• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ruang Lingkup dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menganalisis mengenai posisi daya saing kopi Indonesia di pasar Internasional mulai tahun 2002-2011.Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Febuari 2014 dan pengambilan data dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juni 2014. Penelitian ini juga melakukan wawancara langsung dengan petani kopi, bernama bu Wiwin di kecamatan Rajadesa, kabupaten Ciamis. Pemilihan lokasi ini dipilih karena produksi perkebunan terbanyak kedua di kabupaten Ciamis adalah kopi sedangkan yang pertama adalah tanaman kelapa.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

merupakan data deret waktu (time series) selama sepuluh tahun dari tahun 2002

sampai tahun 2011 karena dengan adanya data selama sepuluh tahun sudah dapat memberikan gambaran tentang perkembangan dari komoditas kopi tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi jumlah produksi kopi Indonesia dan dunia, nilai ekspor kopi Indonesia, negara-negara produsen, dan eksportir kopi di dunia, harga, pangsa pasar masing-masing negara, nilai ekspor komoditas Indonesia dan ekspor komoditas dunia. Sumber data diperoleh dari dari Badan Pusat Statistik, FAO(Food and Agricutural Organization), AEKI (Asosiasi Ekspor Kopi Indonesia),

USDA (United States Department of Agriculture), UN Comtrade danDepartemen Pertanian yang ditelusuri menggunakan jaringan internet.Sumber informasi lainnya diperoleh dari buku, artikel, jurnal dan internet.Dalam penelitian ini juga menggunakan data-data yang berasal dari literature dan penelitian-penelitian terdahulu dan melakukan wawancara dengan petani kopi.

Tabel3 Jenis dan sumber data

Sumber data sekunder Data yang digunakan USDA (United States Department

of Agriculture)

Food and Agriculture Organization (FAO)

UN Comtrade

AEKI (Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia).

BPS (Badan Pusat Statistik) Majalah, Internet, Jurnal Wawancara petani

total produksi kopi didunia

Nilai ekspor dan impor Kopi Indonesia, Nilai ekspor kopi dan seluruh komoditas dunia Luas areal dan produksi kopi menurut jenisnya Perkembangan PDB Komoditas Primer Perkebunan Keadaan industri kopi nasional dan Internasional. Informasi teknis

Metode Analisis dan Pengolahan data

Metode analisis dan pengolahan data yang digunakan pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.Analisa kuantitatif digunakan untuk menganalisis situasi dan kondisi faktor penentu daya saing dan faktor strategis dalam menghadapi persaingan di pasar internasional. Menurut Tambunan (2003) dalam Anggit (2012) analisis daya saing khususnya analisis keunggulan komparatif dapat

menggunakan Revealed Comparative Advantage (RCA). RCA adalah indeks yang

menyatakan keunggulan komparatif yang merupakan perbandingan antara pangsa ekspor suatu komoditi dalam ekspor total negara tersebut dibandingkan dengan pasar ekspor komoditi yang sama dalam total ekspor dunia. RCA digunakan dalam studi-studi empiris untuk mengukur perubahan keunggulan komparatif atau tingkat daya saing dari suatu produk dari suatu negara terhadap dunia, untuk analisis keunggulan kompetitif secara kuantitatif menggunakan ISP (Indeks Spesialisasi Perdagangan).ISP merupakan perbandingan antara selisih nilai ekspor dan nilai impor suatunegara dibandingkan dengan jumlah nilai ekspor dan nilai impor negara tersebut, atau dengan kata lain ISP merupakan perbandingan antara selisih nilai bersih perdagangan dengan nilai total perdagangan dari suatu negara. Indeks ISP juga bisa digunakan untuk analisis proses tahapan industrialisasi dan perkembangan pola perdagangan komoditi tersebut.Analisis keunggulan kompetitif secara kualitatif dilakukan menggunakan teori Berlian Porter.Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan

softwareMicrosoft Excel 2007.

RCA (Revealed Comparative Advantage)

Konsep RCA (Revealed Comparative Advantage) secara luas digunakan

dalam praktek untuk menentukan sektor yang lemah dan kuat suatu negara. Indeks yang paling sering digunakan dalam hal ini disebut Indeks Balassa (Balassa, 1965 dalam Gandolfo,2004). Langkah ini menangkap sejauh mana ekspor negara yang lebih dari produk dari negara rata-rata. Mengingat kelompok negara referensi indeks Balassa pada dasarnya membandingkan pangsa kategori produk ekspor negara itu ke pangsa kategori produk dalam kelompok referensi (misalnya ekspor dunia secara keseluruhan).Untuk menganalisis keunggulan komparatif dari komoditas tertentu di

suatu negara dapat menggunakan RCA (Revealed Comparative Advantage) yang

bertujuan untuk membandingkan pangsa pasar ekspor sektor tertentu suatu negara dengan pangsa pasar sektor tertentu negara atau produsen lainnya.Menurut Wibowo dan Kusrianto (2010) tujuan penggunaan RCA adalah untuk mengukur keunggulan komparatif suatu produk di negara/wilayah tertentu dalam penelitian adalah produk kopi.Indeks ini menunjukkan perbandingan antar pasar ekspor suatu komoditas negara terhadap pangsa ekspor komoditas tersebut dari seluruh dunia. Dengan istilah lain, RCA dapat menjadi indikator keunggulan komparatif atau daya saing ekspor komoditas tertentu suatu negara terhadap dunia.

Konsep pengukuran RCA dilakukan dengan menghitung kinerja ekspor suatu produk dari suatu negara diukur dengan menghitung pangsa nilai ekspor suatu produk

terhadap total ekpor suatu negara dibandingkan dengan pangsa nilai produk tersebut dalam perdagangan dunia

Revealed Comparative Advantage (RCA) =

Dimana :

Xij : Nilai ekspor komoditi kopi dari negara j

∑iXij : Total nilai ekspor seluruh komoditas dari negara j

∑jXij : Total nilai ekspor dunia komoditi kopi

∑i∑jXij : Total nilai ekspor dunia untuk seluruh komoditas

RCA dapat dihitung untuk nilai ekspor komoditi tertentu. Jika RCA>1 (lebih dari satu), menunjukkan pangsa komoditi kopi dalam total ekspor negara lebih besar dari pangsa komoditi yang bersangkutan di dalam ekspor dunia. Semakin besar nilai RCA menunjukkan semakin kuat keunggulan komparatif yang dimiliki.Implikasinya, negera tersebut memiliki kemampuan untuk mengekspor komoditi yang dimaksud

tanpa meninggalkan prinsip-prinsip efesiensi produksi. 8 Pada penelitian ini

melakukan perhitungan RCA pada empat negara yaitu Brazil, Vietnam , Indonesia, dan Kolombia karena ngara-negara tersebut merupakan negara-negara terbesar produsen kopi didunia.

Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

ISP digunakan untuk menganalisis posisi atau tahapan perkembangan suatu komoditas.ISP ini dapat menggambarkan apakah untuk suatu komoditas, posisi Indonesia cenderung menjadi negara eksportir atau importir komoditas pertanian tersebut. Secara umum ISP dapat dirumuskan sebagai berikut :

ISP = Dimana :

Xia= nilai ekspor komoditas biji kopi Indonesia Mia= nilai impor komoditas bijikopi Indonesia

Secara implisit, indeks ini mempertimbangkan sisi permintaan dan sisi penawaran, dimana ekspor identik dengan suplai domestik dan impor adalah permintaan domestik, atau sesuai dengan teori perdagangan internasional, yaitu

teori net of surplus, dimana ekspor dari suatu barang terjadi apabila ada kelebihan

atas barang tersebut di pasar domestik. Nilai indeks ini mempunyai kisaran antara -1 sampai dengan +1. Jika nilanya positif diatas 0 sampai 1, maka komoditi bersangkutan dikatakan mempunyai negara yang bersangkutan cenderung sebagai pengekspor dari komoditi tersebut (suplai domestik lebih besar daripada permintaan domestik).Sebaliknya, jika negara tersebut cenderung sebagai pengimpor (suplai

8

domestik lebih kecil dari permintaan domestik), jika nilainya negatif dibawah 0 hingga -1.Apabila indeksnya mengalami peningkatan maka daya saingnya juga akan

meningkat, dan begitu juga sebaliknya.9

Teori Berlian Porter

Menurut Porter (1998), keunggulan kompetitif suatu negara dapat dikaji dengan empat atribut yang dimilikinya dengan sebutan “the national diamond”.

Empat atribut tersebut adalah kondisi factor/input (factor condition), kondisi

permintaan (demand condition), industri pendukung dan terkait (related and

supporting industries), serta persaingan, struktur, dan strategi perusahan (firm strategy, structure, and rivalry).Keempat atribut tersebut didukung oleh peranan kesempatan dan peranan pemerintah dalam meningkatkan dayasaing industri nasional.Penjelasan dari keempat atribut utama dan dua atribut tambahan yang merupakan faktor pendorong daya saing suatu negara adalah sebagai berikut :

1. Kondisi Faktor

Kondisi faktor yang penting dalam menentukan daya saing yaitu berupa faktor produksi atau input yang digunakan dalam produksi seperti tenaga kerja (sumber daya manusia), sumber daya alam, modal, ilmu pengetahuan dan teknologi dan infrastruktur. Faktor yang menunjukkan keunggulan kompetitif suatu negara dapat dilihat adanya tenaga kerja yang terampil dan ketersediaan bahan mentah yang tidak dapat ditiru oleh perusahaan atau negara lain.Komponen tersebut menentukan keunggulan kompetitif suatu negara terutama negara berkembang karena negara berkembang memiliki faktor produksi seperti tenaga kerja terlatih yang ditunjang dengan penguasaan ilmu pengetahuan yang cukup ketersediaan bahan mentah yang

dikelola dengan baik merupakan faktor produksi yang penting dan

berharga.Ketersediaan faktor tersebut juga harus didukung oleh biaya dan modal serta aksesbilitas dalam memperoleh biaya dan modal tersebut serat kondisi sarana dan prasarana (infrastruktur) yang memadai.

2. Kondisi Permintaan

Kondisi permintaan domestic merupakan faktor penting penentu daya saing industry, terutama mutu permintaan domestik.Keunggulan kompetitif akan tercipta ketika pasar lokal untuk produk tertentu lebih besar dari pada pasar internasional dan perusahaan lokal memberikan perhatian yang lebih besar terhadap pasar lokal.Mutu permintaan (persaingan ketat) di dalam negeri memberikan tentangan bagi setiap perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya sebagai tanggapanterhadap mutu persaingan di pasar domestik. Permintaan lokal yang lebih besar akan membawa keunggulan kompetitif suatu negara.

9

3. Industri Terkait dan Industri Pendukung

Salah satu komponen terkait adalah industri hulu yang mampu memasok input bagi industri utama dan juga industri hilir yaitu industriyang menggunakan produk industri utama sebagai bahan baku utamanya.Industri terkait dan pendukung akansemakin memperkuat posisi bersaing suatu negara apabila suppliers dan industri pendukung merupakan pesaing global yang kuat dalam perdagangan internasional 4. Struktur, Persaingan, dan Strategi.

Struktur industri dan struktur perusahaan menentukan daya saing yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan yang tercakup dalam industry tersebut. Struktur perusahaan sangat berpengaruh terhadap bagaimana perusahaan tersebut dikelola dan dikembangkan dalam kondisi persaingan,baik domestic maupun internasional.Tingkat persaingan bagi perusahaan akan mendorong kompetisi dan inovasi.Perusahaan yang mampu bersaing dalam industri nasional akan mampu memenangkan persaingan internasional.

5.Peran Pemerintah

Peran pemerintahsebenarnya tidak berpengaruh langsung terhadap

peningkatan daya saing tetapi berpengaruh terhadap faktor-faktor penentu daya saing tersebut. Pemerintah dapat bertindak sebagai fasilitator yaitu memfasilitasi lingkungan industri yang mampu memperbaiki kondisi faktor daya saing. Misalnya dalam kondisi faktor sumber daya, pemerintah dapat membantu melalui subsidi kebijakan pasar modal, kebijakan pendidikan dan lainnya. Pemerintah juga dapat berperan sebagai regulator dimana pemerintah dapat mempengaruhi tingkat daya saing global melalui kebijakan yang memperlemah atau memperkuat faktor penentu daya saing industri, tetapi pemerintah tidak dapat menciptakan keunggulan bersaing secara langsung.

6. Peran Peluang

Peran kesempatan atau peluang juga dapat mempengaruhi tingkat daya saing karena berada diluar kendali perusahaan ataupun pemerintah.Beberapa hal yang dianggap keberuntungan merupakan peran kesempatan, seperti adamya penemuan baru yang murni dan perubahan nilai mata uang.Selain itu terjadinya peningkatan permintaan produk industri yang lebih besar dari pasokannya atau kondisi politik yang menguntungkan bagi peningkatan daya saing.

Menganalisis keunggulan kompetitif secara kualitatif suatu komoditi menggunakan teori Berlian Porter yaitu dengan cara menganalisis keterkaitan antar komponen utama dan menganalisis keterkaitan antara komponen penunjang dengan komponen utama apakah antar komponen saling mendukung atau tidak. Jika

keterkaitan antar komponen pada teori Berlian Porter saling mendukung, artinya komoditi tersebut mempunyai daya saing yang kuat namun jika antar komponen tidak saling mendukung maka dapat disimpulkan bahwa komoditi tersebut mempunyai daya saing yang lemah.

Dokumen terkait