. Penulis diterima di
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada tahun 2006.
Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai pengurus
Himpunan Mahasiswa Pencinta Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian (MISETA)
pada Departemen Minat, Bakat, dan Profesi (MBP) periode tahun 2006-2007,
anggota Himpunan Mahasiswa Agribisnis (HIPMA) periode tahun 2007-2009,
dan pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Futsal periode tahun 2006-2008
sebagai bendahara. Selain itu penulis juga aktif di beberapa kepanitian dan
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Daya Saing
Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional”.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur pasar ikan tuna dunia,
menganalisis keunggulan komparatif dan kompetititf ikan tuna nasional serta
menentukan strategi kebijakan yang diambil untuk meningkatkan daya saing ikan
tuna nasional.
Penelitian ini dilakukan guna mendapatkan hasil analisis yang berguna
baik bagi penulis maupun pihak lainnya. Semoga skripsi ini dapat membawa
manfaat bagi berbagai pihak yang membutuhkan seperti yang diharapkan penulis.
Bogor, Januari 2010
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai
bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih
dan penghargaan kepada:
1. Ir. Narni Farmayanti, MSc selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan,
waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama
penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku dosen penguji utama pada ujian sidang
penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran
demi perbaikan skripsi ini.
3. Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen penguji dari wakil komisi pendidikan
yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi
perbaikan skripsi ini.
4. Ir. Anita Ristianingrum MSi yang telah menjadi pembimbing akademik dan
seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis.
5. Ayahanda tercinta Syamsu Alie Osman (Alm) dan Ibunda Dewi Jun
Diesnawaty yang telah memberikan dukungan, doa, cinta dan kasih yang
tulus kepada penulis. Semoga ini menjadi persembahan yang membuat kalian
bangga . Andry Zulkarnain dan Alwin Zulfikar, abang dan adikku yang
selalu mendukung penulis serta keluarga besar di Makasar yang selalu
mendoakan kami yang berada disini.
6. Dwi Astuti Mustikasari yang telah bersedia menjadi pembahas dalam seminar
penulis.
7. Teman-teman AGB 41,42,43,44,dan 45 atas pertemaman yang diberikan
selama ini. Terutama CCC family (Uty, Lizna, Rhesa, Ferdy, Reza, Tika,
Feni, Daus, Gusri, Listy, dan Shinta) atas segala bantuan dan semangat yang
diberikan. Lidia, Ipit, dan Wati teman sekamar di asrama.
8. Teman Kost Ar-Ryadh (Mba Athe, Mba Ari, Mba Tami, Mba Tiwi, Mba
Nia, Uci, Tiara, Isna, dan lain-lain) yang selalu mendukung dan membantu
9. Tidak lupa rasa terima kasih juga kepada seluruh pihak yang tidak mungkin
disebutkan satu per satu atas bantuannya dalam penyusunan dan penyelesaian
skripsi ini.
Bogor, Januari 2010
ANALISIS DAYA SAING IKAN TUNA INDONESIA
DI PASAR INTERNASIONAL
SKRIPSI
INDRY NILAM CAHYA H34051584
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RINGKASAN
INDRY NILAM CAHYA. Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar
Internasional. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NARNI FARMAYANTI)
Indonesia merupakan Negara Kepulauan dengan sumberdaya perikanan yang berlimpah. Ikan tuna termasuk salah satu sumberdaya perikanan yang menjadi komoditi ekspor utama setelah udang. Ketersediaan ikan tuna di Indonesia masih baik yang terlihat masih ada daerah penangkapan ikan tuna yang masih berstatus under exploited. Ikan tuna merupakan komoditi yang banyak diminati oleh pasar internasional terutama Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Indonesia termasuk salah satu produsen pengekspor ikan tuna di dunia, namun Indonesia mengalami berbagai hambatan tarif , non tarif, dan administrasi yang dilakukan oleh Negara tujuan ekspor. Persaingan diantara Negara pesaing lainnya juga sangat ketat terkait dengan masalah kualitas dan kuantitas. Peraturan internasional seperti Code of Conduct for Ressponsible Fisheries, International Convention for The Conservation of Atlantic Tuna (ICCAT) yang mengatur tentang kelestarian sumberdaya perikanan, Convention of National Trade of Endanger Species (CITES) yang mengatur tentang perlindungan satwa yang terancam punah, dan General Agreement on Tariff and Trade (GATT oleh WTO), termasuk didalamnya perjanjian Agreement on Sanitary and Phitosanitary Measures (SPS) dan Agreement on Technical Barrier on Trade(TBT oleh WTO) juga mempengaruhi keadaan perdagangan ikan tuna Indonesia di pasar internasional. Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis struktur pasar dan persaingan ikan tuna di pasar internasional, (2) menganalisis keunggulan komparatif dan kompetitif ikan tuna Indonesia, dan (3) melakukan perumusan strategi untuk memperkuat daya saing ikan tuna Indonesia di pasar internasional.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistik, Departemen Kelautan dan Perikanan, dan data dunia melalui
United Nations Comtrade. Waktu penelitian dilakukan selama bulan Februari hingga Desember 2009 dengan menggunakan data timeseries tahun1998-2007. Data penelitian diolah dengan Herfindahl Index (HI), Concertation Ratio (CR),
Revealed Comparative Advantage (RCA), Teori Berlian Porter, dan Analisis SWOT.
Hasil analisis kompetitif ikan tuna Indonesia melalui Teori Berlian Porter menunjukkan bahwa ikan tuna Indonesia belum memiliki keunggulan kompetitif. Keadaan sumberdaya faktor (alam, manusia, iptek, modal, dan infrastrukutur) masih mengalami banyak masalah, kondisi permintaan di dalam dan luar negeri cukup baik, keberadaan industri terkait dan pendukung belum cukup baik untuk menunjang keadaan ikan tuna nasional. Struktur persaingan ikan tuna di pasar internasional sangat ketat terkait munculnya pesaing baru terkait adanya teknologi budidaya, posisi tawar pembeli dan pemasok yang cukup tinggi, adanya produk subtitusi seperti ikan salmon, dan negara pesaing yang terus meningkatkan kualitas dan kuantitas produknya. Peran pemerintah sudah cukup baik namun masih perlu ditingkatkan terkait dengan perbaikan kondisi faktor sumberdaya yang menjadi masalah utama dalam pengembangan ikan tuna nasional. Peran kesempatan yang ada seperti penemuan teknologi budidaya dan adanya perdagangan bebas dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan daya saing ikan tuna nasional.
Analisis SWOT menghasilkan strategi yang dapat dilakukan yaitu (1)meningkatkan produksi ikan tuna melalui pemberian pinjaman modal kepada nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama dengan negara lain diluar negara tujuan ekspor utama dan mendaftar sebagai anggota manajemen perikanan dunia, (3) meningkatkan mutu ikan dengan cara sosialisasi tentang mutu kepada nelayan dan peningkatan peran lembaga pengawasan mutu serta perbaikan sumberdaya manusianya, (4) melakukan kerjasama dengan pihak asing, (5) melakukan pembenahan manajemen perikanan perusahaan dengan cara melakukan pelatihan karyawan tentang penanganan ikan pasca panen dan HACCP dan peningkatan teknologi peralatan yang digunakan, (6)memperbaiki sarana dan prasarana dengan membenahi system transportasi dan penyediaan sarana pendukung, dan (7) memperbaiki kondisi perekonomian nasional.
ANALISIS DAYA SAING IKAN TUNA INDONESIA
DI PASAR INTERNASIONAL
INDRY NILAM CAHYA H34051584
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Skripsi : Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional
Nama : Indry Nilam Cahya
NIM : H34051584
Disetujui, Pembimbing
Ir. Narni Farmayanti, MSc NIP 19630228 199003 2 001
Diketahui
Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP 19580908 198403 1 002
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Daya
Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional” adalah karya sendiri dan belum
pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2010
Indry Nilam Cahya
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Makassar pada tanggal 2 Agustus 1987. Penulis
adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Syamsu Alie Osman
(Alm) dan Ibunda Dewi Jun Diesnawaty.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Wibawa Mukti Bekasi
pada tahun 1993-1999 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun
2002 di SLTPN 9 Bekasi. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 42
Jakarta dan lulus pada tahun 2005.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2005. Penulis diterima di
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada tahun 2006.
Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai pengurus
Himpunan Mahasiswa Pencinta Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian (MISETA)
pada Departemen Minat, Bakat, dan Profesi (MBP) periode tahun 2006-2007,
anggota Himpunan Mahasiswa Agribisnis (HIPMA) periode tahun 2007-2009,
dan pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Futsal periode tahun 2006-2008
sebagai bendahara. Selain itu penulis juga aktif di beberapa kepanitian dan
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Daya Saing
Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional”.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur pasar ikan tuna dunia,
menganalisis keunggulan komparatif dan kompetititf ikan tuna nasional serta
menentukan strategi kebijakan yang diambil untuk meningkatkan daya saing ikan
tuna nasional.
Penelitian ini dilakukan guna mendapatkan hasil analisis yang berguna
baik bagi penulis maupun pihak lainnya. Semoga skripsi ini dapat membawa
manfaat bagi berbagai pihak yang membutuhkan seperti yang diharapkan penulis.
Bogor, Januari 2010
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai
bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih
dan penghargaan kepada:
1. Ir. Narni Farmayanti, MSc selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan,
waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama
penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku dosen penguji utama pada ujian sidang
penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran
demi perbaikan skripsi ini.
3. Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen penguji dari wakil komisi pendidikan
yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi
perbaikan skripsi ini.
4. Ir. Anita Ristianingrum MSi yang telah menjadi pembimbing akademik dan
seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis.
5. Ayahanda tercinta Syamsu Alie Osman (Alm) dan Ibunda Dewi Jun
Diesnawaty yang telah memberikan dukungan, doa, cinta dan kasih yang
tulus kepada penulis. Semoga ini menjadi persembahan yang membuat kalian
bangga . Andry Zulkarnain dan Alwin Zulfikar, abang dan adikku yang
selalu mendukung penulis serta keluarga besar di Makasar yang selalu
mendoakan kami yang berada disini.
6. Dwi Astuti Mustikasari yang telah bersedia menjadi pembahas dalam seminar
penulis.
7. Teman-teman AGB 41,42,43,44,dan 45 atas pertemaman yang diberikan
selama ini. Terutama CCC family (Uty, Lizna, Rhesa, Ferdy, Reza, Tika,
Feni, Daus, Gusri, Listy, dan Shinta) atas segala bantuan dan semangat yang
diberikan. Lidia, Ipit, dan Wati teman sekamar di asrama.
8. Teman Kost Ar-Ryadh (Mba Athe, Mba Ari, Mba Tami, Mba Tiwi, Mba
Nia, Uci, Tiara, Isna, dan lain-lain) yang selalu mendukung dan membantu
9. Tidak lupa rasa terima kasih juga kepada seluruh pihak yang tidak mungkin
disebutkan satu per satu atas bantuannya dalam penyusunan dan penyelesaian
skripsi ini.
Bogor, Januari 2010
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penulisan ... 8
1.4. Manfaat Penulisan ... 8
1.5. Ruang Lingkup ... 8
II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1. Deskripsi Tuna ... 9
2.2. Bentuk Produk Perdagangan Tuna... 10
2.3. Penelitian Terdahulu ... 12
III KERANGKA PEMIKIRAN ... 16
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 16
3.1.1. Teori Perdagangan Internasional ... 16
3.1.2. Bentuk-Bentuk Pasar ... 20
3.1.3. Keunggulan Komparatif... 22
3.1.4. Keunggulan Kompetitif Menurut Porter ... 24
3.1.5. Analisis SWOT untuk Alat Analisis dan Strategi Kebijakan ... 30
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 32
IV METODOLOGI PENELITIAN ... 35
4.1. Waktu Penelitian ... 35
4.2. Data dan Instrumentasi ... 35
4.3. Metode Pengumpulan Data ... 35
4.4. Metode Pengolahan Data ... 35
4.4.1. Herfindahl Index (HI) dan Concentration Ratio(CR)... 36
4.4.2. Keunggulan Komparatif... 40
4.4.3. Analisis Revealed Comparative Advantage (RCA) ... 40
4.4.4. Keunggulan Kompetitif... 42
4.4.6. Analisis SWOT ... 43
V GAMBARAN UMUM INDUSTRI IKAN TUNA ... 45 5.1. Perikanan Dunia ... 45
5.2. Perikanan Indonesia ... 45
5.2.1. Produksi Tuna Indonesia ... 46
5.2.2. Ekspor Ikan Tuna Indonesia ... 47
5.3. Prosedur Ekspor ... 50
5.4. Ketentuan Negara tujuan Ekspor Ikan Tuna ... 52
5.5. Pengawasan Mutu Ikan Tuna ... 54
5.6. Konsep Nilai Tukar ... 57
5.7. Teknologi Penangkapan Ikan Tuna ... 58
VI. ANALISIS DAYA SAING ... 61 6.1. Analisis Struktur Pasar Komoditas Ikan Tuna di Pasar
Internasional ... 61
6.2. Analisis Keunggulan Komparatif Komoditas Ikan Tuna
Nasional ... 64
6.3. Analisis Keunggulan Kompetitif Komoditas Ikan Tuna
Nasional ... 70
6.3.1. Kondisi Faktor Sumberdaya ... 71
6.3.1.1. Sumberdaya Fisik atau Alam ... 71
6.3.1.2. Sumberdaya Manusia ... 73
6.3.1.3. Sumberdaya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK) ... 75
6.3.1.4. Sumberdaya Modal ... 76
6.3.1.5. Sumberdaya Infrastruktur ... 77
6.3.2. Kondisi Permintaan ... 78
6.3.2.1. Komposisi Permintaan Domestik ... 78
6.3.2.2. Jumlah Permintaan dan Pola Pertumbuhan ... 80
6.3.2.3. Internasionalisasi Permintaan Domestik ... 80
6.3.3. Industri Terkait dan Pendukung ... 81
6.3.4. Struktur, Persaingan, dan Strategi Industri
6.3.5. Peran Pemerintah ... 89
6.3.6. Peran Kesempatan ... 90
6.4. Analisis SWOT dan Strategi Kebijakan ... 92
VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 109 7.1. Kesimpulan ... 109
7.2. Saran ... 110
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Produk Domestik Bruto (PDB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (miliar rupiah) untuk Sektor
Pertanian Tahun 2003-2007 ... 1
2. Potensi Ikan Pelagis (Termasuk Ikan Tuna) Besar di Perairan
Indonesia ... 2
3. Ekspor Ikan Tongkol/Tuna Menurut Negara atau Kawasan
Tujuan Utama Tahun 2003-2007 (ton) ... 3
4. Perkembangan Ekspor Hasil Perikanan Menurut Komoditas
Utama Tahun 2003-2007 (ton) ... 4
5. Perkembangan Ekspor Hasil Perikanan Menurut Komoditas
Utama Tahun 2003-2007 (US $ 1000) ... 5
6. Jenis Tuna yang Terdapat di Perairan Indonesia ... 10
7. Negara Produsen Perikanan Terbesar di Dunia
Tahun 2002-2006 (metric tons) ... 45 8. Produksi Ikan Tuna Indonesia Tahun 1997-2007 (ton) ... 47
9. Perkembangan Ekspor Ikan Tuna Segar Tahun 1998-2007 ... 48
10. Perkembangan Ekspor Ikan Tuna Beku Tahun 1998-2007 ... 49
11. Perkembangan Ekspor Ikan Tuna Olahan Tahun 1998-2007 ... 49
12. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Mata Uang Negara Tujuan Ekspor
Utama Tahun 1998-2007 ... 58
13. Nilai Herfindahl Index (HI) dan Concentration Ratio(CR)
Negara Pengekspor Komoditas Ikan Tuna Tahun 1998-2007 .... 61
14. Indeks RCA untuk Komoditas Ikan Tuna Segar
Tahun 2002-2007 ... 65
15. Pangsa Pasar Komoditas Ikan Tuna Segar
Tahun 2002-2007 (%) ... 66
16. Indeks RCA untuk Komoditas Ikan Tuna Beku
Tahun 2002-2007 ... 67
17. Pangsa Pasar Komoditas Ikan Tuna Beku
18. Indeks RCA untuk Komoditas Ikan Tuna Olahan
Tahun 2002-2007 ... 68
19. Pangsa Pasar Komoditas Ikan Tuna Olahan
Tahun 2002-2007 (%) ... 69
20. Jumlah Kapal Motor Berdasarkan Ukurannya
Tahun 2002-2007 (unit) ... 72
21. Estimasi Biaya Penangkapan Ikan Tuna per Tahun ... 73
22. Jumlah Nelayan Menurut Kategori Nelayan tahun 2002-2007 .... 74
23. Konsumsi dan Ekspor Ikan Tuna Indonesia
Tahun 2002-2007 (ton) ... 80
24. Jumlah Unit Penangkapan Ikan Tuna Tahun 2002-2007 ... 82
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Perdagangan Internasional Antara Dua Negara ... 19
...
2. The Complete System of National Competitive Advantage ... 26 ...
3. Kerangka Operasional Penelitian ... 34
4. Matriks SWOT ... 44 5. Prosedur Kegiatan Ekspor Secara Umum ... 51
6. Tataniaga Ikan Tuna ... 51
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Daftar Negara-Negara yang Tergabung dalam Uni Eropa ... 117
2. Gambar Jenis-Jenis Ikan Tuna ... 118
3. Klasifikasi Produk Ikan Tuna untuk Diekspor ... 119
4. Total Ekspor Ikan Tuna Segar Dunia
Tahun 1998-2007 (US$) ... 125
5. Market ShareIkan Tuna Segar Dunia Tahun 1998-2007 (%) .... 127
6. Total Ekspor Ikan Tuna Beku Dunia
Tahun 1998-2007 (US$) ... 129
7. Market ShareIkan Tuna Beku Dunia Tahun 1998-2007 (%) ... 131 8. Total Ekspor Ikan Tuna Olahan Dunia
Tahun 1998-2007 (US$) ... 133
9. Market ShareIkan Tuna Olahan Dunia
Tahun 1998-2007 (%) ... 135
10. Mekanisme Impor Uni Eropa ... 137
11. Mekanisme Impor Amerika Serikat ... 138
12. Mekanisme Impor Jepang ... 139
13. Total Impor Negara Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa
Tahun 2003-2007 (kg) ... 140
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah perairan yang
mencapai 5,8 juta km2 dan garis pantai sepanjang 81.000 km. Hal ini membuat Indonesia memiliki potensi perikanan yang sangat besar baik dalam tingkat
kualitas maupun diversitasnya. Letak geografis yang strategis dan
keanekaragaman biota lautnya merupakan keunggulan kompetitif yang tidak
dimiliki oleh beberapa negara lain.
Sumberdaya perikanan dan kelautan yang sangat besar dan permintaan
yang tinggi baik di dalam maupun di luar negeri, merupakan kesempatan untuk
memperbaiki perekonomian negara melalui pemanfaatan sumberdaya perikanan
yang ada. Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk menjadi salah satu
produsen dan eksportir utama produk perikanan.
Tabel 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (miliar rupiah) untuk Sektor Pertanian Tahun 2003-2007
Sektor Usaha PDB (Miliar Rupiah) Kenaikan
Rata-rata (%)
2003 2004 2005 2006 2007
Tanaman Bahan Makanan
119.164,8 122.611,7 181.331,6 214.346,3 268.124,4 10,13
Tanaman Perkebunan
38.693,9 39.548,0 56.433,7 63.401,4 84.459,2 9,70
Peternakan 30.647,0 31.672,5 44.202,9 51.074,7 62.095,8 8,87 Kehutanan 17.213,7 17.333,8 22.561,8 30.065,7 35.734,1 9,80 Perikanan 34.667,9 37.056,8 59.639,3 74.335,3 96.822,1 12,70 Jumlah 240.387,3 248.222,8 364.169,3 433.223,4 547.302,8 10,22
Sumber : BPS (2007)
Berdasarkan data BPS (2007) sub sektor perikanan merupakan
penyumbang terbesar ketiga untuk tahun 2003-2004, kemudian naik menjadi
posisi kedua untuk tahun 2005-2007 pada Produk Domestik Bruto (PDB) atas
dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha pada sektor pertanian, sub
sektor ini memiliki kenaikan rata-rata terbesar dibandingkan dengan keempat sub
sektor usaha lainnya (Tabel 1). Hal ini berarti sektor perikanan berpontensial
Potensi lestari sumberdaya ikan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,4
juta ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia dan ZEEI (Zona
Ekonomi Ekslusif Indonesia) dengan jumlah tangkap yang diperbolehkan (JTB)
sebesar 5,12 juta ton per tahun atau sekitar 80 persen dari potensi lestari (DKP
2005). Potensi sumberdaya perikanan ini perlu dimanfaatkan dengan sebaik
mungkin serta mampu menggerakkan seluruh potensi bangsa, untuk itu diperlukan
suatu upaya percepatan dan terobosan melalui suatu program revitalisasi
perikanan.
Pelaksanaan program ini merupakan wujud dukungan politik, ekonomi,
dan sosial untuk menjadikan sektor perikanan sebagai salah satu prime mover
pembangunan ekonomi nasional serta merupakan suatu upaya untuk memacu
pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan yang berwawasan lingkungan guna
peningkatan kesejateraan rakyat serta memacu peningkatan sumbangan terhadap
pertumbuhan ekonomi nasional (DKP 2005).
Tabel 2. Potensi Ikan Pelagis (Termasuk Ikan Tuna) Besar di Perairan Indonesia
Wilayah Pengelolaan Perikanan Potensi (ribu ton/tahun) Pemanfaatan
Selat Malaka 22,67 OE
Laut Cina Selatan 66,08 UE
Laut Jawa 55,00 OE
Selat Makassar dan Laut Flores 193,60 UE
Laut Banda 104,12 UE
Laut Seram, Laut Halmahera, dan Teluk Tomini 50,86 UE
Laut Sulawesi, Samudera Pasifik 106,51 UE
Laut Arafura 175,26 FE
Samudera Hindia 366,26 UE
Sumber : Purnomo dan Suryawati (2007)
Keterangan : UE = Under Exploited, FE = Fully Exploited, OE = Over Exploited
Program revitalisasi yang dirancang oleh DKP difokuskan pada tiga
komoditas utama perikanan yaitu udang, tuna, dan rumput laut (DKP 2005). Ikan
tuna dipilih sebab potensi ikan tuna di Indonesia masih dapat ditingkatkan
produksinya terutama Indonesia bagian Timur (Tabel 2).
Permintaan akan ikan tuna pun dari tahun ke tahun selalu mengalami
peningkatan sebab ikan tuna termasuk komoditas perikanan yang digemari
terutama oleh negara Jepang sebagai bahan baku untuk membuat sashimi sebab tidak menimbulkan bau amis, sedangkan untuk Eropa dan Amerika lebih senang
2004-2005 ekspor ikan tuna Indonesia mengalami penurunan yang cukup besar.
Penyebab dari penurunan ekspor tersebut adalah pada tahun itu mulai banyak
diberlakukan beberapa hambatan tarif dan isu-isu lingkungan yang membuat
ekspor ikan tuna negara Indonesia menjadi melemah. Ekspor ikan tuna ke
negara-negara tujuan ekspor utama dari tahun 2003 hingga 2007 mengalami peningkatan
rata-rata sebesar 3,8 persen per tahun (Tabel 3).
Tabel 3. Ekspor Ikan Tongkol/Tuna menurut Negara atau Kawasan Tujuan Utama Tahun 2003-2007 (Ton)
Negara Tujuan 2003 2004 2005 2006 2007
Jepang 23.881,3 22.770,1 21.298,1 21.657,5 19.808,6
Hongkong 794,1 257,4 591,1 1.821,2 3.846,4
Taiwan 12.019,4 2.493,1 996,7 548,3 1.614,5
Thailand 3.501,4 1.288,2 918,2 4.570,8 18.174,3
Singapura 5.722,0 6.305,2 4.051,2 2.891,9 3.105,5
Vietnam 519,8 26,3 79,1 1.323,7 4.131,3
Australia 163,2 131,6 187,4 253,8 73,5
Amerika Serikat 2.810,1 2.744,3 3.439,3 4.181,6 5.985,8
Uni Eropa 3.670,3 3.278,1 3.303,6 2.385,2 1.152,8
Lainnya 18.838,9 8.196,5 7.206,1 5.836,7 11.403,3
Total 71.920,5 47.490,8 42.070,8 45.470,7 69.296,0
Rata-rata peningkatan (2003-2007) (%) 3,8
Sumber : BPS (2007)
Oleh karena itu, ikan tuna merupakan komoditas yang patut dikelola
dengan baik agar mampu bertahan dalam menghadapi persaingan di pasar
internasional dan kekayaan perairan Indonesia pun dapat dimanfaatkan dengan
sebaik mungkin untuk memenuhi permintaan baik dalam maupun luar negeri.
1.2. Perumusan Masalah
Sektor perikanan sebagai salah satu sektor usaha yang mampu mendukung
perekonomian nasional harus dikelola dengan baik, selain pemenuhan kebutuhan
hidup masyarakat baik domestik maupun internasional dan para ahli
memperkirakan bahwa konsumsi ikan masyarakat global akan semakin
meningkat, yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya1:
1) Meningkatnya jumlah penduduk disertai meningkatnya pendapatan
masyarakat dunia.
1
2) Meningkatnya apresiasi terhadap makanan sehat (healthy food) sehingga mendorong konsumsi daging dari pola red meatke white meat.
3) Adanya globalisasi menuntut adanya makanan yang bersifat universal.
4) Berjangkitnya penyakit hewan sumber protein hewani selain ikan sehingga
produk perikanan menjadi pilihan alternatif terbaik.
Perdagangan bebas yang terjadi saat ini membuat tingkat persaingan
semakin ketat baik dalam lingkup lokal, regional, maupun internasional. Produsen
dituntut untuk menghasilkan produk yang baik dari kuantitas maupun kualitas.
Persaingan yang ada membuat Negara Indonesia mengalami pergeseran dari
posisi sepuluh negara pengekspor perikanan terbesar menjadi urutan ketiga belas
(Purnomo 2007).
Ikan tuna memiliki jumlah ekspor terbesar dari sektor perikanan setelah
udang (Tabel 4). Negara tujuan ekspor utama ikan tuna Indonesia adalah Jepang,
Amerika Serikat, dan Uni Eropa (jumlah negara yang tergabung dalam Uni Eropa
terdapat pada Lampiran 1). Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa negara Taiwan,
Thailand, dan Singapura juga tinggi nilai ekspornya, tetapi ketiga negara tersebut
tidak banyak melakukan hambatan terhadap ekspor ikan tuna Indonesia. Hal ini
terkait adanya beberapa regulasi dan syarat-syarat tertentu yang dilakukan oleh
Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Uni Eropa menjadi acuan dalam
penetapan standar dan kualitas mutu, hal ini menyebabkan nilai ekspor Indonesia
[image:31.595.115.514.552.728.2]ke Uni Eropa mengalami penurunan sebab standar produknya sangat ketat.
Tabel 4. Perkembangan Ekspor Hasil Perikanan Indonesia Menurut Komoditas Utama Tahun 2003-2007 (Ton)
Tahun
Komoditi Utama
Jumlah Udang
Tuna, Cakalang,
Tongkol
Rumput
Laut Mutiara Lainnya
2002 124,763 92,797 28,560 6 319,614 565.739
2003 138,588 117,092 40,162 12 561,929 857,783
2004 142,098 94,221 51,011 2 615,027 902,458
2005 153,900 90,589 69,264 13 544,015 857,782
2006 169,329 91,822 95,588 2 569,736 926,478
2007 157,545 121,316 94,073 13 481,381 854,328
Rata-rata kenaikan (%) 2002-2007
5,00 7,26 27,97 248,12 12,59 10,42
Komoditas ikan tuna nasional juga memberikan sumbangan devisa yang
cukup baik dari komoditas perikanan utama. Nilai ekspor ikan tuna nasional
mengalami peningkatan rata-rata dari tahun 2002-2007 sebesar 7,79 persen, dan
memiliki kenaikan rata-rata terbesar pada tahun 2007 dibandingkan dengan
komoditas utama lainnya yaitu sebesar 21,47 persen. Hal ini beraarti komoditas
ikan tuna nasional sangat berperan dalam perekonomia nasional.
Tabel 5. Perkembangan Nilai Ekspor Hasil Perikanan Indonesia Menurut Komoditas Utama Tahun 2003-2007 (US $ 1000)
Tahun
Komoditi Utama
Jumlah Udang
Tuna, Cakalang,
Tongkol
Rumput
Laut Mutiara Lainnya
2002 839.722 212.426 15.785 11.471 490.949 1.570.353 2003 852.113 213.179 20.511 17.128 540.612 1.643.542 2004 892.452 243.938 25.296 5.866 613.281 1.780.833 2005 948.452 245.375 57.515 10.735 651.180 1.912.926 2006 1.115.963 250.557 49.586 13.409 673.957 2.103.471 2007 1.029.935 304.348 57.522 12.644 854.470 2.258.920 Rata-rata
kenaikan (%) 2002-2007
4,49 7,79 36,57 17,15 12,00 7,56
Sumber: DKP (2008)
Adanya pergeseran pola perdagangan dunia yang tidak hanya dipengaruhi
oleh prinsip supply-demand, tetapi juga dibentuk oleh isu-isu, konvensi, dan berbagai macam kesepakatan internasional. Menurut Putro (2001) diacu dalam
Purnomo (2007) perjanjian internasional yang berpengaruh langsung bahkan
cenderung mengatur mekanisme perdagangan komoditas perikanan di pasar
internasional dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
1) Perjanjian internasional yang bernuansa menjaga kelestraian sumberdaya
perikanan, seperti Code of Conduct for Ressponsible Fisheries, International Convention for The Conservation of Atlantic Tuna (ICCAT), dan sebagainya. Dengan adanya perjanjian ini maka ikan-ikan komersial penting yang dijual
di pasar internasional harus ditangkap dari sumberdaya perikanan yang
lestari.
2) Perjanjian internasional tentang perlindungan satwa yang terancam punah,
[image:32.595.113.517.221.422.2]tawar yang dibatasi pemasarannya karena populasinya dikhawatirkan akan
punah.
3) Perjanjian internasional tentang perdagangan yaitu perjanjian General Agreement on Tariff and Trade (GATT oleh WTO), termasuk didalamnya perjanjian Agreement on Sanitary and Phitosanitary Measures (SPS) dan
Agreement on Technical Barrier on Trade (TBT oleh WTO). Perjanjian mempunyai dampak yang sangat besar terhadap perdagangan perikanan
dunia.
Pola perdagangan yang terjadi dalam pasar ikan tuna internasional akan
berpengaruh terhadap perkembangan ikan tuna Indonesia. Bentuk pasar dalam
komoditas ikan tuna di pasar internasional akan menentukkan kekuatan produsen
dalam pasar dan tingkat persaingan yang terjadi. Jika komoditas ikan tuna berada
dalam pasar yang memiliki banyak pesaing dengan komoditas yang homogen,
maka sangat penting untuk melakukan diferensiasi produk agar mampu bersaing
dengan produsen lainnya.
Saat ini komoditas ikan tuna Indonesia mengalami permasalah dalam
kegiatan ekspor yang disebabkan oleh beberapa faktor penting yaitu muncul
negara pesaing dalam kegiatan ekspor ikan tuna saat ini untuk daerah Asia,
Indonesia dikalahkan oleh Thailand yang potensi lautnya lebih kecil, banyak
masalah hambatan tarif dan non tarif yang dialami oleh komoditas ikan tuna, dan
masalah kenaikan harga bahan bakar di dalam negeri yang membuat banyak kapal
tidak melaut lagi. Faktor lainnya yaitu sifat komoditas ikan tuna yang selalu
bergerak sehingga sulit untuk melakukan kestabilan kuantitas dan kualitas.
Komoditas ikan tuna Indonesia mengalami dua masalah utama dalam
perkembangannya saat ini yaitu hambatan tarif dan non tarif. Hambatan tarif
yang terjadi dilakukan oleh negara-negara tujuan ekspor yang sangat merugikan
negara Indonesia. Hambatan non tarif yang terjadi berhubungan dengan perizinan
ekspor, sertifikasi kesehatan, standar sanitasi, standar mutu, isu lingkungan, isu
hak azazi manusia, dan terorisme (Purnomo 2007).
Sebagai contoh hambatan tarif yang dialami oleh komoditas ikan tuna
Indonesia adalah ketidaksamaan tarif yang dikenakan kepada negara pengekspor
(European Union Countries) menerapkan tarif 24 persen untuk produk tuna. Namun, tarif tersebut tidak berlaku bagi negara yang sudah tergabung dalam
EUC. Hambatan non tarif yang dihadapi Indonesia untuk komoditas ikan tuna
cukup banyak terutama tentang standar mutu, kesehatan, sanitasi, dan keamanan
pangan yang diterapkan negara pengimpor serta untuk mengurus surat pemenuhan
standar tersebut dibutuhkan waktu dan biaya yang besar, ditambah lagi dengan
adanya perbedaan standar pada beberapa negara.
Berdasarkan kondisi perdagangan ikan tuna di atas, maka dapat dilihat
bahwa potensi perairan Indonesia yang besar belum mampu dikelola dengan baik,
sehingga perlu diberikan perhatian yang serius terhadap upaya pengembangan
sektor perikanan agar tetap mampu menyumbangkan devisa bagi negara.
Pengembangan ekspor ikan tuna dalam jangka panjang sangat bergantung pada
peningkatan kualitas komoditas dan kemampuan daya saing dalam mendapatkan
pasar baru atau pun bertahan pada pasar yang sudah ada.
Komoditas ikan tuna nasional agar dapat bertahan dalam pasar
internasional perlu memiliki strategi pengembangan. Strategi yang disusun harus
mampu mengatasi masalah yang sudah ada maupun yang potensial untuk terjadi
ke depan, sehingga dapat mengantisipasi perubahaan-perubahaan yang terjadi.
Oleh karena itu, yang perlu dilakukan saat ini yaitu menganalisis daya
saing ikan tuna di pasar internasional, sehingga diharapkan hasil analisis ini
nantinya dapat menghasilkan strategi bagi industri ikan tuna nasional untuk dapat
bersaing di pasar internasional. Perumusan masalah yang akan dikaji dalam
penelitian ini adalah sebagi berikut:
1) Bagaimana struktur pasar ikan tuna di pasar internasional?
2) Apakah industri ikan tuna Indonesia memiliki keunggulan komparatif?
3) Apakah industri ikan tuna Indonesia memiliki keunggulan kompetitif?
4) Strategi apa yang perlu dirumuskan untuk memperkuat daya saing ikan tuna
Indonesia di pasar international?
1.3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dirumuskan,
1) Menganalisis struktur pasar dan persaingan ikan tuna di pasar internasional
2) Menganalisis keunggulan komparatif dan kompetitif ikan tuna Indonesia.
3) Melakukan perumusan strategi untuk memperkuat daya saing ikan tuna
Indonesia di pasar Internasional.
1.4. Manfaat Penulisan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:
1) Para pengambil keputusan dan para pelaku ekonomi dalam sektor perikanan
sebagai upaya untuk merekomendasikan konsep pengembangan daya saing
produk perikanan terutama ikan tuna dalam pasar global.
2) Masyarakat akademik, penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk
meneliti lebih lanjut mengenai kondisi perdagangan ikan tuna di Indonesia.
3) Pemerintahan dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam menetapkan
kebijakan-kebijakan yang mendukung kelangsungan perdagangan ikan tuna
nasional.
4) Penulis, penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan dan
pengetahuan dalam mengidentifikasi dan menganalisi permasalahan
komoditas perikanan serta sebagai aplikasi teori yang diperoleh selama ini.
1.5. Ruang Lingkup
Penelitian ini mengkaji daya saing ikan tuna Indonesia di pasar
internasional dengan menggunakan beberapa metode analisis dan merumuskan
strategi untuk meningkatkan daya saing ikan tuna tersebut. Namun, penentuan
strategi yang terkait dengan faktor internal dan eksternal ditentukan sendiri oleh
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi Ikan Tuna
Tuna adalah ikan laut yang terdiri atas beberapa spesies dari famili
Scombridae, terutama genus Thunnus. Ikan tuna mempunyai beberapa jenis dan
spesies dengan ciri-ciri fisik yang berbeda-beda dan dapat dipengaruhi oleh lokasi
atau perairan tempat hidupnya ikan.
Ikan tuna termasuk kelompok ikan pelagis yang aktif dan memiliki
pergerakan yang luas. Berdasarkan habitatnya ikan pelagis dibedakan menjadi
ikan pelagis kecil dan besar. Menurut Komnas Kajiskanlaut diacu dalam Bondar
(2007) yang termasuk kelompok ikan pelagis besar diantaranya : Tuna dan
Cakalang (Madidihang, Tuna Mata Besar, Albakora Tuna Sirip Biru, Cakalang),
Marlin (Ikan Pedang, Setuhuk Biru, Setuhuk Hitam, Setuhuk Loreng, Ikan
Layaran), Tongkol dan Tenggiri, dan Cucut Mako. Jenis ikan pelagis kecil antara
lain : Karangaid (Layang, Selar, Sunglir), Klupeid (Teri, Japuh, Tembang,
Lemuru, Siro), dan Skombroid (Kembung).
Badan tuna memanjang bulat seperti cerutu serta memiliki satu lunas kuat
pada batang sirip ekor diapit oleh dua lunas kecil pada ujungnya. Penampang
lintang tubuh tuna berbentuk bulat panjang atau agak membulat. Warna
punggungnya biru tua, kadang-kadang hampir hitam dan bagian perut berwarna
keputih-putihan yang terkadang berubah bila ikan telah mati. Ikan tuna termasuk
ikan buas, karnivora, predator, dan dapat mencapai panjang 50-150 cm. Selain
itu, tuna juga mempunyai kebiasaan bergerombol (schooling) kecil sewaktu mencari makan dan kecepatan renangnya dapat mencapai 50 km/jam. Tuna
menyebar luas di seluruh perarian tropis dan sub-tropis. Di Samudera Hindia dan
Samudera Atlantik, Tuna menyebar di antara 400 LU – 400 LS, pada tingkat kedalaman 0-400 meter, suhu perairan 17-310 C, dan tingkat salinitas berkisar antara 32-35 ppt atau perairan orsenik.
Menurut Burhannudin (1984) bahwa suku Scombridae mencakup banyak
jenis di dunia dan tercatat sebanyak 46 jenis dan di perairan Indonesia terdapat 20
jenis, tetapi untuk jenis tuna hanya terdapat 9 jenis. Di Indonesia tuna hampir
menyebar di seluruh perairan Indonesia, seperti di sepanjang pantai Utara dan
Banda Flores, Halamahera, Maluku, Sulawesi, Irian Jaya dan Selat Maluku. Jenis
[image:37.595.114.513.148.292.2]tuna yang ada di Indonesia dijelaskan seperti berikut (Tabel 5):
Tabel 6. Jenis Tuna yang Terdapat di Perairan Indonesia dan Diperdagangkan
Nama Indonesia Jenis Ikan Nama Internasional
Lisong Auxis rochei Bullet Tuna
Tongkol Pisang / Krai Auxis thazard Frigated Tuna
Tongkol Komo Eutynnus affinis Eastern Little Tuna
Cakalang Katsuwonus pelamis Skipjack Tuna
Tongkol Abu-Abu Thunnus tonggol Longtail Tuna
Madidihang Thunnus albacores Yellowfin Tuna
Albakora Thunnus alalunga Albacore
Tuna Mata Besar Thunnus obetus Bigeye Tuna
Tuna Sirip Biru Selatan Thunnus maccoyii Southern Bluefin Tuna
Sumber : DKP (2008)a
Ikan tuna yang hidup di perairan laut Indonesia dikelompokkan menjadi
dua jenis, yakni ikan tuna besar dan ikan tuna kecil. Ikan tuna besar meliputi
madidihang (yellowfin tuna), albakora (albacore), tuna mata besar (bigeye tuna), dan tuna sirip biru selatan (Southern bluefin tuna). Ikan madidihang dan mata
besar terdapat di seluruh wilayah perairan laut Indonesia.
Sedangkan, albakora hidup di perairan sebelah Barat Sumatera, Selatan Bali
sampai dengan Nusa Tenggara Timur. Ikan tuna sirip biru selatan hanya hidup di
perairan sebelah Selatan Jawa sampai ke perairan Samudra Hindia bagian Selatan
yang bersuhu rendah (dingin). Sementara itu, ikan tuna kecil terdiri dari cakalang
(skipjack tuna), tongkol (Euthynus affinis), tongkol kecil (Auxis thazard), dan ikan abu-abu (Thunnus tonggol). Ikan cakalang dapat dijumpai di seluruh perairan laut Indonesia, kecuali di Paparan Sunda bagian Selatan, Selat Malaka, Selat
Karimata, dan Laut Jawa2(Gambar jenis ikan tuna terdapat pada Lampiran 2).
2.2. Bentuk Produk Perdagangan Tuna
Ikan tuna menyebar luas di dunia dengan berbagai macam jenis yang
mempunyai nilai ekonomis bila dibandingkan dengan produk lainnya. Potensi
perairan Indonesia yang memiliki berbagai macam jenis ikan, mempunyai
kesempatan besar dalam usaha pengembangan produk ikan tuna. Secara umum,
jenis utama dari produk ikan tuna yang digemari oleh pasar internasional dan
2
Dahuri R. 2008. Restrukturisasi Manajamen Perikanan Tuna.
diperdagangkan dalam bentuk segar (fresh/chilled), beku (frozen), dan olahan baik dalam bentuk olahan (preserved) maupun dalam wadah vakum (airlight container).
Setiap perdagangan dunia untuk sebuah komoditi yang diperjualbelikan di
pasar dunia memiliki kode HS sebagai identitas dari komoditi tersebut. Kode HS
enam digit untuk ikan tuna segar (fresh), ikan tuna beku (frozen), dan ikan tuna dalam kemasan secara berurutan adalah HS 0302.30, HS 0303.40, dan HS
1604.14 (DKP 2008b). Klasifikasi produk ikan tuna untuk diekspor terdapat pada Lampiran 3.
Ikan tuna dalam perdagangannya dikelompokkan menurut standar atau
kualitas daging yang terbagi menjadi empat tingkat mutu yaitug grade A, B, C, dan D. Pengujian tingkatan mutu ikan dilakukan dengan cara menusukkan coring tube yaitu suatu alat berbentuk batang, tajam, dan terbuat dar besi. Coring tube
dimasukkan pada kedua sisi ikan (bagian belakang sirip atau ekor kanan dan kiri,
sehingga didapatkan potongan daging ikan tuna. Ciri-ciri untuk masing-masing
grade adalah sebagai berikut (Fadly 2009): 1) Grade A
Ciri-ciri ikan tuna grade A adalah sebagai berikut:
a) Warna daging untuk yellowfin tuna adalah merah seperti darah segar dan untuk bigeye tuna dagingnya berwarna merah tua seperti bunga mawar, serta tidak ada pelangi (yak e)
b) Mata bersih, terang, dan menonjol
c) Kulit normal, warna bersih, dan cerah
d) Tekstur daging untukyellowfintuna keras, kenyal, dan elastis dan untuk bigeyetuna dagingnya lembut, kenyal dan elastik
e)Kondisi ikan (penampakannya) bagus dan utuh
2) GradeB
Cirri-ciri ikan tuna grade B adalah sebagai berikut:
a)Warna daging merah, terdapat pelangi (yak e), otot daging agak elastic, jaringan daging tidak pecah
b) Mata bersih, terang dan menonjol
d) Tidak ada kerusakan fisik
3) Grade C
Ciri-ciri ikan tuna grade C adalah sebagai berikut: a)Warna daging kurang merah dan ada pelangi (ya ke) b) Kulit normal dan berlendir
c)Otot daging kurang elastic
d) Kondisi ikan tidak utuh atau cacat, umumnya pada bagian punggung atau
dada
4) Grade D
Cirri-ciri ikan tuna grade D adalah sebagai berikut:
a)Warna daging agak kurang merah dan cenderung berwarna coklat dan
pudar
b) Otot daging kurang elastic, lemak sedikit dan ada pelangi (yak e) c)Teksturnya lunak dan jaringan daging pecah
d) Terjadi kerusakan fisik pada tubuh ikan, seperti daging ikan yang sudah
sobek, mata ikan yang hilang, dan kulit terkelupas
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang komoditas ikan tuna khususnya tentang keunggulan
daya saing dalam lingkungan internasional menurut penulis belum pernah
dilakukan di lingkungan Institut Pertanian Bogor (IPB), namun tidak menuntup
kemungkinan bahwa penelitian tentang hal ini sudah ada tapi tidak dipublikasikan
baik di IPB maupun unversitas lainnya. Namun, penelitian-penelitian tentang
keunggulan daya saing baik kompetitif maupun komparatif suatu industri atau
komoditas lain telah banyak dilakukan dan penelitian tentang komoditas ikan tuna
pun telah banyak dilakukan. Penelitian tersebut antara lain pernah dilakukan oleh
Swaranindita (2005) tentang daya saing komoditas udang di pasar internasional,
Bondar (2007) tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
ekspor tuna segar Indonesia, dan Rastikarany (2008) tentang analisis pengaruh
kebijakan tarif dan non tarif Uni Eropa terhadap ekspor tuna Indonesia.
Penelitian yang dilakukan oleh Bondar (2007) mengenai “Analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor tuna segar Indonesia” dengan
menganalisis faktor yang mempengaruhi ekspor tuna dan metode deskripitif yang
digunakan untuk melihat perkembangan ekspor tuna segar Indonesia. Tujuan dari
penelitian ini mengetahui perkembangan ekspor tuna segar Indonesia dan
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor tuna segar Indonesia ke
negara-negara tujuan ekspor serta pengaruhnya terhadap ekspor tuna segar
Indonesia.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dengan metode Fixed Effect
menunjukkan bahwa variabel-variabel yang berpengaruh nyata terhadap ekspor
tuna segar Indonesia pada taraf nyata 5 persen adalah nilai tukar rupiah terhadap
negara pengimpor, pendapatan perkapita negara tujuan ekspor, dan volume ekspor
tuna olahan. Sedangkan variabel harga ekspor, harga domestik, dan jumlah
penduduk negara tujuan ekspor merupakan variabel yang tidak berpengaruh nyata
terhadap volume ekspor tuna segar Indonesia.
Penelitian yang dilakukan oleh Rastikarany (2008) mengenai “Analisis
pengaruh kebijakan tarif dan non tarif terhadap ekspor tuna Indonesia” dengan
menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan metode content analysis (analisis isi) dan analisis kuantitatif dengan metode analisis regresi dan melihat peramalan kedepannya. Model yang dipakai dalam analisis regresi adalah
model bentuk linier, model bentuk semilog, dan bentuk doublelog. Tujuan dari
penelitian ini mengidentifikasi kebijakan tarif dan non tarif yang dikeluarkan Uni
Eropa untuk impor tuna yang berasal dari Indonesia, mengetahui pengaruh
penerapan kebijakan tarif Uni Eropa terhadap ekspor tuna Indonesia, mengetahui
pengaruh penerapan kebijakan non tarif Uni Eropa terhadap ekspor tuna
Indonesia, dan meramalkan volume ekspor tuna Indonesia di Uni Eropa pada
masa yang akan datang.
Hasil analisis yang diperoleh dari penelitian ini adalah kebijakan
perdagangan tarif Uni Eropa untuk impor tuna asal Indonesia antara lain EC
(European Comission) No.2886/89 yang berlaku dari tahun 1989-2005, EC No.980/2005 yang berlaku mulai tahun 2006-2008, dan EC No.975/2003
mengatur pengurangan besar tarif khusus tuna kaleng asal Indonesia, Thailand
terangkum dalam EC No.178/2002, EC 466/2001, EC 178/2005, EC 852/2004,
EC 853/2004, EC 854/2004, EC 882/2004, dan EC 2073/2005.
Model pengaruh hambatan tarif dan non tarif yang terbaik adalah model
semilog (Q = 2.862,71 Ln Tt – 605,990 Dt + 2936,19 Ln Qt-2) dan diwakili oleh
variabel tarif dan volume ekspor dua tahun sebelumnya. Kebijakan tarif
berpengaruh nyata terhadap model sebesar 91% dengan nilai elastisitas tarif
sebesar -0,64 dan bersifat inelastis. Evaluasi statistik terhadap kebijakan
hambatan non tarif tidak berpengaruh nyata terhadap pengurangan volume ekspor
tuna Indonesia. Hal ini sesuai karena faktanya untuk meningkatkan ekspor
dengan mutu yang ada namun tetap harus dilakukan usaha penyetaraan mutu.
Metode trend dipilih untuk meramalkan karena memiliki nilai MSE terkecil. Hasil
peramalan dengan metode trend diperoleh model Y= 6269,7 + 463,18t dengan
nilai peramalan yang didapat sebesar 13.447,3 dan 15.246,18 pada tahun 2011.
Kesamaan kedua penelitian diatas dengan penelitian ini terletak pada
kesamaan komoditas yang dibahas yaitu ikan tuna. Sedangkan perbedaannya
terletak pada perbedaan masalah yang dibahas, metode penelitian yang digunakan,
dan untuk penelitian Rastikarany dilakukan peramalan yang tidak dilakukan pada
penelitian saat ini. Hasil penelitia oleh Bondar memiliki manfaat untuk melihat
keadaan perdagangan ikan tuna dan faktor apa saja yang mempengaruhi
perdagangan ikan tuna Indonesia. Hasil penelitian Rastikarany bermanfaat untuk
mengetahui pengaruh kebijakan tarif dan non tarif yang ditetapkan Uni Eropa
sebagai negara yang menjadi standar untuk negara lain dalam hal
ketentuan-ketentuan mutu dan keamanan pangan.
Penelitian yang dilakukan Swaranindita (2005) mengenai “Analisis daya
saing komoditas udang nasional di pasar internasional” dengan menggunakan
metode deskriptif dan metode Herfindahl Index dan Concentration Ratio untuk menganalisis struktur pasar, Revealed Competitive Advantage untuk mengukur keunggulan komparatif komoditas, Teori Berlian Porter untuk mengukur
keunggulan kompetitif komoditas udang, dan melakukan peramalan untuk ekspor
udang. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji kondisi eksternal dan internal
udang yang dihadapi Indonesia dalam perdagangan udang internasional, dan
menganalisis posisi daya saing komoditas udang nasional di pasar internasional.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah struktur pasar udang yang
ada yaitu monopolistis dan oligopoli dengan posisi Indonesia sebagai market follower, faktor internal yang mempengaruhi daya saing komoditas udang yaitu sulit mendapatkan akses pembiayaan usaha, keterbatasan sarana angkutan ekspor,
penerapan teknologi dan industri terpadu yang belum merata, dan masih terdapat
kendala pada usaha pembenihan dan pengolahan pasca panen. Hasil analisis RCA
menunjukkan bahwa komoditas udang Indonesia memiliki daya saing kuat.
Penelitian Swaranindita memiliki persamaan dengan penelitian ini yaitu
alat analisis yang digunakan sama dan membahas komoditas perikanan.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah tidak ada analisis SWOT yang digunakan
untuk merumuskan strategi ekspor kedepannya, dan komoditas perikanan yang
digunakan pun berbeda, serta pada penelitian ini tidak dilakukan peramalan
penjualan ikan tuna. Hasil penelitian ini bermanfaat karena adanya kesamaan
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
Analisis daya saing ikan tuna dianalisis berdasarkan teori-teori dalam
perdagangan internasional dan strategi pengembangan untuk merumuskan
kebijakan yang akan diambil. Teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
3.1.1. Teori Perdagangan Internasional
Teori perdagangan internasional membantu menjelaskan arah serta
komposisi perdagangan antar beberapa negara serta bagaimana efeknya terhadap
struktur perekonomian suatu negara. Perdagangan dapat terjadi karena adanya
spesialisasi di tiap-tiap daerah. Perdagangan internasional juga menunjukkan
adanya keuntungan yang timbul dengan adanya perdagangan internasional
(Salvatore 1997).
Kegiatan perdagangan yang terjadi antar negara menunjukkan bahwa
negara-negara tersebut telah memiliki sistem perekonomian yang terbuka.
Perdagangan ini terjadi akibat adanya usaha untuk memaksimumkan
kesejahteraan negara dan diharapkan dampak kesejahteraan tersebut akan diterima
oleh negara pengekspor dan pengimpor. Alasan utama terjadinya perdagangan
internasional adalah:
1) Adanya perbedaan dalam pemilikan sumberdaya dan cara pengolahannya
sehingga setiap negara akan memperoleh keuntungan melalui suatu
pengaturan dengan cara yang berbeda secara relatif terhadap perbedaan
sumberdaya tersebut.
2) Negara-negara yang melakukan perdagangan mempunyai tujuan untuk
mencapai economic of scale dalam produksi, artinya suatu negara akan lebih efisien jika hanya menghasilkan sejumlah barang tertentu tetapi dengan skala
yang lebih besar dibandingkan dengan jika memproduksi berbagai jenis
barang.
Keuntungan yang dapat diperoleh suatu negara dalam melakukan
terjadi setelah perdagangan berlangsung adalah masing-masing negara akan
melakukan spesialisasi dalam memproduksi komoditas keunggulan komparatif
negara tersebut. Spesialisasi akan terus berlangsung hingga harga-harga relatif
komoditas di kedua negara tersebut sama. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa
perdagangan berada dalam posisi seimbang atau ekuilibrium (Salvatore 1997). Hal ini mengindikasikan bahwa dalam melakukan perdagangan antar dua negara,
komoditas yang diperdagangkan perlu memiliki keunggulan kompetitif dan
komparatif yang keduanya bersifat saling melengkapi.
Kepemilikan faktor produksi, tingkat penggunaan teknologi dan selera di
setiap negara senantiasa berubah dari waktu ke waktu yang berakibat pada
keunggulan komparatif suatu negara juga senantiasa berubah. Dampak yang
ditimbulkan oleh perubahan dalam kepemilikan faktor produksi dikaitkan dengan
teorema Rybezynski. Menurut Rybezynski, pada harga-harga komoditas yang
konstan, setiap kenaikan dalam kepemilikan atau jumlah salah satu faktor
produksi akan meningkatkan output dari komoditas yang lebih banyak
menggunakan faktor produksi tersebut dibandingkan faktor produksi lainnya dan
dalam waktu yang bersamaan akan menurunkan output komoditas lain.
Pertumbuhan faktor produksi, peningkatan penggunaan faktor produksi serta
perubahan selera akan mengubah volume perdagangan dan atau mengubah nilai
tukar perdagangannya (Salvatore 1997).
Kegiatan perdagangan internasional atau dapat disebut sebagai kegiatan
ekspor dan imporr antar negara, dimana suatu negara akan cenderung mengekspor
barang yang biaya produski di dalam negerinya relatif lebih rendah dibandingkan
dengan barang yang sama di luar negeri. Sebaliknya, suatu negara akan
mengimpor barang-barang yang biaya produksinya di dalam negeri relatif lebih
besar dibandingkan dengan barang yang sama di luar negeri. Oleh karena itu,
sutau negara akan mengalami selisih antara penawaran dan permintaan domestik
yang lebih besar sehingga terjadi kelebihan penawaran (excess supply) yang dapat diartikan sebagai penawaran ekspor. Sedangkan di negara lain akan mengalami
Perbedaaan yang permintaan dan penawaran dua negara yang berbeda akan
menyebabkan negara tersebut melakukan perdagangan sehingga menimbulkan
perdagangan internasional dijelaskan pada Gambar 1. Panel A menunjukkan
keadaaan komoditas X di negara 1 (pengimpor), panel B menunjukkan hasil dari
adanya perdagangan, dan panel C menunjukkan keadaaan komoditas X di negara
2 (pengekspor). Pada negara 1 harga komoditas X tinggi sebesar P1, sedangkan
di negara 2 harga komoditas X lebih rendah yaitu sebesar P2. Akan tetapi pada
negara 1 terjadi kelebihan permintaan (excess demand ) sebesar CB sedangkan pada negara 2 terjadi kelebihan penawaran (excess supply) IG. Hal tersebut mengakibatkan maka kedua negara tersebut melakukan kegiatan perdagangan,
sehingga harga yang berlaku sebesar P3 dan komoditas X yang diperjualbelikan
sebesar K yang digambarkan dengan titik ekulibrium pada E (Lindert &
Kindleberger 1995).
Pedagangan yang terjadi antara dua negara akan menyebabkan negara
tersebut melakukan suatu hambatan baik untuk melindungi pordusen maupun
konsumen dalam negerinya. Setiap negara akan menerapkan hambatan dalam
perdagangan secara bebas. Penerapan kebijakan tersebut merupakan alat untuk
meningkatkan kesejahteraan nasional, namun dalam kenyataannya hal tersebut
lebih bersifat kepentingan dari pihak-pihak yang mendapatkan keuntungan dengan
adanya hambatan tersebut. Bentuk kebijakan perdagangan atau hambatan tersebut
dapat bersifat tarif dan non-tarif. Hambatan tarif dapat berbentuk tarif ad valorem
yaitu pajak yang dikenakan berdasarkan angka presentasi tertentu dari barang
impor, tarif spesifik yang dikenakan sebagai beban unit barang yang diimpor, dan
tarif campuran yang merupakan gabungan dari kedua tarif tersebut yang
mengenakan pungutan dalam jumlah tertentu dan ditambah sekian persen lagi.
(Salvatore 1997). Hambatan non-tarif yang terjadi dapat berasal atau berbentuk
isu mutu, sanitasi, dan keamanan produk yang diperketat dengan persyaratan,
serta isu-isu yang berkaitan dengan lingkungan, hak azazi manusia, bahkan isu
terorisme (Purnomo 2007).
P P P
Sx
P1’ A
Impor Sy Eskpor Sz
P3 C B E I G
P2 H
Dx Dy Dz
J D F Q K Q K F L Q
A. Negara 1 (importir) B. Hubungan Perdagangan C. Negara 2 (eksportir)
[image:46.842.99.758.76.357.2]Antara Negara 1 dan 2
Gambar 1. Perdagangan Internasional Antara Dua Negara
3.1.2. Bentuk-Bentuk Pasar
Menurut Pappas dan Hirschey (1995), struktur pasar menggambarkan
persaingan dalam pasar untuk sebuah produk atau jasa. Sebuah pasar terdiri dari
semua perusahaan dan individual yang mampu dan ingin membeli atau menjual
suatu produk serta adanya pendatang baru yang potensial. Pendatang baru yang
potensial ini adalah semua pihak yang mampu memberikan ancaman terhadap
keputusan harga atau keluaran dari perusahaan yang sudah ada.
Struktur pasar umumnya diidentifikasi berdasarkan beberapa karakteristik
yaitu jumlah dan distribusi dari pembeli dan penjual serta pendatang baru
potensial yang aktif, tingkat diferensiasi produk, jumlah dan biaya informasi
tentang harga dan mutu produk, serta kondisi masuk dan keluar industri.
Bentuk-bentuk pasar yang dapat terjadi di dalam suatu perdagangan dibedakan menjadi
dua jenis, yaitu pasar persaingan sempurna dan pasar persaingan tidak sempurna
Pasar persaingan tidak sempurna dapat dibedakan menjadi pasar monopoli, pasar
oligopoli, pasar duopoli, dan pasar monopsoni. Struktur pasar ini dapat dipandang
sebagai sebuah garis dengan tingkat persaingan yang menurun, yang bergerak dari
model persaingan sempurna ke persaingan monopolistis kemudian oligopoli dan
terakhir monopoli.
1) Pasar Persaingan Sempurna
Pasar persaingan sempurna (murni) dicirikan dengan komoditi yang
dipasarkan bersifat homogen, jumlah pembeli dan penjual sangat banyak,
adanya kebebasan untuk keluar masuk bagi penjual dan pembeli atau pun
pendatang baru, penjual dan pembeli tidak dapat mempengaruhi harga pasar
(price taker) yang berarti bahwa perusahaan mengambil harga pasar sebagai sesuatu ang tidak dapat ddirubah dan merancang strategi produk mereka
sesuai dengan harga pasar tersebut, serta adanya informasi pasar yang
lengkap bagi pembeli dan penjual.
Adanya persaingan harga yang ketat dan hanya tingkat pengembalian atas
investasi yang normal yang dimungkinkan dalam jangka panjang. Laba
ekonomi hanya dimungkinkan dalam periode disekuilibrium jangka pendek
sebelum persaing memberikan tanggapan persaingan yang efektif. (Pappas
2) Pasar Persaingan Monopolistis
Menurut Pappas dan Hirschey (1995) pasar persaingan monopolistis dicirikan
dari banyak penjual yang menawarkan produk yang serupa tapi tidak identik.
Pasar persaingan monopolistik tidak terlalu berbeda dengan pasar persaingan
sempurna namun pada pasar persaingan monopolistik konsumen melihat
adanya perbedaan penting diantara produk yang ditawarkan oleh setiap
produsen individual. Pasar persaingam monopolistik memiliki kesamaan
seperti pasar persaingan sempurna dimana setiap perusahaan mengambil
keputusan secara independen, yaitu perubahan harga satu perusahaan tidak
akan mempengaruhi harga perusahaan lain namun adanya pengaruh
perbedaan penting diantara produk yang ditawarakan yang dilihat oleh
konsumen dalam menentukan barang mana yang akan dikonsumsi.
Perbedaan produk baik dalam hal jumlah, mutu, harga, atribut wa