• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumberdaya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Faktor Sumberdaya

3. Sumberdaya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mendukung terciptanya iklim kondusif pada industri minyak atsiri. Kemajuan dari ilmu pengetahuan dan teknologi akan meningkatkan sub sistem yang tergabung dalam alur industri.

Beberapa aspek yang termasuk dalam sumberdaya ini adalah lembaga penelitian, organisasi atau himpunan pengusaha, asosiasi petani dan lembaga pendidikan dalam hal ini perguruan tinggi.

102 a) Lembaga Penelitian

Peranan lembaga penelitian dalam mengembangkan produksi minyak atsiri Indonesia di pasar internasional sangat tergantung pada hasil penelitian dan pengembangan meliputi bibit, proses budidaya sampai dengan produksi atau pasca panen. Di Indonesia terdapat beberapa lembaga penelitian yang berhubungan dengan agroindustri minyak atsiri baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Lembaga penelitian dapat berasal dari instansi pemerintah dan lembaga penelitian yang dimiliki oleh perusahaan swasta dan organisasi yang bergerak pada industri minyak atsiri.

Salah satu lembaga penelitian yang berasal dari pemerintah yaitu Balai Penelitian Tanaman Obat dan Rempah (BALITTRO), merupakan salah satu tempat yang telah menghasilkan inovasi teknologi komoditas obat dan aromatik meliputi benih varietas unggul, teknik budidaya, pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan teknologi pasca panen. Selain itu lembaga penelitian yang berasal dari instansi non kementerian yaitu Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang berada dalam koordinasi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden.

LIPI memiliki tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang penelitian ilmu pengetahuan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bidang penelitian unggulan yang ada di LIPI, antara lain keanekaragaman hayati, lingkungan dan maritim, ketahanan pangan, pertanian

103 dan peternakan, kesehatan dan farmasi, material maju, energi dan transportasi, teknologi, informasi dan komunikasi serta pertahanan dan keamanan, dan dinamika sosial, kemanusiaan, kebudayaan, dan inovasi teknologi dan pendayagunaan iptek.

b) Dewan Atsiri Indonesia

Pembangunan minyak atsiri nasional memerlukan adanya sebuah lembaga yang mampu mengakomodasikan seluruh kepentingan bersama dari para pelaku agroindustri minyak atsiri nasional. Lembaga tersebut harus berfungsi sebagai himpunan seluruh kekuatan nasional, baik unsur pemerintah maupun seluruh pelaku usaha, untuk membangun agroindustri minyak atsiri nasional yang tangguh.

Pemangku kepentingan dalam agroindustri minyak atsiri nasional yang terdiri dari petani, penyuling, pedagang, eksportir, praktisi, peneliti, masyarakat pemerhati minyak atsiri, akademisi, perusahaan industri minyak atsiri serta instansi Pemerintah Pusat/Propinsi/Daerah harus membentuk Dewan Atsiri Indonesia (DAI) melalui deklarasi pada 20 September 2006 di Solo, Jawa Tengah.

DAI adalah suatu wadah bagi seluruh pemangku kepentingan agribisnis dan agroindustri yang berbasis minyak atsiri (essential oils), perisa (flavors) dan pewangi (fragrances) baik sebagai organisasi maupun perorangan yang meliputi petani, penyuling, pedagang, pelaku industri dan jasa, eksportir, praktisi, peneliti, akademisi, industri pengguna, pemerhati serta instansi pemerintah terkait.

Tujuan DAI adalah memajukan agribisnis dan agroindustri minyak atsiri untuk kesejahteraan seluruh pemangku kepentigan pada khususnya dan

104 masyarakat pada umumnya. Sementara tugas DAI adalah merumuskan dan menyusun strategi pengembangan minyak atsiri Indonesia, mengupayakan dukungan kebijakan pemerintah bagi pengembangan usaha minyak atsiri, bersama-sama dengan universitas dan lembaga penelitian menjadi pusat informasi bagi pengembangan minyak atsiri nasional dari semua aspek yang berkaitan dengan teknologi perdagangan.

Dengan terbentuknya Dewan Atsiri Indonesia hal ini dapat dimanfaatkan bagi petani untuk memperoleh sumber informasi terkait perkembangan dan poensi-potensi yang ada bagi agroindustri minyak atsiri. Salah satu penyebaran informasi oleh DAI dilakukan dengan mengadakan pelatihan-pelatihan untuk teknik penyulingan komoditas unggulan dan juga dengan diadakannya konferensi nasional minyak atsiri Indonesia yang mendatangkan wakil-wakil dari masing-masing stakeholder mulai dari petani hingga eksportir.

c) Perguruan Tinggi

Perguruan tinggi dapat berperan untuk mendorong bangkitnya industri minyak atsiri lokal. Kebutuhan industri terhadap produk minyak atsiri berkualitas terus meningkat setiap tahunnya. Hal itu terjadi seiring dengan tingginya diversifikasi produk yang membutuhkan kandungan minyak atsiri. Mulai produk parfum, kosmetik, perasa makanan dan minuman dan juga produk pembersih rumah tangga. Oleh karena kebutuhan minyak atsiri berkualitas meningkat, maka peran perguruan tinggi sebagai lembaga penelitian sangat diperlukan.

Pusat studi minyak atsiri Universitas Islam Indonesia (Center of Essential Oil Studies, CEOS UII) merupakan lembaga peneliti memberikan dukungan riset

105 untuk meningkatkan kualitas minyak atsiri belum banyak dilakukan oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi dapat berperan mendorong bangkitnya industri minyak atsiri lokal yang berujung pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat.

Prodi Ilmu Kimia UII merupakan salah satu pelopor yang secara serius dan konsisten melakukan penelitian tentang minyak atsiri.

Penelitian di Pusat Studi Minyak Atsiri telah ditunjang dengan laboratorium dan peralatan modern yang tersertifikasi. Berbagai pihak mulai dari masyarakat, pelaku industri, hingga dinas pemerintah yang dapat datang mengunjungi UII untuk mempelajari minyak atsiri. Selain itu, juga secara rutin melakukan pembinaan kepada beberapa sentra industri minyak atsiri yang dikelola oleh masyarakat lokal.

d) Lembaga Statistik

Lembaga statistik berperan sebagai pengolah segala informasi dan data yang bersifat kuantitatif untuk dipublikasikan sehingga hasilnya dapat digunakan untuk keperluan umum. Peran dari lembaga statistik ini diwakili oleh Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian, Badan Pusat Statistik (BPS), Pusdatin Kementerian Pertanian. Direktorat Jenderal Perkebunan subdit tanaman rempah dan penyegar merupakan lembaga yang beperan besar dalam mengolah data statistik perkebunan tanaman penghasil minyak atsiri. Hasil olahan data statistik disimpulkan dalam beberapa buku sesuai dengan jenis tanaman penghasil minyak atsiri.

Indonesia terkenal sebagai penghasil minyak atsiri dunia. Sekitar 90%

pemasok minyak nilam dunia berasal dari Indonesia. Tahun 2011 Indonesia

106 mengekspor 66.742,46 ton minyak atsiri degan nilai 438,16 juta USD (BPS, 2011). Namun sebagian besar kualitas minyak atsiri dari penyuling tradisional tidak memenuhi standar internasional. Selama ini peningkatan mutu minyak atsiri Indonesia dilakukan di negara tujuan ekspor. Permasalahan agroindustri minyak atsiri Indonesia selama ini masih berkisar pada kontinuitas produksi, teknik produksi, kualitas minyak atsiri, dan belum berkembangnya industri hilir minyak atsiri. Rendahnya harga jual minyak atsiri Indonesia salah satunya karena tidak memenuhi standar mutu nasional/internasional. Masalah ini dapat disebabkan oleh proses penanaman tanaman atsiri yang tidak sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan teknologi proses produksi yang masih tradisional.

Saat ini terdapat Pusat Studi Minyak Atsiri Universitas Islam Indonesia yang berkomitmen kuat untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan penyuling minyak atsiri Indonesia dengan mengembangkan alih teknologi proses produksi berstandar internasional, alih teknologi pemurnian minyak atsiri serta menjadikan minyak atsiri dan produk turunannya sebagai keunggulan dan kebanggan bangsa Indonesia di mata dunia. Fokus yang dilakukan oleh pusat Studi Minyak Atsiri UII ini adalah mengembangkan teknologi proses produksi dan peningkatan kualitas minyak atsiri unggulan Indonesia.

Tanaman atsiri umumnya diusahakan oleh petani dengan modal dan luasan terbatas serta kebanyakan menggunakan alat penyuling yang sederhana, sehingga mutu dan rendemen yang dihasilkan masih rendah. penggunaan alat penyuling yang efektif dan efisien sangat diperlukan untuk mendapatkan minyak atsiri yang

107 bermutu tinggi dengan harga pokok relatif rendah misalnya pada minyak nilam tingkat rendemen tinggi yaitu > 2,00%. Tingkat pencapaian rendemen produksi minyak atsiri yang dihasilkan oleh pengrajin/pengusaha Usaha Kecil dan Menengah (UKM) minyak atsiri di Indonesia pada umumnya masih sangat rendah (< 2%). Hal ini disinyalir sebagai akibat dari rangkaian proses penanganan usaha yang kurang profesional mulai dari sistem penanaman, waktu pemanenan, perlakuan pasca panen dan penanganan bahan baku sampai pada proses penyulingan. Oleh karena itu alih teknologi dilakukan untuk mengatasi hal tersebut. Alih teknologi utama yang dapat dilakukan antara lain yaitu:

1) Alih teknologi bertanam tanaman atsiri sesuai dengan SOP dan proses panen serta pengolahan atau preparasi bahan baku tanaman minyak atsiri pasca panen bagi petani.

2) Menerapkan rancang bangun destilasi water bubble termodifikasi dengan kesimpulan hasil uji rancangan menunjukkan bahwa rendemen minyak nilam meningkat dari 1,25% menjadi 6,24% dan kadar patchouli alkhol sebagai komponen utama minyak nilam meningkat menjadi 43%-60%.

3) Alih teknologi selanjutnya adalah rancang bangun proses permurnian minyak atsiri dengan teknik destilasi fraksinasi skala semi industri.

Berdasarkan penelitian, teknik ini dapat memurnikan minyak cengkeh dan minyak sereh wangi.

4) Alih teknologi ketiga yaitu dengan rancang bangun alat pemurnian bahan baku minyak atsiri berkualitas rendah skala pilot dengan menggunakan

108 bahan arang aktif termodifikasi dan senyawa pengkhelat untuk mengikat ion logam pengkotor.

Dokumen terkait