• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Daya Saing Kopi Indonesia Di Pasar Internasional.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Daya Saing Kopi Indonesia Di Pasar Internasional."

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

ANNEKE RAU

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Daya Saing Kopi Indonesia di Pasar Internasional adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

(4)

ABSTRAK

ANNEKE RAU. Analisis Daya Saing Kopi Indonesia di Pasar

Internasional.Dibimbing oleh SUHARNO.

Kopi merupakan salah satu komoditas andalan dalam sektor perkebunan Indonesia.Analisis daya saing kopi Indonesia bertujuan untuk memberikan informasi mengenai posisi persaingan kopi dalam perdagangan internasional.Keunggulan komparatif kopi Indonesia dapat dianalisis dengan Revealed Comparative Advantage

(RCA). Berdasarkan perhitungan Indeks RCA dapat diketahui bahwa selama periode 2002-2011 Indonesia memiliki daya saing yang kuat karena nilai indeks RCA lebih besar dari satu.Keunggulan kompetitif digunakan untuk menjelaskan masalah dalam perdagangan kopi Indonesia yang tidak dapat dijelaskan oleh model keunggulan komparatif.Teori Berlian Porter adalah salah satu alat analisis untuk membantu dan menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal dalam industri kopi Indonesia.Hasil yang mengungkapkan bahwa kondisi permintaan sangat berpengaruhuntuk kopi.Kondisi faktor, terkait dan industri pendukung, dan strategi perusahaan.Struktur, dan persaingan memiliki kedua sisi negatif dan positif, begitu jugaperanan pemerintah dan kesempatan.Berdasarkan perhitungan ISP, Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara eksportir kopi.

Kata kunci : kopi, daya saing, RCA, ISP, Teori Berlian Porter, keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif

ABSTRACT

ANNEKE RAU. Indonesian Coffee Competitiveness in International Markets.Supervised by SUHARNO

Coffee is one commodity in the Indonesian plantation sector. Analysis of the competitiveness of Indonesian coffee aims to provide information regarding the competitive position of coffee in the coffee trade internasional.Keunggulan comparative Indonesia can be analyzed with the Revealed Comparative Advantage (RCA). Based on the calculation of the RCA index can be seen that during the period 2002-2011 Indonesia has strong competitiveness because of the value of the RCA index greater than one. Competitive advantage is used to explain the problem in Indonesia's coffee trade that can not be explained by a model of comparative advantage. Porter Diamond Theory is one of the analysis tools to assist and analyze the factors internal and external in the coffee industry Indonesia.Hasil which revealed that demand conditions are very influential for coffee. Factor conditions, related and supporting industries, and corporate strategy.Structure, and competition has both negative and positive sides, as well as the role of government and chance. Based on the calculation of the ISP (Trade Specialization Index), Indonesia shows that Indonesia is an exporter of coffee.

(5)

ANALISIS DAYA SAING KOPI INDONESIA DI PASAR

INTERNASIONAL

ANNEKE RAU

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Pada Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah daya saing, dengan judul Analisis Daya Saing Kopi Indonesia di Pasar Internasional.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr.Ir. Suharno, MADev selaku dosen pembimbing atas bimbingan dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, ibu Rita Nurmalina selaku dosen evaluator, bapak Dr. Amzul Rifin, SP, MA selaku dosen penguji dan ibu Ir. Juniar Atmakusuma, MA selaku dosen komisi pendidikan atas masukan, saran dan kritik dalam penulisan skripsi ini.Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya dan juga kepada seluruh teman-teman Alih Jenis 3 Agribisnis yang senantiasa selalu mendukung dan memberikan semangat dalam kelancaran karya ilmiah ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014

(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penulisan 5

Manfaat Penulisan 5

Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 5

TINJAUAN PUSTAKA 6

Sejarah Kopi 6

Karakteristik Kopi 6

Pengusahaan Kopi 7

Daya Saing Komoditi Perkebunan dan Tanaman

pangan di Indonesia 7

KERANGKA PEMIKIRAN 10

Kerangka Pemikiran Teoritis 10

Teori Perdagangan Internasional 10

Konsep Daya Saing 12

Teori Ekspor-Impor 12

Konsep Keunggulan Kompetitif 12

Konsep Keunggulan Komparatif 14

Kerangka Pemikiran Operasional 14

METODE PENELITIAN 17

Ruang Lingkup dan Waktu Penelitian 17

Jenis dan Sumber Data 17

Metode Analisis dan Pengolahan Data 18

RCA (Revealed Comparatif Advantage) 19

Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) 20

Teori Berlian Porter 21

HASIL DAN PEMBAHASAN 24

Gambaran Umum Kopi Indonesia 24

Analisis Keunggulan Komparatif 25

Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) 26

Analisis Keunggulan Kompetitif 27

SIMPULAN DAN SARAN 42

(9)

DAFTAR TABEL

1. Perkembangan PDB komoditas primer perkebunan

Tahun 2007-2012berdasarkan harga konstan (Milyar Rupiah) 1

2. Luas areal dan produksi kopi Indonesia menurut jenis tahun 2006-2011 3

3. Jenis dan sumber data 18

4. Jumlah dan nilai impor kopi dunia tahun 2002-2011 25

5. Hasil analisis RCA komparatif komoditas kopi empat Negara

dipasar internasional tahun 2002-2011 26

6. Pangsa pasar empat eksportir kopi terbesar dunia tahun 2002-2011 26

7. Nilai Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) kopi di Indonesia 27

8. Luas areal dan produksi kopi Indonesia 27

9. Konsumsi kopi Indonesia tahun 2010-2016 35

DAFTAR GAMBAR

1.Perkembangan nilai ekspor biji kopi tahun 2006-2011 (1000 US$) 2

2.Perkembangan volume ekspor biji kopi tahun 2006-2011 (ton) 2

3.Kurva keseimbangan parsial perdagangan internasional 12

4.Teori Berlian Porter ‘ the national diamond system’ 14

5.Kerangka pemikiran operasional 17

6. Alur distribusi dan pemasaran kopi di kabupaten Ciamis 30

7.Alur pengolahan buah kopi secara kering 31

8.Alur pengolahan kopi secara basah 32

DAFTAR LAMPIRAN

1. Produksi kopi menurut USDA 48

2. Nilai ekspor dan impor kopi Indonesia 49

3. Nilai ekspor quantity (tones) 50

4. Nilai RCA 51

5. Nilai ISP kopi di Indonesia 53

6. Perkembangan luas areal dan produksi perkebunan kopi di Indonesia menurut

pengusahaan tahun 1996-2014 54

7. Dokumentasi hasil survey lapangan di perkebunan kopi kecamatan

(10)
(11)

Pendahuluan

Latar Belakang

Agribisnis perkebunan memegang peranan penting dalam perkembangan perekonomian di Indonesia. Sektor ini menyediakan lebih dari 19,4 juta lapangan kerja bagi penduduk Indonesia. Selain itu, sektor perkebunan juga menambah devisa negara secara signifikan.

Tabel 1. Perkembangan PDB komoditas primer perkebunan tahun 2007-2012 berdasarkan harga konstan (milyar rupiah)

lapangan

Sumber: BPS, Juli 2013 (diolah)

Keterangan: ¹) termasuk Kehutanan dan Perikanan

(12)

dan sekitarnya juga di Jawa.Pada era liberalisasi perdagangan saat ini sebenarnya menjadi peluang bagi perdagangan kopi robusta Indonesia di pasar internasional. Masalah yang dihadapi Indonesia adalah jenis kopi robusta yang merupakan produk kopi ekspor utama Indonesia sering di justifikasi bermutu rendah dari segi kualitas kopi. Harga kopi ditentukan oleh kualitas, dimana kualitas kopi dipengaruhi oleh kondisi negara asal tempat kopi tersebut di tanam, varietas dan penanganan pasca panen (Yahmadi,2005).

Sumber : FAO,2013

Gambar 1. Perkembangan nilai ekspor biji kopi tahun 2006-2011 (1000 US$)

Dari gambar 1 terlihat bahwa perkembangan nilai ekspor kopi dari tahun 2006 sampai 2011 mengalami kenaikan. Nilai ekspor untuk tahun 2006 senilai 583 513 juta US$, menjadi senilai 1 034 815 milyar US$ pada tahun 2011. Dari gambaran di atas menunjukkan bahwa peranan komoditas kopi dapat diharapkan sebagai sumber devisa melalui sumbangannya terhadap nilai ekspor yang terus meningkat.

Sumber : FAO, 2013

Gambar 2.Perkembangan volume ekspor biji kopi tahun 2006-2011 (ton).

-2006 2007 2008 2009 2010 2011

n

2006 2007 2008 2009 2010 2011

(13)

Namun pada gambar 2, volume ekspor kopi mengalami penurunan, untuk tahun 2006 senilai 411,721 ton, tahun 2007 senilai 320 600 ton, tahun 2008 senilai 468 019 ton , tahun 2009 senilai 510 189 ton, tahun 2010 senilai 432 781 ton dan tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 346 092 ton. Hal inidisebabkan kuantitas dan kualitas kopi Indonesia mengalami penurunan, karena menurut Rusman Heriawan wakil Menteri Pertanian (2013) usia pohon kopi lebih dari 15 tahun, yang sudah perlu diremajakan lagi dan perbaikan lahan perkebunan kopi. Berdasarkan fenomena yang terjadi yaitu adanya peningkatan pada nilai ekspor kopi dan terjadi juga penurunan volume ekspor kopi maka diperlukan analisis bagaimana sebenarnya posisi bersaing kopi Indonesia di pasar Internasional.

Perumusan Masalah

Indonesia merupakan negara ke tiga setelah Brazil dan Vietnam karena Indonesia mampu memproduksi sedikitnya 748 ribu ton atau 6.6 persen dari produksi kopi

dunia pada tahun 20121.Berdasarkan volume ekspor kopi selama enam tahun

(2006-2011) (gambar 2) mengalami fluktuasi karena disebabkan adanya fluktuasi produksi dan luas areal kopi di Indonesia seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.

Tabel 2. Luas areal dan produksi kopi Indonesia menurut jenis tahun 2006-2011

Tahun Arabika Robusta Jumlah

Luas areal

Sumber : Ditjenbun, Kementerian Pertanian dalam AEKI,2013 *angka sementara

Menurut Siahaan (2008) Indonesia sebagai negara pesaing Vietnam memiliki kebun tidak lebih baik dari Vietnam karena tanaman kopi umumnya berumur tua, kebun tidak terawat dan produktivitas sangat rendah. Produktivitas Indonesia hanya

1

(14)

bisa mencapai kurang dari 0.6 ton per hektare nya sedangkan produktivitas kopi di Vietnam bisa mencapai 3 sampai 4 ton per hektarnya. Hal tersebut dapat juga menjadi penyebab mengapa volume ekspor menurun seperti yang digambarkan pada gambar 2 Permasalahan tersebut tentunya dapat mempengaruhi dan memberikan dampak terhadap daya saing kopi di Indonesia.Persaingan komoditas kopi Indonesia untuk memasuki pasar internasional sangat ketat. Konsumen domestic maupun luar negeri menuntut kualitas yang biji kopi yang terbaik. Adanya pesaing-pesaing terbesar Indonesia seperti Brazil, Vietnam, Kolombia, Costarica, Ethiopia, Hawai, Guatemala, dan India mendorong industri perkopian Indonesia untuk meningkatkan kualitas kopinya serta kemampuannya untuk bersaing di pasar Internasional. Oleh karena itu hal yang perlu dilakukan saat ini yaitu menganalisis dayasaing dari komoditas kopi Indonesia sehingga peranannya dalam perekonomian dapat diandalkan. Berdasarkan fenomena di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana daya saing kopi Indonesia di pasar internasional?

(15)

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis posisidaya saing kopi Indonesia pada pasar internasional.

2. Menganalisis posisi spesialisasi Indonesia sebagai negara spesialisasi importir

atau eksportirkopi .

Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti sebagai penerapan dari teori dan ilmu yang diperoleh selama ini.

2. Bagi pemerintah dapat dijadikan sebagai bahan informasi dalam pengambilan

kebijakan guna terwujudnya pengembangan kopi Indonesia yang efektif dan memiliki daya saing.

3. Bagi petani, produsen dan eksportir kopi, penelitian ini diharapkan dapat

dimanfaatkan sebagai masukan dan informasi dalam perdagangan kopi nasional dan internasional.

4. Bagi masyarakat akademik dapat digunakan sebagai sumber inspirasi dan bahan

refrensi bagi penelitian selanjutnya

Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

(16)

Tinjauan Pustaka

Sejarah Kopi

Menurut sejarah, tanaman kopi mulai dikenal di Benua Afrika.Awalnya tanaman kopi tumbuh liar di hutan-hutan dataran tinggi. Di Indonesia, tanaman kopi pertama kali di perkenalkan oleh VOC pada tahun 1696-1699. Awalnya penanaman kopi hanya sebagian bahan penelitian. Namun ternyata dapat memberikan cukup keuntungan sebagai komoditas perdagangan sehingga VOC menyebarkan bibit kopi keberbagai daerah.VOC mendirikan perkebunan besar dan akhirnya kopi menyebar ke daerah Lampung, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan daerah-daerah lain (Suwarto,2012). Penanaman kopi di Indonesia dimulai tahun 1696 dengan menggunakan kopi arabika, namun kurang berhasil.Tahun 1699 pemerintah Hindi Belanda mendatangkan lagi kopi arabika, kemudian berkembang dengan baik di

Pulau Jawa.Kopi arabika yang dikenal sebagai kopi Jawa (java coffe) tersebut

memiliki kualitas yang sangat baik dan merupakan komoditas ekspor penting selama lebih dari 100 tahun.Sejak tahun 1878 timbul penyakit karat daun pada tanaman kopi yang disebabkan oleh jamur.Penyakit tersebut mengakibatkan kerusakan pada tanaman kopi dan menyebabkan kerugian yang besar. Oleh karena itu, sejak tahun 1900 dikembangkan kopi robusta untuk menggantikan kopi arabika sebagai bahan tanam, yang tahan terhadap penyakit karat daun. Dengan demikian terjadi perubahan dominasi jenis tanaman kopi yang dibudidayakan, dari jenis kopi arabika menjadi kopi robusta (Rahardjo,2012).

Karakteristik Kopi

Menurut Rahardjo (2012), tanaman kopi termasuk dalam genus Coffea

dengan family Rubiaceae. Famili tersebut memliki banyak genus, yaitu Gardenia,

Ixora, Cinchona, dan Rubia. Genus Coffea mencakup hampir 70 spesies, tetapi hanya ada dua spesies yang ditanam dalam skala luas diseluruh dunia, yaitu kopi

arabika (Coffea Arabica) dan kopi robusta (Coffea canephora var.robusta).

Sementara itu, sekitar 2 persen dari total produksi dunia, dari dua spesies kopi lainnya

yaitu kopi liberika (Coffea liberica) dan kopi ekselsa (Coffea excelsa) yang ditanam

dalam skala terbatas, terutama di Afrika Barat dan Asia. Tanaman kopi memiliki dua tipe pertumbuhan cabang, yaitu cabang ortotrop tumbuh kearah vertical dan cabang plagiotrop kearah horizontal. Kopi arabika memiliki percabangan yang lentur serta berdaun tipis. Adapun spesies kopi yang lain memiliki percabangan lebih kaku serta berdaun tebal dan lebar. Daun kopi berwarna hijau mengkilap yang tumbuh berpasangan dengan berlawanan arah. Bentuk daun tanaman kopi lonjong dengan tulang daun yang tegas. Tanaman kopi membutuhkan waktu tiga tahun dari saat perkecambahan sampai menjadi tanaman berbunga dan menghasilkan buah kopi. Semua spesies kopi berbunga berwarna putih yang beraroma wangi. Bunga tersebut muncul pada ketiak daunnya.Adapun buah kopi tersusun dari kulit buah (epicarp),

(17)

(endocarp).Buah yang terbentukakan matang selama 7-12 bulan.Setiap buah kopi

memiliki dua biji kopi tanduk (parchment skin).Biji mempunyai alur pada bagian

datarnya.Perakaran tanaman kopi arabika lebih dalam daripada kopi robusta.Oleh karena itu, kopi arabika lebih tahan kering dibandingkan kopi robusta.Tanaman dapat berakar lebih dalam pada tanah normal, tetapi 90 persen dari perkaran tanaman kopi berada dalam lapisan diatas 30cm.

Menurut Suwarto (2012) kopi robusta dapat tumbuh optimum pada ketinggian 400-700 m dpl, sedangkan kopi arabika menghendaki ketinggian tempat antara 700-1700 m dpl. Selain ketinggian tempat, hujan juga merupakan faktor iklim yang penting. Tanaman kopi umumnya dapat tumbuh optimum didaerah dengan curah hujan 2000- 3000 mm/tahun.Kopi menghendaki sinar matahari yang teratur. Umumnya kopi tidak menyukai penyinaran matahari langsung karena dapat mempengaruhi proses fotosintesis jika dalam jumlah banyak. Secara umum, tanaman kopi menghendaki tanah yang subur dan kaya bahan organik. Selain itu tanaman kopi juga menghendaki tanah yang agak masam. Kisaran pH tanah untuk kopi robusta adalah 4,5 -6,5, sedangkan kisaran untuk kopi arabika adalah 5-6,5. Di dunia perdagangan, dikenal beberapa golongan kopi, tetapi yang sering dibudidayakan hanya kopi arabika, robusta dan liberika.Beberapa klon arabika yang saat ini dianjurkan oleh Kementerian Pertanian antara lain AB 3, S 795, USDA 762, Kartika 1 dan Kartika 2. Sementara itu, kopi robusta yang dianjurkan adalah BP 42, BP 234, BP 288, BP 358, BP 409, dan BP 237.

Pengusahaan Kopi

Dalam hal pengusahaan kopi, salah satu penelitian mengenai pengusahaan kopi dilakukan oleh Rahmatika pada tahun 2011 menganalisis daya saing kopi pada PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) di kabupaten Semarang, Jawa Tengah yang merupakan perusahaan perkebunan Negara yang mengelola perkebunan milik Negara di wilayah Jawa Tengah dan merupakan salah satu perusahaan perkebunan yang mengusahakan tanaman kopi di Jawa Tengah. Alat analisis yang digunakan dalam

penelitian tersebut yaitu menggunakan PAM(Policy Analysis Matrix). Hasil analisis

menunjukkan bahwa pengusahaan kopi kering yang dilakukan memiliki keunggulan

komparatif dan kompetitif, hal ini ditunjukkan dengan nilai PCR (Privat Cost Ratio)

dan DRCR (Domestic Resources Cost Ratio) yang lebih kecil dari satu yaitu 0,73 dan

0,72.

Daya SaingKomoditi Perkebunan dan Tanaman Pangan di Indonesia

Untuk memberikan gambaran terhadap daya saing komoditas kopi terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yaitu Siahaan pada tahun 2008, melakukan penelitian mengenai analisis daya saing kopi arabika Indonesia.

Pengambilan data dilakukan secara sekunder dengan metode Herfindahl Index (HI) ,

rasio konsentrasi (CR) dan RCA ( Revealed Comparative Advantage) untuk analisa

(18)

ArabikaIndonesia ini memiliki keunggulan komparatif dengan cara membandingkan nilai RCA dengan negara produsen kopi lainnya seperti Brazil, Meksiko,Guatemala,

dan Columbia walaupun masih relative naik dan turun. Dilihat dari hasil Herfindahl

Index dan rasio konsentrasi (CR) struktur pasar untuk komoditas kopi Arabika di Indonesia adalahpasar Oligopoli.Berdasarkan hasil analisa kualitatif menggunakan teori Berlian Porter disimpulkan bahwa industri kopi arabika nasional mempunyai keunggulan kompetitif dalam hal faktor sumber daya modal, sumber daya manusia namun masih ada yang perlu diperbaiki seperti teknik budaya, penyedia modal dan pengadaan infrastruktur. Untuk penelitian kopi selanjutnya juga telah dilakukan oleh Soetriono (2004) menggunakan beberapa analisis seperti analisis kelayakan usaha,

analisis risiko, PAM (Policy Anlisis Matrix), Daya Saing TreeFivedan simulasi

kebijakan. Hasil dari penelitian tersebut yaitu dari sisi penawaran produuksi kopi

robusta seharusnya mmeperhatikan jumlah produksi kopi Indonesia, harga pupuk dalam negeri, keijakan protektif pemerintah yang kurang mendukung percepatan daya saing, sisi permintaan adanya peluang dari permintaan pasar domestic dan dunia.Sisi lingkungan dan peluang usahatani, sebagian besar diusahakan secara monokultur dan belum menerapkan kultur yang dianjurkan, produk kopi baru diolah pada tingkat primer berberntuk biji kopi kering. Sisi kebijakan domestic, kurang adanya dukungan dari pemerintah dapat terlihat nilai DCR lebih baik dari nilai PCR, koefisien NPCO dan SRP kurang mendukung percepatan daya saing apabila dibandingkan dengan harga yang sesungguhnya, namun dari koefisien NPCI kebijakan pemerintah memberikan dukungan yang berarti demi percepatan daya saing dan dari sisi social

dapat di lihat dari perilaku petani netral risiko atau safety first.

Metode secara kuantitatif tersebut juga dapat digunakan untuk menganalisis daya saing komoditi lainnya seperti kakao yang dilakukan oleh Ragimun (2012), dan komoditi ubi jalar seperti yang dilakukan oleh Wulandari (2013). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ragimun dalam jurnalnya yang berjudul analisis daya saing kakao Indonesia,disimpulkan bahwa kakao Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang cukup bagus walaupun masih jauh dari negara Pantai Gading dan Ghana Hal ini dibuktikan dengan nilai RCA kakao Indonesia rata-rata diatas 4 pada sepuluh tahun terakhir. Pada penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2013) dalam judul analisis daya saing ubi jalar Indonesia di pasar internasional dalam analisa

kuantitaif yang menggunakan Herfindahl Index (HI) , Rasio Konsentrasi (CR), dan

RCA (Revealed Comparative Advantage). Dari hasil penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa daya saing ubi jalar Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan USA dan China, walaupun sebenarnya Indonesia memiliki keunggulan komparatif. Selain itu struktur pasar pada komoditi ubi jalar Indonesia adalah pasar Oligopoli dimana rasio konsentrasi dari empat produsen terbesar memiliki CR4 yang lebih dari 40 %.Sedangkan dalam analisa kualitatif menggunakan teori Berlian Porter disimpulkan bahwa keunggulan kompetitif pada komoditi ubi jalar Indonesia adalah sumber daya alam, peranan pemerintah yang telah mengeluarkan kebijakan mengenai penyediaan input faktor produksi, pemasaran, dan perdagangan ubi jalar dan ubi jalar masih memiliki peluang di pasar Internasional.

Selain menggunakan HI (Herfindahl Index), Konsentrasi Rasio (CR) dan

(19)

suatukomoditi dapat menggunakan metode peramalan asosiatif yaitu yang didalamnya terdapat analisa regresi liner berganda dan ISP (Indeks Spesialisasi

Perdagangan) dan juga menggunakan RCA (Revealed Comparative Advantage).

Seperti yang dilakukan oleh Anggit (2012) dalam penelitiannyamengenai analisa

daya saing Crude Palm Oil (CPO) Indonesia di Pasar Internasional. Hasil dari

penelitian tersebut yaitu trend volume ekspor CPO Indonesia di Pasar Internasional di masa yang akan datang (2013-2015) cenderung meningkat. Sedangkan berdasarkan nilai RCA selama 10 tahun, negara Indonesia untuk komoditas minyak sawit mentah memiliki nilai komparatif rendah karena nilai RCA kurang dari satu.Untuk hasil ISP, Indonesia memiliki keunggulan kompetitif karena nilai ISPnya mendekati satu adalah tahap pematangan yang artinya ekspor bersih CPO Indonesia lebih besar dari total perdagangan dan pada tahap ini, Indonesia merupakan negara eksportir.

Selain menggunakan metode peramalan asosiatif, analisa daya saing suatu komoditi juga dapat menggunakan analisa regresi liner berganda denganmodel OLS

(Ordinary Least Square) seperti yang dilakukan oleh Ramadhan (2008) dalam penelitiannya yang berjudul analisa daya saing industry furniture rotan Indonesia. Dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode yang sama dari penelitian

sebelumnya yaitu menggunakan metode RCA (Revealed Comparative Advantage)

dan metode OLS (Ordinary Least Square) untuk menganalisa secara kuantitatif

sedangkan untuk analisa kualitatif menggunakan teori Berlian Porter. Hasil penelitian tersebut adalah berdasarkan nilai RCA, komoditi furniture rotan Indonesia memiliki daya saing yang tinggi dibandingkan dengan rata-rata didunia, hal ini dibuktikan nilai RCA lebih dari satu. Berdasarkan dari hasil analisa menggunakan metode regresi linier berganda, daya saing di pengaruhi oleh nilai ekspor furniture rotan Indonesia yang berpengaruh positif, nilai yang juga berpengaruh negative terhadap daya saing, sedangkan untuk hasil analisa menggunakan Berlian Porter bahwa

industry furniture rotan nasional kurang kompetitif.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah pada sektor komoditas yang dianalisis yaitu sektor perkebunan.Penelitian ini menganalisis komoditas kopi Indonesia.Selain itu cakupan penelitian juga memiliki persamaan yaitu cakupan pasar internasional. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah terletak pada metode analisis dan data yang digunakan.

Penelitian ini hanya menggunakanRCA (Revealed Comparative Advantage)dalam

menganalisis keunggulan komparatif, Indeks Spesialisasi Pasar (ISP),dan analisa

kualitatif menggunakan teori Berlian Porter. Sementara itu data yang digunakan

(20)

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka pemikiran Teoritis

Teori Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional merupakan bagian dari ekonomi

internasional.Perdagangan internasional merupakan pertukaran barang dan jasa yang dilakukan antar Negara. Pelakunya dapat oleh penduduk suatu Negara dengan Negara lain atau oleh pemerintah suatu negara dengan negara lain.Perdagangan internasional ini tercermin dari aktivitas ekspor-impor suatu Negara yang akan member kontribusi terhadap pendapatan negara (Produk Domestik Bruto (PDB)) (Asmarantaka, 2012). Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah

negara lain. Manfaat perdagangan internasional adalah .2

1. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap negara. Faktor-faktor tersebut diantaranya : Kondisi geografi, iklim, tingkat penguasaan IPTEK dan lain-lain. Dengan adanya perdagangan internasional, setiap negara mampu memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri.

2. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi

Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suatu negara dapat memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila negara tersebut mengimpor barang tersebut dari luar negeri

3. Memperluas pasar dan menambah keuntungan

Terkadang, para pengusaha tidak menjalankan mesin-mesinnya (alat produksinya) dengan maksimal karena mereka khawatir akan terjadi kelebihan produksi, yang mengakibatkan turunnya harga produk mereka. Dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha dapat menjalankan mesin-mesinnya secara maksimal, dan menjual kelebihan produk tersebut keluar negeri.

4. Transfer teknologi modern

2

(21)

Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari teknik produksi yang lebih efesien dan cara-cara manajemen yang lebih modern.

Teori perdagangan internasional adalah teori yang menjelaskan arah dan komposisi perdagangan antar negara serta bagaimana efeknya terhadap perekonomian suatu negara. Disamping itu, teori perdagangan internasional juga dapat menunjukkan adanya keuntungan yang timbul dari adanya keuntungan perdagangan (gain from trade).Negara-negara yang melakukan perdagangan internasional antara lain disebabkan dua alasan berikut. Pertama, negara-negara yang berdagang karena berbeda satu sama lain (berbeda dalam kepemilikan sumber daya, baik dalam jenis maupun kualitasnya), setiap negara dapat memperoleh keuntungan dari perbedaan mereka melalui pengaturan dimana setiap pihak melakukan sesuatu dengan relatif

lebih baik. Kedua, negara-negara berdagang satu sama lain dengan tujuan mencapai

skala ekonomi (economies of scale) dalam produksinya. Maksudnya, jika setiap

negara hanya menghasilkan sejumlah barang tertentu maka mereka dapat menghasilkan barang-barang tersebut dengan skala yang lebih besar dan karenanya

lebih efisien dibandingkan mereka menghasilkan segala jenis barang.3

Faktor-faktor yang mempengaruhi perdagangan internasional dapat dilihat

dari teori penawaran dan permintaan. Menurut Koo dan Kennedy (2005)Gambar yang

menunjukkan permintaan domestik dan pasokan di negara pengimpor (A) dan gambar c menunjukkan permintaan dan penawaran domestik di negara pengekspor (B). Permintaan impor (ED) dan penawaran ekspor (ES) yang berasal dari permintaan dan penawaran domestic seperti yang ditunjukkan dalam bagian sebelumnya.Sebelum terjadi perdagangan internasional, harga keseimbangan di negara A adalah $ 50 per unit dengan jumlah yang ditawarkan sebanyak 25 unit. Di negara B, harga ekuilibrium $ 30 dan jumlah yang ditawarkan sebanyak 25 unit.Ketika perdagangan diperbolehkan, keseimbangan internasional terjadi pada titik E di mana pasokan ekspor memotong permintaan impor pada gambar (b). Harga ekuilibrium sama dengan $ 40, yang sesuai dengan volume keseimbangan 10 unit yang diperdagangkan di pasar internasional. Volume perdagangan ini sama dengan impor negara A dan ekspor negara B.Kenaikan bersih dalam kesejahteraan sosial total adalah jumlah dari daerah segitiga A dan B. Bagian atas segitiga (area A) adalah kenaikan bersih kesejahteraan sosial konsumen di negara pengimpor (area C pada gambar (a). Semakin rendah segitiga (area B) adalah kenaikan bersih kesejahteraan sosial produsen di negara pengekspor (area D pada gambar (c)).

3

(22)

Gambar. 3. Kurva keseimbangan parsial perdagangan internasional

Sumber :Koo dan Kennedy, 2005

Teori Ekspor-Impor

Menurut Amir (2004), ekspor adalah mengeluarkan barang-barang dari peredaran dalam masyarakat dan mengirimkan ke luar negeri sesuai ketentuan pemerintah dan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing.Tujuan kegiatan ekspor adalah meningkatkan laba perusahaan melalui perluasan pasar serta memperoleh harga jual yang lebih baik (optimalisasi laba), membuka pasar baru di luar negeri sebagai perluasan pasar domestic (membuka pasar ekspor). Sedangkan impor adalah memasukkan barang-barang dari luar negeri sesuai dengan ketentuan pemerintah ke dalam peredaran dalam masyarakat yang dibayar dengan mempergunakan valuta asing.Tujuan kegiatan impor adalah memenuhi kebutuhan masyarakat akan barang-barang dengan cara mendatangkan barang yang belum tersedia di dalam negeri dari luar negeri.

Konsep Daya Saing

(23)

alam Indonesia.4Pendekatan yang sering digunakan untuk mengukur daya saing suatu komoditi dilihat dari dua indikator yaitu keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif.

Konsep Keunggulan Kompetitif

Menurut Hady (2004) Keunggulan kompetitif adalah keunggulan yang dimiliki oleh suatu negara atau bangsa untuk dapat bersaing di pasar Internasional. Menurut konsep yang dikembangkan pertama kali oleh Porter dalam persaingan

global suatu bangsa atau Negara yang memiliki competitive advantage of nation

dapat bersaing di pasar internasional jika memiliki empat faktor utama yaitu kondisi

factor (factor condition), kondisi permintaan (demand condition), industry terkait dan

industry pendukung yang kompetitif (related and supporting industry), serta kondisi

struktur, persaingan dan strategi industry (firm, strategy, structure and rivalry).

Menurut Porter (1998) dalam Siahaan (2008) bahwa keunggulan bersaing negara-negara mencakup tersedianya peranan sumberdaya dan melihat lebih jauh kepada negara-negara yang mempengaruhi dayasaing perusahaan internasional pada industri yang berbeda.Perusahaan memperoleh keunggulan terhadap pesaing dunia yang terbaik karena tekanan dan tantangan.Mereka mendapatkan manfaat dari memiliki pesaing domestik yang kuat, pemasok berbasis daerah asal yang agresif dan permintaan para pelanggan lokal.Keunggulan bersaing negara-negara mencakup tersedianya peranan sumberdaya dan melihat lebih jauh pada keadaan negara yang mempengaruhi daya saing perusahaan-perusahaan internasional pada industri yang berbeda.Sebagian besar sumberdaya yang penting seperti keahlian tenaga kerja yang tinggi, teknologi dan sistem manajemen yang canggih diciptakan melalui investasi oleh orang-orang dan perusahaan.Atribut yang merupakan faktor penentu keunggulan bersaing industri nasional yaitu kondisi faktor sumberdaya, kondisi permintaan, industri pendukung dan terkait, serta persaingan, struktur dan strategi perusahaan. Keempat atribut tersebut didukung oleh peranan kesempatan dan peranan pemerintah dalam meningkatkan keunggulan dayasaing industri nasional dan secara

bersama-sama membentuk suatu sistem yang dikenal dengan the national diamond ( Gambar

4)

4

(24)

Gambar 4. ‘ the national diamond system’ Sumber : Porter (1998)

Keterangan: Garis ( ),menunjukkan hubungan antara atribut utama.

Garis ( ---),menunjukkan hubungan antara atribut tambahan terhadap atribut utama.

Konsep Keunggulan Komparatif

Keunggulan komparatif (comparative advantage) adalah prinsip dasar yang

menyatakan setiap bangsa memiliki aktivitas produksi yang membutuhkan biaya

peluang atau biaya kesempatan(opportunity cost) lebih rendah dibandingkan dengan

bangsa lain, yang berarti bahwa perdagangan antar dua negara dapat menguntungkan keduanya jika masing-masing mengkhususkan diri dalam produksi barang dan jasa dengan biaya peluang yang relatif lebih rendah. Prinsip ini merupakan dasar perdagangan internasional, namun juga berlaku dalam spesialisasi dan pembagian

kerja.5Menurut Apridar (2009) Opportunity costadalah biaya yang dikorbankan dari

memproduksi satu barang untuk memproduksi barang lain atau dapat juga dikatakan berapa pengorbanan faktor produksi yang dapat dipergunakan untuk memproduksi satu barang, dialihkan kepada barang lain yang dianggap mempunyai keuntungan komparatif. Konsep perdagangan yang semakin disukai masyarakat internasional, pertama sekali kali dikemukakan oleh David Ricardo (1772-1823) ini dikenal juga dengan teori “ comparative cost” atau “ comperative advantage”. Dalam teori ini,

setiap negara mengkhususkan produksinya dalam bidang –bidang yang diunggulinya

secara komparatif dan semua negara melakukan perdagangan secara bebas tanpa hambatan, maka akan tercapainya efisiensi dalam penggunaan faktor-faktor produksi dan pada gilirannya produksi dunia secara keseluruhannya akan mencapai

maksimum, sehingga makin tinggi kemakmurannya. Menurut teori cost comparative

5

(25)

advantage (labor efficiency), suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut dapat berproduksi relative lebih efisiensi serta mengimpor barang dimana negara tersebut berproduksi relative kurang atau tidak efektif.

Kerangka Pemikiran Operasional

Indonesia merupakan penghasil kopi terbesar ketiga di dunia pada tahun 2012, pada urutan pertama adalah Negara Brazil dan di urutan kedua adalah Negara Vietnam.Luas lahan perkebunan kopi di Indonesia mencapai 1.3 juta hektar (ha) dengan luas lahan perkebunan kopi robusta mencapai 1 juta hektar dan luas lahan perkebunan kopi arabika mencapai 0.30 hektar.Walaupun kualitas cita rasa kopi robusta di bawah kopi arabika, tetapi kopi robusta tahan terhadap penyakit karat daun.Oleh karena itu, luas areal pertanaman kopi robusta di Indonesia lebih besar daripada luas areal pertanaman kopi Arabika sehingga produksi kopi robusta lebih banyak. (Rahardjo,2012)

Walaupun Indonesia menjadi negara produsen terbesar di dunia ternyata Indonesia masih harus mengimpor dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan kopi dalam negeri.Tahun ini (2013) Indonesia masih mengimpor kopi 70 ribu ton atau naik 300% dibandingkan impor tahun lalu.Kopi tersebut sebagian besar diimpor dari

Brasil dan Vietnam sebagai produsen kopi pertama dan kedua dunia.6Ekspor yang

paling tinggi untuk produk kopi yaitu biji kopi, sedangkan produk olahan kopi masih sangat rendah jika kita bisa memaksimalkan produk olahan kopi untuk diekspor maka kita bisa lebih bersaing dari penghasil kopi pertama dunia.Produk olahan yang

dimaksud bisa seperti lulur, kopi bubuk siap saji, kopi siap minum, esense kopi, sirup,

dan bahan panganan lainnya.7Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan dari penelitian

“Analisis Daya Saing Komoditas Kopi Indonesia di Pasar Internasional” ini adalah menganalisis daya saing kopi Indonesia pada pasar internasional. Demikian juga menganalisis posisi spesialisasi Indonesia sebagai negara spesialisasi importir atau eksportir kopi.Tahapan dalam penelitian ini adalah melakukan kajian tentang potensi,

kendala, dan peluang komoditas kopi melalui analisa teori Berlian Porter (Porter’s

Diamond Theory) tentang keunggulan bersaing negara yaitu keunggulan kompetitif.

Pendekatan lain yang digunakan adalah menggunakan analisis Revealed

Comparative Advantage (RCA). Analisis ini digunakan untuk menjelaskan kekuatan dayasaing komoditas kopi Indonesia terhadap produk sejenis dari negara lain yang juga menunjukkan posisi komparatif Indonesia sebagai produsen dibandingkan dengan negara lainnya dalam pasar kopi internasional. Pendekatan lain yang digunakan adalah menggunakan analisa Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) untuk

(26)
(27)

Gambar 5. Kerangka pemikiran Operasional Latar Belakang

Indonesia merupakan produsen kopi ke tiga didunia pada

tahun 2012

Nilai devisa negara dari ekspor komoditas kopi masih

fluktuatif meski menunjukkan trend peningkatan, sedangkan untuk volume ekspor mengalami penurunan.

Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan kopi

domestic sehingga perlu melakukan impor.

Saat ini, sebagian besar tanaman kopi yang

dibudidayakan di Indonesia adalah kopi robusta (90%)

dan sisanya kopi arabika.

Analisis Daya Saing Kopi di Pasar Internasional

Menganalisa Keunggulan Komparatif Komoditas Kopi Indonesia

Menganalisa Keunggulan Kompetitif Kopi Indonesia Menganalisa

apakah

Indonesia lebih baik menjadi eksportir ataukah importir kopi.

Analisis Revealed

Comparatif Advantage (RCA)

Teori Berlian

Porter (Porter’s

Diamond Theory)

Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

(28)

Metode Penelitian

Ruang Lingkup dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menganalisis mengenai posisi daya saing kopi Indonesia di pasar Internasional mulai tahun 2002-2011.Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Febuari 2014 dan pengambilan data dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juni 2014. Penelitian ini juga melakukan wawancara langsung dengan petani kopi, bernama bu Wiwin di kecamatan Rajadesa, kabupaten Ciamis. Pemilihan lokasi ini dipilih karena produksi perkebunan terbanyak kedua di kabupaten Ciamis adalah kopi sedangkan yang pertama adalah tanaman kelapa.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

merupakan data deret waktu (time series) selama sepuluh tahun dari tahun 2002

sampai tahun 2011 karena dengan adanya data selama sepuluh tahun sudah dapat memberikan gambaran tentang perkembangan dari komoditas kopi tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi jumlah produksi kopi Indonesia dan dunia, nilai ekspor kopi Indonesia, negara-negara produsen, dan eksportir kopi di dunia, harga, pangsa pasar masing-masing negara, nilai ekspor komoditas Indonesia dan ekspor komoditas dunia. Sumber data diperoleh dari dari Badan Pusat Statistik, FAO(Food and Agricutural Organization), AEKI (Asosiasi Ekspor Kopi Indonesia),

USDA (United States Department of Agriculture), UN Comtrade danDepartemen Pertanian yang ditelusuri menggunakan jaringan internet.Sumber informasi lainnya diperoleh dari buku, artikel, jurnal dan internet.Dalam penelitian ini juga menggunakan data-data yang berasal dari literature dan penelitian-penelitian terdahulu dan melakukan wawancara dengan petani kopi.

Tabel3 Jenis dan sumber data

Sumber data sekunder Data yang digunakan USDA (United States Department

of Agriculture)

Food and Agriculture Organization (FAO)

UN Comtrade

AEKI (Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia).

BPS (Badan Pusat Statistik) Majalah, Internet, Jurnal Wawancara petani

total produksi kopi didunia

Nilai ekspor dan impor Kopi Indonesia,

Nilai ekspor kopi dan seluruh komoditas dunia

Luas areal dan produksi kopi menurut jenisnya

(29)

Metode Analisis dan Pengolahan data

Metode analisis dan pengolahan data yang digunakan pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.Analisa kuantitatif digunakan untuk menganalisis situasi dan kondisi faktor penentu daya saing dan faktor strategis dalam menghadapi persaingan di pasar internasional. Menurut Tambunan (2003) dalam Anggit (2012) analisis daya saing khususnya analisis keunggulan komparatif dapat

menggunakan Revealed Comparative Advantage (RCA). RCA adalah indeks yang

menyatakan keunggulan komparatif yang merupakan perbandingan antara pangsa ekspor suatu komoditi dalam ekspor total negara tersebut dibandingkan dengan pasar ekspor komoditi yang sama dalam total ekspor dunia. RCA digunakan dalam studi-studi empiris untuk mengukur perubahan keunggulan komparatif atau tingkat daya saing dari suatu produk dari suatu negara terhadap dunia, untuk analisis keunggulan kompetitif secara kuantitatif menggunakan ISP (Indeks Spesialisasi Perdagangan).ISP merupakan perbandingan antara selisih nilai ekspor dan nilai impor suatunegara dibandingkan dengan jumlah nilai ekspor dan nilai impor negara tersebut, atau dengan kata lain ISP merupakan perbandingan antara selisih nilai bersih perdagangan dengan nilai total perdagangan dari suatu negara. Indeks ISP juga bisa digunakan untuk analisis proses tahapan industrialisasi dan perkembangan pola perdagangan komoditi tersebut.Analisis keunggulan kompetitif secara kualitatif dilakukan menggunakan teori Berlian Porter.Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan

softwareMicrosoft Excel 2007.

RCA (Revealed Comparative Advantage)

Konsep RCA (Revealed Comparative Advantage) secara luas digunakan

dalam praktek untuk menentukan sektor yang lemah dan kuat suatu negara. Indeks yang paling sering digunakan dalam hal ini disebut Indeks Balassa (Balassa, 1965 dalam Gandolfo,2004). Langkah ini menangkap sejauh mana ekspor negara yang lebih dari produk dari negara rata-rata. Mengingat kelompok negara referensi indeks Balassa pada dasarnya membandingkan pangsa kategori produk ekspor negara itu ke pangsa kategori produk dalam kelompok referensi (misalnya ekspor dunia secara keseluruhan).Untuk menganalisis keunggulan komparatif dari komoditas tertentu di

suatu negara dapat menggunakan RCA (Revealed Comparative Advantage) yang

bertujuan untuk membandingkan pangsa pasar ekspor sektor tertentu suatu negara dengan pangsa pasar sektor tertentu negara atau produsen lainnya.Menurut Wibowo dan Kusrianto (2010) tujuan penggunaan RCA adalah untuk mengukur keunggulan komparatif suatu produk di negara/wilayah tertentu dalam penelitian adalah produk kopi.Indeks ini menunjukkan perbandingan antar pasar ekspor suatu komoditas negara terhadap pangsa ekspor komoditas tersebut dari seluruh dunia. Dengan istilah lain, RCA dapat menjadi indikator keunggulan komparatif atau daya saing ekspor komoditas tertentu suatu negara terhadap dunia.

(30)

terhadap total ekpor suatu negara dibandingkan dengan pangsa nilai produk tersebut dalam perdagangan dunia

Revealed Comparative Advantage (RCA) =

Dimana :

Xij : Nilai ekspor komoditi kopi dari negara j

∑iXij : Total nilai ekspor seluruh komoditas dari negara j

∑jXij : Total nilai ekspor dunia komoditi kopi

∑i∑jXij : Total nilai ekspor dunia untuk seluruh komoditas

RCA dapat dihitung untuk nilai ekspor komoditi tertentu. Jika RCA>1 (lebih dari satu), menunjukkan pangsa komoditi kopi dalam total ekspor negara lebih besar dari pangsa komoditi yang bersangkutan di dalam ekspor dunia. Semakin besar nilai RCA menunjukkan semakin kuat keunggulan komparatif yang dimiliki.Implikasinya, negera tersebut memiliki kemampuan untuk mengekspor komoditi yang dimaksud

tanpa meninggalkan prinsip-prinsip efesiensi produksi. 8 Pada penelitian ini

melakukan perhitungan RCA pada empat negara yaitu Brazil, Vietnam , Indonesia, dan Kolombia karena ngara-negara tersebut merupakan negara-negara terbesar produsen kopi didunia.

Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

ISP digunakan untuk menganalisis posisi atau tahapan perkembangan suatu komoditas.ISP ini dapat menggambarkan apakah untuk suatu komoditas, posisi Indonesia cenderung menjadi negara eksportir atau importir komoditas pertanian tersebut. Secara umum ISP dapat dirumuskan sebagai berikut :

ISP = Dimana :

Xia= nilai ekspor komoditas biji kopi Indonesia Mia= nilai impor komoditas bijikopi Indonesia

Secara implisit, indeks ini mempertimbangkan sisi permintaan dan sisi penawaran, dimana ekspor identik dengan suplai domestik dan impor adalah permintaan domestik, atau sesuai dengan teori perdagangan internasional, yaitu

teori net of surplus, dimana ekspor dari suatu barang terjadi apabila ada kelebihan

atas barang tersebut di pasar domestik. Nilai indeks ini mempunyai kisaran antara -1 sampai dengan +1. Jika nilanya positif diatas 0 sampai 1, maka komoditi bersangkutan dikatakan mempunyai negara yang bersangkutan cenderung sebagai pengekspor dari komoditi tersebut (suplai domestik lebih besar daripada permintaan domestik).Sebaliknya, jika negara tersebut cenderung sebagai pengimpor (suplai

8

(31)

domestik lebih kecil dari permintaan domestik), jika nilainya negatif dibawah 0 hingga -1.Apabila indeksnya mengalami peningkatan maka daya saingnya juga akan

meningkat, dan begitu juga sebaliknya.9

Teori Berlian Porter

Menurut Porter (1998), keunggulan kompetitif suatu negara dapat dikaji dengan empat atribut yang dimilikinya dengan sebutan “the national diamond”.

Empat atribut tersebut adalah kondisi factor/input (factor condition), kondisi

permintaan (demand condition), industri pendukung dan terkait (related and

supporting industries), serta persaingan, struktur, dan strategi perusahan (firm strategy, structure, and rivalry).Keempat atribut tersebut didukung oleh peranan kesempatan dan peranan pemerintah dalam meningkatkan dayasaing industri nasional.Penjelasan dari keempat atribut utama dan dua atribut tambahan yang merupakan faktor pendorong daya saing suatu negara adalah sebagai berikut :

1. Kondisi Faktor

Kondisi faktor yang penting dalam menentukan daya saing yaitu berupa faktor produksi atau input yang digunakan dalam produksi seperti tenaga kerja (sumber daya manusia), sumber daya alam, modal, ilmu pengetahuan dan teknologi dan infrastruktur. Faktor yang menunjukkan keunggulan kompetitif suatu negara dapat dilihat adanya tenaga kerja yang terampil dan ketersediaan bahan mentah yang tidak dapat ditiru oleh perusahaan atau negara lain.Komponen tersebut menentukan keunggulan kompetitif suatu negara terutama negara berkembang karena negara berkembang memiliki faktor produksi seperti tenaga kerja terlatih yang ditunjang dengan penguasaan ilmu pengetahuan yang cukup ketersediaan bahan mentah yang

dikelola dengan baik merupakan faktor produksi yang penting dan

berharga.Ketersediaan faktor tersebut juga harus didukung oleh biaya dan modal serta aksesbilitas dalam memperoleh biaya dan modal tersebut serat kondisi sarana dan prasarana (infrastruktur) yang memadai.

2. Kondisi Permintaan

Kondisi permintaan domestic merupakan faktor penting penentu daya saing industry, terutama mutu permintaan domestik.Keunggulan kompetitif akan tercipta ketika pasar lokal untuk produk tertentu lebih besar dari pada pasar internasional dan perusahaan lokal memberikan perhatian yang lebih besar terhadap pasar lokal.Mutu permintaan (persaingan ketat) di dalam negeri memberikan tentangan bagi setiap perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya sebagai tanggapanterhadap mutu persaingan di pasar domestik. Permintaan lokal yang lebih besar akan membawa keunggulan kompetitif suatu negara.

9

(32)

3. Industri Terkait dan Industri Pendukung

Salah satu komponen terkait adalah industri hulu yang mampu memasok input bagi industri utama dan juga industri hilir yaitu industriyang menggunakan produk industri utama sebagai bahan baku utamanya.Industri terkait dan pendukung akansemakin memperkuat posisi bersaing suatu negara apabila suppliers dan industri pendukung merupakan pesaing global yang kuat dalam perdagangan internasional

4. Struktur, Persaingan, dan Strategi.

Struktur industri dan struktur perusahaan menentukan daya saing yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan yang tercakup dalam industry tersebut. Struktur perusahaan sangat berpengaruh terhadap bagaimana perusahaan tersebut dikelola dan dikembangkan dalam kondisi persaingan,baik domestic maupun internasional.Tingkat persaingan bagi perusahaan akan mendorong kompetisi dan inovasi.Perusahaan yang mampu bersaing dalam industri nasional akan mampu memenangkan persaingan internasional.

5.Peran Pemerintah

Peran pemerintahsebenarnya tidak berpengaruh langsung terhadap

peningkatan daya saing tetapi berpengaruh terhadap faktor-faktor penentu daya saing tersebut. Pemerintah dapat bertindak sebagai fasilitator yaitu memfasilitasi lingkungan industri yang mampu memperbaiki kondisi faktor daya saing. Misalnya dalam kondisi faktor sumber daya, pemerintah dapat membantu melalui subsidi kebijakan pasar modal, kebijakan pendidikan dan lainnya. Pemerintah juga dapat berperan sebagai regulator dimana pemerintah dapat mempengaruhi tingkat daya saing global melalui kebijakan yang memperlemah atau memperkuat faktor penentu daya saing industri, tetapi pemerintah tidak dapat menciptakan keunggulan bersaing secara langsung.

6. Peran Peluang

Peran kesempatan atau peluang juga dapat mempengaruhi tingkat daya saing karena berada diluar kendali perusahaan ataupun pemerintah.Beberapa hal yang dianggap keberuntungan merupakan peran kesempatan, seperti adamya penemuan baru yang murni dan perubahan nilai mata uang.Selain itu terjadinya peningkatan permintaan produk industri yang lebih besar dari pasokannya atau kondisi politik yang menguntungkan bagi peningkatan daya saing.

(33)
(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Kopi Indonesia

Kopi merupakan tanaman perkebunan yang sudah lama dibudidayakan. Selain sebagai sumber penghasilan rakyat,kopijuga menjadi komoditas andalan ekspor dan sumber pendapatan devisa negara. Kopi adalah minuman paling populer di dunia dan setiap harinya lebih dari 1 milyar cangkir kopi dikonsumsi manusia di seluruh dunia. Kopi sebagai komoditi paling banyak diperdagangkan di dunia setelah minyak bumi.Potensi pengembangan budidaya kopi tersebut relative tersebar di seluruh Indonesiadan memiliki pertumbuhan yang baik diseluruh wilayah Indonesiakarena didukung oleh keadaan iklim dan geografis Indonesia yang sesuai untuk pertumbuhan kopi.Sentra produksi tanaman kopi yaitu provinsi Bali, Sumatera Utara, Aceh, Lampung, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sumatera Selatan. Peluang perkembangan kopi di Indonesia masih sangat besar terutama Indonesia merupakan produsen kopi terbesar ke tiga setelah Brazil dan Vietnam pada tahun 2012 dan berdasarkan data USDA (2013) Indonesia menempati urutan keempat setelah Kolombia sebagai negara produsen kopi terbesar di dunia. Sebagai negara produsen, ekspor kopi merupakan sasaran utama dalam memasarkan produk-produk kopi yang dihasilkan Indonesia.Negara tujuan ekspor adalah negara-negara konsumer tradisional seperti USA, negara-negara Eropa dan Jepang. Seiring dengan kemajuan dan perkembangan zaman, telah terjadi peningkatan kesejahteraan dan perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia yang akhirnya mendorong terhadap peningkatan konsumsi kopi. Perkembangan konsumsi kopi di Indonesia dapat dilihat pada tabel 10.

Pada kondisi demand terjadi peningkatan yang cukup baik hal ini dapat

(35)

Tabel 4. Jumlah dan nilai impor kopi dunia tahun 2002-2011

Sumber :FAO , 2013

Berdasarkan data tersebut dapat menunjukkan bahwa Indonesia berpotensi besar untuk menjadi salah satu negara produsen kopi di dunia, dan menjadikan kopi sebagai salah satu sumber devisa negara. Oleh karena itu diperlukan pengembangan melalui penelitian atau kajian mengenai kopi baik dalam bidang produksi, budidaya, kualitas ataupun posisi dagang Indonesia di pasar internasional sehingga nantinya mampu melihat kemampuan Indonesia dalam bersaing dan memperebutkan pangsa pasar dunia.

Analisis Keunggulan Komparatif Kopi Indonesia

Daya saing kopi Indonesia dapat diukur dari keunggulan komparatifnya.

Keunggulan komparatif dari kopi Indonesia dapat dianalisis menggunakanRevealed

Comparative Advantage (RCA) yang bertujuan untuk membandingkan posisi daya saing Indonesia dengan Negara eksportir lainnya pada komoditas kopi di pasar Internasional. Jika RCA>1 (lebih dari satu), menunjukkan pangsa komoditi kopi dalam total ekspor negara lebih besar dari pangsa komoditi yang bersangkutan di dalam ekspor dunia. Semakin besar nilai RCA menunjukkan semakin kuat

keunggulan komparatif yang dimiliki.negara – negara yang diperbandingkan dengan

Indonesia dalam analisis RCA adalah tiga negara eksportir terbesar yang menguasai pangsa pasar kopi dunia Brazil, Vietnam dan Colombia.

(36)

Tabel 5. Hasil analisis RCA komoditas kopi empat negara dipasar internasional tahun 2002-2011

Berdasarkan perhitungan RCA pada tabel 5 pada tahun 2002-2011 ternyata Indonesia memiliki daya saing pada komoditi kopi terhadap nilai ekspor kopi dunia dan nilai ekspor seluruh komoditi di dunia, hal ini dibuktikan bahwa nilai RCA lebih dari satu, namun daya saing kopi Indonesia masih tergolong lemah karena pada tahun 2009 sampai 2011 nilai RCA mengalami penurunan. Berdasarkan nilai pangsa pasar Indonesia selama 10 tahun (tabel 6) rata-rata 7 persen (0.07) masih lebih kecil dari tiga negara produsen kopi terbesar lainnya yaitu Brazil, Vietnam dan Columbia. Berdasarkan data produksi (USDA) pada lampiran 1 menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara produsen terbesar ketiga didunia dan Brazil sebagai negara pertama produsen kopi didunia dan berdasarkan nilai kuantitas ekspor (ton) pada tahun 2002-2011 FAO (2013) (lampiran 2), Indonesia menempati negara produsen kopi ke empat didunia sedangkan negara Brazil menempati urutan pertama produsen kopi didunia. Hasil pengukuran daya saing menggunakan RCA tidak dapat dijadikan ukuran utama untuk mengukur daya saing, karena masih banyak faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi keunggulan daya saing suatu negara yaitu dengan menggunakan Model Berlian Porter daya saing internasional dari Michael Porter yang juga akan dianalisis dalam penelitian ini.

Tabel 6 Pangsa pasar empat negara eksportir kopi terbesar dunia tahun 2002-2011

Sumber : FAO 2013,diolah

Indeks Spesialisasi Perdagangan

Posisi suatu negara menjadi negara eksportir atau importir komoditas pertanian dapat dianalisis menggunakan ISP (Indeks Spesialisasi Perdagangan). Indeks ini mempertimbangkan sisi permintaan dan sisi penawaran, dimana ekspor identik dengan suplai domestik dan impor adalah permintaan domestik, atau sesuai

dengan teori perdagangan internasional, yaitu teori net of surplus, dimana ekspor dari

(37)

suatu barang terjadi apabila ada kelebihan atas barang tersebut di pasar domestik. Nilai indeks ini mempunyai kisaran antara -1 sampai dengan +1. Jika nilanya positif diatas 0 sampai 1, negara yang bersangkutan cenderung sebagai pengekspor dari

komoditi tersebut (suplai domestik lebih besar daripada permintaan

domestik).Sebaliknya, jika suatu negara cenderung sebagai pengimpor (suplai domestik lebih kecil dari permintaan domestik), jika nilainya negatif dibawah 0 hingga -1.Perhitungan ISP menggunakan nilai ekspor dan nilai impor komditas bijikopi Indonesia.

Tabel 7Nilai Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) kopi di Indonesia

Berdasarkan hasil perhitungan ISP Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara eksportir kopi, hal ini dapat dilihat dari nilai yang menunjukkan nilai positif, diatas 0 sampai 1, negara Indonesiacenderung sebagai pengekspor dari komoditi kopi.

Analisis Keunggulan Kompetitif Kopi Indonesia

Analisis komponen Porter’s Diamond System

Teori yang digunakan untuk menganalisis faktor internal dan faktor eksternal

suatu negara atau industri yaitu teori berlian Porter (Porter’s Diamond Theory).Teori

ini bertujuan untuk menganalisis keunggulan kompetitif guna untuk menjelaskan permasalahan perdagangan kopi Indonesia yang tidak dapat dijelaskan oleh model keunggulan komparatif.teori Berlian Porter ini merupakan salah satu alat analisis untuk menilai daya saing komoditi kopi Indonesia di pasar internasional.Atribut yang digunakan dalam analisis ini yaitu kondisi faktor sumber daya, kondisi permintaan, industri terkait dan pendukung, kondisi struktur, persaingan dan strategi perusahaan dalam negeri.Keempat atribut tersebut didukung oleh peranan kesempatan dan peranan pemerintah dalam meningkatkan keunggulan dayasaing industri nasional.

(38)

1. Kondisi Faktor ( Sumber Daya)

Kondisi faktor sangat berpengaruh terhadap perkebunan kopi di Indonesia.Sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya ilmu pengetahunan dan teknologi, sumberdaya modal, dan sumberdaya infrastruktur merupakan faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap dayasaing suatu negara. Semakin tinggi kualitas input, maka semakin besar peluang industri dan negara untuk meningkatkan daya saingnya. Seluruh komponen tersebut sangat berpengaruh dan mempunyai peran yang sangat penting dalam proses pengembangan dan keberhasilan pengusahaan kopi di Indonesia yang pada akhirnya dapat dijadikan acuan dalam mengukur daya saing kopi Indonesia di pasar internasional.

a. Sumberdaya Alam

Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat kaya terutama untuk sumber daya alam hayati. Indonesia memiliki potensi untuk memproduksi kopi hal ini dapat terlihat bahwa perkembangan luas areal dan produksi perkebunan kopi di Indonesia menurut pengusahaan tahun 1996- 2014 semakin meningkat, seperti yang terlihat pada lampiran 6.

Berdasarkan data tersebut membuktikan bahwa potensi kopi Indonesia cukup besar untuk dikembangkan.Pada tahun 2012, Indonesia menjadi negara ketiga produsen kopi terbesar di dunia dan juga sempat menjadi negara keempat produsen kopi terbesar didunia setelah negara Colombia.Tanaman kopi tersebar terutama di Sumatra, Jawa, Bali, Sulawesi, dan Nusa Tenggara, sekitar 95 persen areal tersebut merupakan tanaman kopi rakyat, sedangkan kopi perkebunan sebagian besar terdapat di Jawa Timur,dan Jawa Tengah

Tabel 9 Luas areal dan produksi kopi Indonesia

Daerah Areal (000 ha) Produksi (000 ton) Produktivitas (ton/ha)

Sumatera 801 479 0.6

Jawa 160 65 0.40

Bali 36 21 0.58

Sulawesi 151 66 0.43

Nusa Tenggara 80 21 0.26

Lain-lain 67 20 0.29

Jumlah 1295 672

Sumber :AEKI/BPS, Statistik Kopi 2003-2005) (diolah)

Jenis kopi yang banyak dibudidayakan yaitu kopi robusta namun kopi arabika dan kopi jenis lainnya seperti kopi liberikamasih dikembangkan.Adapun peluang

pasar kopi baru yang perlu diraih, yaitu kopi spesialti (Specialty coffee).Kopi spesialti

termasuk kopi organic, Kopi organic adalah kopi yang diproduksi dengan mengikuti paham pertanian berkelanjutan. Kopi spesialti dari Indonesia dikenal dengan nama

geografis tempat produk tersebut dihasilkan seperti kopi Toraja (toraja coffee),dari

Tana Toraja, Sulawesi Selatan, kopi Jawa(java coffee) berasal dari Pegunungan Ijen,

(39)

dan kopi Bali Kintamani (bali kintamani coffee) dari Kintamani, Bangli, Bali dan jenis kopi Indonesia lainnya yang khas dan unik adalah kopi luwak.Saat ini kopi tersebut diproduksi dengan jumlah yang terbatas dan termasuk kopi termahal di dunia. Di Indonesia, Sulawesi Selatan (Sulsel) merupakan salah satu daerah sentra produksi kopi dengan luas areal penanaman mencapai 61.285 hektare. Lampung terdapat sekitar 141.500 hektare tanaman kopi yang menghasilkan, dan sekitar 12.400 hektare kebun yang belum menghasilkan. Dari total luasan itu, setiap tahun diperkirakan total produksi kopi Lampung 150.000 ton, dengan asumsi rata-rata per hektare kebun menghasilkan 700 kg hingga 800 kg kopi. Diharapkan kopi Indonesia dapat berdaya saing dengan mutu / kualitas serta kuantitas yang lebih baik lagi, dimana pangsa kopi Indonesia cukup besar terutama memiliki pangsa ekspor tinggi di Eropa, AS, Jepang, Korea, dan Aljazair.Dari penjelasan tersebut diketahui bahwa keunggulan yang dimiliki sumberdaya kopi Indonesia merupakan salah satu peluang dalam meningkatkan ekspor dan produksi kopi Indonesia sehingga mampu menyaingi Negara eksportir lainnya dan mampu memperluas pangsa pasar kopi didunia.

b. Sumberdaya Manusia.

Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor sumberdaya yang sangat penting dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan pengusahaan serta daya saing kopi Indonesia di pasar internasional.Pada pengusahaan kopi, peran sumber daya manusia dapat dilihat dari ketersediaan dan jumlah penyerapan tenaga kerja, serta kualitas tenaga kerja yang mendukung pengusahaan kopi. Sebagian besar perkebunan kopi di Indonesia adalah perkebunan rakyat. Perkebunan ini merupakan kumpulan dari kebun-kebun kecil yang dimiliki oleh petani dengan luasan antara 1 sampai 2 ha dan menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup banyak. Luas areal perkebunan kopi Indonesia pada tahun 2011 mencapai 1.29 juta ha atau 96.3 persen yakni sebesar 1.24 juta merupakan perkebunan rakyat, terdiri atas 1,04 juta kopi robusta dan 251 ribu ha kopi arabika. Penyerapan tenaga kerja mencapai 2 juta orang pada tahun 2011.Menurut keterangan dari salah satu petani kopi di Kecamatan Rajadesa, kabupaten Ciamis, Jawa Barat ibu Wiwin menyatakan bahwa dalam hal penggunaan teknologi masih belum cukup baik, karena dalam melakukan penggilingan kopi untuk mengupas kopi dari kulitnya hanya bisa dilakukan oleh pedagang di pasar, tempat bu Wiwin menjual kopinya untuk penanganan selanjutnya. Selain petani, sumberdaya manusia lainnya yang mendukung dan terlibat dalam pengusahaan serta perdagangan kopi antara lain pedagang dan eksportir.

(40)

Gambar 6.Alur distribusi dan pemasaran Kopi di Kabupaten Ciamis Jawa Barat

c. Sumberdaya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Menurut Suwarto (2012) varietas-varietas unggul kopi di Indonesia yang telah digunakan yaitu beberapa klon arabika yang saat ini dianjurkan oleh Kementerian Pertanian antara lain AB 3, S 795, USDA 762, Kartika 1 dan Kartika 2. Sementara itu, kopi robusta yang dianjurkan adalah BP 42, BP 234, BP 288, BP 358, BP 409, dan BP 237. Pengolahan buah kopi selama ini dikenal dengan dua cara yaitu

pengolahan buah kopi secara kering (dry process) dan pengolahan buah kopi secara

basah (wet process). Perbedaan kedua cara pengolahan kopi tersebut pada adanya

penggunaan air yang diperlukan untuk pengupasan kuit buah kopi maupun pencucian biji kopi dan selain itu pengolahan secara kering tidak menggunakan alat pengupas

buah kopi atau disebut pulper sedangkan untuk pengolahan secara basah

menggunakan alat pulper.

1.c. Pengolahan secara kering

Pengolahan buah kopi secara kering dalam praktiknya banyak dilakukan oleh

petani, terutama di daerah yang sulit air dan alat pengupas buah kopi (pulper) jarang

dimiliki oleh petani. Berikut adalah alur pengolahan buah kopi secara kering Sentra Usaha Tani Kopi

Pedagang Besar Kabupaten/ Propinsi Pengumpul kecamatan

(41)

Gambar 7. Alur Pengolahan buah kopi secara kering (sumber : Rahardjo,2012)

2.c. Pengolahan secara basah

Pengolahan buah kopi secara basah merupakan cara pengolahan yang umumnya dilakukan oleh perusahaan besar perkebunan negara maupun swasta. Pengolahan buah kopi secara basah rata-rata menghasilkan mutu biji kopi yang lebih baik dibandingkan pengolahan biah kopi secara kering . Berikut cara pengolahan kopi secara basah pada alur skematis.

pemetikan buah

Sortasi buah manual

Sortasi biji

Pengemasan biji Pengeringan

(42)

Gambar 8. Alur Pengolahan kopi secara basah (Rahardjo,2012)

Lembaga atau organisasi yang menangani kopi didunia yaitu ICO (International Coffee Organization), sedangkan di Indonesia sendiri lembaga yang menangani kopi yaitu AEKI (Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia).Selain AEKI, terdapat beberapa nama dan alamat kelembagaan usaha (Kelembagaan Petani, Asosiasi Petani, Asosiasi Pengusaha) yang merupakan instansi pemerintah seperti, Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Dinas Perkebunan Daerah, Lembaga Penelitian/Puslit/PPKKI (Pusat

Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia) kelembagaan–kelembagaan tersebut bertempat

di Jakarta. Sumber IPTEK lainnya dapat berasal dari perguruan tinggi, media dan jurnal-jurnal penelitian melaluipenelitian mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi

Pemetikan buah

Sortasi buah siphon (bak berisi air)

Buah merah baik

Pengeringan biji

Pengemasan biji Pengupasan kulit buah

Fermentasi biji

Buah jelek (mengapung)

Pencucian biji

Penggerbusan biji

Sortasi biji

Gambar

Tabel 1. Perkembangan PDB komoditas primer perkebunan tahun 2007-2012
Gambar 1. Perkembangan nilai ekspor biji kopi tahun 2006-2011 (1000 US$)
Tabel 2. Luas areal dan produksi kopi Indonesia menurut jenis tahun 2006-2011
Gambar. 3. Kurva keseimbangan parsial perdagangan internasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Analisis SWOT menghasilkan strategi yang dapat dilakukan yaitu (1)meningkatkan produksi ikan tuna melalui pemberian pinjaman modal kepada nelayan untuk kegiatan

Pengembangan kelembagaan dalam implementasi klaster minyak atsiri yang dilakukan selama ini berbasis pada pertama, kelembagaan non ekonomi berbasis komoditi

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB) perkapita, jumlah populasi penduduk, nilai tukar mata uang negara tujuan eskpor terhadap

Selain itu, kopi merupakan komoditas dengan nilai ekspor terbesar kedua setelah beras, dimana rata-rata mencatatkan nilai ekspor sebesar US$ 500 juta (Thin, 2015) dalam

Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis kondisi daya saing ekspor biji kopi Indonesia di pasar global tahun 2002-2017 dibandingkan dengan 3 negara pesaing

2) Penelitian dan pengembangan terhadap teknik budidaya, teknologi pasca panen dan kegiatan pemasaran perlu untuk dilakukan untuk memperoleh produk yang memiliki

Analisis perkembangan rata - rata produksi kopi nasional menggunakan deskriptif kuantitatif dimana perhitungan menggunakan Microsoft Excell, analisis nilai daya saing kopi Indonesia dan