• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Faktor ( Sumber Daya)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Kondisi Faktor ( Sumber Daya)

Kondisi faktor sangat berpengaruh terhadap perkebunan kopi di Indonesia.Sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya ilmu pengetahunan dan teknologi, sumberdaya modal, dan sumberdaya infrastruktur merupakan faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap dayasaing suatu negara. Semakin tinggi kualitas input, maka semakin besar peluang industri dan negara untuk meningkatkan daya saingnya. Seluruh komponen tersebut sangat berpengaruh dan mempunyai peran yang sangat penting dalam proses pengembangan dan keberhasilan pengusahaan kopi di Indonesia yang pada akhirnya dapat dijadikan acuan dalam mengukur daya saing kopi Indonesia di pasar internasional.

a. Sumberdaya Alam

Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat kaya terutama untuk sumber daya alam hayati. Indonesia memiliki potensi untuk memproduksi kopi hal ini dapat terlihat bahwa perkembangan luas areal dan produksi perkebunan kopi di Indonesia menurut pengusahaan tahun 1996- 2014 semakin meningkat, seperti yang terlihat pada lampiran 6.

Berdasarkan data tersebut membuktikan bahwa potensi kopi Indonesia cukup besar untuk dikembangkan.Pada tahun 2012, Indonesia menjadi negara ketiga produsen kopi terbesar di dunia dan juga sempat menjadi negara keempat produsen kopi terbesar didunia setelah negara Colombia.Tanaman kopi tersebar terutama di Sumatra, Jawa, Bali, Sulawesi, dan Nusa Tenggara, sekitar 95 persen areal tersebut merupakan tanaman kopi rakyat, sedangkan kopi perkebunan sebagian besar terdapat di Jawa Timur,dan Jawa Tengah

Tabel 9 Luas areal dan produksi kopi Indonesia

Daerah Areal (000 ha) Produksi (000 ton) Produktivitas (ton/ha)

Sumatera 801 479 0.6 Jawa 160 65 0.40 Bali 36 21 0.58 Sulawesi 151 66 0.43 Nusa Tenggara 80 21 0.26 Lain-lain 67 20 0.29 Jumlah 1295 672

Sumber :AEKI/BPS, Statistik Kopi 2003-2005) (diolah)

Jenis kopi yang banyak dibudidayakan yaitu kopi robusta namun kopi arabika dan kopi jenis lainnya seperti kopi liberikamasih dikembangkan.Adapun peluang

pasar kopi baru yang perlu diraih, yaitu kopi spesialti (Specialty coffee).Kopi spesialti

termasuk kopi organic, Kopi organic adalah kopi yang diproduksi dengan mengikuti paham pertanian berkelanjutan. Kopi spesialti dari Indonesia dikenal dengan nama

geografis tempat produk tersebut dihasilkan seperti kopi Toraja (toraja coffee),dari

Tana Toraja, Sulawesi Selatan, kopi Jawa(java coffee) berasal dari Pegunungan Ijen,

dan kopi Bali Kintamani (bali kintamani coffee) dari Kintamani, Bangli, Bali dan jenis kopi Indonesia lainnya yang khas dan unik adalah kopi luwak.Saat ini kopi tersebut diproduksi dengan jumlah yang terbatas dan termasuk kopi termahal di dunia. Di Indonesia, Sulawesi Selatan (Sulsel) merupakan salah satu daerah sentra produksi kopi dengan luas areal penanaman mencapai 61.285 hektare. Lampung terdapat sekitar 141.500 hektare tanaman kopi yang menghasilkan, dan sekitar 12.400 hektare kebun yang belum menghasilkan. Dari total luasan itu, setiap tahun diperkirakan total produksi kopi Lampung 150.000 ton, dengan asumsi rata-rata per hektare kebun menghasilkan 700 kg hingga 800 kg kopi. Diharapkan kopi Indonesia dapat berdaya saing dengan mutu / kualitas serta kuantitas yang lebih baik lagi, dimana pangsa kopi Indonesia cukup besar terutama memiliki pangsa ekspor tinggi di Eropa, AS, Jepang, Korea, dan Aljazair.Dari penjelasan tersebut diketahui bahwa keunggulan yang dimiliki sumberdaya kopi Indonesia merupakan salah satu peluang dalam meningkatkan ekspor dan produksi kopi Indonesia sehingga mampu menyaingi Negara eksportir lainnya dan mampu memperluas pangsa pasar kopi didunia.

b. Sumberdaya Manusia.

Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor sumberdaya yang sangat penting dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan pengusahaan serta daya saing kopi Indonesia di pasar internasional.Pada pengusahaan kopi, peran sumber daya manusia dapat dilihat dari ketersediaan dan jumlah penyerapan tenaga kerja, serta kualitas tenaga kerja yang mendukung pengusahaan kopi. Sebagian besar perkebunan kopi di Indonesia adalah perkebunan rakyat. Perkebunan ini merupakan kumpulan dari kebun-kebun kecil yang dimiliki oleh petani dengan luasan antara 1 sampai 2 ha dan menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup banyak. Luas areal perkebunan kopi Indonesia pada tahun 2011 mencapai 1.29 juta ha atau 96.3 persen yakni sebesar 1.24 juta merupakan perkebunan rakyat, terdiri atas 1,04 juta kopi robusta dan 251 ribu ha kopi arabika. Penyerapan tenaga kerja mencapai 2 juta orang pada tahun 2011.Menurut keterangan dari salah satu petani kopi di Kecamatan Rajadesa, kabupaten Ciamis, Jawa Barat ibu Wiwin menyatakan bahwa dalam hal penggunaan teknologi masih belum cukup baik, karena dalam melakukan penggilingan kopi untuk mengupas kopi dari kulitnya hanya bisa dilakukan oleh pedagang di pasar, tempat bu Wiwin menjual kopinya untuk penanganan selanjutnya. Selain petani, sumberdaya manusia lainnya yang mendukung dan terlibat dalam pengusahaan serta perdagangan kopi antara lain pedagang dan eksportir.

Pedagang yang terlibat adalah pedagang pengumpul dan pedagang besar. Pedagang pengumpul ini menjual ke pedagang besar (pedagang antar kota) kemudian dijual ke para eksportir kopi, hal ini juga dilakukan oleh petani kopi di daerah Ciamis tersebut. Sementara itu, eksportir berperan sebagai penyampai komoditas kopi ke konsumenyang berada di luar daerah produsen.Negara yang diekspor untuk kopi yang berasal dari kabupaten Ciamis yaitu Negara India dan Cina.Sumber daya manusia untuk usaha perkopian di Indonesia cukup memadahi, penyerapan tenaga kerja dibidang usaha perkopian sebagian besar masih pada sub sektor perkebunan, sedangkan pada sub sektor industri pengolahan masih sedikit. Tata niaga atau alur distribusi dan pemasaran kopi dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 6.Alur distribusi dan pemasaran Kopi di Kabupaten Ciamis Jawa Barat c. Sumberdaya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Menurut Suwarto (2012) varietas-varietas unggul kopi di Indonesia yang telah digunakan yaitu beberapa klon arabika yang saat ini dianjurkan oleh Kementerian Pertanian antara lain AB 3, S 795, USDA 762, Kartika 1 dan Kartika 2. Sementara itu, kopi robusta yang dianjurkan adalah BP 42, BP 234, BP 288, BP 358, BP 409, dan BP 237. Pengolahan buah kopi selama ini dikenal dengan dua cara yaitu

pengolahan buah kopi secara kering (dry process) dan pengolahan buah kopi secara

basah (wet process). Perbedaan kedua cara pengolahan kopi tersebut pada adanya

penggunaan air yang diperlukan untuk pengupasan kuit buah kopi maupun pencucian biji kopi dan selain itu pengolahan secara kering tidak menggunakan alat pengupas

buah kopi atau disebut pulper sedangkan untuk pengolahan secara basah

menggunakan alat pulper.

1.c. Pengolahan secara kering

Pengolahan buah kopi secara kering dalam praktiknya banyak dilakukan oleh

petani, terutama di daerah yang sulit air dan alat pengupas buah kopi (pulper) jarang

dimiliki oleh petani. Berikut adalah alur pengolahan buah kopi secara kering Sentra Usaha Tani Kopi

Pedagang Besar Kabupaten/ Propinsi Pengumpul kecamatan

Gambar 7. Alur Pengolahan buah kopi secara kering (sumber : Rahardjo,2012) 2.c. Pengolahan secara basah

Pengolahan buah kopi secara basah merupakan cara pengolahan yang umumnya dilakukan oleh perusahaan besar perkebunan negara maupun swasta. Pengolahan buah kopi secara basah rata-rata menghasilkan mutu biji kopi yang lebih baik dibandingkan pengolahan biah kopi secara kering . Berikut cara pengolahan kopi secara basah pada alur skematis.

pemetikan buah Sortasi buah manual

Sortasi biji Pengemasan biji Pengeringan

Pemolesan biji Pengupasan kulit/penggerbusan

Gambar 8. Alur Pengolahan kopi secara basah (Rahardjo,2012)

Lembaga atau organisasi yang menangani kopi didunia yaitu ICO (International Coffee Organization), sedangkan di Indonesia sendiri lembaga yang menangani kopi yaitu AEKI (Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia).Selain AEKI, terdapat beberapa nama dan alamat kelembagaan usaha (Kelembagaan Petani, Asosiasi Petani, Asosiasi Pengusaha) yang merupakan instansi pemerintah seperti, Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Dinas Perkebunan Daerah, Lembaga Penelitian/Puslit/PPKKI (Pusat

Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia) kelembagaan–kelembagaan tersebut bertempat

di Jakarta. Sumber IPTEK lainnya dapat berasal dari perguruan tinggi, media dan jurnal-jurnal penelitian melaluipenelitian mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi

Pemetikan buah

Sortasi buah siphon (bak berisi air)

Buah merah baik

Pengeringan biji

Pengemasan biji Pengupasan kulit buah

Fermentasi biji

Buah jelek (mengapung)

Pencucian biji

Penggerbusan biji

Sortasi biji

yang berkaitan dengan budidaya atau aspek sosial ekonomi. Dalam mengolah data statistic komoditas kopi juga diperlukan lembaga statistik seperti BPS (Badan Pusat Statistik) dan kementerian pertanian khususnya pada tanaman perkebunan. Menurut Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar (2012), arena tanaman perkebunan kopi 96% diusahakan oleh rakyat maka teknik budidayanya belum sesuai dengan

anjuran/good agriculture practise (GAP); produktivitas tanaman rendah karena

menggunakan bibit asalan; lemahnya kelembagaan petani; value added yang diterima

petani rendah karena sebagian yang diekspor dalam bentuk biji kopi, serta terbatasnya modal. Meskipun demikian harapan pengembangan komoditas ini cukup besar karena

sistem budidaya kopi akan disesuaikan dengan GAP, upaya meningkatkan barganing

position kopi Indonesia di pasar internasional.10 d. Sumberdaya Modal

Sumberdaya modal sangat penting dalam pengembangan kopi terutama dalam keberlangsungan usahatani kopi.Permodalan merupakan salah satu yang menjadi permasalahan dan kendala dalam pengembangan pengusahaan kopi.Para petani kopi di kabupaten Ciamis, salah satunya ibu Wiwin, modal usaha yang digunakan untuk melakukan budidaya kopi ini masih berasal dari modal sendiri.Secara umum sumber daya modal untuk investasi pada industry pengolahan kopi berupa investasi yang berbadan hukum seperti koperasi dan tidak berbadan hukum (perorangan atau kelompok).Masih kurangnya minat investor asing ke Indonesia disebabkan oleh berbagai kendala seperti masalah perburuhan atau tenaga kerja, perpajakan, dan terkadang kebijakan pemerintah yang tidak konsisten.Oleh karena itu, diperlukan keseriusan pemerintah dan pihak-pihak terkait yang dapat menjadikan aliran modal untuk pengembangan usaha perkebunan kopi yang terhambat agar dapat berjalan dengan baik, sehingga petani dapat lebih produktif.Hal tersebut dapat diharapkan dapat meningkatkan produksi dan daya saing kopi nasional di pasar internasional. e. Sumberdaya infrastruktur

Dalam penanganan pascapanen kopi dan pengolahan kopi, teknologi yang lebih modern sudah tersedia namun tidak terjangkau oleh petani, sehingga petani

lebih memilih untuk menjual dalam bentuk biji (green bean).Rantai perdagangan

kopi yang paling sederhana adalah dari petani sebagai penghasil biji kopi yang dijual kepada pedangang pengumpul dalam jumlah kecil, kemudian pedagang pengumpul menjual kepada pedagang besar dan dari pedagang besar dijual kepada pengusaha kopi atau eksportir.Umumnya pola perdagangan kopi dipengaruhi oleh tingkat kelancaran transportasi, terutama didaerah terpencil.Daerah dengan transportasi yang cukup lancar keberadaan pedagang pengumpul kecil berkurang dan petani biasanya langsung ke pedagang besar.Sumberdaya infrastruktur meliputi sarana dan prasarana yang digunakan dalam pengusahaan kopi.Ketersediaan sarana dan prasarana dengan baik dapat meningkatkan daya saing kopi di Indonesia. Sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam budidaya dan pemasaran kopi antara lainsarana dan prasarana pembibitan, penanganan pasca panen, sarana transportasi dan jalan, telekomunikasi. Telekomunikasi berfungsi untuk menyampaikan informasi mengenai perkembangan

10

http://ditjenbun.pertanian.go.id/tanregar/berita-193-kebijakan-pengembangan-kopi-nasional.html [diakses tanggal 17 Mei 2014]

perdagangan kopi terutama informasi harga seperti melalui internet,surat kabar televisi, ataupun radio. Infrastruktur yang terdapat di kabupaten Ciamis untuk menuju ke perkebunan kopi masih sangat kurang baik, yaitu jalan masih rusak dan masih berupa tanah sehingga seringkali mudah becek jika terkena hujan,namun untuk jalan menuju pasar sudah cukup bagus, sedangkan untuk transportasi yang digunakan untuk membawa hasil kopi ke pasar menggunakan mobil atau dapat juga menggunakan motor. Dalam hal informasi harga kopi dipasaran, para petani dapat mengetahui hanya apabila para petani datang ke pasar secara langsung.Permasalahan yang dihadapi industri pengolahan kopi dalam hal infrastruktur yaitu kurang dukungan infrastruktur ditingkat usaha budi daya tanaman kopi (jalan, alat angkut) dan energi listrik, serta belum optimalnya kegiatan forum komunikasi dan koordinasi

antar stakeholders (pedagang atau pengusaha kopi), utamanya yang mengarah ke

pembentukan kerjasama kemitraan. 2. Kondisi Permintaan.

Permintaan sangat penting untuk menciptakan pasar.Ketika suatu produk memiliki permintaan yang sangat banyak, maka produk tersebut memiliki keunggulan yang baik dan mampu menguasai pasar.Permintaan terdiri dari permintaan domestic dan permintaan ekspor, keduanya memiliki peran yang sangat besar.Apabila produk tersebut memiliki permintaan yang besar, industri harus mampu meningkatkan kualitas produk dan melakukan inovasi sesuai dengan permintaan yang diharapkan.Kondisi permintaan kopi dari permintaan domestik dan luar negeri juga merupakan salah satu aspek yang sangat menentukan daya saing kopi Indonesia di pasar internasional.

a. Kondisi permintaan Domestik

Perdagangan kopi Indonesia lebih banyak dilakukan untuk tujuan ekspor dari pada untuk konsumsi domestik. Namun berdasarkan tabel 10 mengenai konsumsi mengenai konsumsi kopi Indonesia dapat diperkirakan bahwa kebutuhan kopi semakin lama semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk begitu juga dengan konsumsi kopi perkapita pertahun, maka dapat disimpulkan bahwa permintaan domestik semakin lama dapat semakin meningkat.Hal ini dikarenakan di Indonesia, kopi telah mampu dikembangkan menjadi produk olahan berbahan baku kopi seperti kopi instant, ekstrak, esens dan konsentrat kopi. Selain itu di Indonesia, ternyatatelah banyak industri minumanskala kecil, menengah ataupun besar yang juga membuat minuman berbahan dasar kopi dan juga restaurant yang menyediakan minuman berbahan dasar kopi.

Tabel 10. Konsumsi Kopi Indonesia Tahun 2010-2016

No tahun Jumlah penduduk (jiwa) Kebutuhan kopi

(kilogram) Konsumsi kopi (kg/kapita/tahun) 1 2

Dokumen terkait