• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAYA SAING MINYAK ATSIRI INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DAYA SAING MINYAK ATSIRI INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL"

Copied!
180
0
0

Teks penuh

(1)

DAYA SAING MINYAK ATSIRI INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

Skripsi

Iffah Nur Afiifah 1112092000050

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017 M/1438H

(2)

ii DAYA SAING MINYAK ATSIRI INDONESIA DI PASAR

INTERNASIONAL

Iffah Nur Afiifah 1112092000050

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Agribisnis pada Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2017 M / 1438 H

(3)
(4)

iv PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR- BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, Januari 2017

Iffah Nur Afiifah 1112092000050

(5)

v DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Diri

Nama : Iffah Nur Afiifah

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 20 Desember 1994

Agama : Islam

Alamat : Komplek Deplu Caraka

Bhuwana Utara Blok P 13 Cipadu Jaya, Larangan, Kota

Tangerang 15155

No. HP : 083807944272

Email : Iffah_n_afiif@yahoo.com.au

Iffaharfa@gmail.com

Riwayat Pendidikan

1. 2000 – 2006 : MIS Al-Zaytun, Indramayu, Jawa Barat 2. 2006 – 2009 : MTsS Al-Zaytun, Indramayu, Jawa Barat 3. 2009 – 2012 : MAS Al-Zaytun, Indramayu, Jawa Barat 4. 2012 – 2017 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengalaman Organisasi

1. 2013-2014 : Anggota kemahasiswaan HMJ Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengalaman Kerja

1. 2013-2015 : Tenaga pengajar privat Accurate & Briliant 2. 2015 : Praktek Kerja Lapang di CV. Hara Nursery 3. 2016 : Pramuniaga di PT Mitra Sejahtera

(6)

vi RINGKASAN

Iffah Nur Afiifah, Daya Saing Minyak Atsiri Indonesia di Pasar Internasional. Di bawah bimbingan Iwan Aminudin dan Akhmad Mahbubi

Penelitian ini bertujuan untuk 1) menganalisis struktur pasar dan persaingan minyak atsiri di pasar internasional, 2) menganalisis keunggulan komparatif minyak atsiri Indonesia di pasar internasional, 3) menganalisis keunggulan kompetitif minyak atsiri Indonesia. Ruang lingkup penelitian ini mencakup perdagangan minyak atsiri secara nasional dan internasional. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data panel yakni time series dan cross section mulai tahun 2004 hingga tahun 2013. Data bersumber dari Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Balittro, DAI, UNComtrade. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Concentration Ratio (CR) dan Herfindahl index (HI) untuk mengetahui struktur pasar, Revealed Comparative Advantage (RCA), EPD, dan X-model produk ekspor potensial untuk mengukur keunggulan komparatif, ISP dan Berlian Porter untuk mengukur keunggulan kompetitif.

Hasil pengujian Concentration Ratio (CR) diperoleh nilai rata-rata sebesar 48,41 persen. Hal ini menunjukan struktur pasar minyak atsiri dunia mengarah pada oligopoli tipe ke-empat. Hasil pengujian Herfindahl index (HI) diperoleh nilai rata-rata sebesar 3372,002. Hal ini menunjukan konsentrasi pasar minyak atsiri dunia cukup tinggi. Negara yang termasuk dalam pemimpin pasar ini yaitu Perancis, China, USA, Indonesia.

Hasil pengujian Revealed Comparative Advantage (RCA), Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata RCA Indonesia dari tahun 2004-2013 mencapai 7,37. Hasil pengujian menggunakan alat analisis EPD di negara tujuan ekspor menunjukkan posisi pasar minyak atsiri Indonesia di negara Singapura, USA, Jerman, Spanyol, Belanda, India, China, Turki, Malaysia, Italiaa, Brazil, dan Pakistan berada diposisi Rising star.

Sedangkan di negara Perancis, United Kingdom, Switzerland, UAE, Hongkong, Australia, dan Taiwan berada pada posisi Falling star, dan Jepang berada pada posisi Lost opportunity. Potensi pengembangan minyak atsiri Indonesia di negara Singapura, USA, Jerman, Spanyol, Belanda, India, China, Turki, Italia, Brazil,dan Pakistan memiliki potensi pengembangan pasar yang optimis. Sedangkan pengembangan pasar di negara Perancis, United Kingdom, Switzerland, UAE, Taiwan, Malaysia, dan Italia memiliki potensi pengembangan pasar yang potensial.

Hasil pengujian Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) diperoleh sebesar 0,7. Hal ini menunjukkan bahwa komoditas minyak atsiri memiliki daya saing yang kuat sebagai pengekspor minyak atsiri dunia. Berdasarkan analisis keunggulan kompetitif Berlian Porter Indonesia memiliki daya saing namun kurang kuat untuk komoditas minyak atsiri.

Kata Kunci : Minyak atsiri, Pangsa pasar, Keunggulan komparatif, Keunggulan kompetitif.

(7)

vii KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah S.W.T atas berkat dan rahmat-Nya karena dengan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan Strata-1.

Shalawat dan salam senantiasa haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah menyelamatkan dari jalan kegelapan menuju jalan kebenaran.

Penulis menyadari banyak proses yang harus dilalui dalam perkuliahan sehingga pada akhirnya dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan judul “Daya Saing Minyak Atsiri Indonesia di Pasar Internasional”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi Strata-1 di Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari tanpa bantuan, bimbingan dan dorongan baik berupa materil maupun moral dari berbagai pihak, maka penulisan skripsi ini tidak akan berjalan dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua saya tercinta Bapak Mudiyanto dan Ibu Siti Samsiah berkat doa, bimbingan, motivasi, dan kasih sayang yang keduanya berikan, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir program studi strata-1.

2. Kakak dan adik-adik tercinta Faris Fadhlullah, Fathan Mubina, Ikmal Thaufan Mahdi, dan Khaulah Izzatunnisa. Terimakasih telah menjadi penyemangat bagi penulis.

3. Kekasih tercinta, Marwan terimakasih atas support dan doa yang membagkitkan penulis untuk terus menyelesaikan skripsi ini dan menyemangati penulis ketika berada pada titik jenuh.

(8)

viii 4. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si, selaku dekan Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Dr. Ir. Edmon Daris, MS selaku ketua program studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Dr. Ir Iwan Aminudin, M. Si, selaku sekretaris program studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku dosen pembimbing pertama yang telah membimbing untuk memberikan arahan dan dukungan kepada penulis.

7. Bapak Akhmad Mahbubi Mufti, SP, MM selaku dosen pembimbing kedua yang telah membimbing penulis dalam menyusun skripsi yang baik.

8. Bapak Dr. Akhmad Riyadi Wastra, S.IP, MM, selaku Dosen Penguji I dalam sidang munaqosah yang telah bersedia memberikan waktunya dan memberi masukan serta mengarahkan penulis.

9. Bapak Drs. Acep Muhib, MM, selaku Dosen Penguji II dalam sidang munaqosah yang telah bersedia memberikan waktunya dan memberi masukan serta mengarahkan penulis.

10. Seluruh dosen Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat disebutkan satu per satu tanpa mengurangi rasa hormat atas ilmu dan pelajaran dalam perkuliahan atau di luar perkuliahan.

11. Rekan seperjuangan Dena, Icha, Febi, Dewi, Kamila dan Keluarga besar AGRIBISNIS angkatan 2012 terimakasih telah memberi warna selama masa perkuliahan penulis.

(9)

ix 12. Sahabat kecil Mizania, Fiya, Ifah, dan Husna terimakasih telah berbagi keceriaan, dukungan, semangat dan menjadi hiburan dikala jenuh. Semoga persahabatan kita selamanya sampai tua nanti.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, saya ucapkan terima kasih banyak.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini mungkin masih banyak kekurangannya. Oleh sebab itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan penelitian ini. Akhir kata penulis mengharapkan skripsi ini bermanfaat dan dapat memenuhi apa yang diharapkan oleh semua pihak.

Jakarta, Januari 2017

Iffah Nur Afiifah

(10)

x DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian... 7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Landasan Teori ... 8

2.1.1 Minyak Atsiri... 8

2.1.2 Sejarah Minyak Atsiri ... 8

2.1.3 Komponen Aktif Minyak Atsiri ... 10

2.1.4 Khasiat dan Manfaat Minyak Atsiri... 11

2.1.5 Minyak Atsiri Komoditas Ekspor Indonesia ... 12

2.1.6 Teori Perdagangan Internasional ... 14

2.1.7 Perkembangan Teori Perdagangan Internasional ... 15

2.1.8 Struktur Pasar ... 18

2.1.9 Konsep Daya saing ... 22

2.2 Penelitian Terdahulu... 31

2.3 Kerangka Pemikiran ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 37

3.1 Ruang Lingkup dan Waktu Penelitian ... 37

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 37

3.3 Metode Analisis Data ... 38

3.3.1 Concentration Ratio (CR) dan Herfindahl Index (HI) ... 38

3.3.2 Analisis Revealed Comparative Advantage (RCA) ... 43

3.3.3 Export Product Dynamic (EPD) ... 44

3.3.4 X-Model Produk Ekspor Potensial ... 46

(11)

xi

3.3.5 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) ... 46

3.3.6 Analisis Berlian Porter ... 48

BAB IV GAMBARAN UMUM MINYAK ATSIRI INDONESIA... 50

4.1 Minyak Atsiri ... 50

4.2 Teknologi Penyulingan Minyak Atsiri ... 52

4.2.1 Metode Penyulingan ... 52

4.2.2 Metode Ekstraksi ... 56

4.2.3 Metode Pengepresan ... 56

4.3 Pohon Industri Minyak Atsiri ... 57

4.4 Sentra Produksi Minyak Atsiri... 57

4.5 Peran Ekspor Minyak Atsiri Terhadap Total Ekspor Indonesia ... 62

4.6 Perdagangan Minyak Asiri Indonesia ... 64

4.7 Perdagangan Minyak Atsiri Dunia ... 65

4.7.1 Kode Harmonized System (HS) Komoditi Minyak Atsiri ... 66

4.7.2 Perkembangan Konsumsi Minyak Atsiri Dunia ... 67

4.7.3 Perkembangan Ekspor Minyak Atsiri Dunia ... 68

4.7.4 Negara Eksportir Minyak Atsiri ... 69

4.7.5 Negara Tujuan Ekspor Minyak Atsiri Indonesia ... 70

BAB V Hasil dan Pembahasan ... 71

5.1 Struktur Pasar dan Persaingan Minyak Atsiri di Pasar Internasional .. 71

5.2 Keunggulan Komparatif Minyak Atsiri Indonesia... 74

5.2.1 Keunggulan Komparatif di Pasar Internasional ... 74

5.2.2 Keunggulan Komparatif di Negara Tujuan Ekspor ... 77

5.3 Keunggulan Kompetitif Minyak Atsiri Indonesia ... 84

5.3.1 Spesialisasi Perdagangan Atsiri Indonesia ... 85

5.3.2 Keunggulan Kompetitif Berdasarkan Sistem Berlian Porter ... 86

5.3.3 Keterkaitan Komponen Utama Porter’s Diamond System ... 135

5.3.4 Keterkaitan Komponen Pendukung Porter’s Diamond System ... 139

BAB VI PENUTUP ... 142

6.1 Kesimpulan ... 142

6.2 Saran ... 143

DAFTAR PUSTAKA ... 145

LAMPIRAN ... 150

(12)

xii DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Produk Domestik Bruto (PDB) Pertanian Tahun 2011-2014 ... 2

2. Neraca Ekspor-Impor Minyak Atsiri Indonesia Tahun 2012-2015 ... 3

3. Nilai Permintaan dan Volume Permintaan Minyak Atsiri Dunia Tahun 2003-2014 ... 4

4. Nama Minyak, Nama dagang, Komponen Utama, dan Kegunaan Utama Minyak Atsiri ... 12

5. Batasan Nilai Concentration Ratio Suatu Industri ... 40

6. Nilai Indeks Herfindahl Suatu Industri ... 42

7. Pemetaan Export Product Dynamic (EPD) ... 46

8. Jenis Tanaman Penghasil Minyak Atsiri ... 51

9. Daerah Penghasil Tanaman Atsiri dan Jenis Minyak Atsiri yang Dihasilkan ... 58

10. Luas Areal dan Produksi Tanaman Akar Wangi Menurut Status Pengusahaan ... 59

11. Luas Area dan Produksi Tanaman Nilam Menurut Status Pengusahaan .... 60

12. Luas Area dan Produksi Tanaman Serai Wangi Menurut Status Pengusahaan ... 61

13. Luas Area dan Produksi Tanaman Cengkeh Menurut Status Pengusahaan ... 61

14. Peran Ekspor Sepuluh Komoditas Potensial Tahun 2011-2015 ... 62

15. Peran Kelompok Industri Terhadap Total Ekspor Indonesia ... 63

16. Nilai Ekspor dan Impor Minyak Atsiri Indonesia di Pasar Internasional ... 64

17. Tingkat Harga Pasar Domestik Komoditas Minyak Atsiri ... 65

(13)

xiii

18. Kode Harmonized System (HS) Komoditi Minyak Atsiri ... 66

19. Tingkat Konsumsi Minyak Atsiri Dunia ... 67

20. Nilai Ekspor Minyak Atsiri Dunia Tahun 2004-2014 ... 68

21. Negara Eksportir Minyak Atsiri Dunia ... 69

22. Nilai HI dan CR Negara-Negara Eksportir Minyak Atsiri di Pasar Internasional Tahun 2004-2013 ... 71

23. Pangsa Pasar Delapan Negara Eksportir Terbesar Minyak Atsiri Dunia Tahun 2004-2013... 73

24. Nilai Indeks RCA Negara-Negara Eksportir Terbesar Minyak Atsiri Dunia Tahun 2004-2013... 75

25. Nilai Ekspor-Impor Minyak Atsiri Indonesia dan Total Ekspor Indonesia Tahun 2004-2013 ... 76

26. Nilai RCA Minyak Atsiri Indonesia di Negara Tujuan Ekspor ... 78

27. EPD Minyak Atsiri Indonesia di Negara Tujuan Ekspor ... 79

28. X-Model Produk Ekspor Potensial Minyak Atsiri Indonesia ... 82

29. Potensi Pengembangan Ekspor Minyak Atsiri Indonesia di Masing-Masing Kawasan Dunia ... 84

30. Nilai Indeks Spesialisasi Perdagangan Minyak Atsiri Indonesia Tahun 2004-2013 ... 85

31. Luas Area Tanam dan Produksi Akar Wangi Menurut Pulau Tahun 2012-2015 ... 92

32. Luas Area Tanam dan Produksi Nilam Menurut Pulau Tahun 2012-2015 ... 93

33. Luas Area Tanam dan Produksi Serai Wangi Menurut Pulau Tahun 2012-2015 ... 94

34. Luas Area Tanam dan Produksi Kayu Manis Menurut Pulau Tahun 2012-2015 ... 95

35. Luas Area Tanam dan Produksi Pala Menurut Pulau Tahun 2012-2015 .... 95

(14)

xiv 36. Luas Area Tanam dan Produksi Cengkeh Menurut Pulau Tahun

2012-2015 ... 96

37. Perkembangan Industri Minyak Atsiri Berdasarkan KBLI ... 101

38. Impor Minyak Atsiri Dunia Tahun 2003-2014... 131

39. Persentase Pemenuhan Minyak Atsiri Dunia oleh Indonesia ... 132

40. Keterkaitan Antara Komponen Utama Porter’s Diamond System ... 135

41. Keterkaitan Antara Komponen Pendukung Porter’s Diamond System .... 139

(15)

xv DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Perkembangan Pangsa Pasar Negara Eksportir Minyak Atsiri Dunia ... 5

2. The National Diamond Porter’s System ... 25

3. Kerangka Pemikiran Teoritis... 36

4. Bagan X-Model Produk Ekspor Potensial ... 46

(16)

xvi DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Negara Eksportir Minyak Atsiri (USD) ... 150

2. Perhitungan HI... 153

3. Nilai Ekspor Negara Eksportir Terbesar (USD) ... 154

4. Perhitungan CR (%) ... 155

5. Pangsa Pasar Negara Eksportir Terbesar (%) ... 156

6. Nilai Total Ekspor Seluruh Komoditas (USD)... 157

7. RCA Negara Eksportir ... 158

8. Negara Tujuan Ekspor (USD) ... 159

9. Pohon Industri Minyak Akar Wangi ... 161

10. Pohon Industri Minyak Nilam ... 162

11. Pohon Industri Minyak Pala ... 163

12. Pohon Industri Minyak Cengkeh ... 164

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki keunggulan komparatif dilihat dari kondisi alam Indonesia yang sangat mendukung. Potensi sumberdaya nasional dan daerah dalam bidang agribisnis yang merupakan keunggulan komparatif dapat dijadikan landasan yang kuat terbangunnya keunggulan kompetitif bagi pengembangan ekonomi nasional dan daerah. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahap ke-3 (2015-2019) diarahkan pada pemantapan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan kompetitif perekonomian yang berbasis sumberdaya alam yang tersedia, sumberdaya manusia yang berkualitas, dan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Kementerian Pertanian, 2015).

Pada RPJMN tahap-3 sektor pertanian masih menjadi sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian tersebut digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian, terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pertanian pada tahun 2014, yaitu sekitar 879,23 triliun rupiah atau 10,26%

dari PDB nasional yang besarnya 8.568,12 triliun rupiah berdasarkan harga konstan tahun 2010. Selama periode 2010-2014, pertumbuhan PDB pertanian berkisar antara 3,47% hingga 4,58% dengan rata-rata sekitar 3,90%, pada saat yang sama PDB nasional tumbuh sekitar 5,70%. Sub-sektor perkebunan merupakan kontributor terbesar terhadap PDB sektor pertanian. Berikut ini

(18)

2 merupakan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) pada setiap masing masing sub sektor pertanian tahun 2011-2014.

Tabel 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Pertanian Tahun 2011-2014 Sub Sektor

Pertumbuhan (%)

2011 2012 2013 2014 Rata- Rata

PDB Nasional 6,17 6,03 5,58 5,02 5,70

Pertanian,Peternakan,

Perburuan & Jasa Pertanian 3,47 4,58 3,85 3,71 3,90

Tanaman Pangan (1,00) 4,90 1,97 0,24 1,53

Tanaman Hortikultura 8,77 (2,21) 0,67 4,19 2,85

Tanaman Perkebunan 4,94 6,95 6,15 5,83 5,97

Peternakan 4,80 4,97 5,08 5,44 5,07

Jasa Pertanian & Perburuan 3,83 6,07 5,91 2,58 4,60 Sumber : Kementerian Pertanian, 2015

Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 1 diketahui bahwa kontribusi sub sektor perkebunan berfluktuasi namun cenderung selalu menjadi sub sektor dengan kontributor terbesar. Pada tahun 2014 sub sektor perkebunan menunjukkan nilai sebesar 5,83% dengan rata rata sebesar 5,97%. Selain berkontribusi terhadap PDB nasional, sub sektor perkebunan memiliki peranan dalam kegiatan ekspor dan impor dengan berbagai bentuk hasil yakni dalam bentuk segar, olahan, primer, dan manufaktur.

Salah satu bentuk hasil olahan komoditas perkebunan yang di ekspor adalah minyak atsiri. Pangsa pasar minyak atsiri dunia pada tahun 2007 mencapai 19,8 milyar USD sementara nilai ekspor minyak atsiri Indonesia pada tahun tersebut hanya sebesar 120 juta USD dan mengalami peningkatan menjadi 296 juta USD pada tahun 2010. Neraca ekspor-impor minyak atsiri Indonesia tahun 2012-2015 dapat dilihat pada Tabel 2.

(19)

3 Tabel 2. Neraca Ekspor-Impor Minyak Atsiri Indonesia Tahun 2012-2015

Tahun Ekspor Minyak Atsiri Impor Minyak Atsiri Nilai (USD) Volume (Kg) Nilai (USD) Volume (Kg) 2012 99.948.450 12.097.548 19.245.985 1.234.597 2013 102.567.957 4.345.687 38.760.158 2.423.988 2014 175.900.051 4.530.754 43.216.209 2.672.081 2015 184.599.936 4.884.970 30.034.700 1.728.146

Sumber : Kementerian Pertanian, 2016 (diolah)

Tabel 2 menunjukkan perkembangan kegiatan ekspor dan impor minyak atsiri Indonesia periode tahun 2012 hingga 2015. Pada kegiatan ekspor minyak atsiri, nilai ekspor cenderung mengalami peningkatan. Prospek dan pengembangan pasar minyak atsiri di pasar internasional sangat terbuka lebar.

Dari 80 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan di pasar dunia, Indonesia dapat menghasilkan 40 jenis dan 13 jenis diantaranya telah memasuki pasar atsiri dunia, yaitu nilam, serai wangi, cengkeh, jahe, pala, lada, kayu manis, cendana, melati, akar wangi, kenanga, kayu putih, dan kemukus. Pengembangan ekspor minyak atsiri sedang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, hal ini dikarenakan minyak atsiri merupakan salah satu komoditi ekspor potensial. Kementerian Perdagangan melakukan pengembangan 10 komoditi utama (TPT, elektronik, karet, sawit, produk hasil hutan alas kaki, otomotif, udang, kakao, dan kopi) dan 10 komoditi potensial (kulit, peralatan medis, tanaman obat, makanan olahan, minyak atsiri, ikan, kerajinan, perhiasan, rempah-rempah, dan peralatan kantor) ekspor Indonesia (Kementerian Perdagangan, 2013).

Pengembangan ekspor minyak atsiri Indonesia didukung dengan kondisi alam Indonesia. Kondisi sumberdaya alam Indonesia yang berpotensi untuk pengembangan agribisnis minyak atsiri seharusnya menjadi pendorong

(20)

4 terciptanya peningkatan volume ekspor minyak atsiri Indonesia. Volume ekspor minyak atsiri Indonesia mempunyai kaitan erat dengan tingkat permintaan minyak atsiri dunia. Berdasarkan data yang diperoleh dari UNComtrade, permintaan minyak atsiri berfluktuasi namun cenderung meningkat. Berikut merupakan data permintaan minyak atsiri dunia tahun 2003-2014.

Tabel 3. Nilai Permintaan dan Volume Permintaan Minyak Atsiri Dunia Tahun 2003-2014

Tahun Nilai Permintaan (USD)

Persentase Kenaikan

(%)

Volume Permintaan

(Kg)

Persentase Kenaikan (%)

2003 601.676.648 - 37.482.822 -

2004 657.687.334 9,3 43.343.779 15,3

2005 690.916.737 5,1 36.632.891 (15,5)

2006 748.244.336 8,3 40.534.936 10,6

2007 1.006.275.266 34,5 42.640.945 5,2

2008 1.216.929.272 20,9 37.955.127 (10,9)

2009 951.286.424 (21,8) 38.104.433 0,4

2010 1.290.421.198 35,6 60.010.287 57,5

2011 1.500.942.070 16,3 46.714.368 (22,2)

2012 1.388.778.116 (7,5) 52.636.754 12,7

2013 1.564.021.392 12,6 47.490.700 (9,8)

2014 1.823.119.305 16,6 47.797.771 0,6

Rata-

Rata 1.120.024.842 11,81 44.278.734 4,1

Sumber : UNComtrade, 2016 (Diolah)

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa volume permintaan minyak atsiri dunia mengalami fluktuasi, namun memiliki rata-rata persentase kenaikan yang positif sebesar 4,1%. Persentase kenaikan permintaan yang bernilai positif menandakan bahwa komoditi minyak atsiri memiliki potensi yang baik dalam penggunaannya di pasar dunia seiring dengan perkembangan industri yang menggunakan bahan baku minyak atsiri.

Kecenderungan meningkatnya permintaan minyak atsiri dunia merupakan peluang bagi agroindustri minyak atsiri Indonesia untuk meningkatkan dan

(21)

5 menjamin adanya kontinuitas jumlah produksi. Indonesia termasuk kedalam sepuluh besar produsen dan eksportir minyak atsiri terbesar di dunia. Pada tahun 2003-2006 Indonesia merupakan produsen terbesar keempat didunia, namun seiring dengan berkembangnya persaingan diantara produsen dan eksportir minyak atsiri dunia, posisi Indonesia seringkali tergeser oleh negara-negara pesaing seperti Spanyol, United Kingdom, dan USA. Berikut nilai pangsa pasar enam negara eksportir minyak atsiri dunia.

Gambar 1. Perkembangan Pangsa Pasar Negara Eksportir Minyak Atsiri Dunia

Sumber: UNComtrade, 2016 (Diolah)

Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa pada tahun 2007-2009 ekspor Indonesia tergeser oleh negara pesaing yakni oleh United Kingdom, dan Spanyol.

.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Prancis China USA

Indonesia United Kingdom Spanyol

(22)

6 Pergeseran posisi pangsa pasar ini dapat mempengaruhi pola perdagangan dan pola persaingan dalam pasar minyak atsiri dunia yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap perkembangan minyak atsiri Indonesia. Bentuk pasar minyak atsiri di pasar internasional akan menentukan kekuatan produsen dalam pasar dan mempengaruhi tingkat persaingan yang terjadi, oleh karena itu analisis struktur pasar minyak atsiri dunia penting untuk dilakukan. Selain itu dengan semakin kompetitifnya persaingan di pasar global, sesuai dengan program strategis RPJMN 2015-2019 yang menekankan pembangunan kompetitif berbasis sumberdaya alam, maka penting untuk mengetahui daya saing agribisnis minyak atsiri Indonesia sehingga dapat dimanfaatkan oleh pemerintah untuk merumuskan strategi dalam mengembangkan kegiatan agribisnis minyak atsiri.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, perumusan masalah dibuat dalam pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana struktur pasar dan persaingan minyak atsiri di pasar internasional?

2. Apakah minyak atsiri Indonesia memiliki keunggulan komparatif di pasar internasional?

3. Apakah minyak atsiri Indonesia memiliki keunggulan kompetitif?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan yang terdiri dari :

1. Menganalisis struktur pasar dan persaingan minyak atsiri di pasar internasional.

(23)

7 2. Menganalisis keunggulan komparatif minyak atsiri Indonesia di pasar

internasional.

3. Menganalisis keunggulan kompetitif minyak atsiri Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai media untuk memperkaya dan memperdalam wawasan serta ilmu mengenai daya saing minyak atsiri Indonesia di pasar internasional.

2. Bagi lembaga pendidikan, memberikan sumbangan ilmu pengetahuan mengenai daya saing minyak atsiri Indonesia di pasar internasional.

3. Bagi pengambil kebijakan, instansi serta lembaga terkait lainnya diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan terkait dengan daya saing minyak atsiri di era globalisasi.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Lingkup analisis pada penelitian ini adalah sistem agribisnis minyak atsiri Indonesia dan perdagangan minyak atsiri lintas pasar dunia dengan menggunakan analisis Teori Berlian Porter dan Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) untuk menganalisis keunggulan kompetitif, analisis keunggulan komparatif minyak atsiri Indonesia mengunakan Revealed Comparative Advantage (RCA), Export Product Dynamic (EPD), dan X-Model Produk Ekspor Potensial. Pengukuran struktur pasar menggunakan analisis Concentration Ratio (CR), Herfindahl Index (HI). Pada penelitian ini batasan antara industri hulu minyak atsiri, dan industri hilir minyak atsiri sulit dibatasi, dikarenakan memiliki keterkaitan.

(24)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Minyak Atsiri

Minyak atsiri atau yang disebut juga dengan essential oils, etherial oils, atau volatile oils adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Bahan baku pembuatan minyak atsiri diperoleh dari berbagai bagian tanaman seperti daun, bunga, buah, biji, kulit biji, batang, akar, atau rimpang.

Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok untuk pengobatan alami (Syahbana, 2010:2).

Minyak atsiri termasuk produk metabolit sekunder yang mudah menguap dan terdapat pada berbagai bagian tanaman seperti umbi, akar, batang, kulit, daun bunga, dan biji. Tanaman penghasil minyak atsiri diperkirakan di dunia berjumlah 150-200 spesies, setidaknya ada 80 jenis minyak atsiri yang selama ini diperdagangkan di pasar internasional dan 40 jenis diantaranya dapat diproduksi di Indonesia, dengan jumlah jenis yang sudah memasuki pasar internasional yakni 15 jenis (Yuliani dan Satuhu, 2012:16).

2.1.2 Sejarah Minyak Atsiri

Minyak atsiri awalnya dikenal sebagai minyak essensial. Minyak ini sudah dikenal sejak tahun 3000SM oleh penduduk Mesir Kuno dan digunakan untuk tujuan keagamaan, pengobatan, atau sebagai balsam untuk mengawetkan jenazah.

Selanjutnya bangsa Cina Kuno mengenal minyak atsiri sejak tahun 2000SM.

(25)

9 Ahli sejarah Yunani Herodotus (484-425SM), telah menjelaskan cara menghasilkan minyak terpentin secara kurang lengkap dan tidak dilukiskan tentang cara menghasilkan jenis minyak atsiri lainnya. Uraian pertama tentang minyak atsiri dikemukakan oleh seorang dokter bernama Arnald de Villanova (1235-1311) yang pertama kali menggunakan produk-produk sulingan selain terpentin dalam pengobatan dan akhirnya dikenal sebagai cara penyembuhan di Eropa. (Guenther, 2006:5).

Pembaharuan dibidang ilmu kimia dimulai pada akhir abad ke-18.

Terdapat berbagai macam penelitian sistematis seperti yang dilakukan oleh A.

Lavoise (1743-1794), J.B. Dumas (1800-1884), M. Berthelot (1827-1907), W.

Tilde (1842-1926), O. Wallach (1847-1931). Kegiatan penelitian yang sangat pesat merupakan penyebab dan akibat mengapa penggunaan minyak atsiri demikian luas selama akhir abad ke-19 (Guenther, 2006:7-10).

Setelah diketahui memiliki banyak manfaat, kemudian minyak atsiri menyebar ke berbagai wilayah seperti Yunani, Romawi, bahkan sampai ke Inggris. Pada awal tahun 1920, ahli kimia Perancis Rene Maurice Gattefosse memperkenalkan metode pengobatan alami dengan minyak essensial yang biasa disebut aromaterapi. Selanjutnya pada tahun 1950 seorang ahli kecantikan bernama Madame Margueirete Maury memperkenalkan pemakaian minyak atsiri untuk bidang kecantikan dengan mendirikan klinik aromaterapi dan mengembangkan pelatihan teknik pemijatan yang metodenya banyak dipraktikkan oleh dokter neuropati diseluruh dunia (Yuliani dan Satuhu, 2012:21).

(26)

10 Penggunaan minyak essensial di Indonesia masih sangat terbatas dan masih bersifat tradisional. Saat itu diperkenalkan berbagai macam tanaman aromatik seperti bunga mawar, melati, kenanga, dan daun pandan untuk berbagai ritual, seperti keagamaan maupun ritual adat. Misalnya di Jawa Kuno menggunakan wewangian dari bunga-bunga tertentu untuk perawatan tubuh yang dikenal dengan istilah ngadi-saliro. Berbagai macam bunga tersebut juga digunakan pada acara pernikahan, tujuh bulanan, dan lain-lain. Pemakaian minyak sari tumbuhan secara tradisional dilakukan dengan cara merendam tanaman aromatik dengan air untuk keperluan mandi kembang atau merendamnya dalam minyak kelapa sebagai ramuan untuk perawatan rambut (Yuliani dan Satuhu, 2012:6).

2.1.3 Komponen Aktif Minyak Atsiri

Minyak atsiri memiliki kandungan komponen aktif yang disebut terpenois atau terpena. Jika tanaman memiliki kandungan senyawa ini, berarti tanaman tersebut memiliki potensi untuk dijadikan minyak atsiri. Zat inilah yang mengeluarkan aroma atau bau khas yang terdapat pada banyak tanaman, misalnya pada rempah-rempah atau yang memberikan cita rasa di dalam industri makanan dan minuman (Yuliani dan Satuhu, 2012: 10).

Senyawa terpena yang terkandung di dalam minyak atsiri dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu monoterpena yang mempunyai titik didih antara 140oC-180oC, dan seskuiterpen yang mempunyai titik didih >200oC. Kelompok monoterpen sederhana banyak tersebar luas di dalam tanaman minyak atsiri yang terdapat pada bagian daun, misalnya α dan β-pinen, karen, α-felandren, dan

(27)

11 mirsen. Sementara itu, pada bagian bunga dan biji cenderung mempunyai monoterpen yang lebih khas. Beberapa zat yang khas seperti geraniol terdapat pada tanaman serai wangi dan palmarosa, limonen terdapat pada biji pala, α dan β-pinen terdapat pada biji pala dan lada, benzil asetat terdapat pada bunga kenanga dan melati, sedangkan kariofilen terdapat pada bunga cengkih (Yuliani dan Satuhu, 2012: 11).

2.1.4 Khasiat dan Manfaat Minyak Atsiri

Sejak dahulu minyak atsiri telah banyak digunakan untuk berbagai pengobatan. Pemanfaatan minyak atsiri untuk menyembuhkan penyakit sudah terbukti baik secara empiris maupun ilmiah. Komponen aktif yang terdapat pada minyak atsiri memiliki berbagai kemampuan seperti antiinflamasi, antiseptik, antibakteri, perangsang selera makan, karminatif, deodoran, ekspektoran, insektisida, dan sedatif (Yuliani dan Satuhu, 2012:12).

Minyak atsiri merupakan preparat antimikroba alami yang dapat bekerja terhadap bakteri, virus, dan jamur yang telah terbukti secara ilmiah oleh banyak peneliti. Dari hasil penelitian sekitar 35 jenis minyak atsiri telah diketahui memiliki kemampuan sebagai antimikroba dengan kekuatan yang berbeda-beda.

Terdapat beberapa jenis yang memiliki efektivitas paling tinggi diantaranya yaitu minyak kayu manis, tea tree, minyak kayu putih, minyak cengkih. Berikut Tabel 4 menyajikan nama tanaman yang mengandung minyak atsiri, komponen yang terkandung, dan kegunaan minyak atsiri (Yuliani dan Satuhu, 2012:13).

(28)

12 Tabel 4. Nama minyak, Nama Dagang, Komponen Utama, dan Kegunaan Utama

Minyak Atsiri Kondisi Nama

Minyak

Nama Dagang

Komponen Utama Kegunaan Utama

Berkembang

Serai wangi Citronella Sitroneal geraniol Flavour & sabun Nilam Patchouli Vertiverol Flavour & sabun Akar Wangi Vertiver Satalol Flavour & sabun Cendana Sandalwood Benzil Asetat Flavour & sabun Kenanga Cananga Sineol Flavour & sabun Kayu Putih Cajuput Eugenol dan β-

kariofilen

Farmasi Daun

Cengkih

Clove Leaf Eugenol dan β- kariofilen

Makanan, rokok, farmasi

Jahe Ginger Gingerol, kampena Makanan Lada Black Pepper α─β piena, sabiena Makanan,parfum Pala Nutmeg α─β piena, limonen Makanan, farmasi

Sedang Berkembang

Kayu Manis Cinnamon Sinnamaldehide Makanan, farmasi

Masoyi Massoi Perfum

Ylang-ylang Ylang-ylang Benzil Asetat Parfum

Gaharu Agarwood Parfum

Klausena Clausena Anetol Farmasi, parfum, rokok

Permen Cormint Mentol & Menton Farmasi, parfum, rokok

Kemukus Cube Sabinenan, terpineol Makanan, farmasi

Potensial Dikembangkan Fuli Mace α─β piena, limonen Makanan, farmasi Palmarosa Palmarosa Geranol Parfum, sabun,

rokok Kapulaga

sabrang

Cardamon Terpenil Asetat, sineol

Minuman, farmasi

Adas manis Fennel Anetol Minuman, farmasi

Ketumbar Coriander Linaol, terpinolena Makanan, farmasi

Kemangi Basil Metil kavikol Makanan

Rosemari Rosemary Kamfrenza, borneol Makanan, farmasi Sumber : Yuliani dan Satuhu, 2012

2.1.5 Minyak Atsiri Komoditas Ekspor Indonesia

Minyak atsiri dan turunannya merupakan salah satu komoditi ekspor Indonesia yang banyak digunakan dalam industri parfum, kosmetik, farmasi, dan makanan. Pada era globalisasi ini, persaingan pasar minyak atsiri Indonesia dengan negara lain semakin ketat, oleh karena itu dibutuhkan standar mutu nasional dan internasional. Negara produsen minyak atsiri bukan hanya terdapat

(29)

13 di negara berkembang melainkan di negara maju. Namun negara berkembang lebih fokus untuk memproduksi minyak atsiri dan bahan baku menjadi bentuk setengah jadi, kemudian diekspor ke negara lain.

Negara maju mengimpor minyak atsiri dalam bentuk setengah jadi dari negara berkembang, lalu diolah lebih lanjut menjadi barang jadi. Selanjutnya dipasarkan ke negara berkembang dan konsumsi domestik. Produsen minyak atsiri untuk negara berkembang diantaranya yaitu Argentina, India, Indonesia, Meksiko, Brazil Dan China. Sementara produsen dari negara maju antara lain yaitu Amerika Serikat, Perancis, Jerman, Italia, dan Inggris. Dari 80 jenis minyak atsiri yang ada sekitar 15 jenis diantaranya telah menjadi komoditas ekspor Indonesia. Jenis-jenis 15 minyak atsiri tersebut antara lain nilam, cengkih, akar wangi, pala, mawar, jahe, kencur, temulawak, melati, sedap malam, kamboja, serai wangi, kenanga, adas, dan kayu manis (Dewan Atsiri Indonesia, 2012).

Sekitar 90% kebutuhan dunia dipasok dari penyuling-penyuling tanah air yang tersebar di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Demikian pula minyak Pala dunia, 75% datang dari penyuling di Jawa Barat, Sulawesi, dan Sumatra. Minyak atsiri akarwangi asal Indonesia lebih disukai karena aromanya lebih tajam daripada yang berasal dari India, Tahiti, dan Haiti (Trubus, 2009:4).

Sebagai gudang bahan baku minyak atsiri, terdapat peluang pasar ekspor minyak atsiri masih sangat terbuka lebar. Selain minyak nilam, kenanga, sirih, akar wangi, cengkih, sereh wangi masih terdapat 40 komoditas potensial untuk disuling menjadi minyak atsiri. Dalam skala dunia, industri minyak atsiri pada

(30)

14 tahun 2009 berpusat di Asia. Eksportir terbesar minyak nilam adalah Indonesia;

minyak mint, India; China menguasai ekspor minyak mawar (Trubus, 2009:13).

2.1.6 Teori Pedagangan Internasional

Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai aktifitas perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk negara yang dimaksud adalah merupakan individu dengan individu, antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain (Ekananda, 2015:3).

Menurut para ahli ekonomi, perbedaan pola konsumsi antarnegara bukan merupakan penyebab utama terjadinya perdagangan internasional, namun penyebab yang lebih fundamental adalah sisi produksi, yaitu suatu negara yang dapat menghasilkan barang tertentu secara lebih efisien daripada negara lain. Jika sebuah negara lebih efisien daripada negara lain dalam memproduksi sebuah komoditi, namun kurang efisien dibanding negara lain dalam memproduksi sebuah komoditi lainnya, maka keuntungan akan diperoleh dengan melakukan spesialisasi (Salvatore, 1997:25).

Pertukaran dan perdagangan pada awalnya terjadi sebagai akibat langsung dari kondisi alam, yaitu perbedaan jenis tanah, iklim, pengairan, dan kekayaan sumber alam lainnya. Perbedaan kekayaan sumber alam membedakan corak perekonomian negara-negara di dunia. Karena masing-masing negara saling membutuhkan hasil produksi negara-negara lainnya, maka timbul perdagangan internasional. Perdagangan internasional dapat terjadi karena adanya spesialisasi di setiap daerah. Dengan terjadinya hal tersebut, maka suatu daerah mempunyai

(31)

15 kelebihan produksi yang perlu disalurkan ke daerah lain. Perbedaan harga disuatu daerah dengan daerah lain juga merupakan salah satu faktor pendorong terjadinya penyaluran barang ke daerah lain. Hal ini yang menimbulkan perdagangan (Ekananda, 2015:5). Berikut penyebab terjadinya perdagangan internasional :

1. Perbedaan harga barang barang mendorong adanya perdagangan internasional.

2. Perbedaan hasil produksi hal ini terjadi karena setiap negara mempunyai modal, teknologi, kekayaan alam, dan kebudayaan yang berbeda.

3. Keinginan meningkatkan produktivitas yakni setiap negara mempunyai kebutuhan mengkonsumsi berbagai jenis barang, namun pada kenyataannya setiap negara lebih baik memproduksi beberapa macam barang kemudian melakukan perdagangan internasional, sehingga tindakan ini menimbulkan spesialisasi dan dengan spesialisasi maka produktivitas setiap negara menjadi lebih tinggi.

4. Keinginan membuka kerjasama yakni hubungan politik dan dukungan dari negara lain sebagai konsekuensi adanya globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia yang dapat hidup sendiri.

2.1.7 Perkembangan Teori Perdagangan Internasional

Teori perdagangan internasional adalah teori yang mencoba memahami mengapa sebuah negara melakukan kerja sama perdagangan dengan negara lain.

Hubungan internasional bukan sesuatu yang baru, namun sebuah paparan teoritis yang sistematis baru dikembangkan sekitar abad ke-17. Teori tersebut semakin

(32)

16 disempurnakan oleh Adam Smith, David Ricardo, Heckscher-Ohlin, dan lain-lain (Raharja dan Manurung, 2008:287).

Perkembangan teori perdagangan internasional dijabarkan sebagai berikut (Tambunan, 2004:43-107):

1. Merkantilisme

Merkantilisme adalah ajaran atau paradigma yang berkeyakinan bahwa perekonomian suatu negara semakin makmur apabila mampu memaksimalkan surplus perdagangan. Konsekuensinya adalah memaksimalkan ekspor dan meminumumkan impor. Ide dasar merkantilisme sangat menarik sebab surplus perdagangan mempunyai efek multiplier yang meningkatkan output keseimbangan. Peningkatan output keseimbangan akan meningkatkan konsumsi dan kesempatan kerja. Namun kekurangan dari teori ini adalah pandangan bahwa kemakmuran suatu negara diukur dari banyaknya emas atau logam mulia yang dapat dikumpulkan. Kekurangan lain yaitu merkantilisme menganjurkan kebijakan perdagangan yang kontroversial yakni proteksi yang ketat dan pemberian hak monopoli kepada produsen domestik.

2. Teori Keunggulan Absolut.

Teori keunggulan absolut dibangun oleh Adam Smith sebagai perbaikan atas merkantilisme. Teori ini menyakini bahwa perdagangan akan meningkatkan kemakmuran apabila dilaksanakan melalui mekanisme perdagangan bebas.

Para pelaku ekonomi diarahkan untuk melakukan spesialisasi dalam upaya peningkatan efisiensi. Menurut Adam Smith, sebaiknya spesialisasi dilakukan berdasarkan pertimbangan keunggulan absolut, yaitu keunggulan yang dilihat

(33)

17 dari kemampuan produksi dengan biaya lebih rendah. Sebab apabila biaya produksinya lebih rendah, dengan input yang sama dapat dihasilkan output yang lebih banyak.

3. Teori Keunggulan Komparatif

Teori ini dirumuskan oleh David Ricardo dan John S. Mill dasar pemikiran dari Ricardo dan Mill mengenai penyebab perdagangan internasional pada prinsipnya tidak berbeda dengan dasar pemikiran Adam Smith, perbedaan hanya pada cara pengukuran keunggulan suatu negara yakni dari komparatif biaya, bukan perbedaan absolutnya. Dasar pemikiran teori ini adalah perdagangan antara dua negara akan terjadi apabila masing-masing negara memiliki biaya relatif yang terkecil untuk jenis barang berbeda. Penekanan Ricardo pada perbedaan efisiensi atau produktivitas relatif antarnegara dalam memproduksi dua atau lebih jenis barang yang menjadi dasar terjadinya perdagangan internasional. Suatu negara akan mengkhususkan diri pada ekspor barang tertentu apabila negara tersebut memiliki keunggulan komparatif terbesar, dan akan mengimpor barang tertentu apabila memiliki keunggulan komparatif terendah.

4. Teori Heckscher-Ohlin

Teori Hecksher dan Ohlin (H-O) mempunyai dua kondisi penting sebagai dasar dari munculnya perdagangan internasional, yaitu ketersediaan faktor produksi dan intensitas dalam pemakaian faktor produksi atau proporsi faktor produksi.

Oleh karena itu teori H-O sering juga disebut sebagai teori proporsi atau ketersediaan faktor produksi. Dalam teori H-O keunggulan komparatif

(34)

18 dijelaskan oleh perbedaan kondisi penawaran dalam negeri antarnegara. Dasar pemikiran teori ini adalah negara-negara mempunyai citarasa dan preferensi yang sama, menggunakan teknologi yang sama, kualitas dari faktor-faktor produksi sama, mengahadapi skala tambahan hasil yang konstan, tetapi sangat berbeda dalam kakayaan alam atau ketersediaan faktor-faktor produksi.

Perbedaan ini akan mengakibatkan perbedaan dalam harga relatif dari faktor produksi antarnegara. Selanjutnya perbedaan tersebut membuat perbedaan dalam biaya alternatif dari barang yang dibuat antar negara yang menjadi alasan terjadinya perdagangan antara negara.

5. Teori keunggulan Kompetitif Berlian Porter

Keunggulan kompetitif adalah keunggulan yang harus diciptakan atau dikembangkan. Inti dari paradigma keunggulan kompetitif adalah suatu negara dalam persaingan global selain ditentukan oleh faktor-faktor keunggulan komparatif yang diwariskan, juga sangat ditentukan oleh faktor-faktor keunggulan kompetitif yang dikembangkan. Dari hasil studi Porter menyimpulkan bahwa beberapa negara berhasil dalam industri tertentu karena lingkungan asalnya bersifat mempunyai pandangan kedepan, dinamis, dan menantang. Secara spesifik ada empat variabel utama dari sisi domestik yang secara individual mempengaruhi kinerja dan daya saing global disuatu negara.

2.1.8 Struktur Pasar

Menurut Pappas dan Hirschey dalam Kurniasih (2008:45), struktur pasar adalah lingkungan persaingan dalam pasar untuk sebuah produk atau jasa. Dalam hal ini mencakup perusahaan-perusahaan dan para individu yang terlibat dalam

(35)

19 pembelian dan penjualan sebuah produk tertentu disamping para pendatang yang potensial. Pendatang potensial adalah seorang individu atau perusahaan yang menghadirkan ancaman yang cukup dapat dipercaya untuk dapat memasuki pasar sehingga mempengaruhi keputusan harga atau keluaran dari perusahaan- perusahaan yang ada.

Dalam konteks perdagangan internasional, pasar yang dimaksud adalah negara-negara di dunia dengan struktur pasar yang dijabarkan dalam bentuk serangkaian karakteristik industri dari tiap belahan dunia. Struktur pasar secara umum dicirikan dengan dasar empat karakteristik industri yaitu jumlah dan distribusi ukuran dari pembeli dan penjual serta para pendatang potensial yang aktif, tingkat diferensiasi produk, jumlah dan biaya informasi tentang harga dan mutu produk, serta kondisi masuk dan keluar industri. Berdasarkan empat karakteristik industri tersebut maka struktur pasar ini dapat dipandang sebagai sebuah garis dengan tingkat persaingan yang menurun, yang bergerak dari model persaingan sempurna ke persaingan monopolistis kemudian oligopoli dan terakhir monopoli (Kurniasih, 2008: 47).

Menurut Sukino: 2005, berikut penjelasan beberapa bentuk struktur pasar yaitu :

1. Pasar Persaingan Sempurna

Persaingan sempurna merupakan struktur pasar yang paling ideal, karena dianggap yang akan menjamin terwujudnya kegiatan memproduksi barang atau jasa yang optimal tingkat efisiensinya. Pasar persaingan sempurna didefinisikan sebagai struktur pasar atau industri yang terdapat banyak

(36)

20 penjual juga banyak pembeli, dan setiap penjual atau pembeli tidak dapat mempengaruhi keadaan di pasar.

Ciri pasar persaingan sempurna adalah perusahaan sebagai pengambil harga (price taker) artinya suatu perusahaan yang ada didalam pasar persaingan sempurna tidak dapat menentukan atau mengubah harga pasar, setiap pemain baik itu penjual, pembeli, ataupun pendatang baru mempunyai kebebasan memasuki atau keluar dari pasar, barang-barang yang dihasilkan oleh produsen harus sama atau homogen, jumlah penjual dan pembeli sangat banyak, dan adanya pengetahuan yang lengkap bagi penjual dan pembeli.

2. Pasar Persaingan Monopolistis

Pasar persaingan monopolistis pada dasarnya adalah pasar yang berada diantara dua jenis pasar yang ekstrem, yaitu persaingan sempurna dan monopoli. Oleh sebab itu sifat-sifatnya mengandung unsur-unsur sifat pasar monopoli dan unsur-unsur sifat pasar persaingan sempurna. Pasar persaingan monopolistis didefinisikan sebagai suatu pasar yang terdapat banyak produsen yang menghasilkan barang yang berbeda corak.

Pasar persaingan monopolistis dicirikan dari banyak penjual yang menawarkan produk yang serupa tetapi tidak identik atau berbeda corak.

Pasar persaingan monopolistik tidak terlalu jauh dengan pasar persaingan sempurna namun pada pasar persaingan monopolistik konsumen melihat adanya perbedaan penting diantara produk yang ditawarkan oleh setiap produsen individual. Pasar persaingam monopolistik memiliki kesamaan seperti pasar persaingan sempurna yakni setiap perusahaan mengambil

(37)

21 keputusan secara independen, yaitu perubahan harga satu perusahaan tidak akan mempengaruhi harga perusahaan lain namun adanya pengaruh perbedaan penting diantara produk yang ditawarakan yang dilihat oleh konsumen dalam menentukan barang mana yang akan dikonsumsi.

Perbedaan produk baik dalam hal jumlah, mutu, harga, atribut waktu, maupun tempat. Dampak diferensiasi produk ini dalam jangka pendek bagi perusahaan adalah peningkatan laba ekonomi yang cukup besar atau tingkat pengembalian diatas normal. Namun, dalam jangka panjang masuknya peniru sebagai pesaing akan membuat pangsa pasar dan laba akan menurun. Oleh karena itu, perusahaan yang berada dalam pasar persaingan monopolistik harus memiliki keunggulan bersaing yang berbeda untuk mempertahankan konsumennya.

3. Pasar Oligopoli

Pasar oligopoli hanya terdiri dari sekelompok kecil perusahaan. Biasanya struktur dari industri dalam pasar oligopoli adalah terdapat beberapa perusahaan raksasa yang menguasai sebagian besar pasar dan disamping itu terdapat pula beberapa perusahaan kecil. Beberapa perusahaan penguasa pasar sangat saling mempengaruhi satu sama lain, karena keputusan dan tindakan oleh salah satu daripadanya sangat mempengaruhi perusahaan lainnya.

Ciri pasar oligopoli adalah adanya rintangan untuk memasuki pasar yang disebabkan oleh skala ekonomi, persyaratan modal, periklanan, biaya penelitian dan pengembangan, atau faktor lainnya. Adanya keterbatasan

(38)

22 informasi tentang pasar terkait dengan mutu produk dan biaya, dan setiap keputusan harga yang diambil oleh suatu perusahaan akan dipertimbangkan oleh perusahaan lainnya. Kekuasaan menentukan harga adakalanya lemah dan adakalanya sangat tangguh.

4. Pasar Monopoli

Monopoli adalah suatu bentuk pasar yang hanya terdapat satu perusahaan saja dan perusahaan tersebut menghasilkan barang yang tidak mempunyai barang pengganti yang sangat dekat. Pasar monopoli dicirikan dengan keadaan komoditi yang tidak memiliki produk pengganti. Penjual tunggal dan pembeli banyak dengan tingkat informasi pasar yang dimiliki berbeda dimana pembeli hanya memiliki akses yang sangat terbatas terhadap informasi harga dan mutu produk. Adanya hambatan untuk keluar masuk pasar yang disebabkan oleh skala ekonomis atau monopoli alamiah, hak paten, hak cipta, franchise atau faktor lainnya. Penjual dapat mempengaruhi harga (price maker) dan untuk mencapai keuntungan maksimum perusahaan selalu mengusahakan ongkos marjinal sama dengan permintaan marjinal dan potensi untuk laba ekonomi baik dalam jangka pendek maupun panjang (Sukino,2005).

2.1.9 Konsep Daya saing

Daya saing merupakan kemampuan suatu produsen untuk memproduksi suatu komoditi dengan biaya yang cukup rendah sehingga pada harga-harga yang terjadi di pasar internasional kegiatan produksi tersebut menguntungkan.

Memiliki daya saing yang tinggi bukan lagi sekedar kebutuhan, melainkan suatu

(39)

23 keharusan. Tanpa adanya daya saing yang tinggi mustahil suatu bisnis dapat bertahan dan memenangkan persaingan.

Pengertian daya saing dapat diterjemahkan dari sisi permintaan dan sisi penawaran. Dari sisi permintaan, kemampuan bersaing mengandung arti bahwa komoditas yang dijual haruslah produk yang sesuai dengan atribut yang dituntut konsumen. Sementara dari sisi penawaran, kemampuan bersaing berkaitan dengan kemampuan merespon perubahan atribut-atribut produk yang dituntut oleh konsumen secara efisien. Efisiensi pengusahaan komoditas dapat dilihat dari dua indikator yaitu keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Konsep daya saing dengan pendekatan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif digunakan untuk memberikan masukan dalam perencanaan dan pengembangan usaha (Febriyanti, 2008: 22).

1. Keunggulan Komparatif

Menurut Adam Smith bahwa setiap negara akan memperoleh manfaat perdagangan internasional (gain from trade) karena melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang jika negara tersebut memiliki keunggulan absolut (absolute advantage), serta mengimpor barang jika negara tersebut memiliki ketidakunggulan absolut (absolute disadvantage) (Hamdy, 2000:27).

Teori keunggulan absolut ini hanya dapat menjelaskan sedikit saja dari perdagangan internasional pada saat ini, khususnya perdagangan antar negara- negara maju dengan negara-negara berkembang. Sebagian besar perdagangan dunia, terutama perdagangan antarnegara maju, tidak dapat dijelaskan dengan teori keunggulan absolut ini (Salvatore, 1997:27).

(40)

24 Pada tahun 1817, David Ricardo menerbitkan buku berjudul “Principles of Political Economy and Taxation”. Buku tersebut berisi penjelasan mengenai teori keunggulan komparatif (The Law of Comparative Advantage). Menurut hukum keunggulan komparatif meskipun suatu negara kurang efisien dibandingkan negara lain dalam memproduksi kedua komoditas, namun masih terdapat dasar untuk melakukan perdagangan yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak. Negara pertama harus melakukan spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditas yang mempunyai kerugian absolut lebih kecil dan mengimpor komoditas yang memiliki kerugian absolut lebih besar (Salvatore, 1997:27).

2. Keunggulan Kompetitif

Keunggulan kompetitif (Competitive Advantage) merupakan alat untuk mengukur daya saing suatu aktivitas berdasarkan pada kondisi perekonomian aktual. Pada awalnya konsep keunggulan kompetitif dikembangkan oleh Porter pada tahun 1990 dengan bertitik tolak dari kenyataan-kenyataan perdagangan internasional yang ada. Menurut Porter diketahui bahwa tidak ditemukan korelasi positif antara keunggulan keberlimpahan sumberdaya alam dan banyaknya tenaga kerja di suatu negara untuk dijadikan keunggulan bersaing dalam perdagangan internasional (Halwani, 2002:54).

Keunggulan kompetitif dibuat dan dipertahankan melalui suatu proses internal yang tinggi. Perbedaan dalam struktur ekonomi nasional, nilai, kebudayaan, kelembagaan, dan sejarah menentukan keberhasilan kompetitif.

Keunggulan kompetitif suatu negara ditentukan oleh empat faktor yang harus

(41)

25 dimiliki suatu negara untuk bersaing secara global. Keempat faktor tersebut adalah kondisi faktor sumberdaya (factor condition), kondisi permintaan (demand condition), industri terkait dan industri pendukung (related and supporting industry), persaingan, struktur, dan strategi perusahaan (firm strategy, structure, and rivalry). Keempat faktor penentu tersebut didukung oleh faktor eksternal yang terdiri dari peran pemerintah (government) dan terdapatnya kesempatan (chance events). Secara bersama-sama faktor-faktor ini membentuk suatu sistem yang berguna dalam peningkatan keunggulan daya saing, sistem tersebut dikenal dengan “The National Diamond”( Tambunan, 2004: 90-91).

Gambar 2. The National Diamond Porter’s System

Sumber:Tambunan,2004

Setiap faktor yang terdapat pada Teori Berlian Porter memiliki atribut- atribut penting yang mampu menjelaskan secara detail faktor yang ada.

Persaingan, Struktur, dan Strategi Perusahaan

Kondisi Faktor Sumberdaya

Kondisi Permintaan

Industri Terkait dan Industri Pendukung

Kesempatan

Peran Pemerintah

(42)

26 A. Kondisi Faktor Sumberdaya

Sumberdaya yang dimiliki suatu bangsa merupakan salah satu faktor produksi yang diperlukan untuk bersaing dalam industri tertentu. Faktor sumberdaya tersebut terbagi dalam lima kelompok yaitu sumberdaya fisik atau alam, sumberdaya manusia, sumberdaya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), sumberdaya modal, dan sumberdaya infrastruktur.

1) Sumberdaya Fisik atau Alam.

Sumberdaya fisik atau sumberdaya alam yang mempengaruhi daya saing industri nasional meliputi biaya, kualitas, ukuran lahan, aksesibilitas, ketersediaan air, mineral, dan energi, sumberdaya pertanian, sumberdaya perkebunan, sumberdaya perikanan dan kelautan, sumberdaya peternakan, serta sumberdaya alam lainnya baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui. Begitu juga dengan kondisi cuaca dan iklim, luas wilayah geografis, kondisi topografi, dan lain-lain.

2) Sumberdaya Manusia.

Sumberdaya manusia yang mempengaruhi daya saing industri nasional terdiri dari jumlah tenaga kerja yang tersedia, kemampuan manajerial dan keterampilan yang dimiliki, tingkat upah yang berlaku, dan etika kerja.

3) Sumberdaya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).

Sumberdaya IPTEK yang mempengaruhi daya saing nasional mencakup ketersediaan pengetahuan pasar, pengetahuan teknis, pengetahuan ilmiah yang menunjang dan diperlukan dalam memproduksi barang dan jasa, ketersediaan sumber-sumber pengetahuan dan teknologi seperti perguruan tinggi, lembaga

(43)

27 penelitian dan pengembangan, lembaga statistik, literatur bisnis dan ilmiah, basis data, laporan penelitian, asosiasi pengusaha, asosiasi perdagangan, serta sumber pengetahuan dan teknologi lainnya.

4) Sumberdaya Modal.

Sumberdaya modal yang mempengaruhi daya saing nasional terdiri dari jumlah dan biaya yang tersedia, jenis pembiayaan atau sumber modal, aksesibilitas terhadap pembiayaan, kondisi lembaga pembiayaan dan perbankan, peraturan keuangan, peraturan moneter dan fiskal untuk mengetahui tingkat tabungan masyarakat, serta kondisi moneter dan fiskal.

B. Kondisi Permintaan

Kondisi permintaan domestik sangat mempengaruhi daya saing industri nasional. Mutu permintaan domestik merupakan sarana pembelajaran bagi perusahaan-perusahaan domestik untuk bersaing secara global. Mutu persaingan memberikan tantangan bagi setiap perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya dengan memberi tanggapan terhadap persaingan yang terjadi. Tiga faktor kondisi permintaan yang mempengaruhi daya saing industri nasional adalah :

1) Komposisi Permintaan Domestik

Karakteristik permintaan domestik sangat mempengaruhi daya saing industri nasional. Karakteristik permintaan domestik meliputi :

a) Struktur Segmen Permintaan

Struktur segmen permintaan merupakan faktor penentu daya saing industri nasional. Pada sebagian besar industri, permintaan yang ada telah tersegmentasi atau dipersempit menjadi beberapa bagian yang lebih spesifik.

(44)

28 Pada umumnya perusahaan-perusahaan lebih mudah memperoleh daya saing pada segmen permintaan yang lebih luas dibandingkan dengan segmen permintaan yang sempit.

b) Pengalaman dan Selera Pembeli yang Tinggi

Pengalaman dan selera pembeli yang tinggi akan meningkatkan tekanan kepada produsen untuk menghasilkan produk yang bermutu dan memenuhi standar yang tinggi yang mencakup standar mutu produk, fitur-fitur pada produk, dan pelayanan.

c) Antisipasi Kebutuhan Pembeli

Antisipasi terhadap kebutuhan pembeli dari perusahaan dalam negeri merupakan suatu nilai tambah dalam memperoleh keunggulan daya saing.

2) Jumlah Permintaan dan Pola Pertumbuhan

Jumlah atau besarnya permintaan domestik mempengaruhi tingkat persaingan dalam negeri terutama disebabkan oleh jumlah pembeli bebas, tingkat pertumbuhan permintaan domestik, timbulnya permintaan baru, dan kejenuhan permintaan lebih awal sebagai akibat perusahaan domestik melakukan penetrasi pasar lebih awal. Pasar domestik yang luas dapat diarahkan untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dalam suatu industri. Hal ini dapat terlaksana jika industri dilakukan dalam skala ekonomis melalui adanya penanaman modal dengan membangun fasilitas skala besar, pengembangan teknologi, dan peningkatan produktivitas.

(45)

29 3) Internasionalisasi Permintaan Domestik

Pembeli lokal yang merupakan pembeli dari luar negeri akan mendorong peningkatan daya saing industri nasional karena pembeli tersebut dapat membawa produk domestik ke luar negeri. Konsumen yang memiliki mobilitas internasional tinggi dan sering mengunjungi suatu negara juga dapat mendorong dan meningkatkan daya saing produk negara yang dikunjunginya tersebut.

C. Industri Terkait dan Industri Pendukung

Keberadaan industri terkait dan industri pendukung mempengaruhi daya saing secara global. Diantara industri yang terkait dengan industri utama tersebut adalah industri hulu dan industri hilir. Industri hulu yang memiliki daya saing global akan mampu memasok input bagi industri utama dengan harga yang lebih murah, mutu yang lebih baik, pelayanan yang cepat, pengiriman tepat waktu, dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan industri utama. Begitu juga dengan industri hilir yang menggunakan produk industri utama sebagai bahan bakunya. Apabila industri hilir memiliki daya saing global maka industri hilir akan dapat menarik industri hulu untuk memiliki daya saing global.

D. Persaingan, Struktur, dan Strategi Perusahaan

Tingkat persaingan dalam industri merupakan salah satu faktor pendorong bagi perusahaan-perusahaan yang berkompetisi untuk terus melakukan inovasi terhadap produk yang dihasilkannya. Keberadaan pesaing lokal yang handal dan kuat merupakan motor penggerak dalam memberikan tekanan antar perusahaan untuk berkompetisi dan melakukan inovasi dalam rangka meningkatkan daya saingnya. Perusahaan yang telah teruji mampu bersaing ketat dalam industri

(46)

30 nasional akan lebih mudah memenangkan persaingan internasional dibandingkan dengan perusahaan yang belum memiliki daya saing nasional atau berada dalam industri yang tingkat persaingannya rendah.

Struktur perusahaan maupun struktur industri menentukan daya saing dengan cara melakukan perbaikan dan inovasi. Struktur industri yang monopolistik kurang memiliki dorongan untuk melakukan perbaikan serta inovasi baru dibandingkan dengan struktur industri yang bersaing. Disisi lain, struktur perusahaan yang berada dalam industri sangat berpengaruh terhadap bagaimana perusahaan yang bersangkutan dikelola dan dikembangkan dalam suasana tekanan persaingan baik domestik maupun internasional. Selain itu hal ini juga berpengaruh pada strategi yang dijalankan oleh perusahaan dalam rangka memenangkan persaingan domestik dan internasional. Dengan demikian secara tidak langsung akan meningkatkan daya saing global industri yang bersangkutan.

E. Peran Pemerintah

Peran pemerintah tidak berpengaruh langsung terhadap upaya peningkatan daya saing global, tetapi berpengaruh terhadap faktor-faktor penentu daya saingnya. Pemerintah bertindak sebagai fasilitator agar perusahaan dan industri senantiasa meningkatkan daya saingnya. Pemerintah dapat mempengaruhi tingkat daya saing global melalui kebijakan yang memperlemah atau memperkuat faktor penentu daya saing industri, tetapi pemerintah tidak dapat menciptakan keunggulan bersaing secara langsung. Peran pemerintah dalam upaya peningkatan daya saing adalah memfasilitasi lingkungan industri yang mampu memperbaiki kondisi faktor daya saing sehingga bisa didayagunakan secara aktif dan efisien.

Gambar

Tabel 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Pertanian Tahun 2011-2014  Sub Sektor  Pertumbuhan (%) 2011 2012 2013  2014   Rata-Rata  PDB Nasional   6,17  6,03  5,58  5,02  5,70  Pertanian,Peternakan,
Tabel  2  menunjukkan  perkembangan  kegiatan  ekspor  dan  impor  minyak  atsiri  Indonesia  periode  tahun  2012  hingga  2015
Tabel  3.  Nilai  Permintaan  dan  Volume  Permintaan  Minyak  Atsiri  Dunia  Tahun  2003-2014
Gambar 1. Perkembangan Pangsa Pasar Negara Eksportir Minyak Atsiri Dunia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur atas rahmat, anugerah dan karunia Allah S.W.T atas segala limpahan taufiik dan hidayah- NYA serta do’a yang menyertai penulis selama ini, hingga

Penyuluhan kesehatan dalah gabungan dari berbagai kegiatan dari kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan dimana individu, keluarga,

Secara umum, pelaksanaan kegiatan untuk meningkatkan motivasi guru dalam mengajar menggunakan alat peraga di kelas belum mencapai apa yang diinginkan oleh peneliti

2) Hand-sketches Prototype: Prototype tahap 2 menggambarkan tampilan yang telah menggambarkan visualisasi sesuai fungsi. Pada prototype yang kedua pengguna dapat melakukan

Untuk melengkapi ketentuan tentang pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf termasuk wakaf uang, sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang

Perkembangan teknologi harus dapat membantu setiap Perguruan Tinggi dalam melakukan pengungkapan (disclosure) terkait informasi yang disajikan di dalam website

Karena daya serap rata-rata kelas dengan pembelajaran fisika melalui pendekatan open-ended dalam kategori efektif dan memiliki nilai persentase lebih besar daripada daya

Pengabdian kepada masyarakat ini adalah sebuah Kegiatan pelatihan pembuatan makanan sehat untuk program diet alami untuk kelompok ibu-ibu bertujuan untuk membantu